commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu mulai awal bulan Agustus 2009 sampai awal Oktober 2009 di RPH Sapi Jagalan Surakarta
Jawa Tengah.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Sapi Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Peranakan
Ongole PO dengan jenis kelamin jantan dengan pendugaan umur dewasa kurang lebih dari 42 bulan yang berjumlah sebanyak 94 ekor.
2. Peralatan Peralatan yang dipergunakan dalam mengukur eksterior tubuh ternak
sapi potong Peranakan Ongole PO antara lain meliputi : 1 Pita ukur merk Butterfly, digunakan untuk mengukur panjang badan dan
lingkar dada. 2 Mistar Stainless Steel, digunakan untuk mengukur tinggi gumba dan tinggi
pinggul. 3 Timbangan ternak Digital Great Scale Seri XK- 3190A7 dengan kapasitas
3000 kg dan dengan tingkat ketelitian 1 kg digunakan untuk menimbang ternak sapi potong Peranakan Ongole PO.
4 Alat tulis, dipergunakan untuk mencatat semua data hasil pengukuran dalam pelaksanaan penelitian.
C. Persiapan penelitian
Sebelum dilakukan pengukuran eksterior tubuh sapi potong Peranakan Ongole PO yang meliputi panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba dan
tinggi pinggul terlebih dahulu mempersiapkan peralatan yang akan dipergunakan untuk pengukuran eksterior tubuh ternak, setelah peralatan siap
kemudian mengamati umur ternak, selanjutnya bobot badan sapi potong tersebut. Bobot badan sapi ditimbang dengan menggunakan timbangan ternak
18
19
18
commit to user digital great scale seri XK- 3190A7 dengan kapasitas 3000 kg dan dengan
tingkat ketelitian 1 kg.
D. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan di Rumah Potong Hewan RPH Sapi Jagalan Surakarta Jawa Tengah. Data yang diambil
sebanyak 94 ekor sapi Peranakan Ongole PO. Sebelum dilakukan pengukuran tubuh sapi potong yang meliputi panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba dan
tinggi pinggul terlebih dahulu mengamati umur ternak, selanjutnya bobot badan sapi potong tersebut. Bobot badan sapi ditimbang dengan menggunakan
timbangan ternak digital great scale seri XK- 3190A7 dengan kapasitas 3000 kg dan dengan tingkat ketelitian 1 kg.
Data pengukuran tubuh. Pengukuran tubuh dilakukan saat sapi berdiri tegak pada bidang datar posisi ternak “parallelogram”, pengukuran dilakukan
empat kali. Cara pengukuran panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba dan tinggi pinggul dapat dilihat pada Gambar 4, 5 dan 6 Santoso, 2003
Gambar 4. Berbagai pengukuran ukuran tubuh pada ternak sapi
Keterangan:
commit to user Santoso, 2003.
Gambar 5. Cara pengukuran lingkar dada ternak sapi dengan pita ukur.
Gambar 6. Cara pengukuran tinggi gumba ternak sapi dengan tongkat ukur.
Panjang badan diukur dengan menarik garis horizontal dari tepi depan sendi bahu sampai ke tepi belakang bungkul tulang duduk dengan
commit to user menggunakan pita ukur merk Butterfly. Lingkar dada diukur dalam satuan
cm yang diambil dengan cara mengikuti lingkaran dadatubuh tepat di belakang bahu melewati gumba atau pada sapi berponok tepat di belakang
ponok dengan menggunakan pita ukur. Tinggi gumba diukur dari bagian tertinggi gumba ke tanah mengikuti garis tegak lurus dengan
menggunakan tongkat ukur dari stainless steel. Tinggi pinggul diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tertinggi tulang pinggul dengan
menggunakan tongkat ukur dari stainless steel. Data bobot badan diperoleh dengan cara menimbang sapi dengan
memasukkan sapi ke dalam kandang jepit yang sudah dilengkapi dengan timbangan ternak. Penafsiran umur ditentukan dengan mengamati
pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri permanen dan dengan mengamati beberapa bagian bidang asah gigi seri permanen. Caranya
setelah eksterior tubuh sapi diukur, mulut sapi dibuka lalu diamati pergantian gigi dan jika ternak sudah cukup tua dan giginya sudah
permanen semua maka diamati berapa bidang asahnya. Estimasi bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh menggunakan rumus Scheiffer,
Lambourne dan Schrool. Estimasi ini berguna untuk mengetahui rumus pendugaan yang paling tepat untuk pendugaan bobot badan beserta faktor
koreksinya. Besar kecilnya nilai faktor koreksi akan menentukan rumus yang paling tepat untuk pendugaan bobot badan. Semakin kecil nilai
faktor koreksi, maka rumus tersebut paling tepat digunakan untuk pendugaan bobot badannya. Berdasarkan korelasi antara ukuran-ukuran
tubuh dengan bobot badan maka ukuran tubuh dapat dipergunakan untuk memperkirakan bobot badan.
E. Analisis Data