Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

(1)

PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

MELDA RIANITA ARUAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Di bimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO

Perhutani adalah pengelola hutan negara di pulau Jawa. Hutan yang dikelola tersebut adalah hutan tanaman dengan tanaman utamanya jati (Tectona grandis Linn. f). Gangguan hutan akibat pencurian adalah gangguan yang paling sering terjadi dan paling terasa akibatnya. Jumlah pencurian kayu yang terjadi dalam lingkup perhutani sangat besar. Jumlah pencurian kayu tersebut dapat mengurangi panjang daur sehingga dirasakan perlu diadakan kajian tentang panjang daur yang telah ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan daur finansial yang tepat dengan memperhitungkan faktor pencurian pada tegakan jati. Penentuan daur optimal yang dilakukan dalam penelitian ini dihitung dari segi biaya pengelolaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan serta memasukkan pencurian kayu sebagai faktor pengganggunya.

Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan April 2007. Bahan yang diperlukan adalah Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) jangka 2002-2011, Harga jual kayu jati, Biaya pengelolaan hutan, Jumlah penjualan kayu jati, dan Letter A (LA) yang memuat laporan kejadian gangguan hutan. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Alat hitung komputer (Microsoft Excel), Kalkulator dan Tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Data pencurian digunakan untuk menghitung nilai reliability dan nilai ini digunakan untuk menduga berapa persen volume kayu yang akan kita panen nantinya dari volume normal. Penentuan daur optimal menggunakan formulasi sebagai berikut:

max NPV = max ⎢⎣⎥⎦T H

[ V(T) pe− r T - c] R yaitu NPV untuk hutan dalam kondisi aman, dan

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r Te

β

αT

- c] R , yaitu NPV untuk hutan terkena gangguan pencurian. Penghitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2 %, luas produktif 26.187,2 Ha, dan biaya pengelolaan hutan untuk semua kegiatan dalam satu daur adalah Rp/Ha 3.120.368,442.

Dalamkondisi aman,Nilai NPV maksimum untuk bonita 2 sebesar Rp 13.945.263.658 yang terjadi pada daur 35 tahun, untuk bonita 2,5 sebesar Rp 16.312.019.960 yang terjadi pada daur 36 tahun, untuk bonita 3 sebesar Rp 19.190.789.273 yang terjadi pada daur 35 tahun, dan untuk bonita 3,5 sebesar Rp 22.866.817.256 yang terjadi pada daur 36 tahun. Untuk kondisi terkena gangguan pencurian, nilai NPV maksimum untuk bonita 2 Rp 13.927.596.471 yang terjadi pada daur 35 tahun, bonita 2,5 Rp 16.285.863.366 yang terjadi pada daur 36 tahun, bonita 3Rp 19.153.391.250 dan yang terjadi pada daur 35 tahun dan bonita 3,5 Rp 22.808.995.927 yang terjadi pada daur 36 tahun.

Pencurian yang terjadi di KPH Bojonegoro masih terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi NPV dan daur optimal. Perbedaan daur optimal yang ditemukan dalam penelitian ini sangat berbeda jauh dengan daur yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani untuk KPH Bojonegoro. Berdasarkan penelitian ini, daur yang optimal adalah 35 dan 36 tahun, dan daur KPH Bojonegoro adalah 60 tahun.


(3)

Rotation by Effect of Illegal Logging in KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II East Java.

Under Supervision of SUDARSONO SOEDOMO

Perhutani is a national State owned enterprise that manage state forests in Java. The forest managed by the company is even-aged forest with teak (Tectona grandis Linn.f ) as its main stands. The main problem that takes place most frequently and causes the greatest loss is illegal logging. The volume of timber lost through illegal logging can decrease rotation length that necessitates the implementation of review of existing rotation length. Determination of optimum rotation implemented in this research is calculated based on management cost and income of the company with the inclusion of illegal logging as intrusion factor.

This research was held in KPH Bojonegoro at April 2007. Component needed in this research are Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) a period of 2002-2011, the price of teak timber, management cost, the total of teak timber sold, and Letter A (LA) that includs of intrusion factor. Data of illegal logging is used to calculate the realibility value. This value is used to estimate the percentage of timber volume to be harvested compared to normal volume. Determination of optimum rotation uses the following formulation:

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r T - c] R ,which is NPV for forest under safe condition

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r Te−αTβ - c] R, which is NPV for forest with illegal logging

as its intrusion factor. The calculation of NPV uses interest rate of 2%, productive area 26,187.2 ha, and forest management cost for all activities in one rotation is Rp/Ha 3,120,368.442.

Under safe condition, maximum NPV value for side class 2 is Rp 13,945,263,658 which takes place in a 35 year rotation, maximum NPV value for side class 2.5 is Rp 16,312,019,960 which takes place in a 36 year rotation, maximum NPV value for side class 3 is Rp 19,190,789,273 which takes place in a 35 year rotation, maximum NPV value for side class 3.5 is Rp 22,866,817,256 which takes place in a 36 year rotation. For forest with illegal logging as its intrusion factor, maximum NPV value for side class 2 is Rp 13,927,596,471 which takes place in a 35 year rotation, side class 2.5 Rp 16,285,863,366 which takes place 36 year rotation, side class 3 Rp 19,153,391,250 which takes place 35 year rotation and for side class 3.5 Rp 22,808,995,927 which takes place 36 year rotation.

Illegal logging that takes place in KPH Bojonegoro is still too small to be able to affect NPV and optimum rotation. The optimum rotation determined under this research differs greatly from the optimum rotation determined by Perum Perhutani for KPH Bojonegoro. Based on this research, the optimum rotation is 35 and 36 years, whereas the optimum rotation of KPH is 60 years.


(4)

Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan timggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2007

Melda Rianita Aruan NRP E14103041


(5)

Judul Skripsi : Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Nama : Melda Rianita Aruan

NIM : E 14103041

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS NIP : 130 813 798

Mengetahui :

Plh. Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr.Ir. Fauzi Febrianto, MS NIP. 131 849 386


(6)

PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

MELDA RIANITA ARUAN E14103041

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur buat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-NYA yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.”

Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS atas arahan, bimbingan dan kesabarannya selama peneliti menyelesaikan tugas skripsi ini. Te-rimakasih juga atas segala dukungan baik materi maupun semangatnya dan ter-utama buat dukungan doa dari keluarga besar Aruan, Lubis dan semua teman-teman dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini jauh dari sempurna sehingga peneliti menerima saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2007

Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dolok Merawan, Sumatera Utara pada tanggal 26 September 1985 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Maralo Aruan dan Emmi Martha Lubis.

Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU RK Budi Mulia Pematangsiantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB di bagian Komisi Kesenian yakni pernah menjabat sebagai sekretaris tahun 2005-2006. Selain itu pernah juga menjabat Panitia Festival Seni PMK IPB tahun 2005 dan 2006, dan Panitia Temu Manager (TM) Departemen Manajemen Hutan tahun 2005. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dibimbing oleh Dr.Ir. Sudarsono Soedomo MS.


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur buat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-NYA penulis boleh menyelesaikan tugas skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu diperlukan saran dan kritik untuk memperbaiki skripsi ini. Dalam penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak M. Aruan, Mama E.M. br Lubis, Kakak R. Frenty Aruan S.S, Adikku H. Ellys Aruan dan July D.T Aruan yang telah memberikan doa, harapan, motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual

2. Dr. Ir. Sudarsono Soedomo selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini

3. Ir. Jajang Suryana,MS dan Ir. Arzyana Sunkar,MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji

4. Tulang Dj Lubis, Nantulang N br Panjaitan dan Lukas yang telah menjadi keluarga besarku di Bogor

5. Ompung K.Lubis dan T br Tambunan yang selalu memberikan semangat dan doa

6. Bapak Gangga Permana (MNH 22), mbak Nurul I (MNH39), Pihak KPH Bojonegoro (Pak Tamin, Pak Heri, Pak Nasik, Mas Heri, Mas Eko dan Mas Agus) atas bantuannya selama peneliti mengumpulkan data

7. Sahabat-sahabatku: Elly Silalahi STP, Endang Purba SP, Karinamia Berutu SPi, Yermianthika Siburian SE, Sari Sihombing, Yanti Marbun, Maris Sipayung Amd, David Hutabarat

8. Saudaraku di Manajemen Hutan 40: Novita D.A, Shinta D.W, Fheny F.L, Ika S, Elza H, Asri G, Navalita R, Maya , Vivi S.Hut, Edy S. S.Hut, Azis H. S.Hut, Aris S.Hut, M. Setyawan,Faery K,Ubaidillah, mbak Desi S.Hut (MNH39) dan MNH40 yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu 9. Teman-teman di Budidaya Hutan 40: Yulistia W. S.Hut, Fitri, Bintang,

Desman, Devianto, Adan, Nenih, Novi, Noviah, Wulan, dan BDH40 yang lainnya


(10)

10. Teman-teman di Hasil Hutan: Ina Rita S.Hut, Cecep, Pury, Yeyet, Ruslia, Listya S.Hut, Freddy, Sahat, Hotman, Wahyudi, Sandrio, dan THH 40 yang lainnya.

11. Teman-teman di KSH40: Elsi, Gunawan, Adhe, Yohanes, Tyas, Reren an KSH 40 yang lainnya

12. Clara, Lastri, Claudia, Ayu, Nano, yang telah membantu dalam persiapan sidang

13. Teman-teman di Komisi Kesenian UKM PMK IPB dan di IKANMASS IPB

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.


(11)

PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

MELDA RIANITA ARUAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Di bimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO

Perhutani adalah pengelola hutan negara di pulau Jawa. Hutan yang dikelola tersebut adalah hutan tanaman dengan tanaman utamanya jati (Tectona grandis Linn. f). Gangguan hutan akibat pencurian adalah gangguan yang paling sering terjadi dan paling terasa akibatnya. Jumlah pencurian kayu yang terjadi dalam lingkup perhutani sangat besar. Jumlah pencurian kayu tersebut dapat mengurangi panjang daur sehingga dirasakan perlu diadakan kajian tentang panjang daur yang telah ada.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan daur finansial yang tepat dengan memperhitungkan faktor pencurian pada tegakan jati. Penentuan daur optimal yang dilakukan dalam penelitian ini dihitung dari segi biaya pengelolaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan serta memasukkan pencurian kayu sebagai faktor pengganggunya.

Penelitian ini dilaksanakan di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan April 2007. Bahan yang diperlukan adalah Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) jangka 2002-2011, Harga jual kayu jati, Biaya pengelolaan hutan, Jumlah penjualan kayu jati, dan Letter A (LA) yang memuat laporan kejadian gangguan hutan. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Alat hitung komputer (Microsoft Excel), Kalkulator dan Tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Data pencurian digunakan untuk menghitung nilai reliability dan nilai ini digunakan untuk menduga berapa persen volume kayu yang akan kita panen nantinya dari volume normal. Penentuan daur optimal menggunakan formulasi sebagai berikut:

max NPV = max ⎢⎣⎥⎦T H

[ V(T) pe− r T - c] R yaitu NPV untuk hutan dalam kondisi aman, dan

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r Te

β

αT

- c] R , yaitu NPV untuk hutan terkena gangguan pencurian. Penghitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2 %, luas produktif 26.187,2 Ha, dan biaya pengelolaan hutan untuk semua kegiatan dalam satu daur adalah Rp/Ha 3.120.368,442.

