Pada tahap awal rebung terlihat pendek, terbungkus dalam pelepah batang yang rapat dan bermiang dengan warna miang coklat sampai kehitaman. Rebung
tumbuh cepat menjadi batang bambu muda selama musim hujan. Setelah mencapai pertumbuhan maksimum, seludang buluh membuka dan diikuti dengan
tumbuhnya primordial tunas lateral sebagai bakal cabang. Percabangan tumbuh mulai dari 13 buku bagian atas diikuti percabangan dibagian tengah buluh terus
ke bagian bawah, percabangan bambu betung termasuk kelompok banyak cabang bud multiple branching, McClure 1967 diacu dalam Ruhiyat 1998 yang dapat
mencapai 10-20 anak cabang dalam satu buku. Mata cabang dalam buluh terdiri dari mata cabang yang besar di bagian tengah central bud dan kelompok mata
cabang yang lebih kecil di kiri kanannya. Rebung bambu merupakan makanan khas dari Asia Bagian Timur. Rebung
Bambu muda memiliki bentuk seperti taring badak. Beberapa rebung diantaranya dapat dikonsumsi manusia, namun ada juga yang tidak bisa dikonsumsi manusia
karena memiliki rasa pahit seperti rebung dari bambu apus. Menurut Winarno 1992 diacu dalam Salahudin 2004 jenis rebung bambu apus dapat
menyebabkan orang menjadi mabuk karena mengandung kadar asam sianida yang tinggi.
Beberapa jenis rebung juga mengandung senyawa toksik sianida dalam bentuk glukosida. Bila senyawa ini bereaksi dengan air maka akan terbentuk asam
sianida. Asam sianida dapat dikeluarkan dari rebung mentah dengan merusak jaringan rebung melalui proses pemasakan Yaguchi dan Wu 1971 diacu dalam
Salahudin 2004. Kadar asam sianida dalam rebung dapat mencapai 800 mg setiap 100 gram Wogan 1976 diacu dalam Salahudin 2004. Rasa pahit mungkin
berhubungan dengan kandungan glukosida tersebut.
2.4.2.3 Komposisi kimia rebung bambu betung
Komposisi rebung mentah per 100 gram bagian yang dapat dimakan dapat dilihat pada Tabel 2. Sebagian besar dari bagian yang dapat diamakan terdiri dari
air yaitu 91 gram, selain itu rebung juga mengandung protein 2,6 gram, karbohidrat 5,20 gram, lemak 0,90 gram, serat kasar 1,00 gram, vitamin A 20 SI,
kalium 533 mg, fosfor 53 mg, abu 0,90 mg serta unsur-unsur mineral lain seperti
riboflavin, niasin, thiamin, kalsium, dan besi dalam jumlah kecil Watt dan Merill 1975 diacu dalam Salahudin 2004.
Tabel 2 Komposisi rebung mentah per 100 gram bagian yang dapat dimakan
Komposisi Jumlah
Protein gram 2,60
Kalori cal 27,00
Lemak gram 0,30
Karbohidrat gram 5,20
Serat gram 1,00
Air gram 91,00
Fosfor mg 59,00
Kalsium mg 13,00
Besi mg 0,50
Abu gram 0,90
Kalium mg 533,00
Vitamin A SI 20,00
Thiamin mg 0,15
Riboflavin mg 0,70
Niasin mg 0,60
Vitamin B1 mg 0,15
Vitamin C mg 4,00
Sumber : Watt dan Merill 1975
Pada rebung, kandungan serat berbeda pada setiap bagiannya. Bagian atas kandungan seratnya lebih kecil dibandingkan pada bagian bawah. Tetapi
kandungan kimia seperti protein, lemak dan mineral pada bagian atas lebih tinggi dari pada bagian bawah Tabel 3.
Tabel 3 Persentase komposisi rebung bagian atas, tengah dan bawah yang dapat dimakan.
Bagian Air
Protein Lemak
Serat Karbohidrat
Abu
Atas 89,7
2,72 0,28
0,42 5,50
1,39 Tengah
91,26 1,71
0,22 0,89
4,78 1,12
Bawah 90,26
1,38 0,17
1,25 5,65
0,93
Sumber : Kurosawa, 1969
Menurut Winarno 1992 bagian tengah, atas dan bawah memiliki histologis yang berbeda. Bagian ujung atas mengandung lemak 800 mg100gram
rebung segar. Asam lemak utama adalah palmitat, linolenat dan linoleat. Asam organik dalam rebung bambu dari jenis Dendrocalamus asper adalah asam oksalat
yaitu 462 mg100mg pada bagian dasarnya. Asam sitrat lebih banyak di bagian atas sedangkan bagian bawah banyak mengandung asam malat.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP Bogor, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 bulan,
dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2008.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sub soil pada tanah latosol Bogor, rebung bambu betung yang didapat dari pasar sukasari
Bogor, pasir, dan benih Sengon dari Balai Perbenihan Tanaman BPT Bogor. Peralatan yang digunakan selama penelitian berlangsung adalah karung,
polybag, blender, saringan, timbangan analitik, alat tulis, label, cangkul, thermometer, ayakan, pisau, sprayer, kompor gas, panci, ember, gelas ukur,
corong, dan kamera digital.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini meliputi berbagai tahapan seperti diuraikan di bawah ini.
3.3.1 Penyiapan benih sengon
Benih sengon yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari Balai Perbenihan Tanaman Hutan BPTH Bogor. Banyaknya benih yang digunakan
disesuaikan dengan sample yang dibutuhkan.
3.3.2 Pengecambahan benih
Benih sengon yang diperoleh dari BPTH Wana Benih Bogor direndam dalam air panas selama 30 menit, kemudian direndam air dingin selama 24 jam.
Sebelum ditabur ke bak kecambah, benih dicuci bersih dengan air dingin agar bersih dari bakteri atau kotoran lainnya. Media kecambah yang digunakan adalah
tanah latosol dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 vv, yang sudah diayak dan telah dijemur dibawah terik sinar matahari, media tersebut kemudian dimasukan
ke dalam bak kecambah dan disiram air bersih dengan menggunakan