Filipina telur-telur keong murbei menetas pada 10-15 hari dan di Jepang penetasan memerlukan waktu 3 minggu. Pada tahap aktif, keong murbei berkopulasi dan
memijah secara teratur. Suhu air yang rendah akan menurunkan aktivitas keong dan tertundanya masa kopulasi Albrecht et al. 1999 in Min Yan 2006.
2.1.6. Habitat dan distribusi
Habitat keong murbei biasanya berupa parit, kolam dangkal, sawah, dan jenis perairan lainnya dengan arus yang tenang atau lambat, dengan dasar yang
berlumpur. Keong murbei tidak dapat bertahan di perairan payau yang ekstrim, atau pada perairan deras Lach 1999 in Min Yan 2006. Sedikit berbeda dengan
pernyataan tersebut, Halwart 1994 in Min dan Yan 2006 menyatakan bahwa perairan mengalir membantu penyebaran keong murbei.
Menurut Min dan Yan 2006, keong murbei memiliki ketahanan terhadap perairan tercemar, yaitu pada kisaran pH 8,5-9,0 dengan suhu 23-25
o
C. Keong murbei lebih memilih perairan yang tidak tercemar, tetapi memiliki toleransi tinggi
terhadap kondisi tercemar. The Applesnail Website 2008 menyatakan bahwa keong murbei merupakan hewan nokturnal yang mampu bertahan pada kisaran suhu
18-28
o
C dan merupakan hewan berdarah dingin yang aktif pada suhu tinggi. Keong murbei memiliki sifon yang membantunya bernafas di udara bebas.
Sifon adalah organ yang terdiri dari sebuah lipatan rongga mantel nuchal lobe pada bagian kiri leher Ghesquiere 1999. Hal inilah yang membuat keong murbei toleran
terhadap kandungan oksigen terlarut DO yang rendah. Pada kondisi demikian, keong murbei merenggangkan tubuhnya untuk meningkatkan luas area pertukaran
udara dan menjulurkan sifonnya Gambar 7. Menurut Yin et al. 2000c in Min dan Yan 2006 menyatakan bahwa ketika konsentrasi DO mencapai 0,23-0,45 mgl,
operkulum keong murbei menutup. Keong murbei akan menutup operkulum dan mensekresikan mukus untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak
mendukung, termasuk pH tinggi. Keong murbei lebih memilih kondisi basa pH 7- 8,5. Ketika pH lebih dari 10, dengan kondisi operkulum tertutup dan tanpa atau
sedikit mensekresikan mukus, keong menjadi inaktif sampai akhirnya mati.
Gambar 7. P. canaliculata dengan sifon menjulur Ghesquiere 1999 Penelitian Halwart 1994 in Min dan Yan 2006 menyebutkan bahwa ketika
perairan mengalami penyusutan dan menuju kekeringan, keong murbei akan berpindah menuju tempat yang tergenang air. Ketika air permukaan lebih rendah
daripada tinggi cangkang, keong murbei tidak akan mengambil makanan atau pun berkopulasi. Sebelum perairan menjadi kering, keong dapat menggali dan
membenamkan dirinya ke dalam lumpur selama beberapa bulan. Keong murbei akan aktif kembali setelah perairan terisi kembali. Keong murbei dapat hidup
beberapa waktu tanpa air. Hal tersebut didukung oleh pendapat Feng 1994 in Min dan Yan 2006 yang menyatakan pada suhu 22-27
o
C dan 82-85 kelembaban relatif, pada kondisi tanpa air, rasio bertahan hidup bagi keong dewasa adalah 100
selama 40 hari. Sebagai spesies yang tersebar di daerah tropis dan subtropis, keong murbei
ditemukan di Argentina, Bolivia, Brazil, Paraguay, Suriname, dan Uruguay Ponce de Leon Carpo 1994 in Min Yan 2006. Di Asia, keong murbei dapat
ditemukan di China, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Papua, Filipina, Thailand, dan Vietnam Halwart 1994 in Min Yan 2006. Di Amerika, keong ini
tersebar di beberapa negara bagian Amerika Serikat AS bagian utara, sedangkan di Afrika dapat ditemukan di Mesir. Hingga saat ini belum diketahui penyebaran keong
murbei di Eropa Min Yan 2006. Suharto 2003 in Min dan Yan 2006 menyatakan bahwa pada tahun 1981
keong murbei sudah mulai diintroduksi ke Indonesia. Keong murbei ditemukan di banyak tempat di Sumatra Bengkulu, Jambi, Lampung, Pariaman, dan Riau, Papua
Biak dan Wamena, Sulawesi Buton, Bone, Makassar, Manado, Maros, Palu, dan
Pangkep, Kalimantan Balikpapan dan Samarinda, Jawa, Bali, dan Lombok. Sejak tahun 1985-1987 keong murbei dianggap menjadi spesies lokal yang populer.
2.2. Gulma Air