Dalamkondisi aman,Nilai NPV maksimum untuk bonita 2 sebesar Rp 13.945.263.658 yang terjadi pada daur 35 tahun, untuk bonita 2,5 sebesar Rp 16.312.019.960 yang terjadi pada daur 36 tahun, untuk bonita 3 sebesar Rp 19.190.789.273 yang terjadi pada daur 35 tahun, dan untuk bonita 3,5 sebesar Rp 22.866.817.256 yang terjadi pada daur 36 tahun. Untuk kondisi terkena gangguan pencurian, nilai NPV maksimum untuk bonita 2 Rp 13.927.596.471 yang terjadi pada daur 35 tahun, bonita 2,5 Rp 16.285.863.366 yang terjadi pada daur 36 tahun, bonita 3Rp 19.153.391.250 dan yang terjadi pada daur 35 tahun dan bonita 3,5 Rp 22.808.995.927 yang terjadi pada daur 36 tahun.

Pencurian yang terjadi di KPH Bojonegoro masih terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi NPV dan daur optimal. Perbedaan daur optimal yang ditemukan dalam penelitian ini sangat berbeda jauh dengan daur yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani untuk KPH Bojonegoro. Berdasarkan penelitian ini, daur yang optimal adalah 35 dan 36 tahun, dan daur KPH Bojonegoro adalah 60 tahun.


(13)

Rotation by Effect of Illegal Logging in KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II East Java.

Under Supervision of SUDARSONO SOEDOMO

Perhutani is a national State owned enterprise that manage state forests in Java. The forest managed by the company is even-aged forest with teak (Tectona grandis Linn.f ) as its main stands. The main problem that takes place most frequently and causes the greatest loss is illegal logging. The volume of timber lost through illegal logging can decrease rotation length that necessitates the implementation of review of existing rotation length. Determination of optimum rotation implemented in this research is calculated based on management cost and income of the company with the inclusion of illegal logging as intrusion factor.

This research was held in KPH Bojonegoro at April 2007. Component needed in this research are Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) a period of 2002-2011, the price of teak timber, management cost, the total of teak timber sold, and Letter A (LA) that includs of intrusion factor. Data of illegal logging is used to calculate the realibility value. This value is used to estimate the percentage of timber volume to be harvested compared to normal volume. Determination of optimum rotation uses the following formulation:

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r T - c] R ,which is NPV for forest under safe condition

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r Te−αTβ - c] R, which is NPV for forest with illegal logging

as its intrusion factor. The calculation of NPV uses interest rate of 2%, productive area 26,187.2 ha, and forest management cost for all activities in one rotation is Rp/Ha 3,120,368.442.

Under safe condition, maximum NPV value for side class 2 is Rp 13,945,263,658 which takes place in a 35 year rotation, maximum NPV value for side class 2.5 is Rp 16,312,019,960 which takes place in a 36 year rotation, maximum NPV value for side class 3 is Rp 19,190,789,273 which takes place in a 35 year rotation, maximum NPV value for side class 3.5 is Rp 22,866,817,256 which takes place in a 36 year rotation. For forest with illegal logging as its intrusion factor, maximum NPV value for side class 2 is Rp 13,927,596,471 which takes place in a 35 year rotation, side class 2.5 Rp 16,285,863,366 which takes place 36 year rotation, side class 3 Rp 19,153,391,250 which takes place 35 year rotation and for side class 3.5 Rp 22,808,995,927 which takes place 36 year rotation.

Illegal logging that takes place in KPH Bojonegoro is still too small to be able to affect NPV and optimum rotation. The optimum rotation determined under this research differs greatly from the optimum rotation determined by Perum Perhutani for KPH Bojonegoro. Based on this research, the optimum rotation is 35 and 36 years, whereas the optimum rotation of KPH is 60 years.


(14)

Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan timggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2007

Melda Rianita Aruan NRP E14103041


(15)

Judul Skripsi : Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Nama : Melda Rianita Aruan

NIM : E 14103041

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS NIP : 130 813 798

Mengetahui :

Plh. Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr.Ir. Fauzi Febrianto, MS NIP. 131 849 386


(16)

PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

MELDA RIANITA ARUAN E14103041

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur buat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-NYA yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.”

Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS atas arahan, bimbingan dan kesabarannya selama peneliti menyelesaikan tugas skripsi ini. Te-rimakasih juga atas segala dukungan baik materi maupun semangatnya dan ter-utama buat dukungan doa dari keluarga besar Aruan, Lubis dan semua teman-teman dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini jauh dari sempurna sehingga peneliti menerima saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2007

Penulis


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dolok Merawan, Sumatera Utara pada tanggal 26 September 1985 sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Maralo Aruan dan Emmi Martha Lubis.

Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU RK Budi Mulia Pematangsiantar dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB di bagian Komisi Kesenian yakni pernah menjabat sebagai sekretaris tahun 2005-2006. Selain itu pernah juga menjabat Panitia Festival Seni PMK IPB tahun 2005 dan 2006, dan Panitia Temu Manager (TM) Departemen Manajemen Hutan tahun 2005. Penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penentuan Daur Optimal dengan Faktor Pencurian Kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dibimbing oleh Dr.Ir. Sudarsono Soedomo MS.


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur buat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-NYA penulis boleh menyelesaikan tugas skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu diperlukan saran dan kritik untuk memperbaiki skripsi ini. Dalam penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak M. Aruan, Mama E.M. br Lubis, Kakak R. Frenty Aruan S.S, Adikku H. Ellys Aruan dan July D.T Aruan yang telah memberikan doa, harapan, motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual

2. Dr. Ir. Sudarsono Soedomo selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan saran selama penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini

3. Ir. Jajang Suryana,MS dan Ir. Arzyana Sunkar,MS yang telah bersedia menjadi dosen penguji

4. Tulang Dj Lubis, Nantulang N br Panjaitan dan Lukas yang telah menjadi keluarga besarku di Bogor

5. Ompung K.Lubis dan T br Tambunan yang selalu memberikan semangat dan doa

6. Bapak Gangga Permana (MNH 22), mbak Nurul I (MNH39), Pihak KPH Bojonegoro (Pak Tamin, Pak Heri, Pak Nasik, Mas Heri, Mas Eko dan Mas Agus) atas bantuannya selama peneliti mengumpulkan data

7. Sahabat-sahabatku: Elly Silalahi STP, Endang Purba SP, Karinamia Berutu SPi, Yermianthika Siburian SE, Sari Sihombing, Yanti Marbun, Maris Sipayung Amd, David Hutabarat

8. Saudaraku di Manajemen Hutan 40: Novita D.A, Shinta D.W, Fheny F.L, Ika S, Elza H, Asri G, Navalita R, Maya , Vivi S.Hut, Edy S. S.Hut, Azis H. S.Hut, Aris S.Hut, M. Setyawan,Faery K,Ubaidillah, mbak Desi S.Hut (MNH39) dan MNH40 yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu 9. Teman-teman di Budidaya Hutan 40: Yulistia W. S.Hut, Fitri, Bintang,

Desman, Devianto, Adan, Nenih, Novi, Noviah, Wulan, dan BDH40 yang lainnya


(20)

10. Teman-teman di Hasil Hutan: Ina Rita S.Hut, Cecep, Pury, Yeyet, Ruslia, Listya S.Hut, Freddy, Sahat, Hotman, Wahyudi, Sandrio, dan THH 40 yang lainnya.

11. Teman-teman di KSH40: Elsi, Gunawan, Adhe, Yohanes, Tyas, Reren an KSH 40 yang lainnya

12. Clara, Lastri, Claudia, Ayu, Nano, yang telah membantu dalam persiapan sidang

13. Teman-teman di Komisi Kesenian UKM PMK IPB dan di IKANMASS IPB

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

D. Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan ... 3

1. Pengertian Pertumbuhan ... 3

2. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ... 3

B. Riap ... 3

C. Model Pertumbuhan Tegakan ... 4

D. Daur ... 6

1. Daur Jati ... 6

2. Lamanya Daur ... 6

3. Macam Daur ... 7

E. Memilih Macam Daur ... 8

F. Pencurian Kayu ... 9

G. Hubungan Pencurian dengan Umur ... 10

H. Harga Jual Kayu Jati ... 11

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 12


(22)

Halaman

D. Metoda Pengolahan dan Analisis Data ... 12

E. Asumsi Dasar Perhitungan... 15 KEADAAN UMUM LOKASI

A. Letak Geografis dan Luas ... 16 B. Tanah dan Geologi ... 16 C. Iklim ... 17 D. Keadaan Hutan (Potensi, Jenis) ... 17 E. Ketenagakerjaan ... 18 F. Sosial Ekonomi dan Budaya Setempat ... 19 G. Bagian Hutan ... 20 H. Infrastruktur ... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Kurva Pertumbuhan ... 22 B. Perhitungan Kehilangan Tegakan ... 22 C. Biaya Pengelolaan ... 25 D. Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran ... 25 E. Penentuan daur Optimal ... 27 F. Insentif Menurunkan Daur ... 29 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 31 B. Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA ... 32


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tingkat Pengembangan Desa Pada Tiap Kecamatan di Sekitar

Wilayah Hutan KPH Bojonegoro ... 19 Tabel 2 Penyebaran Penduduk Desa di Sekitar Hutan ... 20 Tabel 3 Data Pencurian Kayu Jati Tahun 2005 dan Luas Areal per

Kelas Umur ... 22 Tabel 4 Proporsi Kehilangan Tegakan Jati akibat Pencurian untuk Setiap Kelas Umur ... 23 Tabel 5 Nilai Tegakan yang Tersisa (Re) untuk setiap Umur ... 24 Tabel 6 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan Jati KPH Bojonegoro ... 25 Tabel 7 Prosentase Produksi Tebang Habis Jati per Sortimen dan Harga Jual Tertimbang per Kelas Umur (KU) ... 26 Tabel 8 Umur Tebang Rata-rata (UTR) per Bagian Hutan (BH) ... 39


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Pertumbuhan Volume Tegakan ... 5 Gambar 2 Pertumbuhan Harga Jual Kayu Jati ... 26 Gambar 3 Grafik NPV Bonita 3 dalam Kondisi Aman ... 27 Gambar 3 Grafik NPV Bonita 3 dalam Terkena Gangguan Pencurian ... 28


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar volume pertumbuhan kayu jati per tahun ... 34 Lampiran 2 Nilai NPV maksimum untuk setiap umur daur dalam kondisi aman ... 36 Lampiran 3 Nilai NPV maksimum untuk setiap umur daur dalam kondisi terkena gangguan pencurian ... ...44


(26)

A. Latar Belakang

Hutan merupakan sumber kehidupan bagi komunitas yang ada di dalam dan di sekitar hutan. Berbagai macam manfaat hutan dapat dirasakan oleh mahluk hidup di bumi ini, baik itu manfaat tangible (kayu dan nonkayu) maupun manfaat intangible (jasa lingkungan).

