Kondisi Penggunaan Lahan dan Vegetasi Kegiatan Pertanian Padi Sawah Tadah Hujan di Daerah Penelitian

4.5 Kondisi Penggunaan Lahan dan Vegetasi

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa penggunaan lahan di daerah penelitian terdiri dari persawahan, palawija, perkebunan tebu dan kebun campuran. Penyebaran perkebunan tebu terpencar-pencar karena terhalang lahan pertanian penduduk. Sebagian lahan pertanian penduduk disewakan kepada PT. PG Tolangohula sebagai perusahaan produsen gula pasir satu-satunya di daerah ini. Sedangkan perkebunan kelapa rakyat tersebar hampir di setiap daerah. Di lokasi Sidomukti Kabupaten Gorontalo, penggunaan lahan yang dijumpai berupa TSTH pada daerah depresi dan dataran aluvial yang pengairannya bergantung dari hujan dan air sungai yang dialirkan dengan mesin pompa air. Sedangkan lahan keringnya diusahakan untuk tanaman palawija, kebun campuran kelapa dan jagung, dan kebun tebu. Lokasi Molombulahe Kabupaten Boalemo, penggunaan lahannya terdiri dari TSTH pada daerah yang sama dengan lokasi Sidomukti. Sedangkan lahan kering diusahakan untuk tanaman palawija, perkebunan tebu, dan kebun campuran. Untuk lokasi Bandungrejo, penggunaan lahan yang dominan, yaitu sawah irigasi teknis TSI dengan intensitas penanaman padi 2-3 kali dalam setahun. Di semua pedon di daerah penelitian tidak dijumpai lagi vegetasi asli. Vegetasi yang dijumpai saat ini terdiri dari tanaman pertanian berupa padi PNS1-3, PNM1-3, dan PNB, palawija jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau, tanaman buah- buahan mangga, pisang, jambu biji, jambu air, dan langsat, dan tanaman perkebunan kelapa, kakao, dan kopi. Untuk pedon PNS-LK dan PNM-LK vegetasinya merupakan campuran antara kelapa dominan dengan palawija dan buah-buahan.

4.6 Kegiatan Pertanian Padi Sawah Tadah Hujan di Daerah Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani kunci dan PPL diperoleh informasi bahwa areal TSTH di lokasi Sidomukti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo PNS telah dicetak sejak kira-kira tahun 1980 secara konvensional, sehingga sampai saat ini lahan tersebut sudah berumur 29 tahun. Untuk areal TSTH di lokasi Molombulahe Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo PNM telah dicetak sejak kira-kira tahun 1994 atau baru berumur 15 tahun yang pencetakannya juga sama dengan di lokasi Sidomukti. Sedangkan areal TSI di lokasi Bandungrejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo PNB telah dicetak sejak kira-kira tahun 1946 atau sudah berumur 63 tahun dengan cara pencetakannya sama dengan kedua daerah sebelumnya. Saat ini, teknik pengolahan tanah baik TSTH PNS dan PNM maupun sawah irigasi teknis PNB telah menggunakan sistem mekanisasi modern dengan menggunakan tipe bajak mildboard, garu dan rotari. Rata-rata kedalaman pengolahan tanah di daerah penelitian antara 20 sampai 30 cm tergantung dari kondisi tanah. Pada awal kegiatan pertanian sampai kira-kira tahun 1995, petani menentukan waktu tanam padi sawah dan tanaman lainnya, di samping berdasarkan ketersediaan air hujan dan air irigasi juga mengacu pada sistem perbintangan di langit panggoba. Namun, setelah tahun tersebut, maka sistem perbintangan mulai ditinggalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi di lapangan dan petani cenderung menentukan sendiri waktu tanam berdasarkan ketersediaan air maupun kebutuhan hasil pertanian tersebut. Akibatnya, keseragaman waktu penanaman di lokasi yang sama dengan tanaman yang sama sulit dilakukan, sehingga menimbulkan dampak negatif antara lain: serangan hama dan penyakit tanaman, kegagalan panen dan lainnya. Dengan demikian, waktu penggenangan dan lamanya tanaman digenangi selama satu musim tanam sulit ditentukan karena ketersediaan air yang berfluktuasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lesniawati et al. 2000 bahwa sebagian besar tanaman padi di dunia tumbuh dengan menggunakan air yang berasal dari hujan. TSTH di daerah Sidomukti maupun Molombulahe ditanami padi sebanyak dua kali dalam setahun, kecuali lahan sawah irigasi teknis di daerah Bandungrejo yang dapat ditanami padi sebanyak tiga kali dalam setahun. Berdasarkan data BPS 2008 menunjukkan bahwa produksi padi dari daerah penelitian mencapai 29.746 ton padi dengan rata-rata produksi berkisar antara 4,2 ton ha -1 sampai 4,7 ton ha -1 . Sedangkan hasil wawancara dengan petani kunci menunjukkan bahwa rata-rata produksi padi dari TSTH di daerah Sidomukti sebesar 1,7 ton ha -1 dan Molombulahe sebesar 1,5 ton ha -1 . Sedangkan sawah irigasi teknis di daerah Bandungrejo, rata-rata produksinya sudah mencapai 4,7 ton ha -1 .

5. HASIL DAN PEMBAHASAN