Metodologi Modification of Natural Zeolite into Molecular Sieve Material and Its Application in Bioethanol Dehydration.
34
pada Gambar 11. Zeolit yang diberi perlakuan asam ZAA menampakkan luas
permukaan dan volume pori yang lebih besar jika dibandingkan dengan zeolit alam. Hal ini dapat dilihat pada data distribusi pori sampel zeolit yang terdapat
dalam Tabel 9.
Gambar 11 Zeolit hasil modifikasi sebelum dan sesudah pengeringan menggunakan metode asidifikasi-realuminasi.
Proses asidifikasi bertujuan untuk menghilangkan logam-logam pengotor yang tidak diinginkan dalam sampel zeolit sehingga zeolit yang diperoleh
diharapkan lebih murni. Hasil analisis komposisi kimia terhadap sampel zeolit hasil asidifikasi dan realuminasi menggunakan metode XRF dapat dilihat pada
Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis komposisi kimia menggunakan metode XRF
Komposisi unsur ZA
ZAA ZAM1
Z3A Si
31,41 31,02
27,49 19,36
Al 5,59
4,01 11,37
11,12 Na
0,81 0,27
0,76 7,71
K 1,92
1,59 0,94
0,15 Mg
0,46 0,23
0,17 1,18
Ca 2,34
0,50 0,35
0,12 Ba
0,03 0,02
0,02 0,02
Fe 0,83
0,50 0,36
0,76 S
0,03 0,01
0,01 0,01
Cl -
0,04 -
0,11 SiAl
5,62 7,74
2,42 1,74
Keterangan : ZA = zeolit alam, ZAA = zeolit alam asidifikasi, ZAM1 = zeolit alam modifikasi 1, dan Z3A = zeolit sintetis 3A.
Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa sebagian besar logam-logam seperti Fe dan Ca mengalami penurunan setelah diberi perlakuan asam, begitu juga dengan
logam Aluminium. Penurunan kandungan Al tidak diharapkan karena akan memperbesar rasio SiAl dalam sampel zeolit. Jika hal ini terjadi, maka zeolit
akan bersifat lebih hidrofobik dan pori-pori zeolit akan menjadi lebih terbuka. Jika
35
diperhatikan, komposisi kimia dari sampel zeolit sintetis 3A juga masih mengandung logam-logam pengotor. Oleh karena itu, proses modifikasi
selanjutnya dilakukan secara langsung tanpa proses asidifikasi terlebih dahulu. 4.1.2.2 Metode aluminasi langsung
Modifikasi dilakukan menggunakan metode yang berbeda dengan beberapa sumber alumina yang berbeda pada proses aluminasi zeolit. Sumber alumina yang
digunakan antara lain aluminium oksida, aluminium nitrat, tawas, dan kaolin yang juga dapat berfungsi sebagai binder. Proses aluminasi dilakukan secara langsung
dan produk yang dihasilkan adalah ZAM2, ZAM3, ZAM4, ZAM5, dan ZAM6. Gambar 12 menunjukkan zeolit granul ZAM6 yang dibuat secara manual dalam
bentuk bulatan-bulatan kecil berukuran 3 – 5 mm.
Gambar 12 Zeolit alam modifikasi dalam bentuk granula ukuran 3 – 5 mm.
Hasil analisis komposisi kimia sampel zeolit yang dialuminasi secara langsung ZAM2, ZAM3, ZAM4, ZAM5, ZAM6 dan zeolit sintetis 3A dapat
dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa rasio SiAl dalam sampel zeolit mengalami penurunan setelah proses modifikasi kecuali pada
sampel ZAM2. Tabel 8 Hasil analisis komposisi kimia menggunakan metode EDX
Unsur ZA
ZAM2 ZAM3
ZAM4 ZAM5
ZAM6 Z3A
Si 26,89
19,66 19,44
15,61 18,14
11,43 18,18
Al 7,80
4,13 5,98
7,19 6,13
5,19 13,52
Na 0,67
3,60 2,17
5,12 2,19
2,53 11,30
K 3,68
- 1,23
- 0,36
- 0,33
Mg 0,44
- 0,03
- -
- 1,79
Ca 1,71
- -
- 0,01
- 0,25
Ba 0,30
- 0,03
- -
- 0,39
Fe 1,51
- 0,51
- -
- 1,03
S 0,02
- -
- 0,16
2,57 0,01
Cl 0,06
- 0,29
0,16 0,10
- 0,06
SiAl 3,45
4,76 3,25
2,17 2,96
2,20 1,34
Keterangan : ZA = zeolit alam, ZAM2 = zeolit alam Modifikasi 2, ZAM3 = zeolit alam Modifikasi 3, ZAM4 = zeolit alam Modifikasi 4, ZAM5 = zeolit alam Modifikasi 5, ZAM6 = zeolit alam
Modifikasi 6, dan Z3A = zeolit sintetis 3A Lampiran 2.