Pemanfaatan dan pengelolaan hutan bertujuan untuk meningkatkan kese-jahteraan masyarakat, namun pemanfaatannya harus tetap mempertimbangkan ke-lestariannya agar menghasilkan hasil hutan yang kontinyu sehingga kebutuhan masyarakat dapat tercukupi secara terus menerus. Dengan demikian, keberadaan hutan akan selalu terjaga dan manfaatnya juga akan dapat terus dirasakan oleh mahluk hidup di bumi ini.

Perusahaan Umum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara yang memiliki kewenangan untuk mengelola hutan di Pulau Jawa. Hutan yang dikelola adalah hutan negara yang berfungsi sebagai hutan produksi dan hutan lindung. Hutan yang dikelola tersebut merupakan hutan tanaman dengan tanaman utama-nya jati (Tectona grandis Linn. f).

Kayu jati merupakan salah satu jenis kayu yang berkualitas tinggi dan merupakan jenis kayu mewah karena mempunyai garis lingkar tumbuh yang indah dan bernilai artistik tinggi. Disamping memiliki nilai artistik yang tinggi, kayu jati juga memiliki nilai kelas awet dan kelas kuat yang tinggi pula. Akan tetapi, untuk menghasilkan kayu jati yang berkualitas tinggi tersebut dibutuhkan daur yang panjang yaitu antara 40 – 80 tahun.

Dalam pengelolaannya, tegakan jati sangat riskan terhadap gangguan se-perti pencurian, penggembalaan ternak, pembibrikan lahan, penyerobotan lahan, kebakaran, serangan hama penyakit, dan penurunan kualitas tempat tumbuh yang dapat berakibat terhadap penurunan potensi tegakan. Gangguan-gangguan terha-dap hutan tersebut terha-dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kerapatan bidang dasar sehingga mengakibatkan penurunan volume kayu dan berakibat pada menurunnya volume kayu yang akan dihasilkan atau dipanen.

Gangguan hutan akibat pencurian adalah gangguan yang paling sering ter-jadi dan cenderung terus meningkat seiring berjalannya waktu dan gangguan


(27)

ini-lah yang paling terasa akibatnya. Jumini-lah pencurian kayu yang terjadi dalam ling-kup perhutani sangat besar sekalipun telah ditanggulangi melalui berbagai upaya, baik preventif maupun represif.

Kerusakan hutan yang disebabkan oleh meningkatnya pencurian tidak hanya berpengaruh terhadap potensi hutan itu sendiri, tetapi juga dapat berpenga-ruh terhadap pendapatan perusahaan. Hutan yang rusak karena pencurian akan mengakibatkan struktur tegakan hutan didominasi oleh tegakan dengan kelas umur (KU) muda sehingga kegiatan penebangan dilakukan sebelum daur.

Jumlah pencurian kayu yang terjadi dalam lingkup Perhutani dapat me-ngurangi panjang daur sehingga dirasakan perlu diadakan kajian tentang panjang daur yang telah ada. Penentuan daur optimal yang dilakukan dalam penelitian ini dihitung dari segi biaya pengelolaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan serta memasukkan pencurian kayu sebagai faktor pengganggunya.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan daur finansial yang tepat dengan memperhitungkan faktor pencurian pada tegakan jati di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam hal penentuan daur yang optimal di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

D. Hipotesis

Tingginya jumlah pencurian kayu jati di KPH Bojonegoro dapat mempe-ngaruhi panjang daur optimal tegakan jati. Semakin tinggi jumlah pencurian kayu jati di KPH Bojonegoro maka akan semakin pendek daur optimalnya.


(28)

1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran pohon sepanjang umurnya. Pertumbuhan ini mencakup pertambahan dimensi pohon berupa diameter, tinggi atau volume (Suharlan dan Sudiono, 1973). Menurut Davis dan Johnston (1987) pertumbuhan merupakan ukuran dari suatu sifat terpilih tegakan (dimensi tegak-an) yang terjadi pada beberapa atau periode waktu tertentu. Jadi jelas bahwa pertumbuhan (growth) adalah konsep kecepatan produksi biologis.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan proses yang kompleks, di mana faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam (internal) yang secara tidak langsung mempe-ngaruhi pertumbuhan adalah faktor genetik pohon dan perimbangan air yang terdapat di dalamnya. Faktor luar yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah : iklim, edafis, campur tangan menusia, tumbuhan lain, hama dan penyakit, dan bencana (Mu’alim,1993). Menurut Bruce dan Schumaker (1950), faktor-faktor yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan disamping faktor-faktor internal dan eksternal tersebut adalah : kerapatan tegakan, dan karakteristik tegakan.

Laju pertumbuhan meningkat dengan meningkatnya umur, kemudian me-nurun setelah melewati batas maksimum. Pertumbuhan maksimum tersebut diper-tahankan untuk beberapa tahun dengan sedikit perubahan. Masa pertumbuhan maksimum diameter selalu lebih lambat dari masa pertumbuhan maksimum tinggi (Baker, 1934).

B. Riap

Menurut Davis (1966), Riap adalah pertambahan tumbuh yang diukur da-lam suatu periode waktu tertentu. Biasanya riap dipakai untuk menyatakan per-tambahan volume pohon atau tegakan persatuan waktu tertentu. Riap juga dipakai untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan (diameter, tinggi dan volume per satuan waktu tertentu).


(29)

Riap merupakan faktor yang menentukan potensi hutan. Pada prinsipnya besar etat adalah sama dengan besar riap. Apabila penebangan lebih besar dari-pada riap, maka akan menimbulkan kemunduran volume tegakan dan mengakibat-kan prinsip kelestarian tidak terpenuhi karena kekurangan persediaan. Begitu juga sebaliknya, apabila penebangan lebih kecil daripada riap maka akan terjadi kele-bihan persediaan tegakan.

Ada berbagai jenis dari pengertian riap, yaitu : 1. Riap rata-rata tahunan (mean annual increment – MAI)

MAI = ti Vi

2. Riap tahunan berjalan (current annual increment – CAI) CAI = ti ti i V Vi < − < − = t V Δ Δ

3. Riap berjalan (current increment - CI) CI = ΔV = Vi – V<i

4. Riap tahunan periodik (periodic annual increment – PAI) . PAI =

m Vi m Vi+ −

m >1 Keterangan :

Vi : Volume tegakan pada tahun ke-i ti : Umur ke-i

C. Model Pertumbuhan Tegakan

Pertumbuhan tegakan merupakan indikator keberhasilan dari manajemen pembangunan suatu hutan tanaman. Pertumbuhan dan hasil tegakan sangat ber-sifat site specific, oleh karena itu pemantauan pertumbuhan dan hasil suatu tegak-an mutlak harus dilakuktegak-an di setiap lokasi pembtegak-anguntegak-an huttegak-an ttegak-anamtegak-an melalui Petak Ukur Permanen (PUP) yang secara terus menerus (tiap tahun) dilakukan pe-ngukuran ulang.

Menurut Prodan (1968), kurva pertumbuhan suatu varietas tertentu pada umumnya berbentuk sigmoid. Hal ini berarti pertumbuhan dimulai dari titik nol, kemudian secara bertahap berjalan cepat sampai titik belok tertentu kemudian


(30)

per-tumbuhan berjalan lambat, dan selanjutnya mendekati nol. Melalui gambar 1 di bawah ini dapat dilihat kurva pertumbuhan tegakan.

Kurva Pertumbuhan

V2

Riap Perubahan Volume Dalam Jangka Waktu Tertentu V1

0 t1 t2

Gambar 1. Pertumbuhan Volume Tegakan

Dalam Davis (1966), ukuran pertumbuhan dan hasil tegakan meliputi:

a. Fisik : volume, tingggi, diameter/ bidang dasar, berat b. Nilai uang : merupakan fungsi dari besarnya suku bunga c. Intangible yield

Perkembangan dan pertumbuhan tegakan seumur dapat dipelajari dari Tabel Hasil Normal (Normal Yield Tabel). Untuk pertumbuhan tegakan jati dapat dipelajari melalui tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing.

D. Daur 1. Daur Jati

Daur adalah jangka waktu antara permudaan atau penanaman hingga te-gakan ditebang atau dipanen. Daur yang panjang dalam pengelolaan hutan


(31)

cende-rung memiliki permasalahan yang lebih kompleks yang tentunya membawa kon-sekuensi kebijaksanaan yang lebih kompleks pula dalam hal keuangannya mau-pun dalam hal perencanaan secara umum dibandingkan dengan pengelolaan sum-berdaya alam lain, (Davis, 1966).

Menurut Osmaston (1968), daur adalah interval waktu dari mulai pena-naman sampai tegakan dianggap masak tebang dan mendapat giliran untuk dite-bang habis dalam suatu kelas perusahaan. Menurut Simon (1993) dalam Amelgia (2004), yang dimaksud dengan daur atau rotasi adalah suatu periode dalam tahun yang diperlukan untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Untuk hutan tidak seumur istilah yang digunakan adalah siklus tebangan, sedangkan istilah daur lebih banyak dipergunakan untuk hutan tanaman yang sejenis dan mempunyai kelas umur sama.

2. Lamanya Daur

Davis (1966) menyatakan bahwa lama daur ditentukan oleh interaksi dari be-berapa faktor antara lain :

1. Kecepatan pertumbuhan yang ditentukan oleh : a. Species (jenis tanaman).

b. Tanah dan faktor penentu tempat tumbuh atau kesuburan tanah. 2. Karakteristik species, seperti jangka waktu kehidupan alami, umur pada

saat mencapai kulminasi pertumbuhan, dan umur dimana kualitas kayu telah mulai menurun.

3. Respon tanah terhadap beberapa perubahan karena penggunaan yang terus menerus.

4. Faktor ekonomi, yang tergantung dari kombinasi : a. Elemen biaya.

b. Harga dari beberapa ukuran kayu.

c. Waktu yang dperlukan oleh pohon untuk mencapai ukuran ter-tentu.


(32)

3. Macam Daur

Menurut Davis (1966), daur dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe sesuai dengan tujuan manajemennya, antara lain :

a. Daur Fisik

Daur fisik merupakan jangka waktu antara saat penanaman sampai matinya dari suatu jenis pohon. Daur fisik perlu diperhitungkan didalam memilih jenis-jenis untuk hutan lindung. Untuk hutan lindung diperlukan pohon-pohon yang selamanya menutupi daerah tersebut.

b. Daur Silvikultur

Daur silvikultur merupakan jangka waktu dari saat penanaman hingga pohon dewasa, yaitu saat dimana pohon dapat beregenerasi baik se-cara vegetatif (stek, rebung, tunas, dsb) maupun sese-cara generatif (biji yang baik).

c. Daur Teknik

Daur Teknik merupakan jangka waktu yang diperlukan dari saat penanaman sampai pohon menghasilkan sortimen-sortimen yang dike-hendaki. Pada hutan seumur biasanya daur ditentukan atas dasar perpo-tongan MAI dan CAI pada saat MAI maksimum. Dalam kondisi ini diharapkan produksi tahunan mencapai hasil yang tertinggi, begitu juga dengan hasil penjarangannya.

d. Daur Finansial,

Daur finansial merupakan suatu daur yang dipertimbangkan atas dasar ekonomi keuangan, yaitu pada saat hasil produksinya memberikan tingkat pengembalian finansial (interest) tertinggi dan memiliki daur dimana hasilnya paling profitable.

