Limbah Cair Kelapa Sawit

masing-masing tahapan didominasi oleh jenis bakteri pengurai yang berbeda, yaitu: a. tahap pertama merupakan tahap pemecahan polimer menjadi bentuk lebih sederhana secara enzimatik oleh enzim ekstraselular selulose, amilase, protease, dan lipase melalui proses hidrolisis dan fermentasi. Kelompok mikroorganisme fakultatif berperan dalam pemecahan substrat organik dengan memutuskan rantai panjang karbohidrat kompleks, protein, dan lipid menjadi senyawa rantai pendek agar lebih mudah larut dan dapat dijadikan sebagai substrat bagi mikroorganisme berikutnya b. tahap kedua merupakan tahap produksi asam melalui proses asetogenesis dan dehidrogenasi. Bakteri yang berperan pada tahap ini merupakan bakteri anaerobik yang dapat tumbuh dan berkembang pada keadaan asam, seperti Clostridium, Syntrobacter wolinii dan Syntrophomonas wolfei Sim, 2005. Bakteri tersebut menghasilkan asam dengan mengubah senyawa rantai pendek hasil proses tahap hidrolisis menjadi asam-asam organik asam asetat, propionat, laktat, formiat, butirat atau suksinat, alkohol dan keton metanol, etanol, gliserol dan aseton, hidrogen H 2 , dan karbon dioksida c. tahap ketiga merupakan tahap pembentukan gas metana melalui proses metanogenesis. Pada tahapan ini bakteri metanogenik, seperti Methanococcus, Methanosarcina, Methanobacillus, dan Methanobacterium, merombak H 2 , CO 2 , dan asam asetat membentuk gas metana dan CO 2 Untuk memperoleh efisiensi perombakan yang tinggi, maka kondisi optimum yang mendukung kehidupan mikroorganisme yang terlibat pada kedua proses dekomposisi tersebut perlu diperhatikan. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam sistem perombakan antara lain: karakteristik bahan baku, rasio CN, suhu, pH, Eh, ketersediaan unsur hara, dan efek racun.

2.3 Limbah Cair Kelapa Sawit

Untuk mendapatkan minyak dari tandan buah segar TBS kelapa sawit, dilakukan proses fisik melalui berbagai tahapan proses seperti perebusan, pembantingan, pengepresan, klarifikasi, pemurnian, dan pemecahan biji. Selama proses pengolahan tersebut, air merupakan salah satu material yang sangat penting, di mana kebutuhan air untuk pengolahan setiap ton TBS diperkirakan sekitar 1-2 m 3 . Oleh karena itu, proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup besar, yaitu sekitar 0.5-0.6 m 3 limbah cair setiap ton TBS yang diolah atau setara 2.5 m 3 limbah cair setiap ton CPO yang diproduksi Satyoso et al., 2005. Menurut Lee 2006, limbah cair pengolahan sawit dihasilkan dari tiga proses utama, yaitu air kondensat dari proses perebusan TBS sterilizer condensate ± 150-175 kgton TBS ~ 36 total limbah cair, air pencucian dari proses klarifikasi oil clarification ± 350-450 kgton TBS ~ 60 total limbah cair, serta air hidrosiklon dari pemisahan campuran kernel dengan cangkang ~ 4 total limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan, atau dikenal dengan istilah POME Palm Oil Mill Effluent , merupakan suspensi koloid yang terdiri dari 95-96 air, 0.6-0.8 minyak dan lemak, serta 4-5 total padatan yang meliputi 2-4 suspensi padatan yang berasal dari bahan serat berminyak dari buah kelapa sawit dan biji sawit. Limbah tersebut berwarna coklat pekat dan memiliki suhu keluaran 80-90 o C, BOD sebesar 25000 mgl, dan COD sebesar 50000 mgl, serta pH cukup masam pH 4.2-4.7 Ibrahim et al., 2004; Lee, 2006. Selama ini untuk memenuhi standar lingkungan agar limbah cair dapat dialirkan ke perairan bebas atau dibuang ke alam menurut Kep. Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-51menLH1095 mengenai baku mutu limbah cair untuk industri minyak sawit, yaitu: 100 mgl untuk BOD, 350 mgl untuk COD, kisaran pH 6.0-9.0, 250 mgl untuk total padatan tersuspensi, serta 25 mgl untuk kadar minyak dan lemak, proses pengolahan yang biasa dilakukan antara lain: 1 Open Ponding Systems , yaitu pengolahan limbah secara biologi konvensional yang berbasis pada proses dekomposisi anaerobik dan aerobik oleh mikroorganisme tertentu untuk merombak polutan organik dalam beberapa kolam pengendapan dan pemisahan limbah Lampiran 1, dan 2 mendekomposisikan limbah cair secara anaerobik murni dalam biodigester Lampiran 2 Lubis et al., 2004; Yeoh, 2004.

2.4 Potensi Pemanfaatan Limbah Cair Kelapa Sawit Sebagai Pupuk