36
Penyebab tidak terjadinya penurunan rasio SiAl dalam sampel ZAM2 kemungkinan disebabkan oleh sebagian sumber Al yang ditambahkan masih
belum bereaksi, sehingga rasio SiAl belum dapat diturunkan. Namun, secara keseluruhan komposisi yang diharapkan dari zeolit alam hasil modifikasi masih
belum dapat menyamai komposisi kimia zeolit sintetis Z3A. Luas permukaan, volume, dan diameter pori sampel zeolit diukur menggunakan peralatan Pore Size
Distribution Analyzer. 4.1.2.3 Pengukuran distribusi pori zeolit
Pore Size Distribution Analysis PSDA merupakan metode pengukuran distribusi ukuran pori zeolit yang berhubungan dengan luas permukaan, volume
pori, dan diameter pori. Distribusi ukuran pori adalah kelimpahan relatif dari masing-masing ukuran pori yang mewakili merepresentasikan volume dari
adsorben Nimmo 2004. Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa kapasitas adsorpsi dan absorbsi dari zeolit berbanding lurus dengan luas permukaan,
volume pori, dan diameter pori. Luas permukaan dari sampel zeolit yang digunakan ditentukan berdasarkan adsorpsi isotermis menggunakan metode
Brunauer, Emmett, Teller BET Condon 2006. Kurva standar hasil pengukuran luas permukaan menggunakan metode BET dapat dilihat pada
Lampiran 3. Luas permukaan zeolit sangat berpengaruh terhadap kemampuan zeolit sebagai adsorben dan dessicant maupun sebagai katalis. Jika luas
permukaan zeolit semakin besar, maka kemampuan zeolit untuk menyerap senyawa-senyawa lain akan semakin baik. Hal ini disebabkan oleh permukaan
interaksi yang lebih luas. Jika digunakan sebagai katalis, maka reaksi yang terjadi akan semakin cepat.
Begitu juga dengan volume pori, semakin besar volume pori, maka akan semakin besar daya tampung dari senyawa-senyawa yang akan terjerap dalam
pori-pori zeolit. Diameter pori zeolit akan mempengaruhi selektifitas zeolit terhadap molekul-molekul mana yang akan masuk ke dalam rongga zeolit dan
mana yang akan ditolak. Semakin kecil diameter pori, maka proses pemisahan menggunakan sifat zeolit akan semakin selektif. Berkaitan dengan diamater pori,
apabila diameter pori semakin besar, maka akan semakin banyak senyawa- senyawa yang dapat masuk dan melewati pori-pori zeolit. Sebaliknya, semakin
37
kecil diameter pori dari suatu zeolit, maka zeolit tersebut akan semakin selektif dalam menyerap ataupun meloloskan zat-zat yang akan masuk ke dalam pori-pori
zeolit. Selain itu, diameter pori zeolit juga dapat digunakan untuk menentukan golongan ataupun klasifikasi dari sampel zeolit sebagai material berpori.