Daur ini dibedakan atas :


(33)

Jangka waktu mulai penanaman sampai umur yang dapat mem-berikan hasil maksimal (hasil termahal), → hasil dinilai dengan uang

2. Daur berdasarkan net income dari tegakan. Disebut juga sebagai “sewa hutan” atau “Forest Rent”. Daur ini diperhitungkan sebagai berikut :

R

e C Tr Yr

Fr = +Σ − −Σ

Keterangan :

Fr = Forest rent

Yr = Pendapatan bersih tebangan akhir Tr = Pendapatan bersih tebangan penjarangan C = Biaya tanaman

e = Biaya pengelolaan umum R = Daur

3. Daur nilai Harapan Tanah atau Maximum Soil Value rotation. Nilai dasar dari pendapatan bersih (uang) yang dapat diharap-kan dengan memilih / menentudiharap-kan tingkat bunga tertentu.

E. Memilih Macam Daur

Cara untuk menentukan daur yang tepat dapat disesuaikan dengan tujuan manajemennya, yaitu :

1. Daur untuk mengendalikan penyediaan pelayanan (service)adalah daur Fisik dan daur Silvikultur

2. Daur untuk mengendalikan produksi hasil hutan adalah daur Teknik

3. Daur untuk mengendalikan pengembalian uang adalah daur Finansial.

Dalam hal penentuan daur optimal, pihak perhutani menentukannya dengan mempertimbangkan hal seperti umur masak tebang pohon, karena apabila


(34)

pohon telah mencapai umur masak tebang maka akan didapatkan kualitas kayu yang seoptimal mungkin. Selain itu, sebagai sebuah perusahaan, perhutani juga memperhatikan aspek lain seperti luas areal, ekonomi misalnya cash flow, dan aspek kelestarian dengan menebang sesuai riap tumbuh.

Penentuan daur optimal yang didasarkan pada rumus Faustmann memper-timbangkan hal-hal seperti harga jual kayu, biaya penanaman, pajak, suku bunga, faktor stokastik, dan pengaruh hutan terhadap lingkungan. Apabila penentuan daur optimal dilihat dari segi ekonomi maka umur yang akan dipergunakan sebagai daur optimal adalah umur yang memberikan nilai Net Present Value (NPV) yang paling tinggi. Umur yang dipilih sebelum atau sesudah umur yang memberikan nilai NPV maksimal akan mengakibatkan keuntungan yang akan di-peroleh menjadi menurun.

Dalam Alvarez dan Koskela (2003), daur optimal dipengaruhi oleh harga kayu, resiko kehilangan tegakan, dan/ atau pertumbuhan tegakan. Apabila daur optimal ditentukan dengan mempertimbangkan resiko kehilangan tegakan maka daur optimal akan menjadi lebih pendek sedangkan apabila mempertimbangkan harga kayu dan pertumbuhan tegakan maka daur optimal akan menjadi lebih pan-jang.

F. Pencurian Kayu

Berdasarkan data yang ada, kerusakan hutan terbesar disebabkan oleh pen-curian kayu, dibandingkan dengan penyebab lainnya seperti kebakaran hutan, bib-rikan, penggembalaan liar maupun bencana alam. Pencurian kayu tersebut juga menjadi penyebab kerugian terbesar yang dialami oleh Perhutani. Pencurian kayu mengakibatkan hutan didominasi oleh tegakan dari kelas umur muda sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya jatah tebang per jangka untuk KPH tersebut. Pencurian juga dapat menyebabkan tidak meratanya sebaran kelas umur (KU). Ketika tidak terjadi sebaran yang merata, pemungutan hasil yang berupa tebangan akan terputus pada periode tertentu.

Selama ini, Perhutani telah berusaha mengatasi masalah pencurian kayu tersebut, antara lain dengan peningkatan pengamanan hutan, maupun dengan program-program peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan,


(35)

seperti melalui program Kelompok Tani Hutan (KTH), Pengelolaan Hutan Ber-sama Masyarakat (PHBM), dll. Akan tetapi, program tersebut belum dapat meng-atasi permasalahan pencurian kayu tersebut.

Besarnya jumlah pencurian kayu jati yang terjadi di perhutani dapat mem-pengaruhi panjangnya daur, akan tetapi tidak semua jenis daur seperti yang dise-butkan sebelumnya. Misalnya, pencurian kayu tidak akan mempengaruhi daur fisik dan daur silvikultur karena daur fisik hanya bertujuan sampai pohon mati secara alami atau dapat beregenerasi secara vegetatif. Jadi, pencurian kayu akan mempengaruhi daur seperti daur teknik dan daur finansial.

G. Hubungan Pencurian dengan Umur

Menurut Fauzi (2007), perencanaan di bidang kehutanan merupakan kebu-tuhan mendasar karena beberapa alasan:

1. Dunia kehutanan selalu berhadapan dengan kawasan yang luas, keragaman kondisi sosek dan keadaan fisik wilayah;

2. Jangka berproduksi kehutanan memerlukan waktu yang panjang dibanding budidaya lainnya:

3. Karena jangka berproduksi yang panjang itu, maka kehutanan berhadapan dengan ketidakpastian (uncertainty) dan risiko yang tinggi;

4. Pilihan untuk menentukan jenis juga cukup banyak, tetapi sekali ditetap-kan jenis yang diusahaditetap-kan itu aditetap-kan menyangkut seluruh konsekuensi sampai waktu panen.

Pencurian kayu, terutama kayu jati, menurut pengelola hutan di KPH Bojonegoro biasanya terjadi pada tegakan hutan kelas umur II atau III. Hal ini di-duga karena kayu pada kelas umur tersebut telah memiliki diameter yang cukup besar dan tidak terlalu berat mengangkutnya, atau tidak terlalu besar untuk me-nyembunyikannya. Biasanya, semakin besar umur maka akan semakin menurun tingkat pencurian terhadap pohon. Pencurian dapat mengakibatkan berkurangnya tegakan yang ada di lapangan sehingga nilai dari reliability atau tegakan sisa di la-pangan apabila umur semakin tua juga akan semakin kecil.


(36)

H. Harga Jual Kayu Jati

Kayu jati adalah komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasar nasional maupun internasional. Selain kuat, kayu jati terkenal berserat halus. Karena kualitas inilah harga kayu jati menjadi tinggi, apalagi yang sudah berukir-ukir rumit. Tingginya harga jual kayu jati dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor mi-salnya:

1. Tidak adanya lagi kayu illegal yang beredar di pasaran.

2. Tingginya permintaan dibandingkan dengan persediaan yang ada. 3. Terjaganya kelestarian hutan secara lestari.

4. Biaya produksi yang tinggi.

Harga jual jati per sortimen memiliki nilai yang berbeda-beda. Biasanya semakin besar diameter kayu akan semakin tinggi pula nilai jual kayu tersebut. Penjualan jati diukur berdasarkan ukuran per sortimen dimana sortimen AI mem-punyai interval diameter 4 – 19 cm, sortimen AII memmem-punyai interval 22 – 29 cm dan sortimen AIII mempunyai interval 30 cm up.


(37)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2007 di KPH Bojonegoro Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Alat hitung komputer (Microsoft Excel), Kalkulator dan Tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

a. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati jangka berjalan, yang tahun ini menggunakan RPKH 2002-2011 yang memuat luas, bonita, kerapatan bidang dasar (KBD) b. Harga jual kayu jati,

c. Biaya pengelolaan hutan, d. Jumlah penjualan kayu jati,

e. Letter A (LA) yang memuat laporan kejadian gangguan hutan.

C. Pengumpulan Data

Penelitian ini memanfaatkan data yang telah ada di perusahaan, sehingga kemantapan hasil penelitian ini sangat tergantung dari keakuratan data perusa-haan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah luas, bonita, kerapatan bi-dang dasar (KBD), harga jual kayu jati, biaya pengelolaan hutan, daftar pencurian kayu jati, jumlah penjualan kayu jati

D. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pembuatan Kurva Pertumbuhan

Pembuatan kurva pertumbuhan dibutuhkan data tentang riap pertumbuhan tegakan. Tetapi, KPH Bojonegoro tidak memiliki Petak Ukur Permanen (PUP) yang selalu memantau pertumbuhan diameter tegakan. Oleh karena itu, untuk


(38)

membuat model pertumbuhan tegakan digunakan tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Dari tabel tersebut akan diperoleh volume normal yang kemudian dikalikan dengan KBD rata-rata sehingga akan diperoleh volume tegakan.

Keterangan :

KBDi : Kerapatan Bidang Dasar rata-rata Kelas Umur ke-i Li : Luas Tegakan dengan KBDi dalam Kelas Umur ke-i

Keterangan :

a. Untuk volume normal disini ialah volume yang diperoleh dari tabel tegak-an normal jati Wolff von Wulfing

b. KBD yang dipergunakan adalah KBD rata-rata yang diperoleh dengan rumus diatas.

Dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing akan diperoleh volume tegakan per lima tahunan sehingga dari data riap tersebut dapat diketahui juga riap per tahun.

Perhitungan Kehilangan Tegakan

Penghitungan kehilangan tegakan jati dilakukan dengan melihat data dari register Letter A (LA) . Dari data pencurian kayu jati tersebut dapat diketahui jumlah kayu yang hilang dalam satuan tunggak. Kemudian kayu yang telah hilang tersebut disusun berdasarkan kelas umur (KU) untuk mengetahui hubungan pelu-ang pencurian dengan kelas umur. Penghitungan proporsi kehilpelu-angan tegakan menggunakan rumus sbb :

Volume tegakan = Volume normal x KBD Li

LixKBDi rata

KBDrata

Σ Σ =

− ( )

NT TC


(39)

Keterangan :

P = Proporsi kehilangan tegakan TC = Jumlah batang tercuri

NT = Perkiraaan jumlah pohon total dalam umur tersebut ( batang)

N = Jmh pohon per Ha dalam tabel normal Wolff von Wulfing (batang/Ha) KBD = Kerapatan Bidang Dasar rata-rata

L = Luas total tegakan dalam umur tersebut Reliability

Reliability adalah suatu keadaan pada hutan setelah terkena gangguan pen-curian atau dengan kata lain tegakan yang tersisa setelah terjadi penpen-curian. Dalam penelitian ini reliability di lambangkan dengan Re dan diformulasikan dengan Re=e−αtβ , dimana t adalah umur tegakan dan α dan β adalah konstanta. Reliability ini digunakan untuk menduga berapa persen volume kayu yang akan kita panen nantinya dari volume normal.

Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan yang diperoleh perhutani berasal dari hasil penjualan kayu jati baik melalui penebangan penjarangan maupun penebangan di akhir daur. Pen-dapatan yang diperoleh dari hasil penjualan merupakan hasil penjualan per sortimen yaitu sortimen AI, AII dan AIII. Biaya yang harus dikeluarkan dihitung mulai dari kegiatan persemaian hingga pemanenan.

