BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Agustus 2011.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sebagai berikut:
1. Buku Rencana Kerja Tahunan KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II
Jawa Timur 2.
Buku Rencana Jangka Panjang KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
3. Buku Rencana Operasional KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur
3.3 Analisis Data
Studi kelayakan usaha yang dilakukan berdasarkan analisis finansial, dengan menggunakan analisis aliran kas dari biaya dan pendapatan yang telah
didiskonto atau Discounted Cash Flow DCF yang menggunakan tiga kriteria yaitu NPV, BCR dan IRR berdasarkan kegiatan pengelolaan Jati Plus Perhutani
JPP KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Agustus Adapun penjelasan mengenai tiga kriteria yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Net Present Value NPV
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih. Formulanya adalah sebagai
berikut:
Dimana: NPV
= Net Present Value Bt
= Pendapatan kotor pada tahun ke-t Ct
= Biaya pada tahun ke-t n
= Umur ekonomis dari suatu proyek i
= Suku bunga yang berlaku Apabila NPV 0, maka proyek dinilai menguntungkan untuk dijalankan.
Namun bil a NPV ≤ 0, maka proyek dinilai tidak menguntungkan untuk
dijalankan kadariah et al 1999.
2. Benefit Cost Ratio BCR
Metode ini menghitung rasio antara nilai sekarang pendapatan kotor dengan nilai sekarang biaya. Formulanya adalah sebagai berikut:
Dimana: BCR = Benefit Cost Ratio
Bt = Pendapatan kotor pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
n = Umur ekonomis dari suatu proyek
i = Suku bunga yang berlaku
Suatu proyek dapat dilaksanakan apabila memiliki nilai BCR 1. Namun bila BCR ≤ 1, maka proyek dinilai tidak menguntungkan untuk dijalankan
Kadariah et al 1999.
3. Internal Rate of Return IRR
Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai investasi sekarang investasi dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-
masa mendatang. Menurut Kadariah et al 1999, IRR adalah nilai faktor diskonto i yang membuat NPV sama dengan nol. Pendekatan untuk
menghitung IRR yaitu:
Dimana: IRR
= Internal Rate of Return NPV
+
= NPV bernilai positif NPV
-
= NPV bernilai negatif i
+
= suku bunga yang membuat NPV positif i
-
= suku bunga yang membuat NPV negatif Jika IRR dari suatu proyek sama dengan tingkat suku bunga, maka NPV dari
proyek tersebut sama dengan nol. Jika IRR ≥ tingkat suku bunga, maka proyek layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya.
3.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis yang menguji secara sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi
kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Skenario yang digunakan pada analisis sensitivitas pada pengelolaan Jati
Plus Perhutani JPP di KPH Bojonegoro Unit II Jawa Timur, sebagai berikut: 1.
Apabila terjadi kenaikan biaya total pengelolaan Jati Plus Perhutani JPP sebesar 10
2. Apabila terjadi penurunan harga pasar log Jati sebesar 10
3.5 Asumsi dan dasar perhitungan yang digunakan
1. Harga jual log jati berasal dari Harga jual dasar kayu bundar jati tahun 2011
Perum Perhutani 2011 dengan hasil log penjarangan I diasumsikan sortimen AI pertama, hasil log penjarangan II diasumsikan sortimen AII utama dan
hasil penebangan diasumsikan AII utama 2.
Analisis finansial dihitung dalam jangka waktu pengelolaan 20 tahun mulai tahun 2007 sampai 2027.
3. Data biaya pengelolaan tanaman JPP untuk kegiatan yang telah dilaksanalan
di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur bersumber dari Rencana Operasional di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II pada tahun
2007 4.
Data biaya pengelolaan kawasan tanaman JPP di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur bersumber dari laporan sub sistem keuangan
KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II pada tahun 2007
5. Biaya angkutan hasil penjarangan I, penjarangan II dan hasil penebangan
berdasarkan perjanjian angkutan produksi kayu tahun 2011 6.
Suku bunga yang digunakan dalam analisis kelayakan investasi adalah 10 suku bunga kredit bank BNI bulan Juni 2011.
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI
4.1 Letak Geografis dan Luas
Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro memiliki luas wilayah 50.145,4 hektar. Secara administratif wilayah KPH Bojonegoro seluruhnya berada di
Kabupaten Bojonegoro. Berdasarkan penggunaannya KPH Bojonegoro terdiri dari areal produksi dan non produksi dengan pembagian sebagai berikut:
1. Areal efektif untuk produksi luasnya 47.479,3 Hektar 94,68 dari areal
kerja terdiri dari:
a. Areal produksi jati 45.447,8 hektar.
b. Bukan untuk produksi kayu jati 2.031,5 hektar.
2. Areal yang bukan untuk produksi luasnya 2.666,1 Hektar yang terdiri dari
alur, jalan, perumahan dinas dan bangunan lainnya, serta di dalamnya termasuk areal Hutan Lindung seluas 1.050,4 Hektar 2,09 dari areal
kerja Perhutani 2009.
Tabel 1 Posisi KPH Bojonegoro berdasarkan geografis, administrasi, pemerintahan, wilayah pemangkuan hutan, daerah aliran sungai, dan
batas wilayah.
Uraian Keterangan
Geografis 4°54’0” – 5°16’42” BT
7°10’38” – 7°27’58” LS Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur
Wilayah Pemangkuan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Bojonegoro
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Daerah Aliran Sungai DAS
Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Batas Wilayah :
- Sebelah Utara Kota Kabupaten Bojonegoro
- Sebelah Timur KPH Jombang
- Sebelah Selatan KPH Saradan dan KPH Nganjuk
- Sebelah Barat KPH Padangan
Sumber : Public Summary KPH Bojonegoro Tahun 2009