Physisorption adsorpsi secara fisik digunakan untuk menentukan kemampuan adsorpsi dari zeolit, baik zeolit alam, yang dimodifikasi, maupun
zeolit sintetis 3A. Proses sorpsi yang terjadi pada zeolit merupakan adsorpsi secara fisik physisorption dimana struktur elektron dari molekul zeolit tidak
terganggu pada saat proses adsorpsi. Hasil analisis distribusi ukuran pori dan luas permukaan terhadap zeolit yang diberi perlakuan asam ZAA, zeolit hasil
realuminasi ZAM1, zeolit hasil aluminasi langsung ZAM2, ZAM3, ZAM4, ZAM5, ZAM6 dan zeolit sintetis 3A dapat dilihat pada Tabel 9. Peralatan yang
digunakan dalam proses pengukuran distribusi ukuran pori adalah Autosorb-6. Tabel 9 Hasil analisis karakteristik pori zeolit
Sampel Jenis analisis
zeolit Luas permukaan m
2
g
a
Volume pori cm
3
g
b
Diameter pori Å
c
Z3A 333
1,73 x 10
-1
13,4 ZA
32 1,44 x 10
-2
17,4 ZAA
54 2,22 x 10
-2
17,4 ZAM1
65 2,55 x 10
-2
17,6 ZAM2
6 2,56 x 10
-3
18,0 ZAM3
9 3,29 x 10
-3
18,2 ZAM4
8 3,25 x 10
-3
17,8 ZAM5
17 7,17 x 10
-3
17,8 ZAM6
10 4,52 x 10
-3
17,6
Keterangan : a = Metode BET Brunauer, Emmett Teller, b = Metode Horvath-Kawazoe, c = Metode Dubinin-Astakhov
Berdasarkan data distribusi pori yang terdapat pada Tabel 9, luas permukaan zeolit sintetis masih lebih tinggi dibandingkan dengan zeolit alam ZA dan zeolit
alam hasil modifikasi ZAM. Proses modifikasi menyebabkan terjadinya penurunan volume pori dan luas permukaan zeolit. Berdasarkan data tersebut,
maka dapat dijelaskan bahwa luas permukaan dan volume pori zeolit setelah proses modifikasi menjadi lebih kecil dibandingkan dengan zeolit asal zeolit
alam tanpa modifikasi. Diameter pori sebelum dan setelah modifikasi tidak terjadi perubahan yang signifikan, artinya ukuran pori zeolit hasil modifikasi
masih mendekati ukuran pori sampel zeolit alam.
38
Jika dibandingkan antara diameter pori dari sampel zeolit terhadap kategori distribusi ukuran pori menurut IUPAC, maka keseluruhan sampel zeolit yang
digunakan baik zeolit alam, zeolit alam modifikasi, dan zeolit sintetis 3A dapat digolongkan ke dalam kelompok mikroporos.
Klasifikasi distribusi ukuran pori berdasarkan konsep fisisorpsi dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Klasifikasi distribusi ukuran pori IUPAC 1985 Klasifikasi
Rentang diameter pori nm
Rentang diameter pori µm
Rentang diameter pori Å
Mikroporos d 2.0
d 0.002 d 20
Mesoporos 2 d 50
0.002 d 0.05 20 d 500
Makroporos d 50
d 0.05 d 500
Pada kasus dehidrasi bioetanol, luas permukaan dan volume pori berpengaruh terhadap kemampuan adsorpsi zeolit terhadap molekul-molekul air
yang terkandung dalam campuran etanol-air. Semakin besar luas permukaan, maka akan semakin besar kemampuannya untuk berinteraksi dan berikatan
dengan molekul-molekul air dalam bioetanol. Begitu juga dengan volume pori yang besar akan mampu menampung lebih banyak molekul-molekul air yang
terjerap dalam pori-pori zeolit. Pada proses dehidrasi bioetanol, diharapkan bahwa pori-pori zeolit yang terbaik adalah yang memiliki ukuran pori yang paling kecil
yang tentunya disesuaikan dengan ukuran molekul air dan bioetanol yang akan dipisahkan.
4.1.3.2 Difraksi sinar-X XRD Pola difraksi sinar X merupakan tipikal “fingerprint” yang digunakan untuk
menentukan kemurnian sampel, derajat kristalinitas, atau ukuran dari unit sel dari suatu zeolit. Penentuan derajat kristalinitas hanya mungkin dilakukan melalui
perbandingan sampel dengan bahan standar. Melalui metode ini dapat juga dideteksi kerusakan struktur zeolit akibat proses modifikasi seperti pertukaran ion,
steaming, ataupun akibat kalsinasi Pfeninger 1999. Berdasarkan hasil analisis menggunakan XRD, maka diperoleh pola difraksi
sinar X sampel zeolit alam dan zeolit hasil modifikasi seperti yang terlihat pada Gambar 13. Dari pola difraksi sinar X yang ada dan dibandingkan dengan pola
difraksi sinar-X standar beberapa sampel zeolit, maka diduga bahwa sampel zeolit alam yang digunakan pada penelitian ini merupakan campuran jenis klinoptilolit,
39
mordenit, gismondin, dan filipsit. Berdasarkan Gambar 13, sampel zeolit yang telah dimodifikasi menggunakan sumber aluminium Al
2
O
3
, AlNO
3 3
, dan tawas sudah mengarah kepada pembentukan struktur zeolit A.
