55 hidrolisis dan oksidasi asam lemak biji jarak pagar. Sedangkan penundaan bentuk
buah relatif stabil karena proses kimia tersebut tidak dapat berlangsung dengan baik karena adanya kulit ari biji.
10 20
30 40
50 60
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
B il
Io d
W aktu Penundaan hari
biji buah
Gambar 20 Perubahan nilai Bilangan Iod selama penundaan pengeringan
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
2 4
6 8
A k
t. e
n zi
m u
m l
b .k
W aktu Penundaan hari
Gambar 21 Peningkatan aktivitas enzimatis selama penundaan pengeringan
56 Penurunan asam lemak tidak jenuh tersebut berkaitan erat dengan
enzimatis selama penyimpanan. Hasil pengamatan terhadap aktivitas enzimatis selama 6 hari penyimpanan terjadi peningkatan aktivitas enzim Gambar 21.
Total plate count TPC
Total plate count sebagai informasi untuk mengetahui jumlah populasi atau tingkatan serangan mikrobia terhadap biji dan buah. Hasil laboratorium
menunjukan penundaaan bentuk biji mudah terserang mikrobia dibandingkan dengan bentuk buah. Adanya lapisan kulit ari pada biji yang terdapat pada
penyimpanan dalam bentuk buah menyebabkan mikroorganisme cendawan tidak dapat efektif untuk melakukan penetrasi pada biji. Dengan demikian kulit ari
mempunyai kemampuan secara fisik, kimia dan mikroorganisme. Kulit ari memiliki sifat barier terhadap oksigen dan air sehingga mutu biji jarak pagar
relatif terkendali. Serangan cendawan pada biji-bijian dapat menyebabkan penurunan daya berkecambah, perubahan warna, bau apek, pemanasan biji-bijian,
pembusukan, perubahan komposisi kimia, penguraian lemak sehingga meningkatkan kandungan asam lemak bebas dan penurunan kandungan nutrisi
Sauer et al. 1992.
10 20
30 40
50 60
70
1 2
3 4
T P
C c
fu g
x 1
W aktu Penundaan hari
biji buah
Linear biji Linear buah
Gambar 22 Perubahan TPC selama penundaan pengeringan
57
4.5. Pengaruh desinfektan terhadap mutu biji jarak
Dalam penanganan pasca panen des infektan dipergunakan guna mempertahankan mutu bahan pangan dari serangan mikroorganisme selama
penyimpanan. Untuk mengetahui pengaruh desinfektan selama penundaan pengeringan biji jarak pagar maka dalam penelitian ini dibandingkan biji jarak
pagar antara tanpa desinfektan kontrol, Asap cair 10 dan NaOCl 5. Tabel 9. Karagaan mutu biji karena pengaruh disinfektan
Perlakuan Ka.Biji
basah , bb
Ka. Biji kering
bb Kadar
Minyk Rendemn
ALB Bil. Iod
TPC cfu gr
Kontrol 42,81 a
6,19 a 35.81 a
26.46 a 0,49 a
45,6 a 5,8 x 10
5
a Asap cair
56,39 b 6,57 a
38.18 b 26.75 a
0,22 b 53,5 b
1,2 x 10
5
b NaOCl
57,33 b 6,76 a
38.58 b 26.99 a
0,15 b 56,5 b
2,4 x10
4
c KK
1,52 5,43
4,50 2,91
19,52 1,33
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95 , KK koefisien Keragaman
Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 9 tampak bahwa perlakuan desinfektan memberikan pengaruh yang nyata terhadap beberapa parameter
antara lain Alb, Bil. Iod, TPC. Tetapi tidak memberikan pengaruh pada kadar air pengaringan dan rendemen minyak.
Kadar air
Kadar air awal sebelum dikeringkan untuk kontrol, asap cair dan perlakuan NaOCl masing-masing adalah 42,81; 56,39 dan 57,33. Dari data tersebut terlihat
bahwa kadar air awal untuk perlakuan perlakuan desinfektan baik asap cair maupun NaOCl memiliki nilai tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut
berkaitan perlakuan pencelupan larutan asap cair atau NaOCl selama 2 menit sehingga kadar air biji meningkat menjadi 14 – 19 . Berbeda dengan Kadar air
biji setelah pengeringan atau penjemuran terjadi penurunan kadar air menjadi 6,19 – 6,76 bb. Kadar air biji kering antar perlakuan secara statistik tidak
memberikan perbedaan yang nyata. Dengan demikian air pada desinfektan yang terserap pada biji dapat diuapkan selama pengeringan karena air tersebut dalam
katagori air bebas.
