Berdasarkan data curah hujan, suhu udara, posisi lintang-bujur, dan elevasi kemudian diolah dengan program NSM newhall simulation model, dalam Van
Wambeke et al. 1986 untuk menentukan rejim kelembaban tanah dan rejim suhu tanah daerah penelitian. Sebagai kontrol terhadap hasil analisis suhu tanah dengan
alat bantu program NSM, maka dihitung pula dengan persamaan 1 yang dikemukakan Newhall Van Wambeke 1984 sebagai berikut:
Ts = Ta + 2,5 …………………………………………………………. 1
Dimana: Ts adalah suhu tanah rata-rata bulanan pada kedalaman 50 cm
o
C, Ta adalah suhu udara rata-rata bulanan
o
C. Evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan 2 yang dikemukakan Thornthwaite dan Mather 1957 sebagai berikut:
ETP = 1,6 x F 10tI
a
, ………………………………………………… 2 Dimana: ETP adalah evapotranspirasi bulanan, F adalah faktor koreksi yang
didekati dengan jumlah hari dalam bulan, t adalah suhu udara rata-rata bulanan
o
C, a adalah 1,8 dan I adalah indeks panas dalam 1 tahun yang diperoleh dari persamaan 3 berikut:
I =
Σ t5
1,54
…………………………………………………………….. 3 Sedangkan neraca air water balance diperoleh dari analisis data curah dan
evapotranspirasi yang diolah dengan program Cropwat Donker 1986.
3.3.3 Analisis Laboratorium
Sesuai dengan tujuan penelitian, contoh tanah dianalisis dengan sifat-sifat tanah dan metodenya yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Sifat-Sifat Tanah dan Metode Analisisnya
No Sifat Tanah
Metode Analisis A
Sifat Fisik 1 Tekstur
Pipet 2
Kerapatan Limbak Ring Sampel
3 Permeabilitas Permeameter
4 Plastisitas Indeks
COLE B Sifat
Kimia 1 pH
H
2
O dan KCl pH meter
2 C-Organik Walkley
dan Black
3 KTK NH
4
oAc 1 N pH 7, Titrasi 4 Kation-Kation
Basa: Ca
2+
, Mg
2+
, K
+
, Na
+
Ekstraksi NH
4
oAc 1 N pH 7, untuk Ca
2+
, Mg
2+
menggunakan AAS. Sedangkan
K
+
dan Na Flamefotometer 5
N total Kjeldahl, Titrasi
6 P
2
O
5
tersedia Bray 1, Spektrofotometer
7 Kejenuhan Basa
Perhitungan C Sifat
Mineralogi 1 Mineral
Liat X-Ray
Difaktrometer 2
Mineral Fraksi Pasir Mikroskop
3.3.4 Analisis dan Interpretasi Data
Data yang diperoleh diolah dan dituangkan dalam bentuk tabel dan gambar. Selanjutnya, data tersebut dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif serta
diinterpretasi sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk menilai potensi tanah, maka dilakukan analisis kesesuaian lahan. Tahapan penilaian kelas kesesuaian lahan
KKL diuraikan sebagai berikut: a.
Penentuan Tipe Penggunaan Lahan
Tipe penggunaan lahan TPL pada penelitian ini didasarkan pada komoditas pertanian yang penting untuk sumber pangan dan bernilai ekonomi
serta merupakan komoditi unggulan di Provinsi Gorontalo. Jenis TPL tanaman pangan yang dibagi berdasarkan pola tanam, yaitu pola tanam tunggal dan pola
tanam beruntun. Untuk pola tanam tunggal dengan tanaman padi Oryza sativa L. disebut TPL padi lokal. Sedangkan pola tanam beruntun, yaitu padi dan jagung
Zea mays L. dengan pola padi-jagung TPL padi-jagung dan padi-jagung-
jagung TPL padi-jagung-jagung dalam setahun.
TPL padi lokal didasarkan pada kondisi eksisting penggunaan lahan di
daerah Paguyaman, dan TPL padi-jagung didasarkan pada banyaknya lahan tadah hujan yang diusahakan oleh petani transmigran. Sedangkan TPL padi-jagung-
jagung didasarkan pada pembentukan sentra produksi tanaman pangan di daerah
ini dan sebagai lumbung pangan pada masa paceklik di musim kemarau yang cukup panjang 6 bulan serta penyuplai sumber bahan pangan bagi daerah
sekitarnya, termasuk kota Gorontalo, Limboto dan Tilamuta.
Pembagian TPL berdasarkan komoditas ini kemudian dibagi lagi berdasarkan atribut TPL, yaitu produksi dan teknologi. Produksi adalah besarnya
produksi yang dihasilkan komoditas pada masing-masing TPL berdasarkan produksi di tingkat lokal dan tingkat nasional atau setara produksi di lahan dengan
kelas kesesuaian lahan sangat sesuai S1. Sedangkan atribut teknologi yang digunakan adalah tingkat pemupukan, yaitu tanpa pupuk, pupuk 100 dosis
anjuran dan pupuk preskripsi. Pembagian TPL ke dalam kedua atribut TPL, yaitu produksi dan teknologi disebabkan kedua atribut tersebut merupakan bagian dari
11 atribut yang memiliki hubungan langsung dengan hasil dari model pendugaan kualitas lahan, yaitu ketersediaan air dan hara.
Pembagian TPL berdasarkan pola tanam TPL, produksi dan pemupukan dibagi ke dalam tiga pola Lampiran 14, yaitu: 1 Pola A, atribut produksi
berupa produksi komoditas berdasarkan hasil di tingkat petani lokal, atribut teknologi pemupukan disesuaikan dengan kondisi intensifikasi rendah tanpa
pupuk. 2 Pola B, atribut produksi berupa produksi komoditas berdasarkan hasil di tingkat Nasional atau kelas kesesuaian lahan sangat sesuai S1 dengan atribut
teknologi pemupukan dengan intensifikasi tinggi, yaitu 100 dari dosis anjuran. 3 Pola C, atribut produksi berupa produksi komoditas berdasarkan hasil di
tingkat Nasional atau kelas kesesuaian lahan sangat sesuai S1 dengan atribut teknologi pemupukan ditentukan dengan menggunakan metode preskripsi.
Metode preskripsi adalah jumlah hara dari pupuk yang ditambahkan sebesar kekurangan hara dari tanah yang diperlukan komoditas untuk memproduksi
tingkat nasional atau kelas kesesuaian lahan sangat sesuai. Jumlah hara tanah merupakan nilai rata-rata dari 7 pedon di daerah penelitian.
b. Penentuan Kualitas Lahan