Keterangan : Z3A = Zeolit 3A Sintetis, ZA = zeolit alam, ZAM2 sampai ZAM6 = zeolit
alam modifikasi 2 sampai 6 ada di metode, = Faujasit, = Heulandit, = Natrolit, = Epistilbit,
= Linde L, = Mordenit, = Filipsit, = Linde A, = Gismondin, = Stilbit, = Laumontit .
Gambar 13 Pola difraksi sinar-X sampel zeolit. Sampel zeolit yang mengarah pada pembentukan zeolit A, didasarkan pada
pola difraksi sinar-X yang ditampilkan di Gambar 13 yang dicocokkan dengan
SiO
2
SiO
2
SiO
2
SiO
2
Z3A
ZA
ZAM2
ZAM3
ZAM4
ZAM5
ZAM6
SiO
2
40
sumber data pola difraksi sinar-X dari software JCPDS Joint Committee on Powder Diffraction Standards, serta koleksi pola difraksi sinar-X dari Treacy
Higgins 2007. Data selengkapnya mengenai intensitas relatif dalam bentuk persentase pada masing-masing 2θ derajat dapat dilihat pada pada Tabel 11.
Tabel 11 Intensitas relatif sampel zeolit pada masing-masing 2θ derajat
Z3A ZA
ZAM2 ZAM3
ZAM4 ZAM5
ZAM6 FAU
10,0022,6; 11,6916,0;
15,4356,8; 18,4222,6;
23,3197,5; 23,5823,6;
29,2129,2 -
- -
- -
23,3154,2; 23,8654,2;
31,9883,1; 32,5045,8
PHI -
22,4079,4; 27,7865,6;
28,12100 12,5825,5;
17,6636,3; 27,8468,6;
28,12100; 28,5434,3;
30,8627,5 12,4051,5;
16,4820,1; 17,5225,1;
27,7865,6 -
17,5243,1; 27,7893,8;
29,0043,5; 30,5284,6
21,96100; 27,8489,8;
30,9650,9; 32,6245,8
GIS -
17,0014,0; 19,6827,7;
21,0328,3; 22,0262,9;
26,3542,4; 26,7264,0;
28,5020,9 -
- -
19,7846,1; 21,0349,7;
26,7285,0; 28,0269,3
-
HEU 22,4922,1;
32,0144,7; 26,68100;
33,6445,2 9,8855,6;
22,3473,0; 22,8239,9;
25,7276,2; 29,0817,2;
29,5256,2; 29,9028,2;
32,0119,5 -
- -
17,3634,3; 22,3462,4;
22,7248,0; 24,0476,8;
25,7271,9; 25,9651,3;
26,6891,5; 29,5152,3;
29,9064,7 22,4976,3;
23,9642,4; 34,0059,3;
35,5437,3
LTA -
- 21,7233,3;
27,1830,4; 30,9024,5
21,7227,4; 27,1843,5;
30,9024,3; 46,0217,6
- 7,2031,1;
20,4653,3; 24,0476,8;
24,0447,5; 32,6245,8;
34,2628,8; 46,0228,8
MOR -
13,4523,7; 15,3014,4;
27,8759,1; 30,8921,9
17,5929,4; 25,6625,5;
28,2866,7 24,5419,2;
27,8793,7; 28,2847,9
- 13,8363,7;
23,6453,6; 27,6787,3
19,8857,6; 23,6476,3;
31,0847,5 NAT
20,1435,7; 30,2633,7;
30,3545,7; 30,9894,5;
34,2222,1;
40,8219,6 -
12,5034,3; 26,9831,4;
28,8826,5; 29,8028,4
- 21,4822,7;
24,40100; 30,0031,0;
30,5029,3 24,4047,4;
30,2671,6; 30,48100
20,1650,9; 27,4454,2;
27,7089,8; 31,2242,4;
36,6433,9
Keterangan : Angka di dalam kurung merupakan intensitas relatif , sedangkan angka di luar kurung merupakan sudut 2θ derajat, Z3A = zeolit sintetis, ZA = zeolit alam, ZAM2 sampai
ZAM6 = zeolit alam modifikasi 2 sampai 6 ada di metode, FAU = faujasit, PHI = filipsit, GIS = gismondin, HEU = heulandit, LTA = linde type A, MOR = mordenit, dan NAT = natrolit.