Penentuan Daur Optimal

Penentuan daur optimal menggunakan faktor finansial dengan memper-hitungkan faktor gangguan hutan berupa pencurian kayu. Penentuan daur ini menggunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV) yang diformulasikan sebagai berikut:

max NPV = max

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

T H

[ V(T) pe− r t - c] R Hutan dalam kondisi aman


(40)

max NPV = max ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ T H

[ V(T) pe− r te−αtβ - c] R Hutan terkena gang- guan pencurian

dimana, R= 1 + ) 1 (

1 r

+ + 2

) 1 (

1 r

+ + 3

) 1 ( 1 r + + … Keterangan :

H : Luas Hutan

T : Daur Optimal (yang di cari)

V(T) : Volume tegakan per hektar pada umur daur

p : Harga kayu

c : Biaya pembangunan hutan per hektar r : Tingkat suku bunga

α : Konstanta β : Konstanta

Daur optimal diperoleh dengan cara menurunkan persamaan NPV terhadap T dan memiliki nilai sama dengan nol. Solusi terhadap turunan tersebut bagi T adalah daur optimal yang dicari.

E. Asumsi Dasar Perhitungan

Asumsi –asumsi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Penanaman akan selalu berhasil.

2. Semua komponen biaya selama periode perhitungan (daur) adalah konstan dan menggunakan biaya tahun 2007 serta tidak ada pengeluaran yang tidak terduga (irregularly).

3. Harga Jual Dasar yang dipergunakan merupakan Harga Jual Dasar kayu bundar jati dan rimba KBM Pemasaran Kayu II Bojonegoro tahun 2007. 4. Semua produksi yang dihasilkan merupakan kayu perkakas.

5. Produksi yang dihasilkan dapat dijual habis.


(41)

Hutan (RPKH) KPH Bojonegoro Jangka Perusahaan 1 Januari 2002 – 31 Desember 2011.

A. Letak Geografis dan Luas

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro memiliki luas wilayah 50.145,4 Ha. Secara administratif, wilayah tersebut berada di Daerah Tingkat II Kabupaten Bojonegoro. KPH tersebut memiliki batasan-batasan yaitu di bagian Utara berbatasan dengan kota Kabupaten Bojonegoro, di bagian Timur dengan KPH Jombang, di bagian Selatan dengan KPH Saradan dan KPH Nganjuk, dan di bagian Barat dengan KPH Padangan. Secara Geografis atau berdasarkan garis lintang, wilayah KPH Bojonegoro berada di antara 7°10’38” LS sampai 7°27’58” LS, dan di antara 4°54’0” BT sampai 5°16’42” BT dari jakarta.

B. Tanah dan Geologi

Tanah di bagian Utara KPH Bojonegoro merupakan tanah dengan lapisan kapur dimana terdapat fosil-fosil yang turut membentuk lapisan kapur dan batu pasir. Batu-batu kapur yang sukar lapuk membentuk tanah yang dangkal, tetapi baik untuk jati. Tanah kapur tersebut banyak terdapat di Bagian Hutan Ngorogu-nung, Dander, Deling bagian Utara, bagian Barat Daya, bagian Timur dan bagian Selatan.

Tanah di bagian Selatan KPH Bojonegoro merupakan lapisan mergel, yang dalam pelapukannya berubah menjadi tanah margalit yang liat/lengket dan berwarna putih kelabu sampai kelabu kehitam-hitaman. Tanah seperti ini mudah terkena erosi, oleh sebab itu keadaan hutannya menjadi kurang baik, sehingga pada bagian-bagian tertentu tidak diadakan tebang habis untuk menghindari long-sornya tanah.

Lembah kali Gondang, kali Tretes dan bagian atas Kalitidu memiliki tanah liat hitam dimana jenis tanah tersebut dapat mendukung petumbuhan jati dengan baik. Tanah di bagian paling selatan, yang mendekati Gunung Pandan termasuk kedalam kelompok tanah yang berasal dari pelapukan breccie yang dangkal, berwarna hitam, dan perlu dilindungi dari erosi. Di bagian tenggara dari Bagian


(42)

Hutan Deling terdapat pula tanah-tanah yang berasal dari pelapukan tuf yang baik untuk jati.

C. Iklim

Wilayah hutan KPH Bojonegoro terletak pada daerah dengan musim hu-jan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data stasiun hujan tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering.

Menurut Schmidt dan Ferguson (1951) dalam RPKH (2002), kriteria bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering adalah sebagai berikut:

a. Bulan Basah, dengan curah hujan > 100 mm/bln. b. Bulan lembab, dengan curah hujan 60-100 mm/bln. c. Bulan kering, dengan curah hujan < 60 mm/bln.

Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering, maka Schmidt dan Ferguson menetapkan type iklim di Indonesia dengan mempergunakan rumus nilai Q sebagai berikut :

% 100 ker

x asah ratabulanb jumlahrata

ing ratabulan

jumlahrata Q

− − =

Wilayah hutan KPH Bojonegoro termasuk type iklim D. Menurut Prof. Ir. C. Grartner dalam bukunya “Country Reporty of Teak” (FAO-1956) dalam RPKH (2002), daerah dengan type iklim C,D,dan E adalah baik untuk pertumbuhan Jati.

D. Keadaan Hutan ( Potensi, Jenis)

KPH Bojonegoro merupakan kelas perusahaan jati, meskipun juga mena-nam tamena-naman mahoni, sonokeling, sonosiso, sonobrit, dan johar. Susunan kelas hutan pada jangka lampau (1992-2001) tercatat bahwa untuk hutan produktif seluas 35.996,8 ha (72 %) dan hutan tidak produktif seluas 7.668,8 Ha (15%) dari seluruh luas kawasan hutan KPH Bojonegoro.

Distribusi jenis tanaman di KPH Bojonegoro adalah sebagai berikut : 1. Jati : 87 %


(43)

3. Sonokeling : 2% 4. Rimba : 3%

Dalam pengelolaan direncanakan, jenis-jenis yang persentasenya kecil akan dirombak menjadi jenis jati, paling tidak diganti jenis-jenis yang merupakan substi-tusi kayu Jati misalnya Mahoni atau Sonokeling.

Pada kawasan produktif, distribusi Kelas Umur (KU) seluas 30.014,2 Ha (83%) dan Miskin Riap seluas 5.982,6 Ha (17%).. Selebihnya berupa kawasan tidak produktif seperti Lapangan Tebang Habis Jangka Lampau (LTJL), Tanah Kosong (TK), Tanaman Kayu Lain (TKL), Hutan Alam Jati Bertumbuhan Kurang (HAJBK), dan Tegakan Jati Bertumbuhan Kurang (TJBK) seluas 7.688,8 Ha, bukan untuk produksi kayu jati seperti Tanaman Jenis Kayu Lain (TJKL), Hutan Lindung (HL), seluas 3.881,6 Ha, dan tak baik untuk penghasilan (TBP, LDTI, SA/ HW,HL dan Alur) seluas 2.578,2 Ha.

E. Ketenagakerjaan

Dalam rangka mencapai tujuan pengusahaan hutan yang baik diperlukan organisasi pelaksana yang akomodatif. KPH Bojonegoro dipimpin oleh seorang Administratur dan dibantu oleh 3 orang wakil, yang masing-masing secara struk-tural membawahi areal kerja KPH Bojonegoro yaitu : Bojonegoro Barat, Bojone-goro Tengah dan BojoneBojone-goro Timur.

Kinerja KPH Bojonegoro didukung oleh 723 orang yang terdiri dari pegawai negeri sipil yang diperbantukan, pegawai perusahaan, calon pegawai, pe-gawai harian, tenaga kontrak, dan tenaga borong. Tenaga kerja tersebut sebagian besar adalah tenaga lokal.

Strategi mendasar yang harus dimiliki KPH Bojonegoro dalam pencapaian Pengelolaan Hutan Lestari ialah sikap memperhatikan tenaga kerja khususnya dalam perlindungan hak-hak mereka. Hak-hak tenaga kerja tersebut secara umum adalah sebagai berikut :

a. Upah diatas UMR. b. Cuti tahunan.

c. Jaminan sosial tenaga kerja.


(44)

e. Peningkatan kapasitas serta hal lain sesuai peraturan perusahaan

F. Sosial Ekonomi dan Budaya Setempat a. Pengembangan Desa Hutan

Tingkat kemampuan suatu desa dalam penyelenggaraan kehidupan yang berkaitan dengan sosial ekonomi dinyatakan dengan tingkat pengembangan desa dengan status Swakarya, Swadaya dan Swasembada. Hutan merupakan bagian dari lingkungan masyarakat sekitar hutan, sehingga masyarakat dari setiap kawasan tingkat desa yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda pula terhadap hutan. Untuk melihat sejauh mana tingkat pengembangan desa pada setiap Kecamatan di sekitar wilayah hutan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1 Tingkat Pengembangan Desa Pada Tiap Kecamatan di Sekitar Wilayah Hutan KPH Bojonegoro

Jumlah Ds. Swakarya Ds. Swadaya Ds. Swasembada

Kecamatan Desa Luas (Ha) Jumlah Luas (Ha) Jumlah Luas (Ha) Jumlah Luas (Ha) Ngambon Ngasem Bubulan Dander Sugihwaras Kedungadem Kalitidu Temayang 11 23 12 16 17 23 25 12 179 180 192 118 145 87 83 125 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 23 11 16 17 23 19 12 179 180 192 118 145 87 83 12

Jumlah 139 1109 4 0 3 0 132 1109

Sumber Data : Buku Statistik Kabupaten Bojonegoro tahun 2000 dalam RPKH (2002)

b. Penyebaran Penduduk

Jumlah penduduk dalam kecamatan-kecamatan yang masuk kedalam wilayah kerja KPH Bojonegoro (Kecamatan yang berdekatan dengan desa hutan) adalah ± 420.969 orang yang terdiri dari 49.7% laki-laki dan 50.3% perempuan. Pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja guna kegiatan pekerjaan di hutan, seperti tebangan, tanaman, KPH Bojonegoro tidak terlalu kesulitan untuk mendapatkan, sekalipun kadang-kadang ada hambatan, namun hal itu dapat teratasi dengan baik.


(45)

Untuk mengetahui penyebaran penduduk di kecamatan sekitar hutan KPH Bojonegoro, pada tabel 2 dibawah ini disajikan data jumlah penduduk menurut jenis kelamin di tiap kecamatan.

