Persyaratan lokasi tempat tumbuh Pengadaan benih Penaburan dan perkecambahan

Sengon termasuk jenis tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18-27 C. Pada dasarnya tanaman sengon ini dapat tumbuh dimana- mana, mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yakni 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah. Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50 - 75. Departemen Kehutanan 1999

2.1.4 Manfaat

Menurut Santoso 1992 manfaat sengon yaitu : 1. Penghijauan dan Reboisasi 2. Pelindung dan Penyubur tanah 3. Bahan baku kayu bakar 4. Bahan baku bangunan dan perabotan 5. Bahan baku industri kertas

2.2 Silvikultur

2.2.1 Persyaratan lokasi tempat tumbuh

Sengon ini dapat tumbuh mulai dari pantai sampai ketinggian 1500 mdpl. Elevasi yang optimal pada umumnya berkisar antara 0 – 800 mdpl dengan suhu rata-rata 22 – 29 C. Tumbuh baik di tempat-tempat yang mempunyai iklim basah sampai agak kering, di Philipina tumbuh terbaik pada curah hujan tahunan 4500 mm tanpa bulan kering. Tumbuhan tropik ini dapat tumbuh di tanah-tanah yang kering maupun yang lembab, dengan tekstur tanah dari yang ringan hingga berat dan pH tanah asam sampai netral. Disamping itu juga memerlukan tipe tanah dengan sistem drainase yang baik.

2.2.2 Pengadaan benih

Musim berbunga P. falcataria adalah sekitar bulan Maret – Juni dan Oktober – Desember, sedangkan pembuahan berlangsung sepanjang tahun terutama dalam bulan Juli – September Departemen Kehutanan, 1999. Pengumpulan biji dilakukan dengan memetik buah yang masak kemudian dibelah untuk mengeluarkan bijinya. Untuk meningkatkan daya perkecambahannya, pra perlakuan yang dapat diberikan terlebih dahulu yaitu : benih disiram dengan air mendidih sebanyak 4 kali volume benih kemudian dibiarkan selama 24 jam sampai air rendaman dingin.

2.2.3 Penaburan dan perkecambahan

Benih ditabur pada bedeng tabur 5 x 1 m 2 sebanyak 200 gram, sedikit ditekan, ditutup dengan pasir halus setebal 1,5 cm. Setelah 2 – 4 hari benih akan berkecambah. Penyapihan dilakukan setelah batangnya berkayu dan kulit terlepas, yaitu pada umur 1 – 1½ bulan setelah tumbuh. Bibit langsung dipindahkan ke dalam kantong plastik. Setelah 2½ - 3 bulan setelah disapih bibit dapat ditanam di lapangan Hidayat, 2000. Menurut Atmosuseno 1998 menyatakan bahwa beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam penyemaian benih sengon antara lain: a. Baki kecambah yang bagian bawahnya dilubangi agar drainase lancar. b. Bedeng tabur yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. c. Media semai berupa pasir yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. d. Knapsack Sprayer Solo untuk menyiram persemaian e. Perlengkapan penggorengan media semai Penyemaian benih sengon dilakukan pada bak kecambah yang diletakkan di atas meja dalam bedeng tabur. Benih ditabur dalam larikan dengan jarak tabur 2x1 cm di atas media semai yang telah dimasukkan ke dalam baki kecambah. Untuk memudahkan penaburan sebaiknya dibuat terlebih dahulu lubang tanam dengan cara menusuk-nusuk media semai dalam baki. Alat penusuk yang digunakan terbuat dari kayu atau ranting dengan ukuran sebesar setengah dari jari kelingking orang dewasa. Penusukan dibuat sesuai dengan jarak tabur. Setelah benih ditabur bagian atasnya ditutup dengan lapisan pasir tipis untuk menjaga suhu agar tetap sesuai dengan kebutuhan perkecambahannya favourable temperature. Media semai sebaiknya disterilisasi dengan cara menggorengnya sampai panas dan benar-benar kering agar terbebas dari penyakit di perkecambahan. Setelah penaburan benih dilakukan, kemudian media ditutup dengan lapisan pasir tipis di bagian atasnya. Hal ini selain untuk menstabilkan suhu optimal benih, juga berkaitan dengan sirkulasi oksigen yang diperlukan bagi proses perkecambahan. Umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 20 O 2 dan 0.03 CO 2 , sehingga frekuensi dan kadar penyiraman mempengaruhi suhu dan kadar oksigen tanah. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan hati- hati agar tidak terlalu basah dan tidak terjadi pembusukan yang disebabkan oleh penyakit lodoh dumping off. Dengan sistem penyemaian benih dalam bak tabur maka pada hari ke 7-8 semai sudah dapat disapih dan dipindahkan ke dalam polibag. Media semai yang sudah tidak berisi semaian masih dapat dipergunakan lagi sampai tiga kali rotasi penyemaian, dan setiap rotasinya dilakukan sterilisasi ulang dengan cara penggorengan media. Atmosuseno, 1998 Menurut Backer et al. 1979 tahapan fisiologis dalam perkecambahan antara lain: a. Penyerapan air secara imbibisi b. Perbesaran sel dan pembelahan sel dimulai c. Pengaktifan enzim α dan β-amilase d. Karbohidrat, pati, lemak dan protein yang tidak larut dihidrolisis menjadi substansi yang lebih sederhana, larut dalam air untuk diangkut dari endosperma ke titik tumbuh embrio e. Kecepatan respirasi bertambah cepat dan energi yang dibebaskan digunakan untuk pertumbuhan f. Pertambahan terjadi dalam perbesaran sel dan pembelahan sel g. Kehilangan berat terjadi dengan cepat h. Diferensiasi sel menjadi beragam jaringan kemudian terjadi organ semai. Baker et al. 1979 Apabila benih tidak berkecambah dengan cepat pada lingkungan yang memadai, maka benih tersebut mungkin mengalami dormansi benih. Faktor yang mempengaruhi dormansi benih yaitu : a. Secara fisiologis embrio belum masak b. Kulit biji yang tidak permeabel terhadap air atau oksigen atau keduanya c. Kulit biji terlalu kuat untuk dipecahkan d. Biji jatuh di pohon sebelum embrio masak Dormansi merupakan karakteristik umum pada tumbuhan berkayu sebagai proses untuk memperbaiki ketahanan hidup pada periode waktu yang panjang sehingga biji berkecambah dalam kondisi alami. Dormansi dapat terjadi karena suhu yang dingin dengan kondisi kelembaban dan suhu yang fluktuatif. Perubahan kondisi didukung pula dengan adanya kegiatan bakteri dan jamur dalam tanah, sehingga melunakan kulit benih yang keras Baker et al. 1979. Menurut Backer et al. 1979 menyatakan beberapa faktor-faktor luar yang mempengaruhi proses perkecambahan diantaranya air, oksigen, karbondioksida, suhu dan cahaya.

2.2.4 Pengadaan bibit