Jika memperhatikan pola difraksi sinar-X Gambar 13 dan data pada Tabel 11, serta mencocokkan dengan data difraksi standar, terlihat bahwa struktur yang
mengarah pada pembentukan zeolit A Linde Type A dimiliki oleh ZAM2, ZAM3, ZAM5, dan ZAM6. Zeolit A yang terbentuk masih bercampur dengan
41
zeolit-zeolit lain seperti klinoptilolit HEU, natrolit NAT, gismondin GIS, filipsit PHI, maupun mordenit MOR. ZAM2 merupakan campuran jenis zeolit
filipsit PHI, natrolit NAT, Linde type A LTA, dan mordenit MOR. ZAM3 merupakan campuran antara filipsit PHI, Linde type A LTA, dan mordenit
MOR. Struktur ZAM4 merupakan natrolit NAT. ZAM5 merupakan campuran zeolit filipsit PHI, gismondin GIS, heulandit HEU, Linde type A LTA,
mordenit MOR, dan natrolit NAT. Sementara itu, jenis zeolit yang terdapat dalam sampel ZAM6 merupakan campuran antara Na-X FAU, filipsit PHI,
klinoptilolit HEU, Linde type A LTA, mordenit MOR, dan natrolit NAT, sedangkan zeolit sintetis yang digunakan diduga merupakan campuran antara Na-
X FAU, klinoptilolit HEU dan natrolit NAT. Kisi kristal merupakan pola geometri dari susunan atom-atom di dalam
suatu kristal. Kisi kristal mencirikan sel satuan pembentuk suatu kristal. Zeolit jenis mordenit MOR dan natrolit NAT memiliki bentuk geometri ortorombik,
filipsit PHI, klinoptilolit HEU, dan gismondin GIS berbentuk monoklinik, sedangkan jenis zeolit faujasit Na-X FAU dan Linde type A LTA memiliki
pola geometri kubik Treacy Higgins 2007; He 2009. 4.1.3.3 Scanning Electron Microscopy SEM
Pengamatan terhadap tekstur, ukuran, susunan partikel dan bentuk permukaan kristal sampel zeolit dapat dilakukan menggunakan scanning electron
microscopy SEM. Gambar 14 menunjukkan foto mikro sampel zeolit alam dan zeolit sintetis 3A.
Gambar 14 Foto mikro sampel zeolit alam dan zeolit 3A. Berdasarkan hasil scanning menggunakan SEM, maka diperoleh gambaran
mengenai morfologi dari zeolit alam ZA, dan Zeolit sintetis 3A. Hasil
42
pengukuran partikel, ukuran unit terkecil sampel ZA dan Z3A berturut-turut adalah 2,795
μm p,l dan 2,236 μm p,l. Hasil foto dengan pembesaran 1000x, terlihat bahwa bentuk permukaan zeolit alam berbeda dengan zeolit sintetis 3A
yang menjadi target dari proses modifikasi sampel zeolit alam. Zeolit 3A terlihat berbentuk bulatan-bulatan dengan ukuran yang dapat dikatakan seragam,
sedangkan zeolit alam masih kelihatan berbentuk gumpalan yang tidak teratur. Ukuran partikel terkecil dari sampel zeolit yang dimodifikasi ZAM2, dan ZAM3
berturut-turut adalah 2,865 μm {panjang p, lebarl}; 2,292 μm p,l. Gambar 15
menunjukkan bentuk permukaan sampel zeolit alam modifikasi 2 dan 3.
Gambar 15 Foto mikro sampel zeolit alam modifikasi 2 dan 3. Zeolit alam modifikasi 2 dan 3 disintesis dari bahan dengan sumber alumina
yang sama yaitu Al
2
O
3
, namun berbeda pada tahapan proses modifikasi. Percobaan yang dilakukan menggunakan sumber alumina AlNO
3 3
, bentuk permukaan sampel zeolit terlihat lebih teratur jika dibandingkan dengan zeolit
alam modifikasi lainnya. Gambar mikro ketiga sampel zeolit dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Foto mikro sampel zeolit alam modifikasi 4, 5, dan 6. Bentuk permukaan zeolit alam modifikasi 5 dan 6 tidak berbeda satu sama
lainnya. Berdasarkan foto mikro ZAM, bentuk permukaan sampel ZAM5 dan ZAM6 tidak begitu berbeda. Hal in disebabkan karena sumber alumina yang