Tabel 2 Penyebaran Penduduk Desa di Sekitar Hutan

No Kecamatan Laki-laki

(orang) Perempuan (orang) Jumlah (orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 Ngambon Ngasem Bubulan Dander Sugihwaras Kedungadem Kalitidu Temayang 18051 35099 17502 32781 21704 39311 28443 16579 18481 34885 17906 32768 21946 39176 28987 16810 36532 69984 35408 65549 43650 79027 57430 33389

Sumber data : Kantor Statistik Kabupaten Bojonegoro tahun 1999 dalam RPKH (2002)

G. Bagian Hutan

Bagian hutan adalah suatu areal hutan yang ditetapkan sebagai Kesatuan Produksi dan Kesatuan Exploitasi. Dengan demikian diharapkan dapat menghasil-kan kayu setiap tahun secara terus-menerus dalam jumlah yang memenuhi syarat pengelolaan hutan yang baik dan sesuai dengan azas kelestarian hutan. Wilayah KPH Bojonegoro dibagi ke dalam 6 Bagian Hutan (BH), yaitu :

1. Bagian Hutan Clangap luas 3.475,8 Ha 2. Bagian Hutan Dander luas 6.181,6 Ha 3. Bagian Hutan Ngorogunung luas 7.427,0 Ha 4. Bagian Hutan Deling luas 8.887,9 Ha 5. Bagian Hutan Temayang luas 15.713,4 Ha 6. Bagian Hutan Cerme luas 8.459,7 Ha

Selanjutnya, masing-masing Bagian Hutan ini dibagi ke dalam petak-petak yang berfungsi sebagai Kesatuan Managemen dan Kesatuan Administrasi. Deng-an demikiDeng-an, petak harus memenuhi beberapa syarat Deng-antara lain : luasnya tertentu, lokasinya, batas, dan nomornya tetap. Lokasi petak tersebut dibatasi dengan alur yang dibuat sedemikian rupa, sehingga pada saatnya dapat ditingkatkan sebagai jalan angkutan. Pembagian petak pada setiap Bagian Hutan adalah sebagai beri-kut:


(46)

1. Bagian Hutan Clangap petak 1 s/d 94 2. Bagian Hutan Dander petak 1 s/d 173 3. Bagian Hutan Ngorogunung petak 1 s/d 185 4. Bagian Hutan Cerme petak 1 s/d 104 5. Bagian Hutan Temayang petak 1 s/d 175 6. Bagian Hutan Deling petak 1 s/d 201.

H. Infrastruktur

a. Jalan Mobil dan Jalan Lori

Angkutan hasil hutan di KPH Bojonegoro umumnya memakai jalan-jalan mobil dan jalan lori. Jenis jalan mobil yang ada berupa jalan desa dan jalan hutan/ alur.

b. Tempat Penimbunan Kayu (TPK)

Tempat penimbunan kayu yang masih digunakan berada di satu lokasi, yaitu TPK Bojonegoro dengan luas 45,0933 Ha. Sampai dengan sekarang sudah di implementasikan Sub Sistem pemasaran dengan sistem jaringan akses ke Unit II Jawa Timur.


(47)

Pembuatan kurva pertumbuhan tegakan jati dilakukan dengan mengguna-kan tabel tegamengguna-kan normal jati Wolff von Wulfing. Dari tabel tegamengguna-kan tersebut da-pat diketahui volume tegakan per lima tahun umur pohon dan jumlah pohon per hektar, sehingga dari data tersebut dapat dibuat hubungan antara umur dan volume tegakan.

Hubungan antara umur dan volume tegakan dibatasi untuk bonita 2, bonita 2,5, bonita 3, dan bonita 3,5 mengingat bonita-bonita tersebut merupakan bonita yang dominan terdapat di KPH Bojonegoro. Daftar volume pertumbuhan kayu jati per tahun dalam KPH tersebut dapat dillihat pada Lampiran 1.

Pembuatan kurva pertumbuhan tersebut bertujuan untuk mengetahui besar volume kayu jati yang akan dipanen nantinya di tahun yang akan menjadi daur finansial atau daur yang menghasilkan keuntungan paling besar untuk KPH Bojo-negoro yang selanjutnya akan disebut sebagai daur optimal.

B. Perhitungan Kehilangan Tegakan

Perhitungan kehilangan tegakan jati dibatasi hanya oleh kehilangan akibat adanya pencurian hutan. Pendugaan pencurian dilakukan dengan penghitungan jumlah batang yang hilang yang tercatat dalam buku register Letter A (LA). Data pencurian kayu jati tahun 2005 kemudian dipisahkan berdasarkan Kelas Umur (KU) dan dibandingkan juga dengan luas per KU-nya. Tabel 3 di bawah menun-jukkan jumlah pencurian kayu jati dan luas areal per kelas umur

Tabel 3 Data Pencurian Kayu Jati Tahun 2005 dan Luas Areal per Kelas Umur

Kelas Umur (KU) Luas

(Ha)

Jumlah Batang Tercuri (Batang)

I 6.460,9 838

II 4.725,9 2444

III 6.136,3 1794

IV 3.073,2 1259


(48)

Kelas Umur (KU)

Luas (Ha)

Jumlah Tunggak Tercuri (Batang)

VI VII

477,3 597,2

400

492

VIII 462,4 143

Total 23.470,6 8449

Sumber : Register Pencurian Kayu Jati tahun 2005 yang Sudah Diolah

Dari data tersebut, dihitung proporsi kehilangan tegakan dengan memban-dingkan jumlah tunggak tercuri dengan jumlah pohon total per hektar yang ada pada umur akhir KU dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Standar jumlah pohon normal per hektar yang ada pada tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing dapat mempengaruhi proporsi kehilangan tegakan. Maksudnya ada-lah, pohon yang ada dalam suatu KU akan dijarangi apabila memasuki KU yang lebih besar dari KU sebelumnya, sehingga semakin bertambahnya umur akan semakin berkurang jumlah pohon yang ada. Jadi, jumlah pencurian yang terjadi masih dalam batas jumlah pohon normal yang akan dijarangi nantinya. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan proporsi kehilangan tegakan jati akibat pencurian untuk setiap Kelas Umur.

Tabel 4 Proporsi Kehilangan Tegakan Jati akibat Pencurian untuk setiap Kelas Umur

Proporsi Kehilangan Tegakan Jati untuk Bonita : Kelas Umur

(KU) 2 2,5 3 3,5

I 0,0000638 0,0000784 0,000049 0,0001302

II 0,0004825 0,0005925 0,000753 0,0009849 III 0,0004058 0,0004973 0,000634 0,0008281 IV 0,0007582 0,0009312 0,001185 0,0001549

V 0,0016183 0,0019881 0,002527 0,0033051

VI 0,0022981 0,0028172 0,003523 0,0047001 VII 0,0026047 0,0031926 0,004068 0,0053148 VIII 0.0010992 0,0013482 0,001717 0,0022412 Total 0,0093306 0,0113455 0,014456 0,0176593


(49)

Pada tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi terbesar kehilangan tegakan jati akibat adanya pencurian yang terjadi pada tahun 2005 terdapat pada KU VII dengan nilai untuk bonita 2 s/d 3,5 secara berturut-turut adalah 0,0026047, 0,0031926, 0,004068, 0,0053148. Nilai ini menunjukkan banyaknya jumlah pohon yang tercuri per jumlah pohon total normal yang diperoleh dari tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Apabila diurutkan berdasarkan be-sarnya nilai proporsi kehilangan tegakan jati secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah KU VII, VI, V, VIII. IV, II, III, dan KU I.

Tabel 4 diatas digunakan untuk menyusun kurva reliability dengan cara mengurangkan nilai satu dengan proporsi kehilangan yang telah disebutkan sebe-lumnya sehingga akan didapat volume perkiraan yang akan kita panen nantinnya di akhir daur. Dari pengolahan data pencurian di dapat nilai α =0.000005 dan

35 . 1

=

β . Tabel 5 di bawah ini memperlihatkan nilai reliability atau tegakan sisa (Re) untuk setiap umur.

Tabel 5 Nilai Tegakan yang Tersisa (Re) untuk setiap Umur

Umur Re Umur Re Umur Re Umur Re 1 0.999930 21 0.999201 41 0.998554 61 0.998001 2 0.999900 22 0.999165 42 0.998525 62 0.997973 3 0.999867 23 0.999130 43 0.998496 63 0.997945 4 0.999833 24 0.999095 44 0.998468 64 0.997917 5 0.999798 25 0.999060 45 0.998440 65 0.997889 6 0.999762 26 0.999026 46 0.998412 66 0.997860 7 0.999725 27 0.998992 47 0.998384 67 0.997831 8 0.999688 28 0.998958 48 0.998356 68 0.997802 9 0.999650 29 0.998925 49 0.998329 69 0.997772 10 0.999613 30 0.998892 50 0.998301 70 0.997742 11 0.999575 31 0.998859 51 0.998274 71 0.997711 12 0.999537 32 0.998827 52 0.998247 72 0.997680 13 0.999499 33 0.998795 53 0.998220 73 0.997649 14 0.999461 34 0.998764 54 0.998192 74 0.997617 15 0.999423 35 0.998733 55 0.998165 75 0.997585 16 0.999385 36 0.998702 56 0.998138 76 0.997552 17 0.999348 37 0.998672 57 0.998111 77 0.997518 18 0.999311 38 0.998642 58 0.998084 78 0.997484 19 0.999274 39 0.998612 59 0.998056 79 0.997449 20 0.999237 40 0.998583 60 0.998029 80 0.997413


(50)

Nilai reliability diatas menunjukkan bahwa peluang untuk memanen po-hon pada umur tertentu masih sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa inten-sitas pencurian yang terjadi kurang lebih sama dengan inteninten-sitas penjarangan yang harus dilakukan.

C. Biaya Pengelolaan

Pengusahaan hutan jati di KPH Bojonegoro terdiri dari beberapa kegiatan yang memerlukan biaya yang tidak sedikit, yaitu mulai dari persemaian hingga pemanenan. Biaya-biaya pengelolaan untuk penentuan daur dalam penelitian ini meliputi kegiatan persemaian, penanaman, perawatan, pengamanan, dan pema-nenan. Biaya yang dikeluarkan pada setiap kegiatan mengacu pada buku Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan KPH Bojonegoro Tahun 2007 (Tabel 6).

Tabel 6 Rekapitulasi Biaya Pengelolaan Hutan Jati KPH Bojonegoro

No Kegiatan Satuan Biaya

1 Persemaian Rp/Ha/Th 554.556,58

2 Penanaman Rp/Ha/Th 1.697.027,79

3 Perawatan Rp/Ha/Th 194.475,17

4 Pengamanan Rp/Ha/Th 4.392,32

5 Pemanenan Rp/m3 125.015,46

Sumber : Buku Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan KPH Bojonegoro Tahun 2007

yang Sudah Diolah

.

Untuk memudahkan pengolahan data, biaya kegiatan pemanenan yang me-miliki satuan berbeda dengan biaya kegiatan pengelolaan lainnya dimasukkan ke dalam nilai jual per KU. Jadi harga jual kayu jati per KU yang memiliki satuan Rp/ m3 telah dikurangi dengan biaya kegiatan pemanenan.

D. Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan yang diperoleh oleh KPH Bojonegoro berasal dari penjualan kayu jati. Harga kayu jati dalam penelitian ini menggunakan Harga Jual Dasar (HJD) kayu bundar jati dan rimba KBM Pemasaran Kayu II Bojonegoro tahun 2007. Harga Jual Dasar dipilah menurut ukuran diameter kayu.Diameter dikelom-pokkan, yang selanjutnya disebut sortimen, ke dalam 3 kategori, yaitu sortimen AI


(51)

mempunyai interval diameter 4 – 19 cm, sortimen AII mempunyai interval 22 – 29 cm, dan sortimen AIII mempunyai interval 30 cm dan lebih. Tabel 7 di bawah ini memperlihatkan harga jual tertimbang per meter kubik kayu jati dengan mem-perhatikan distribusi sortimen yang di produksi.

Tabel 7 Prosentase Produksi Tebang Habis Jati per Sortimen dan Harga Jual Tertimbang per Kelas Umur (KU)

Sortimen Kelas

Umur

(KU) AI (%) AII (%) AIII (%)

Harga Jual (Rp/m3)

I 100 0 0 375.900

II 100 0 0 375.900

III 90 10 0 510.761

IV 60 34 6 989.088

V 58 34 8 1.040.641

VI 55 34 11 1.117.970

VII 45 25 30 1.486.346

Harga jual yang dimaksud dalam tabel 7 adalah harga jual kayu apabila perusahaan tersebut hendak menjual tegakannya pada saat berumur dalam KU di-atas. Dari data tersebut dapat diketahui pertumbuhan harga seperti yang terlihat pada pada Gambar 2.

Pertumbuhan Harga

y = 19091x - 46265

-200000 -100000 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000 1100000 1200000 1300000 1400000 1500000 1600000 1 7

13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79

Harga

Linear (Harga)


(52)

Keterangan gambar : X : Umur (Tahun)

Y : Harga Kayu (Rupiah/ m3)

E. Penentuan Daur Optimal

Dengan menggunakan rumus NPV =

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡

T H

[ V(T) pe− r T - c] R dapat disusun tabel yang menunjukkan hubungan antara NVP dan umur. Penetapan daur finansial merupakan keputusan untuk memilih waktu yang memberikan NPV paling tinggi. Penghitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2 %, luas produktif 26.187,2 Ha, dan biaya pengelolaan hutan per hektar untuk semua kegiatan dalam satu daur adalah Rp 3.120.368,442.

Nilai NPV maksimum untuk bonita 2 sebesar Rp 13.945.263.658 yang ter-jadi pada daur 35 tahun, untuk bonita 2,5 sebesar Rp 16.312.019.960 yang terter-jadi pada daur 36 tahun, untuk bonita 3 sebesar Rp 19.190.789.273 yang terjadi pada daur 35 tahun, dan untuk bonita 3,5 sebesar Rp 22.866.817.256 yang terjadi pada daur 36 tahun. Tabel lampiran 2 memuat nilai NPV maksimum untuk setiap umur daur. Gambar 3 menunjukkan grafik NPV bonita 3 dalam kondisi aman.

NPV Kondisi Aman

-10000000000 -5000000000 0 5000000000 10000000000 15000000000 20000000000 25000000000

1 12 23 34 45 56 67 Umur78

NPV NPV

Gambar 3 Grafik NPV bonita 3 dalam kondisi aman

Dengan memasukkan faktor pencurian di KPH yang relatif kecil, maka ni-lai NPV yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda dengan NPV dalam kondisi aman. Nilai NPV yang dicapai setelah dimasukkan faktor penggangu akibat


(53)

pen-curian dapat dilihat pada tabel lampiran 3. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan grafik NPV bonita 3 dan dalam kondisi terkena gangguan pencurian.

NPV akibat Pencurian

-8000000000 -6000000000 -4000000000 -2000000000 0 2000000000 4000000000 6000000000 8000000000 10000000000 12000000000 14000000000 16000000000 18000000000 20000000000 22000000000

1

11 21 31 41 51 61 71

Umur

NPV

NPV

Gambar 4 Grafik NPV bonita 3 dalam kondisi terkena gangguan pencurian

Dengan cara perhitungan di atas, nilai NPV tertinggi untuk bonita 2 hingga 3,5 dicapai pada saat tegakan berumur 35 dan 36 tahun. Ini merupakan daur opti-mal tanpa pencurian. Daur ini tidak banyak berubah setelah dimasukkan faktor pencurian yang relatif kecil. Sementara itu, daur yang digunakan oleh Perhutani KPH Bojonegoro adalah 60 tahun. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang sangat penting terhadap perilaku pengambil keputusan di lingkungan Perhutani. Daur 60 tahun tersebut masih berada pada nilai NPV yang positif sehingga dapat dikatakan masih dalam keadaan untung tapi tidak dalam keadaan yang maksimal.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pemanenan atau penebangan tetap saja tidak dilakukan sesuai umur daur, melainkan dibawah umur daur sehingga umur tebang rata-rata lebih rendah dari daur. Umur Tebang Rata-rata (UTR) ada-lah umur rata-rata tanaman ditambah setengah daur. Yang di maksud dengan umur rata-rata tanaman adalah angka rata-rata aritmatik, yang didapat dari jumlah perkalian luas masing-masing umur tengah dibagi dengan jumlah luas.

Nilai UTR ini sangat dipengaruhi struktur kelas hutan suatu tegakan, dimana apabila tegakan didominasi oleh kelas umur muda maka UTR-nya akan


(54)

lebih rendah dibanding dengan tegakan yang didominasi oleh kelas umur tua. Un-tuk mengantisipasi nilai UTR yang terus menurun seiring dengan merosotnya potensi tegakan hutan, maka digunakan konsep Umur Tebang Minimum (UTM) sebagai faktor pembatas umur tegakan paling rendah yang boleh ditebang pada suatu jangka tertentu.

Umur Tebang Minimum (UTM) adalah umur minimum suatu tegakan boleh ditebang, atau dengan kata lain batas umur terendah dibawah daur yang di-perkenankan untuk ditebang. Apabila terjadi atau menurut perhitungan ada te-bangan dibawah daur, maka harus diadakan jangka benah. Tabel 8 memerlihatkan umur tebang rata-rata untuk setiap Bagian Hutan di KPH Bojonegoro.

Tabel 8 Umur Tebang Rata-rata (UTR) per Bagian Hutan (BH)

No Bagian Hutan UTR

1 Dander 48

2 Deling 59

3 Cerme 51

4 Clangap 42

5 Ngorogunung 55

6 Temayang 58

F. Insentif Menurunkan Daur

Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan oleh pihak perhutani untuk menurunkan daur. Salah satunya adalah mendominasinya tegakan-tegakan muda sehingga membuat kegiatan penebangan dilakukan sebelum daur.

Perubahan daur dengan menggunakan daur yang diteliti dapat memberikan keuntungan dan kerugian. Memberi keuntungan misalnya adalah penyerapan tena-ga kerja yang menjadi lebih besar sehingtena-ga secara tidak langsung dapat mengu-rangi pengangguran. Memberi kerugian misalnya adalah membuat masalah ling-kungan yaitu kegiatan pembangunan hutan menjadi 2 kali lipat dan di akhir daur menyebabkan rusaknya lingkungan juga bisa menjadi 2 kali lipat yang diakibat-kan oleh pemanenan atau eksploitasi hutan.


(55)

Apabila dilakukan pembandingan daur KPH Bojonegoro yang ditetapkan oleh Perhutani dengan daur yang diperoleh melalui penelitian ini sungguh jauh berbeda, bahkan hampir setengah dari daur Perhutani itu sendiri. Perbedaan yang sangat jauh tersebut dapat digunakan sebagai sumber insentif bagi para pengelola hutan untuk menurunkan umur tebangan. Pengurangan daur hingga umur 35-36 tahun akan meningkatkan keuntungan perusahaan yang sebagian diperkirakan me-ngalir menjadi keuntungan pegawai, misalnya melalui pembagian jasa produksi.


(56)

1. Pencurian yang terjadi di KPH Bojonegoro masih terlalu kecil untuk dapat mempengaruhi NPV dan daur optimal.

2. Daur optimal yang ditemukan dalam penelitian ini sangat jauh berbeda dengan daur yang telah ditetapkan oleh Perum Perhutani untuk KPH Bojonegoro. Berdasarkan penelitian ini, daur yang optimal adalah 35 dan 36 tahun, dan daur jati di KPH Bojonegoro adalah 60 tahun

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukan bagi peneliti selanjutnya serta Perum Perhutani, khususnya KPH Bojonegoro dalam pengelolaan hutan jati adalah :

1. Mengadministrasikan daftar pencurian kayu sesuai dengan apa yang ter-jadi dengan baik,

2. Melakukan pendataan ulang terhadap tegakan melalui neraca stok tegakan di lapangan

3. Perlu diadakan kajian lebih lanjut terhadap daur optimal yang ada seka-rang.


(57)

Alvarez Luis H.R , Erkki Koskela. 2003. Department of Economics, Quantitative Methods in Management, Turku School of Economics and Business Administration, FIN-20500 Turku, Finland, e-mail: luis.alvarez@tukkk.

Amelgia, Rizki. 2004. Pembentukan Hutan Normal Pada Kelas Perusahaan Jati di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Baker, Frederick S, et al. 1950. The Principles Of Silviculture. Dr.Ir.Djoko Marsono penerjemah. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada tahun 1987. Yogyakarta.

Bruce, Donald dan Francis X. Schumaker. 1950. Forest Mensuration. Third Edition. McGraw-Hill Book Co. New York.

Davis, Kenneth P. 1966. Forest management : Regulation and Valuation. McGraw Hill, Inc. New york.

Davis, L.S dan K.N. Johnston. 1987. Forest Management. Third Edition. McGraw-Hill Book Co. New York.

Fauzi, Hamdani. Perubahan selera masyarakat dan permintaan pasar dapat berpengaruh besar terhadap pilihan yang ditetapkan itu. http://www. google.com [ 20 Nov 2007].

Mu’alim. 1993. Penerapan Multiphase Sampling dalam Pendugaan Pertumbuhan Diameter (Pinus merkusii Jungh et de Vries) di Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.


(58)

Osmaston, F.C.1968. The Management of Forest. George Allen and Unwin LTD. London.

Perum Perhutani. 2002. RPKH Kelas Perusahaan Jati Kesatuan Pemangkuan Hutan Bojonegoro Jangka Perusahaan 1 Januari 2002 s/d 31 Desember 2011. Bojonegoro.

Prodan. 1968. Forest Biometric. English Editions. Pergamon Press, New York.

Suharlan, Ak. dan Sudiono, Y. 1973. Ilmu Ukur Hutan. Bagian Pendidikan, Sekjen Kehutanan. Bogor.