58
Kadar dan Rendemen minyak
Perlakuan desinfektan memberikan pengaruh terhadap kadar minyak jarak pagar yang dihasilkan. Dari gambar 20. tampak bahwa kadar minyak perlakuan
desinfektan memberikan hasil yang tinggi dibandingkan dengan kadar minyak kontrol. Desinfektan NaOCl memberikan hasil tertinggi dengan nilai 38,58
diikuti desinfektan asap cair 38,18 dan kontrol 35,81. Diduga selama penundaan pengeringan 4 hari pada perlakuan kontrol telah terjadi hidrolisis dan
oksidasi lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan desinfektan. Biji jarak pagar pada kontrol sebagian telah tumbuh berkecambah sehingga secara fisiologis
minyak lemak yang terdapat digunakan untuk pertumbuhan dengan cara dirombak menjadi senyawa sederhana melalui proses hidrolisis.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
D0 D1
D2 K
a d
a r
Perlakuan
Rendem en m inyak Kadar minyak
Keterangan : Do = kontrol , D1 = asap cair , D2 = NaOCl
Gambar 23. Pengaruh desinfektan terhadap kadar dan rendeman minyak
Parameter rendemen perlakuan desinfektan tidak memberikan pengaruh terhadap rendemen. Diduga perbedaan analisis memberikan pengaruh terhadap
hasil minyak yang diperoleh. Analisis kadar minyak dengan metode soklet memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingan dengan pengujian rendemen.
59 Minyak yang terdapat dalam biji dapat terekstrak secara penuh sehingga
kandungan minyak lebih tinggi. Berbeda dengan pengujian rendemen yang dilakukan dengan pengepresan, minyak tidak dapat terekstrak seluruhnya dan
sangat dipengaruhi oleh tekanan, suhu, lama waktu pengepresan dan faktor lainya. Asam lemak bebas
Perlakuan desinfektan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai asam lemak bebas. Jenis desinfektan NaOCl memberikan nilai paling rendah
0,15 dibandingkan dengan asap cair 0,22 dan kontrol 0,49 . Hal tersebut diduga berhubungan peran desinfektan seperti asap cair sebagai
antimikrobial dan antioksidan yang mampu menghambat kerusakan akibat proses oksidasi dan degradasi oleh mikroorganisme. Asap cair yang dapat berfungsi
sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah reaksi oksidasi pada lemak . Reaksi berlangsung lebih cepat antara oksigen dengan antioksidan dibandingkan
dengan oksigen dengan lemak. Penambahan NaOCl dapat mematikan mikroorganisme dalam biji jarak pagar sehingga pertumbuhan mikroorganisme
dapat diperlambat dan peningkatan laju respirasi akibat aktivitas mikroorganisme tidak akan terjadi Izumi. 1999.
Peningkatan kandungan asam lemak bebas diduga disebabkan oleh aktivitas enzim lipase pada biji jarak pagar atau oleh cendawan lipolitik yang
menyerang biji jarak pagar. Indikator terjadinya hidrolisis lemak secara enzimatis adalah jumlah asam lemak bebas yang dihasilkan selama penyimpanan.
Proses hidrolisis lemak adalah proses pembentukan gliserol bebas dan asam lemak bebas melalui pemecahan molekul lemak dan penambahan air Parin, 1993.
Reaksi hirolisis lemak yang dikatalisis oleh enzim lipase adalah sebagai berikut : TAG + H
2
O DAG + ALB
DAG + H
2
O MAG + ALB
MAG + H
2
O Alb + Gliserol
Dimana TAG, DAG dan MAG masing-masing adalah tri-, di- dan monoasilgliserol.