(59)

(60)

Lampiran 1. Daftar Volume Pertumbuhan Kayu Jati Per Tahun Bonita 2 Bonita 2,5 Bonita 3 Bonita 3,5 umur vol umur vol teg umur vol teg umur vol teg

1 7.052421 1 8.081155 1 8.736486 1 9.971526 2 9.232216 2 10.5985 2 11.78351 2 13.62024 3 11.36628 3 13.06574 3 14.76633 3 17.19172 4 13.45544 4 15.48371 4 17.68607 4 20.68733 5 15.50048 5 17.85326 5 20.54386 5 24.10846 6 17.50223 6 20.17522 6 23.34082 6 27.45650 7 19.46150 7 22.45045 7 26.07809 7 30.73282 8 21.37910 8 24.67978 8 28.75678 8 33.93880 9 23.25583 9 26.86405 9 31.37804 9 37.07584 10 25.09251 10 29.00410 10 33.94298 10 40.14531 11 26.88995 11 31.10078 11 36.45274 11 43.14859 12 28.64896 12 33.15493 12 38.90844 12 46.08707 13 30.37034 13 35.16739 13 41.31121 13 48.96213 14 32.05492 14 37.13901 14 43.66218 14 51.77516 15 33.70350 15 39.07061 15 45.96248 15 54.52752 16 35.31689 16 40.96306 16 48.21323 16 57.22062 17 36.89590 17 42.81718 17 50.41557 17 59.85582 18 38.44134 18 44.63382 18 52.57062 18 62.43451 19 39.95403 19 46.41382 19 54.67951 19 64.95808 20 41.43477 20 48.15802 20 56.74336 20 67.42790 21 42.88438 21 49.86727 21 58.76331 21 69.84536 22 44.30366 22 51.54240 22 60.74048 22 72.21184 23 45.69342 23 53.18427 23 62.67601 23 74.52873 24 47.05448 24 54.79370 24 64.57101 24 76.79740 25 48.38765 25 56.37155 25 66.42662 25 79.01924 26 49.69374 26 57.91865 26 68.24397 26 81.19563 27 50.97355 27 59.43584 27 70.02417 27 83.32796 28 52.22791 28 60.92398 28 71.76837 28 85.41760 29 53.45761 29 62.38389 29 73.47769 29 87.46593 30 54.66347 30 63.81642 30 75.15326 30 89.47435 31 55.8463 31 65.22242 31 76.79620 31 91.44423 32 57.00692 32 66.60272 32 78.40765 32 93.37695 33 58.14612 33 67.95816 33 79.98872 33 95.27391 34 59.26473 34 69.28960 34 81.54056 34 97.13647 35 60.36355 35 70.59786 35 83.06428 35 98.96602 36 61.44339 36 71.88380 36 84.56102 36 100.7640 37 62.50507 37 73.14825 37 86.03190 37 102.5316 38 63.54939 38 74.39206 38 87.47805 38 104.2705 39 64.57717 39 75.61606 39 88.90060 39 105.9818 40 65.58921 40 76.82110 40 90.30068 40 107.6671 41 66.58633 41 78.00802 41 91.67941 41 109.3276 42 67,56934 42 79,17767 42 93,03793 42 110,9648 43 68.53904 43 80.33088 43 94.37736 43 112.5801


(61)

Bonita 2 Bonita 2,5 Bonita 3 Bonita 3,5 umur vol umur vol teg umur vol teg umur vol teg

44 69.49625 44 81.46849 44 95.69883 44 114.1748 45 70.44178 45 82.59136 45 97.00346 45 115.7503 46 71.37644 46 83.70031 46 98.29239 46 117.308 47 72.30104 47 84.7962 47 99.56674 47 118.8493 48 73.21639 48 85.87986 48 100.8276 48 120.3755 49 74.12331 49 86.95213 49 102.0762 49 121.8881 50 75.02259 50 88.01386 50 103.3136 50 123.3884 51 75.91506 51 89.06589 51 104.5409 51 124.8779 52 76.80152 52 90.10906 52 105.7593 52 126.3578 53 77.68278 53 91.14421 53 106.9699 53 127.8296 54 78.55966 54 92.17219 54 108.1738 54 129.2947 55 79.43296 55 93.19383 55 109.3722 55 130.7544 56 80.30349 56 94.20998 56 110.5661 56 132.2101 57 81.17208 57 95.22148 57 111.7567 57 133.6632 58 82.03952 58 96.22918 58 112.9452 58 135.1151 59 82.90663 59 97.2339 59 114.1326 59 136.5672 60 83.77421 60 98.2365 60 115.3201 60 138.0209 61 84.64308 61 99.23782 61 116.5088 61 139.4774 62 85.51406 62 100.2387 62 117.6999 62 140.9383 63 86.38794 63 101.24 63 118.8944 63 142.4049 64 87.26554 64 102.2425 64 120.0935 64 143.8786 65 88.14767 65 103.2471 65 121.2984 65 145.3607 66 89.03515 66 104.2546 66 122.5101 66 146.8527 67 89.92877 67 105.2659 67 123.7298 67 148.3559 68 90.82936 68 106.2818 68 124.9586 68 149.8717 69 91.73772 69 107.3032 69 126.1976 69 151.4016 70 92.65467 70 108.3308 70 127.4481 70 152.9468 71 93.58101 71 109.3656 71 128.711 71 154.5087 72 94.51756 72 110.4084 72 129.9875 72 156.0888 73 95.46512 73 111.4599 73 131.2788 73 157.6884 74 96.4245 74 112.5212 74 132.5859 74 159.3089 75 97.39653 75 113.5929 75 133.9101 75 160.9517 76 98.382 76 114.676 76 135.2524 76 162.6182 77 99.38173 77 115.7713 77 136.614 77 164.3098 78 100.3965 78 116.8796 78 137.996 78 166.0277 79 101.4272 79 118.0017 79 139.3994 79 167.7735 80 102.4746 80 119.1386 80 140.8256 80 169.5485


(62)

Lampiran 2 Rekapitulasi Perhitungan NPV dalam Kondisi Aman

1. Untuk Bonita 2

Umur NPV 1 -4922322822 2 -941904215.5 3 1025456611 4 2444449968 5 3610241454 6 4622986292 7 5527047784 8 6345796446 9 7093242884 10 7778630108 11 8408619757 12 8988248096 13 9521628704 14 10012152814 15 10462776798 16 10876084538 17 11254407352 18 11599883000 19 11914462922 20 12199971865 21 12458074856 22 12690402969 23 12898416214 24 13083546076 25 13247104314 26 13390372074 27 13514542104 28 13620743433 29 13710045041 30 13783484190 31 13842046630 32 13889763080 33 13918160506 34 13937415839 35 13945263658 36 13942407752 37 13929566362 38 13907479327 39 13876763478 40 13837998363 41 13791852919 42 13738842333 43 13679512952 44 13614317124 45 13543809239 46 13468419870 47 13388517983 48 13304583304 49 13217005307 50 13126079304 51 13032183392 52 12975650884 53 12836824118 54 12735946217 55 12633306859 56 12529113447 57 12423709229 58 12317229109 59 12209907044 60 12102002896 61 11993642639 62 11885017595 63 11776306315 64 11667633073 65 11677348437 66 11451044348 67 11343358658 68 11236256251 69 11129846855 70 11024185597 71 10919451751 72 10815590831 73 10712810579 74 10611082749 75 10510555345 76 10411181778 77 10313149057 78 10216380279 79 10120963424 80 10026912462


(63)

(64)

NPV Kondisi Aman

-10000000000 -5000000000 0 5000000000 10000000000 15000000000

1 10 19 28 37 46 55 64 73

Umur

NP

V

NPV


(1)

2. Untuk Bonita 2,5

umur NPV 1 -5639411095 2 -1080704880 3 1179057126 4 2812828836 5 4157685692 6 5327959247 7 6374258272 8 7323217347 9 8190784384 10 8987465231 11 9720821495 12 10396560940 13 11019341686 14 11592999086 15 12120875197 16 12605888921 17 13050673415 18 13457643444 19 13829002985 20 14166813762 21 14472956409 22 14749276120 23 14997423065 24 15219017699 25 15415544522 26 15588455480 27 15739102574 28 15868766368 29 15978660096 30 16069962536 31 16143794825 32 16201192455 33 16243167093 34 16270648166 35 16284612755 36 16285863366 37 16275221134 38 16253534168 39 16221508504 40 16179808118 41 16129202982 42 16070284735 43 16003682784 44 15929917850 45 15849631252 46 15763320602 umur NPV 47 15671412487 48 15574464153 49 15472928201 50 15367147916 51 15257564358 52 15191395783 53 15028556555 54 14909818438 55 14788693144 56 14665425512 57 14540419967 58 14413837615 59 14285956014 60 14157083467 61 14027372058 62 13897050721 63 13766333798 64 13635372498 65 13642434592 66 13373494326 67 13242859318 68 13112643679 69 12982982784 70 12853948481 71 12725757500 72 12598354187 73 12471988565 74 12346635801 75 12222476300 76 12099464108 77 11977824856 78 11857477450 79 11738532369 80 11621014119


(2)

Grafik NPV Bonita 2,5 untuk Kondisi Terkena Gangguan Pencurian

NPV akibat Pencurian

-8000000000 -6000000000 -4000000000 -2000000000 0 2000000000 4000000000 6000000000 8000000000 10000000000 12000000000 14000000000 16000000000 18000000000

1

12 23 34 45 56 67 78

Umur

NP

V


(3)

3. Untuk Bonita 3

umur NPV 1 -6096422084 2 -1201166881 3 1332887241 4 3213234659 5 4784501845 6 6164046468 7 7404188333 8 8532759552 9 9566665750 10 10517228773 11 11392748300 12 12199597528 13 12943067480 14 13627576956 15 14257025384 16 14834854068 17 15364194054 18 15847936362 19 16288734786 20 16689082370 21 17051262705 22 17377519429 23 17669866749 24 17930283137 25 18160585425 26 18362550099 27 18537833527 28 18688005318 29 18814552998 30 18918920631 31 19002481469 32 19066504987 33 19112229695 34 19140794433 35 19153391250 36 19151004053 37 19134635989 38 19105319276 39 19063916552 40 19011238616 41 18948218449 42 18875577211 43 18794078267 44 18704355263 45 18607181453 46 18503159432 47 18392806628 umur NPV 48 18276792093 49 18155660383 50 18029826227 51 17899817594 52 17821033704 53 17629152804 54 17489315839 55 17346994362 56 17202479789 57 17056249667 58 16908495130 59 16759542964 60 16609755150 61 16459309580 62 16308473528 63 16157496434 64 16009663354 65 16017978370 66 15705665407 67 15556043590 68 15407217540 69 15259340705 70 15112491458 71 14966918126 72 14822548427 73 14679669275 74 14538243988 75 14398477196 76 14260306771 77 14123990381 78 13989424073 79 13856729556 80 13725927047


(4)

NPV akibat Pencurian

-8000000000

-6000000000

-4000000000

-2000000000

0

2000000000

4000000000

6000000000

8000000000

10000000000

12000000000

14000000000

16000000000

18000000000

20000000000

22000000000

1

11

21

31

41

51

61

71

Umur

NPV

NPV


(5)

4. Untuk Bonita 3,5

umur NPV 1 -6957679642 2 -1387867999 3 1552260611 4 3758823168 5 5614810180 6 7250874988 7 8725449374 810069763518 911302905145 1012437746731 1113483796920 1214448407458 1315337723979 1416156906845 1516910532295 1617602654506 1718236974057 1818816916719 1919345633653 2019826090023 2120261005599 2220653055016 2321004641855 2421318128212 2521595684625 2621839433944 2722051356262 2822233328377 2922387129230 3022514485760 3122617040302 3222696311302 3322753779928 3422790808270 3522808821349 3622808995927 3722792531235 3822760660738 3922714415526 4022654764519 4122582821875 4222499449017 4322405557339 4422301903296 4522189409508 4622068794891 4721940676513 4821805852073 umur NPV 4921664970603 5021518526028 5121367147213 5221276973209 5321051820118 5420888846393 5520722949129 5620554474190 5720383989749 5820211721720 5920038058030 6019863428700 6119688043635 6219512219576 6319336251959 6419160346771 6519178863973 6618809786667 6718635511410 6818462198600 6918290028953 7018119093239 7117949686032 7217781717540 7317615528796 7417451072750 7517288591981 7617128008926 7716969630114 7816813327838 7916659245518 8016507404710


(6)

NPV akibat Pencurian

-9000000000

-6000000000

-3000000000

0

3000000000

6000000000

9000000000

12000000000

15000000000

18000000000

21000000000

24000000000

27000000000

1

11

21

31

41

51

61

71

Umur

NPV

NPV