60
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
Do D1
D2 A
L B
Perlakuan desinfektan
Keterangan : Do = kontrol , D1 = asap cair , D2 = NaOCl
Gambar 24 Pengaruh desinfektan terhadap nilai Alb
Bilangan Iod
Bilangan iod untuk perlakuan desinfektan cenderung memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut mencerminkan jumlah
ikatan rangkap pada perlakuan desinfektan masih normal atau belum mengalami penguraian akibat oksidasi. Diduga ikatan rangkap pada asam lemak dengan
perlakuan desinfektan lebih stabil dibandingkan dengan kontrol. Menurut Darmadji 2002 asap cair dapat berfungsi sebagai bahan pengawet karena
kandungan senyawa fenol dan asam yang berperan sebagai antibakteri dan antioksidan. Antioksidan dapat mencegah terjadinya reaksi okidasi ikatan rangkap
pada asam lemak tidak jenuh sehingga struktur ikatan rangkap tidak mengalami perubahan oksidasi.
61
10 20
30 40
50 60
D0 D1
D2 B
il i
o d
Perlakuan desinfektan
Keterangan : Do = kontrol , D1 = asap cair , D2 = NaOCl
Gambar 25 Pengaruh desinfektan terhadap nilai Bil Iod Total Plate Count TPC
Perkembangan mikroorganisme pada bahan pangan sangat dipengaruhi lingkungan penyimpanan. Lingkungan yang tidak menguntungkan akan
menghambat perkembangan mikroorganisme. Perlakuan desinfektan memberikan pengaruh penghambatan perkembiakan mikrobia. Hal tersebut terlihat dari relatif
lebih rendah jumlah mikrobia tumbuh pada biji yang mendapatkan perlakuan desinfektan dengan nilai
2,4 x10
4
cfugram desinfektan asap cair dan 1,2 x
10
5
cfugram Desinfektan NaOCl. Mikrobiorganisme yang berkembang pada biji jarak pagar didominasi oleh jenis cendawan disusul yeast dan bakteri. Mikroorganisme akan
tumbuh dan berkembang dengan baik jika subtrat sesuai. Dominannya cendawan tumbuh dan berkembang diduga berkaitan dengan tingginya kandungan lemak dalam biji jarak
pagar. Gubitz et.al 1999 menyatakan bahwa kandungan biji jarak pagar adalah lemak 38 , karbohidrat 17 , Protein 10, serat kasar 15,5, Abu 5,3 dan kadar air
6,2. Sedangkan jenis jenis cendawan yang menyerang biji jarak mulai dari A
w
0.64 sampai 0,93 adalah
Aspergillus flavus, A. niger, A. restrictus, A. tamari, Cladosporium sp., C. cladosporioides, Colletotrichum sp, Eurotium chevalieri, E
rubrum, Fusarium semitectum, F. verticillioides, Lasiodiplodia sp, Libertella sp,
62 Penicillium citrium , P.oxalicum dan 1 isolate yang belum dapat diidentifikasi.
Cendawan yang selalu terisolasi pada setiap aktivitas air dan lama penyimpanan adalah Cladosporium sp., C. cladosporioides, Colletotrichum sp, F.
verticillioides, dan Lasiodiplodia sp. Populasi total cendawan tertinggi diperoleh pada a
w
0,93 sebesar 3,25 x 10
6
koloni gr berat kering.
10 20
30 40
50 60
70
D0 D1
D2 T
P C
c fu
g r
x 1
Perlakuan desinfektan
Keterangan : Do = kontrol , D1 = asap cair , D2 = NaOCl
Gambar 26 Pengaruh desinfektan terhadap nilai TPC
Desinfektan baik asap cair maupun NaOCl memberikan pengaruh terhadap perkembangbiakan mikroorganisme. Secara visual penampilan biji yang diberikan
perlakuan desinfektan berwarna mengkilap dan tidak terlihat ditumbuhi oleh kapang Sedangkan pada kontrol biji jarak pagar berwarna kulit putih karena
ditumbuhi oleh kapang dan sebagian biji telah tumbuh 5 . Penambahan NaOCl terbukti efektif dapat menurunkan jumlah bakteri yang terdapat pada biji
jarak pagar selama penundaan pengeringan. Hal ini disebabkan karena NaOCl berfungsi sebagai desinfektan yang dapat mematikan mikrobia dengan cara
penghambatan oksidasi glukosa oleh gugus sulfidril pengoksidasi klorin dari enzim-enzim tertentu yang penting dalam metabolisme karbohidrat mikrobia
Jennie. 1988.
63
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan