PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH

Oleh HERMAWAN

Pembelajaran PKn di kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah belum berlangsung sesuai yang diharapkan. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dan guru belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran role playing. Selain itu siswa kurang aktif dalam merespon materi yang diberikan guru. Siswa kurang antusias dalam bertanya, kurang antusias dalam menjawab pertanyaan, dan kurang antusias dalam mengemukakan pendapat.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik non tes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa siswa serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model role playing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dilihat dari aktivitas pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 51,07 kategori cukup aktif, meningkat 10,98 menjadi 62,05 dengan kategori aktif siklus II. Selanjutnya meningkat kembali sebesar 13,3 menjadi 75,35 dengan kategori aktif pada siklus III. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I adalah 56,79, meningkat 11,43 menjadi 68,21 pada siklus II dan meningkat kembali sebesar 6,43 menjadi 74,64 pada siklus III. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah 50%, meningkat 21,43% menjadi 71,43% pada siklus II dan meningkat kembali sebesar 14,29% menjadi 85,71% pada siklus III.


(2)

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V

SD NEGERI 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH

Oleh HERMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Desa Mulyosari, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro tanggal 06 September 1991, sebagai anak keempat dari empat bersaudara pasangan bapak Sudarsono dan ibu Suliyah.

Pendidikan peneliti dimulai dari SD Negeri 1 Metro Barat dan selesai pada tahun 2003. Kemudian peneliti melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 9 Kota Metro dan selesai pada tahun 2006. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Metro dan selesai pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2009 peneliti melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(7)

i

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah dan terima kasih serta bangga kepada :

Ayahanda Sudarsono dan Ibunda Suliyah Tercinta

Yang telah membesarkan, membimbing, mendidik, dan mencurahkan kasih sayangnya serta memotivasi agar menjadi anak yang lebih baik dan mendoakan

untuk keberhasilan ananda.

Kakakku Agus Sugiato, Sri Sumaryani, dan Supriyadi

Yang telah memberikan doa, dukungan, bimbingan, nasihat, dan motivasi untuk keberhasilanku.

Serta keluarga dan orang-orang yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik dan dapat menyelesaikan studi


(8)

iv

SANWACANA

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Model Role Playing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD. 3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP

Unila yang telah menyetujui skripsi iniserta telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.


(9)

v memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Ketua PGSD UPP Metro dan sebagai pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Dr. Hj Sowiyah, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu, membimbing, dan memberikan saran serta motivasi terhadap pengajuan judul skripsi ini.

7. Bapak Drs. A. Sudirman, S.Pd., M.H., Dosen Pembahas yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

8. Bapak Drs. Rapani, M.Pd., Dosen Pembimbing I atas semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, nasihat, dan motivasi serta bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Ibu Supinah, S.Pd., Kepala SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

11. Ibu Ririn Ismartin, S.Pd., guru kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam melaksanakan penelitian.


(10)

vi 13. Kedua orang tua, kakak, dan keluarga besar yang telah memberikan doa,

motivasi, serta bantuan dalam menyelesaikan studi ini.

14. Teman-temanku (Syaifudin Dwiantoro, Riky Riskyatno, Panji Firman Setiawan, Rendi Hermawan, Zumarul, Fauzi, Jaya, Mardian Hadi Suryanto, M. Oktavian Kristiana, Tiqa Fransiska, M. Khoirul Huda) dan seluruh sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan, dukungan, nasihat, motivasi dan doanya selama ini.

15. Teman-teman PGSD kelas A angkatan 2009 terimakasih atas kebersamannya selama ini, serta terimakasih atas doa dan dukunganya.

16. Seseorang yang tidak dapat disebutkan namanya, terimakasih atas nasihat, dukungan, saran, dan doa, serta sudah menjadi motivasi tersendiri bagi peneliti untuk dapat menyelesaikan studi.

17. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2009, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini belum memenuhi kesempurnaan, akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangsih pada keilmuan pendidikan. Amin

Metro, 20 Januari 2015 Peneliti


(11)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A.Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Aktivitas Belajar ... 9

3. Hasil Belajar ... 10

B.Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 11

1. Pembelajaran PKn SD ... 11

2. Tujuan PKn ... 13

C.Model Pembelajaran ... 14

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 14

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran ... 15

D.Model Role Playing ... 16

1. Pengertian Model Role Playing ... 16

2. Langkah-langlah Model Role Playing ... 17

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Role Playing ... 18

E. Hipotesis Tindakan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

A.Jenis Penelitian ... 20

B.Setting Penelitian... 21

C.Teknik Pengumpulan Data ... 22

D.Alat Pengumpulan Data ... 22

E. Teknik Analisis Data ... 23

F. Prosedur Penelitian ... 25

G.Indikator Keberhasilan ... 32


(12)

viii

2. Refleksi Awal ... 35

C.Pelaksanaan Penelitian ... 35

1. Siklus I ... 36

a. Perencanaan ... 36

b. Pelaksanaan ... 36

c. Observasi ... 40

d. Refleksi ... 49

e. Saran dan Perbaikan Siklus II ... 50

2. Siklus II ... 51

a. Perencanaan ... 51

b. Pelaksanaan ... 52

c. Observasi ... 55

d. Refleksi ... 65

e. Saran dan Perbaikan Siklus III ... 65

3. Siklus III ... 66

a. Perencanaan ... 66

b. Pelaksanaan ... 67

c. Observasi ... 70

d. Refleksi ... 80

D.Pembahasan ... 80

1. Kinerja Guru ... 80

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 82

3. Hasil Belajar Siswa ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

A.Kesimpulan ... 87

B.Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

01 Kategori Kinerja Guru ... 23

02 Kriteria Keaktifan Kelas dalam Satuan Persen (%) ... 24

03 Kriteria Keaktifan Siswa ... 24

04 Kriteria Ketuntasan Belajar... 25

05 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 36

06 Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 1 ... 40

07 Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 2 ... 42

08 Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I pertemuan 1 ... 44

09 Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I pertemuan 2 ... 46

10 Hasil Belajar Dan Ketuntasan Belajar Siklus I ... 48

11 Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 1 ... 55

12 Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 2 ... 57

13 Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II pertemuan 1 ... 59

14 Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II pertemuan 2 ... 61

15 Hasil Belajar Dan Ketuntasan Belajar Siklus II ... 64

16 Kinerja Guru pada Siklus III Pertemuan 1 ... 70

17 Kinerja Guru pada Siklus III Pertemuan 2 ... 72

18 Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan 1 ... 74

19 Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus III Pertemuan 2 ... 76

20 Hasil Belajar Dan Ketuntasan Belajar Siklus III ... 79

21 Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus I, II, III ... 81

22 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I, II, III ... 82


(14)

xi

Lampiran Halaman

1. SURAT-SURAT

a. Keterangan dari Fakultas ... 92

b. Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 93

c. Izin Penelitian dari Fakultas ... 94

d. Izin Penelitian dari SD ... 95

e. Pernyataan Teman Sejawat dari SD ... 96

f. Keterangan Telah Melaksanakan Penenlitian ... 97

2. PERANGKAT PEMBELAJARAN a. Pemetaan Analisis SK/KD Siklus I ... 99

b. Silabus PembelajaranSiklus I ... 102

c. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 105

d. Pemetaan Analisis SK/KD Siklus II ... 114

e. Silabus Pembelajaran Siklus II ... 117

f. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 121

g. Pemetaan Analisis SK/KD Siklus III ... 130

h. Silabus Pembelajaran Siklus III ... 133

i. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus III ... 136

3. HASIL OBSERVASI KINERJA GURU a. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I pertemuan 1 ... 146

b. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I pertemuan 2 ... 148

c. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus II pertemuan 1 ... 150

d. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus II pertemuan 2 ... 152

e. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus III pertemuan 1 ... 154

f. Lembar Observasi Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus III pertemuan 2 ... 156

4. HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 160

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajan Siklus I Petemuan 2 ... 162

c. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajan Siklus II Petemuan 1 ... 164

d. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajan Siklus II Petemuan 2 ... 166

e. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajan Siklus III Petemuan 1 ... 168

f. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajan Siklus III Petemuan 2 ... 170


(15)

xii c. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 176 6. LEMBAR TES HASIL BELAJAR SISWA

a. Lembar Tes hasil Pembelajaran Siklus I ... 178 b. Lembar Tes hasil Pembelajaran Siklus II ... 181 c. Lembar Tes hasil Pembelajaran Siklus III ... 184 7. DOKUMENTASI

a. Dokumentasi Siklus I ... 188 b. Dokumentasi Siklus II ... 191 c. Dokumentasi Siklus III ... 193


(16)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

01 Alur siklus penelitian tindakan kelas ... 21

02 Grafik nilai kinerja guru siklus I, II, III ... 81

03 Grafik aktivitas belajar siswa siklus I, II, III ... 83

04 Grafik peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar ... 85

05 Grafik peningkatan nilai rata-rata hasil belajar ... 85

06 Guru sedang menjelaskan materi pembelajaran siklus I ... 185

07 Siswa sedang melaksanakan diskusi kelompok ... 185

08 Guru sedang membimbing siswa melaksanakan diskusi kelompok ... 186

09 Siswa sedang melakukan drama sesuai teks role palaying ... 186

10 Siswa sedang menyampaikan kesimpulan ahir pembelajaran. ... 187

11 Siswa sedang melaksanakan tes ahir siklus I ... 187

12 Guru sedang menyampaikan materi pembelajaran siklus II ... 188

13 Siswa sedang mendiskusikan materi dan peran pada siklus II ... 188

14 Siswa sedang bermain peran sesuai materi siklus II ... 189

15 Siswa sedang melaksanakan tes siklus II ... 189

16 Guru sedang menjelaskan materi pembelajaran siklus III ... 190

17 Siswa sedang mendiskusikan materi dan peran pada siklus III ... 190

18 Siswa sedang bermain peran sesuai materi siklus III ... 191


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan setiap individu. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya, Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Sisdiknas menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, serta bertanggung jawab. Hal ini didukung dengan pendapat Lestari, dkk (2009: 1.2) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses dimana setiap individu mengembangkan kemampuan, sikap, serta bentuk-bentuk tingkah laku lainnya. Pendidikan dapat menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap disertai kebiasaan, pemikiran, dan sikap.


(18)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan setiap individu untuk belajar, mengembangkan potensi dirinya, kemampuan, sikap, dan tingkah laku sehingga menghasilkan pengaruh positif dalam dirinya. Mengingat pentingnya pendidikan bagi setiap individu, maka proses pendidikan harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan melalui jenjang pendidikan. Pendidikan di Indonesia terdiri dari berbagai jenjang, salah satunya yaitu pendidikan dasar. Pendidikan dasar (SD) merupakan landasan utama pendidikan yang dimiliki oleh setiap setiap individu untuk menempuh pendidikan pada jenjang berikutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestari, dkk (2009: 1.9) yang menyatakan bahwa pendidikan di SD tidak hanya memberi bekal kemampuan membaca, menulis dan berhitung melainkan pada penyiapan intelektual, personal, dan sosial individu secara maksimal. Unsur intelektual diperoleh dari konsep materi yang diajarkan, sedangkan unsur personal dan sosial individu diperoleh dari konsep dan penerapan dari materi yang diajarkan pada setiap mata pelajaran, salah satunya PKn.

PKn merupakan mata pelajaran yang berperan penting dalam pembentukan karakter sebagai individu dan warga negara yang berkualitas. Winataputra, dkk (2008: 1.1) mengungkapkan bahwa PKn merupakan pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yaitu kecerdasan warga negara, tanggung jawab warga negara, dan partisipasi warga negara. Warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga setiap individu memiliki karakter dan bersifat multi dimensional.


(19)

Karakteristik dan tujuan PKn di atas tidak mudah untuk diwujudkan. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran PKn yang dilakukan saat ini dinilai belum optimal dalam membentuk karakter siswa menjadi individu dan warga negara yang berkualitas dari dimensi intelektual, spiritual, emosional, dan sosial secara maksimal. Untuk memaksimalkan kegiatan pembelajaran PKn sesuai harapan di atas, diperlukan peran serta guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 3 Tempuran, Lampung Tengah pada tanggal 23 dan 30 Oktober 2012 terdapat proses pembelajaran yang masih didominasi oleh peran guru (teacher centered) sehingga siswa kurang aktif dalam merespon materi yang diberikan. Selain itu, pada saat guru menyampaikan materi pelajaran banyak siswa yang mengobrol. Siswa kurang antusias dalam bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Pertanyaan yang diberikan guru tidak direspon maksimal oleh siswa, hanya beberapa siswa saja yang tergolong siswa pandai yang antusias menjawab pertanyaan. Hal tersebut merupakan indikasi rendahnya aktivitas belajar siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran role playing sebagai salah satu variasi pembelajaran. Dilihat dari hasil ujian mid semester ganjil pada pembelajaran PKn, banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 65. Dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 14 orang siswa, 5 orang siswa atau 36% sudah mencapai KKM, sedangkan 9 orang siswa atau 64% belum mencapai KKM.


(20)

Kondisi pembelajaran yang tidak mendukung pencapaian tujuan pembelajaran PKn di atas, harus dapat diatasi oleh guru. Sebagaimana dijelaskan Rakhmat (2006: 213) yang menyatakan bahwa guru harus dapat mengadakan perubahan, dari kelas yang membosankan menjadi kelas yang menyenangkan. Suasana kelas yang menyenangkan dapat diwujudkan jika guru sebagai fasilitator pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas pada diri siswa tetapi tidak melupakan hakikat pembelajaran yang efektif dan kondusif. Salah satu model pembelajaran yang mampu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dimaksud adalah model pembelajaran role playing. Melalui model ini siswa dapat melakukan aktivitas yang menyenangkan dalam kelompok sehingga selain pemahaman konsep, siswa dapat menghibur diri dengan kegiatan yang menyenangkan. Menurut Hamalik (2008: 214) melalui role playing siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan serta pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Selain itu bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dengan ide-ide orang lain.

Diharapkan melalui penerapan model role playing, aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Menurut Suparlan, dkk (2010: 53) model pembelajaran role playing memiliki beberapa kelebihan, dintaranya meningkatkan kecerdasan sosial, membangun kesadaran sosial dalam hidup bermasyarakat, memunculkan bakat seni setiap siswa, mengembangkan keterampilan berbahasa lisan, serta memupuk kerja sama pemain peran.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengangkat judul penerapan model pembelajaran role playing untuk


(21)

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). 2. Siswa kurang aktif dalam merespon materi yang diberikan guru. 3. Siswa kurang antusias dalam bertanya

4. Siswa kurang antusias dalam menjawab pertanyaan, pertanyaan hanya dijawab oleh siswa yang pandai saja.

5. Siswa kurang antusias dalam mengemukakan pendapat.

6. Guru belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran role playing.

7. Rendahnya hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran role playing untuk meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah?

2. Apakah penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah?


(22)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran, Lampung Tengah dalam pembelajaran PKn.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran, Lampung Tengah dalam pembelajaran PKn.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan aktivitas, keterampilan, dan sikap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kelas V SD Negeri 3 Tempuran, Lampung Tengah pada mata pelajaran PKn.

2. Bagi guru

Guru dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai variasi penggunaan model pembelajaran. Sehingga, dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

3. Bagi sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas.


(23)

4. Bagi peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman tentang penelitian tindakan kelas. Sehingga, kelak ketika menjadi seorang guru mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara profesional khususnya dalam proses pembelajaran. Serta mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang bervariasi, aktif, menarik, dan kondusif.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan setiap individu. Sebagaimana Sumiati (2009: 38) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu dapat melakukan sesuatu hal yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Sejalan dengan pendapat di atas, Ruminiati (2007: 1.18) menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang diperoleh dari rangsangan luar yang berupa pengamatan atau informasi. Selanjutnya, Gagne (dalam Ruminiati, 2007: 1.7 ) menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara faktor luar dan faktor dalam setiap individu. Dalam hal ini proses belajar terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu persiapan untuk belajar, unjuk perbuatan dan alih belajar. Teori inilah yang menjadi dasar penelitian menggunakan model role playing.

Pelaksanaan pembelajaran melalui model role playing diharapkan dapat merujuk ke arah pembelajaran yang bersifat kontruktivis karena kegiatan belajar yang bersifat kontruktivis menekankan interaksi siswa dengan individu lain untuk membangun pengetahuan yang dimiliki.


(25)

Sebagaimana dikemukakan oleh Suprijono (2010: 39) bahwa belajar kontruktivis merupakan hubungan timbal balik dan fungsional antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi faktor luar dan faktor dalam diri setiap individu, dan terbagi dalam persiapan belajar, unjuk perbuatan serta alih belajar. Belajar juga dapat diartikan sebagai kegiatan membangun pengetahuan yang terjadi akibat individu berinteraksi dengan hal lain di luar dirinya.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan aktivitas sepanjang hayat dalam kehidupan individu. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) aktivitas adalah kegiatan. Jadi, segala kegiatan dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas belajar.

Slavin (2005: 10) menyatakan bahwa aktivitas adalah keaktifan, kesibukan, kesibukan kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan pada setiap bagian kerja. Jadi, aktivitas belajar tidak dinilai sebagai sebuah kegiatan saja. Kunandar (2010: 227) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga aktivitas belajar tidak hanya menitikberatkan satu aspek pengamatan saja, tetapi beberapa aspek yang dijadikan sebagai indikator dalam penentuan aktivitas belajar.


(26)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan, sikap, perhatian, dan kesibukan ketika melaksanakan kegiatan belajar. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan.

3. Hasil Belajar

Setelah individu melakukan kegiatan belajar, maka individu tersebut memperoleh hasil dari kegiatan belajar yang dilakukan. Sebagaimana Ruminiati (2007: 1.1) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar.

Hasil yang diperoleh ketika setiap individu melakukan kegiatan belajar terbagi menjadi beberapa aspek. Hal ini sejalan dengan pendapat Suprijono (2010: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Kemudian Gagne (dalam Yulmayer, 2007: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah nilai, sikap dan keterampilan yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Sudjana, 2010: 22) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: (1) ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima (reciving/attending), menjawab atau mereaksi (responding), menilai (valuing,), organisasi, internalisasi


(27)

nilai/pembentukan pola hidup; dan (3) ranah psikomotor, meliputi gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan terbimbing, kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris), dan gerakan-gerakan skill.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setiap individu setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar mencakup 3 ranah pengetahuan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pembelajaran PKn SD

PKn merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang mengajarkan siswa untuk mengenal hubungan sosial kemasyarakatan sebagai individu dan warga negara yang berkarakter. Sebagaimana Winataputra (2008: 1.15) yang menyatakan bahwa PKn merupakan materi pembelajaran yang memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, serta disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga masyarakat di era global.

Soemantri menyatakan bahwa PKN berbeda dengan PKn. PKN akronim dari pendidikan kewargaannegara, sedangkan PKn akronim dari pendidikan kewarganegaraan. PKN merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKn merupakan pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang


(28)

berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia (Ruminiati, 2007: 1.25).

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Winataputra (2008: 1.20) mengemukakan bahwa pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh sebab itu, ada dua hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai calon guru dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan metode atau pendekatan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan dan keterampilan sebagai warga negaras serta membahas tentang status formal warga negara dan naturalisasi atau pemerolehan warga negara. Selain itu, dalam pembelajaran PKn di SD guru dituntut agar dapat menyusun materi dan metode pembelajaran yang sesuai serta dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai. Sehingga, melalui pembelajaran PKn di SD dapat membentuk warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.


(29)

2. Tujuan PKn

Tujuan pembelajaran PKn yang diharapkan secara umum adalah untuk membentuk warganegara yang tahu akan hak dan kewajibannya. Sebagaimana Ruminiati (2007: 1.26) yang menyatakan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil, cerdas, bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern. Selanjutnya, Winataputra (2008: 1.20) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.

Tujuan pembelajaran PKn di SD menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi adalah sebagai berikut.

a. Berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif, bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.

d. Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk menjadikan siswa menjadi warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya serta dapat berpartisipasi dengan penuh nalar dan


(30)

tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.Tujuan mata pelajaran PKn juga dapat terbagi menjadi beberapa aspek. Aspek berpikir kritis dan rasional, aspek partisipasi, aspek perkembangan demokratis serta aspek interaksi berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hanafiah (2010: 41) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Model pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai persiapan guru sebelum melaksanakan tugas mengajar. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muslikah (2010: 105) yang mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan atau pola yang digunakan dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Suprijono (2010: 48) menyatakan bahwa model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik mendapatkan konsep, teori, informasi, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide.


(31)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapatdisimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang dipilih guru dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik serta mempermudah siswa mempelajari bahan ajar yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan acuan atau kerangka dasar bagi guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas belajar yang dilaksanakan dapat dikemas secara efektif dan efisien.

2. Jenis-jenis Model Pembelajaran

Jenis-jenis model pembelajaran yang beragam dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Model pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran ini terdiri dari number head together, snowball throwing, team games tournament, make a match, picture and picture, cooperative integrated reading and composition, student teams achievement divisions, think pair share, example non example, group investigation dll.

b. Model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran ini terdiri dari problem solving dan problem based introduction.

c. Model pembelajaran aktif, model pembelajaran ini terdiri dari PAKEM, team quiz, artikulasi, group resume dll.

d. Model pembelajaran berbasis proyek, model pembelajaran ini terdiri dari role playing dan karya wisata (Suprijono, 2010: 89-133)


(32)

Adanya banyak pilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran PKn. Komalasari (2010: 58) menyatakan bahwa model pembelajaran yang cocok diterapkan pada mata pelajaran PKn adalah sebagai berikut: (a) snowball throwing; (b) picture and picture; (c) make a match; (d) student teams achievement divisions; (e) teams games tournament; (f) number head together; (g) think pair share; dan (h) role playing.

Berdasarkan jenis-jenis model pembelajaran di atas, model pembelajaran role playing merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Role playing merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan ketika diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

D. Model Role Playing

1. Pengertian Model Role Playing

Role playing merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Suparlan, dkk (2010: 53) menyatakan bahwa role playing merupakan model pembelajaran yang di dalamnya terdapat aktivitas memainkan peran tentang beberapa tokoh atau karakter yang terlibat dalam hubungan-hubungan sosial.

Role playing merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang bersifat komplek. Blatner (dalam Komalasari, 2010: 58) menyatakan bahwa model pembelajaran role playing mengeksplorasi situasi sosial yang


(33)

komplek, yang menekankan pada keterlibatan emosional dan alat indra ke dalam situasi masalah yang dihadapi.

Model pembelajaran role playing juga dapat memberikan inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ruminiati (2007: 1.13) yang menyatakan bahwa role playing adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk berperan dan berperilaku sebagai orang lain sesuai skenario yang telah disusun guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran role playing merupakan jenis model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan aktivitas dengan memainkan peran tokoh-tokoh yang ada dalam hubungan sosial, sehingga siswa dapat melibatkan keterampilan emosional sebagai orang lain di luar dirinya.

2. Langkah-langkah Model Role Playing

Setiap jenis model pembelajaran memiliki langkah-langkah pelaksanaan sehingga proses pembelajaran dapat terorganisir dengan baik dan lebih mudah untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hanafiah (2010: 47) mengungkapkan langkah-langkah model pembelajaran role playing adalah sebagai berikut.

(a) guru menyusun (menyiapkan) skenario yang akan ditampilkan; (b) menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum proses pembelajaran; (c) guru membentuk kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang; (d) guru memberi penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; (e) guru memanggil peserta didik yang sudah ditunjuk untuk memerankan skenario yang sudah dipersiapkan; (f) masing-masing peserta didik


(34)

duduk di kelompoknya, sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan; (g) setelah selesai pementasan, setiap peserta didik diberi kertas lembar kerja untuk pembahasan; (h) masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; (i) guru memberikan kesimpulan secara umum; (j) evaluasi; dan (k) penutup.

Uno (2009: 26) menyatakan bahwa langkah-langkah model role playing, yaitu: (a) pemanasan (warming up), (b) memilih partisipan, (c) menyiapkan pengamat (observer), (d) memainkan peran (manggung), (e) diskusi dan evaluasi, (f) memainkan peran (manggung ulang), (g) diskusi dan evalusi kedua, serta (h) berbagai pengalaman dan kesimpulan.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai langkah-langkah model role playing, peneliti mengembangkan langkah-langkah pembelajaran menurut Hanafiah. Adapun langkah-langkah pembelajaran model role playing yang peneliti gunakan adalah, sebagai berikut: (a) menyusun atau merumuskan tujuan pembelajaran serta skenario yang akan ditampilkan; (b) menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario; (c) membentuk kelompok peserta didik; (d) memberi penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai; (e) meminta peserta didik untuk memerankan skenario yang sudah dipersiapkan; (f) masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya; dan (g) guru memberikan kesimpulan secara umum.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Role Playing

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing ketika diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Suparlan, dkk (2010: 53) menyatakan bahwa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran role playing adalah sebagai berikut.


(35)

a. Kelebihan

1) Meningkatkan kecerdasan sosial.

2) Membangun kesadaran sosial dalam hidup bermasyarakat. 3) Memunculkan bakat seni setiap siswa.

4) Mengembangkan keterampilan berbahasa lisan. 5) Memupuk kerja sama pemain peran.

b. Kekurangan

1) Murid yang tidak ikut bermain peran terkesan pasif. 2) Banyak menghabiskan waktu.

3) Tidak semua materi pelajaran dapat diperankan. 4) Memerlukan tempat yang luas.

Berdasarkan pendapat Suparlan, dkk (2010: 53), dapat diketahui bahwa model pembelajaran role playing dapat meningkatkan kecerdasan baik yang bersifat personal atau sosial. Penerapan model ini juga dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dan memainkan peran yang bernilai seni. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, diperlukan keterampilan dan kreatifitas untuk mengatur jalannya pembelajaran.

E.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan sebagai berikut; “Apabila dalam pembelajaran PKn menerapkan model pembelajaran role playing dengan memperhatikan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah”.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerja sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardhani, 2007: 1.15).

Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi dapat beberapa kali sampai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan pokok yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan (acting), tahap pengamatan (observing) dan tahap refleksi (reflecting). Segala persiapan baik perangkat pembelajaran maupun instrument penilaian disiapkan pada tahap perencanaan. Kemudian pelaksanaan penerapan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang diinginkan, dalam tahap pelaksanaan dilakukan kegiatan observasi atau pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa. Selanjutnya kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dilakukan refleksi. seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.


(37)

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 1. Alur Siklus PTK

Arikunto, dkk. (2006: 74)

B.Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah dengan jumlah siswa 14 orang terdiri dari 7 laki-laki dan 7 perempuan.

2. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 3 Tempuran, terletak di 12B Desa Tempuran, Kabupaten Lampung Tengah. 3. Waktu Penelitian

Refleksi II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya Pengamatan/ pengumpulan data II

Pelaksanaan tindakan II Perencanaan tindakan II Permasalahan baru hasil refleksi

Refleksi I Pengamatan

pengumpulan data I Pelaksanaan

tindakan I Perencanaan

tindakan I Permasalahan


(38)

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama lima bulan pada semester genap, dimulai pada bulan Januari sampai bulan Mei 2013.

C.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas adalah teknik tes dan non tes.

1. Teknik Non Tes

Menurut Takari (2008: 29) non tes merupakan sekumpulan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa pada kegiatan pembelajaran. Teknik non tes dilakukan dengan kegiatan observasi.

2. Teknik Tes

Menurut Takari (2008: 29) tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Untuk memperoleh data atau informasi tentang hasil belajar siswa, maka dalam penelitian ini teknik memperoleh hasil belajar siswa dilakukan teknik tes berupa tes formatif.

D.Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah lembar observasi dan soal tes.

1. Lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa dan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran.


(39)

E.Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Kualitatif

Analisis data kualitatif peneliti menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. a. Kinerja guru dalam pembelajaran

Keterangan:

NK = Nilai Kinerja

TS = Total skor yang diperoleh SM = Skor maksimum

100% = Bilangan tetap (Aqib, 2009: 41) Tabel 1. Kategori Kinerja Guru

No Tingkat penguasaan Kategori

1 86-100 Sangat baik

2 76-85 Baik

3 60-75 Cukup

4 55-59 Kurang

5 ≤54 Kurang sekali

(Purwanto, 2008: 102)

b. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Nilai aktivitas setiap siswa pada lembar observasi kegiatan dihitung menggunakan rumus.

Keterangan:

NA = Nilai persen yang dicari

JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap (Aqib, 2009: 41)

NK =

x

100


(40)

Tabel 2. Kategori Keaktifan Kelas

Nilai Kategori

≥ 80 Sangat aktif

60-79 Aktif

40-59 Cukup aktif

20-39 Kurang aktif

<20 Pasif

(Aqib.dkk, 2009: 41)

Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat ditunjukkan dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel. 3 Kriteria Keaktifan siswa

Aspek yang diamati Keterangan

A = Memperhatikan penjelasan guru.

B = Bertanya.

C = Menjawab pertanyaan. D = Mengemukakan pendapat E = Diskusi kelompok.

F = Antusias dalam

pembelajaran berbasis role playing.

G = Intonasi dalam berdialog. H = Ekspresi dan penjiwaan dalam bermain peran.

Skor 1 Skor 2

Skor 3

Skor 4

Skor 5

Apabila aspek pembelajaran tidak dilaksanakan oleh siswa.

Apabila siswa melakukan aspek aktivitas, tetapi banyak kesalahan

Apabila siswa melakukan aspek aktivitas, dengan beberapa kesalahan

Apabila siswa melakukan aspek aktivitas dengan baik dengan sedikit kesalahan. Apabila siswa terlihat sempurna dalam melakukan aspek aktivitas tanpa kesalahan.

2. Teknik Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.


(41)

a. Nilai individual ini diperoleh menggunakan rumus: Keterangan :

S : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor yang diperoleh

N : skor maksimum dari tes 100 : bilangan tetap

(Purwanto, 2008: 112)

b. Untuk menghitung persentasi ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut.

P =

x 100% Tabel 4. Kriteria Ketuntasan Belajar

No Rentang Nilai Kategori

1 ≥ 80 % Sangat tinggi

2 60 % - 79 % Tinggi

3 40 % - 59 % Sedang

4 20 % - 39 % Rendah

5 < 20 % Sangat rendah

(Aqib, dkk 2009: 41)

F. Prosedur Pnelitian

Prosedur tindakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun rincian pelaksanaan siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Siklus 1

Siklus 1 terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Adapun rincian pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut.


(42)

a. Perencanaan

1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model role playing.

2) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan.

3) Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru dengan Standar Kompetensi menghargai keputusan bersama, dan Kompetensi Dasar mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

5) Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal a) Salam

b) Pengkondisian kelas c) Doa

d) Absensi e) Apersepsi 2) Kegiatan inti

a) Melalui metode ceramah, guru menjelaskan materi yang diajarkan. b) Menetapkan topik permasalahan yang diperankan.


(43)

c) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah 4-5 siswa dari setiap kelompok.

d) Pemilihan peran dan menjelaskan berbagai karakter yang diperankan oleh siswa.

e) Penjelaskan peran dari setiap siswa.

f) Siswa memerankan dari tahap-tahap sesuai dengan yang ditetapkan.

g) Siswa berdiskusi untuk mengevaluasi jalannya cerita yang diperankan.

3) Kegiatan penutup

a) Bersama dengan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Melaksanakan tes formatif.

c) Pemberian motivasi agar siswa rajin belajar. d) Doa dan salam.

c. Pengamatan

Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap aktivitas guru dan siswa yang dalam melakukan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran role playing. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menemukan temuan-temuan yang muncul pada saat penerapan model pembelajaran role playing.

d. Refleksi

Mengadakan refleksi tentang kegiatan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran role playing. Hasil reflesi pada siklus 1 digunakan sebagai dasar dilakukannya siklus selanjutnya.


(44)

2. Siklus 2

a. Perencanaan

1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model role playing.

2) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan.

3) Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru dengan Standar Kompetensi menghargai keputusan bersama, dan Kompetensi Dasar memahami keputusan bersama.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

5) Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal a) Salam

b) Pengkondisian kelas c) Doa

d) Absensi e) Apersepsi 2) Kegiatan inti

a) Melalui metode ceramah, guru menjelaskan materi yang diajarkan. b) Menetapkan topik permasalahan yang diperankan.


(45)

c) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah 4-5 siswa dari setiap kelompok.

d) Pemilihan peran dan menjelaskan berbagai karakter yang diperankan oleh siswa.

e) Penjelaskan peran dari setiap siswa.

f) Siswa memerankan dari tahap-tahap sesuai dengan yang di sepakati.

g) Siswa berdiskusi untuk mengevaluasi jalannya cerita yang diperankan.

3) Kegiatan penutup

a) Bersama dengan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

b) Melaksanakan tes formatif.

c) Pemberian motivasi agar siswa rajin belajar. d) Doa dan salam.

c. Pengamatan

Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap aktivitas guru dan siswa yang dalam melakukan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran role playing. Kegiatan ini juga bertujuan untuk menemukan temuan-temuan yang muncul pada saat penerapan model pembelajaran role playing.

d. Refleksi

Peneliti mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang dilakukan, selanjutnya membuat kesimpulan apakah pembelajaran PKn melalui


(46)

penerapan model pembelajaran role playing sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan. Apabila belum mencapai tujuan, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Siklus 3

a. Perencanaan

1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model role playing.

2) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan.

3) Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru dengan Standar Kompetensi menghargai keputusan bersama, dan Kompetensi Dasar menyebutkan manfaat keputusan bersama.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung.

5) Menyiapkan alat evaluasi. b. Pelaksanaan

1) Kegiatan awal a) Salam

b) Pengkondisian kelas c) Doa

d) Absensi e) Apersepsi


(47)

2) Kegiatan inti

a) Melalui metode ceramah, guru menjelaskan materi yang diajarkan.

b) Menetapkan topik permasalahan yang diperankan.

c) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah 4-5 siswa dari setiap kelompok.

d) Pemilihan peran dan menjelaskan berbagai karakter yang diperankan oleh siswa.

e) Penjelaskan peran dari setiap siswa.

f) Siswa memerankan dari tahap-tahap sesuai dengan yang disepakati.

g) Mengajak siswa berdiskusi untuk mengevaluasi jalannya cerita yang diperankan.

3) Kegiatan penutup

a) Bersama dengan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

b) Melaksanakan tes formatif.

c) Pemberian motivasi agar siswa rajin belajar. d) Doa dan salam.

c. Pengamatan

Pada kegiatan ini dilakukan pengamatan atau observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran role playing. Kegiatan ini juga bertujuan


(48)

untuk menemukan temuan-temuan yang muncul pada saat penerapan model pembelajaran role playing.

d. Refleksi

Peneliti mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang dilakukan, selanjutnya membuat kesimpulan tentang penerapan model pembelajaran role playing dalam pembelajaran PKn.

G.Indikator Keberhasilan

Penelitian tidakan kelas ini dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi indikator sebagai berikut.

1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah pada mata pelajaran PKn di setiap siklusnya. 2. Terdapat ≥ 75% dari jumlah siswa yang telah mencapai KKM yang telah

ditetapkan yaitu 65.

Peningkatan aktivitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran. Sedangkan peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari nilai tes tertulis.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil SD Negeri 3 Tempuran

SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah terletak di 12B Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Sekolah ini dibangun pada tanggal 13 November 1982. SD Negeri 3 Tempuran memiliki luas lahan ± 7000 m2, yang di atasnya terdapat 8 ruangan, terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang guru dan 1 ruang perpustakaan. 3 ruangan kelas dalam kondisi baik, karena baru dilakukan renovasi bangunan, sedangkan 3 ruang kelas yang lain dalam kondisi yang kurang memenuhi syarat kriteria ruang kelas yang baik, karena kondisi kelas yang memiliki atap bocor, sebagian besar lantai rusak serta dinding kelas yang retak.

SD Negeri 3 Tempuran memiliki tenaga pengajar dengan jumlah 13 orang yang berkualifikasi pendidikan S1 dan D2. Jumlah siswa secara keseluruhan SD Negeri 3 Tempuran dari kelas I sampai kelas VI adalah 118 siswa terdiri dari 56 siswa laki-laki dan 62 siswa perempuan.

B. Prosedur Penelitian 1. Deskripsi Awal

Peneliti melakukan kegiatan observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah sebagai tahap awal sebelum melaksanakan kegiatan penelitian tindakan di kelas V SD Negeri


(50)

3 Tempuran Lampung Tengah. Pada tanggal 23 Oktober 2012 peneliti datang ke SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah untuk meminta izin kepala sekolah untuk melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas V. Setelah itu, peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran PKn yang sedang berlangsung. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 3 Tempuran tentang pembelajaran PKn yang selama ini dilaksanakan.

Pada tanggal 30 Oktober tahun 2013 peneliti kembali melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas V untuk menguatkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Oktober 2012. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 dan 30 Oktober 2012 terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas V maka diperoleh beberapa temuan sebagai berikut.

a. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). b. Siswa kurang aktif dalam merespon materi yang diberikan guru. c. Siswa kurang antusias dalam bertanya.

d. Siswa kurang antusias dalam menjawab pertanyaan, pertanyaan hanya dijawab oleh siswa yang pandai saja.

e. Siswa kurang antusias dalam mengemukakan pendapat.

f. Guru belum maksimal dalam menerapkan model pembelajaran role playing.


(51)

g. Rendahnya hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan adanya 9 siswa (64%) belum mencapai KKM yaitu 65 pada ujian mid semester.

2. Refleksi Awal

Berdasarkan hasil observasi awal dan diskusi bersama guru kelas V SD Negeri 3 Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah terhadap pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas V, guru dan peneliti sepakat untuk menerapkan model pembelajaran role playing. Model pembelajaran role playing dipilih karena melalui penerapan model tersebut siswa dapat melakukan aktivitas menyenangkan dalam kelompok sehingga selain pemahaman konsep, siswa dapat menghibur diri dengan kegiatan yang menyenangkan. Hal tersebut dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah pada mata pelajaran PKn.

C. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melakukan kegiatan penelitian tindakan di kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah pada pembelajaran PKn sebanyak 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Kegiatan penelitian dimulai pada hari kamis tanggal 25 April sampai dengan 30 Mei 2013 selama enam kali pertemuan dengan rincian jadwal sebagai berikut.


(52)

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.

No Siklus Pertemuan Hari/Tanggal Waktu

1 I 1 Kamis, 25 April 2013 07.30-08.40 WIB 2 Kamis, 2 Mei 2013 07.30-08.40 WIB 2 II 1 Kamis, 9 Mei 2013 07.30-08.40 WIB 2 Kamis, 16 Mei 2013 07.30-08.40 WIB 3 III 1 Kamis, 23 Mei 2013 07.30-08.40 WIB 2 Kamis, 30 Mei 2013 07.30-08.40 WIB

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang pelaksanaan pembelajaran PKn di kelas V melalui penerapan model Pembelajaran role playing.

2) Menyusun perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus, dan RPP sesuai dengan kurikulum KTSP melalui penerapan model pembelajaran role playing.

3) Menyiapkan naskah dialog. 4) Menyusun alat tes hasil belajar.

5) Menyiapkan lembar observasi, baik untuk guru maupun siswa. 6) Menyiapkan kamera sebagai alat dokumentasi.

b. Pelaksanaan 1) Pertemuan 1

Kegiatan penelitian siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013 pada pukul 07.30-08.40 WIB dengan materi “Mengenal hakikat keputusan bersama”.


(53)

a) Kegiatan Awal

Pembelajaran di awali dengan guru masuk ke dalam kelas dengan mengucap salam. Kemudian mengkondisikan siswa untuk mempersiapkan kondisi fisik dan mental siswa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengajak siswa untuk berdoa bersama, sebagai bentuk keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Melakukan kegiatan absensi, seluruh siswa hadir pada pertemuan 1. Melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa “siapa ketua kelas di sini? Bagaimana cara memilih ketua kelas di kelas ini?” Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b)Kegiatan Inti

Melalui metode ceramah, guru menjelaskan materi tentang hakikat keputusan bersama. Menginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan dilakukan melalui penerapan model pembelajaran role playing. Menjelaskan aturan dalam penerapan model tersebut, setelah siswa dinilai paham dengan aturan yang telah ditentukan, maka mulai menerapkan model pembelajaran role playing. Langkah pertama adalah siswa dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, setiap kelompok memperoleh sekenario yang telah disediakan, setiap kelompok diminta mengidentifikasikan peran-peran yang ada pada sekenario. Kemudian setiap kelompok menunjuk perwakilannya untuk memerankan peran


(54)

yang ada pada sekenario. Siswa yang lain diminta untuk mengamati dan menganalisis jalannya kegiatan bermain peran. Setiap kelompok diminta membuat kesimpulan berdasarkan kegiatan peran yang dilakukan. Memberikan kesempatan bertanya pada siswa tentang materi yang belum jelas.

c) Kegiatan Penutup

Selanjutnya membimbing siswa untuk menyimpulkan materi secara umum, memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu rajin belajar. Kemudian mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam.

2) Pertemuan 2

Kegiatan penelitian siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2013 pada pukul 07.30-08.40 WIB dengan materi “Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keputusan bersama”.

a) Kegiatan Awal

Pembelajaran diawali dengan guru masuk ke dalam kelas dengan mengucap salam, kemudian mengkondisikan siswa untuk mempersiapkan kondisi fisik dan mental siswa sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mengajak siswa untuk berdoa bersama, sebagai bentuk keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setelah itu, melakukan kegiatan absensi, seluruh siswa hadir pada pertemuan 2. Melakukan apersepsi dengan bertanya kepada siswa tentang materi yang telah


(55)

dipelajari pada pertemuan sebelumnya, selanjutnya menyampaikan tujuan pembelajaran.

b)Kegiata Inti

Melalui metode ceramah, guru menjelaskan materi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keputusan bersama. Mulai menerapkan model pembelajaran role playing. Langkah pertama adalah siswa dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, setiap kelompok memperoleh sekenario yang telah disediakan, setiap kelompok diminta mengidentifikasikan peran-peran yang ada pada sekenario. Kemudian setiap kelompok menunjuk perwakilannya untuk memerankan peran yang ada pada sekenario. Siswa yang lain diminta untuk mengamati dan menganalisis jalannya kegiatan bermain peran. Setiap kelompok diminta membuat kesimpulan berdasarkan kegiatan peran yang dilakukan. Memberikan kesempatan bertanya pada siswa tentang materi yang belum jelas.

c)Kegiatan Penutup

Siswa mengerjakan soal tes formatif siklus I untuk menguji pemahaman terhadap materi yang telah dipelajari. Kemudian membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara umum, memberikan motivasi


(56)

kepada siswa untuk selalu rajin belajar. Mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam.

c. Observasi

1) Kinerja Guru a) Pertemuan 1

Berdasarkan hasil observasi, kinerja guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 dinilai belum maksimal. Guru belum maksimal dalam melaksanakan setiap aspek kinerja yang diamati, bahkan terdapat beberapa aspek kinerja yang diamati memperoleh skor 2 atau kurang baik pada pra pembelajaran, membuka pelajaran, inti pembelajaran kegiatan penutup. Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel kinerja guru di bawah ini:

Tabel 6 . Kinerja Guru Pada Siklus I Pertemuan 1

No Aspek yang Diamati Skor yang Diperoleh

Skor Maksimal

1 Pra pembelajaran 5 10

2 Membuka pembelajaran 5 10

3 Inti pembelajaran 53 100

4 Penutup 8 15

Jumlah skor 71 135

Nilai kinerja guru 52,59


(57)

Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang

3 = Cukup 4 = Baik

5 = Sangat Baik

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: N =

=

= 52,59

Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran pada siklus I belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jumlah skor yang diperoleh pada pra pembelajaran pertemuan 1 yaitu 5. Selanjutnya skor pada membuka pembelajaran pada pertemuan 1 yaitu 5. Skor kinerja guru pada inti pembelajaran adalah 53, sedangkan pada kegiatan penutup memiliki skor 8. Jumlah skor kinerja guru pada pertemuan 1 adalah 71, sehingga nilai kinerja guru yang diperoleh yaitu 52,59 dengan kategori “kurang sekali”.

b) Pertemuan 2

Berdasarkan hasil observasi, kinerja guru ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan dibandingkan kinerja guru pada


(58)

pertemuan 1 meskipun peningkatan yang ada tidak terlalu besar. Oleh sebab itu kinerja guru dalam melaksanakan pembelajara perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum hasil observasi kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran PKn pada siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel kinerja guru di bawah ini:

Tabel 7. Kinerja Guru Pada Siklus I Pertemuan 2

No Aspek yang Diamati Skor yang Diperoleh

Skor Maksimal

1 Pra pembelajaran 7 10

2 Membuka pembelajaran 6 10

3 Inti pembelajaran 60 100

4 Penutup 10 10

Jumlah skor 83 135

Nilai kinerja guru 61,48

Kategori Cukup

Keterangan: 1 = Sangat Kurang 2 = Kurang

3 = Cukup 4 = Baik

5 = Sangat Baik

Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus: N =

=


(59)

Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan sebelumnya meskipun belum mencapai hasil yang maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jumlah skor yang diperoleh pada setiap aspek kinerja guru yang diamati. Jumlah skor yang diperoleh guru pada kegiatan pra pembelajaran pertemuan 2 yaitu 7. Selanjutnya skor pada kegiatan membuka pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 yaitu 6. Skor kinerja guru pada kegiatan inti pembelajaran adalah 60, sedangkan pada kegiatan penutup memiliki skor 10. Jumlah skor kinerja guru pada pertemuan 2 adalah 83, sehingga menghasilkan kinerja guru yaitu 61,48 yang termasuk ke dalam kategori “cukup”.

2) Aktivitas Belajar Siswa a) Pertemuan 1

Secara keseluruhan, aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus I dinilai belum maksimal. Hal ini ditunjukkan dari rendahnya antusias siswa dalam melakukan aspek yang diamati ketika pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada table di bawah ini:


(60)

Tabel 8 . Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan 1.

No Nama Aspek yang diamati Skor Skor

Mak Nilai Ket A B C D E F G H

1 AHR 3 3 3 4 3 3 3 3 25 40 62,5 A

2 AS 3 2 2 2 3 2 2 2 18 40 45 CA

3 AW 2 3 2 2 3 3 2 2 19 40 47,5 CA

4 DMS 2 2 3 3 2 2 2 2 18 40 45 CA

5 EF 2 3 2 2 2 3 2 2 18 40 45 CA

6 EMP 2 3 2 2 3 3 3 2 20 40 50 CA

7 FU 2 2 2 2 3 3 2 2 18 40 45 CA

8 IAF 3 2 2 2 3 2 2 2 18 40 45 CA

9 LH 3 3 4 3 3 3 3 3 25 40 62,5 A

10 KLA 3 2 2 3 2 3 2 2 19 40 47,5 CA

11 MS 3 2 3 2 2 2 2 3 19 40 47,5 CA

12 NP 2 2 2 2 2 2 2 2 16 40 40 CA

13 RS 3 3 2 2 3 3 3 2 21 40 52,5 CA

14 RES 3 3 3 4 3 3 3 3 25 40 62,5 A

Jumlah Skor 36 35 34 35 37 37 33 32 279 560 697,5 Skor Maksimal

Setiap Aspek 70 70 70 70 70 70 70 70 49,82

Nilai 51,4 50 49 50 53 53 47 46

Kategori CA CA CA CA CA CA CA CA CA

Aspek yang diamati:

A = Memperhatikan penjelasan guru B = Bertanya

C = Menjawab pertanyaan D = Mengemukakan pendapat E = Diskusi kelompok

F = Antusias dalam pembelajaran berbasis role playing G = Intonasi dalam berdialog

H = Ekspresi dan penjiwaan dalam bermain peran

Keterangan kategori= P: Pasif, KA: Kurang aktif, CA: Cukup aktif, A: Aktif, SA: Sangat aktif.

Keterangan: Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

N =

=

= 49,82

Berdasarkan tabel aktivitas belajar siswa di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang termasuk dalam kategori aktif


(61)

hanya 3 orang siswa saja, sedangkan 11 orang siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Apabila dilihat dari masing-masing aspek aktivitas ketika pembelajaran berlangsung, aspek memperhatikan penjelasan guru memiliki nilai sebesar 51,4 dengan kategori “cukup aktif”. Selanjutnya aspek bertanya memiliki nilai sebesar 50 dengan kategori “cukup aktif”. Kemudian aspek menjawab pertanyaan memiliki nilai sebesar 49 dengan kategori ”cukup aktif”. Aspek mengemukakan pendapat memiliki nalai 50 dengan kategori “cukup aktif”. Aspek diskusi kelompok dan antusias mengikuti setiap tahap pembelajaran berbasis role playing memiliki nilai yang sama yaitu 53 dengan kategori “cukup aktif”. Intonasi siswa dalam berdialog memiliki nilai sebesar 47 dengan kategori “cukup aktif”. Sedangkan aspek ekspresi dan penjiwaan dalam bermain peran memiliki nilai 46 dengan kategori “cukup aktif”. Adapun nilai rata-rata aktivitas pada pertemuan 1 adalah 49,82 yang termasuk kategori “cukup aktif”.

b) Pertemuan 2

Secara keseluruhan, aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus I pertemuan 2 mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas belajar siswa pada pertemuan sebelumnya meskipun peningkatan yang ada tidak terlalu besar. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil aktivitas


(62)

belajar siswa yang lebih baik, maka perlu dilakukan upaya perbaikan pada siklus berikutnya. Secara umum hasil observasi aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 berlangsung dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Pertemuan 2.

No Nama Aspek yang diamati Skor Skor

Mak Nilai Ket A B C D E F G H

1 AHR 3 3 4 4 3 3 3 3 26 40 65 A

2 AS 3 2 2 3 3 2 2 2 19 40 47,5 CA

3 AW 2 3 2 3 3 3 2 2 20 40 50 CA

4 DMS 2 2 3 3 2 2 2 3 19 40 47,5 CA

5 EF 3 3 2 2 2 3 2 2 19 40 47,5 CA

6 EMP 2 3 3 2 3 3 3 2 21 40 52,5 A

7 FU 2 2 2 2 3 3 3 2 19 40 47,5 CA

8 IAF 3 3 2 2 3 2 2 2 19 40 47,5 CA

9 LH 3 3 4 3 3 4 3 3 26 40 65 A

10 KLA 3 2 2 3 3 3 2 2 20 40 50 CA

11 MS 3 2 3 3 2 2 2 3 20 40 50 CA

12 NP 3 2 2 2 2 2 2 2 17 40 42,5 CA

13 RS 3 3 2 2 3 3 3 3 22 40 55 CA

14 RES 3 3 4 4 3 3 3 3 26 40 65 A

Jumlah Skor 38 36 37 38 38 38 34 34 293 560 733 Skor Maksimal

Setiap Aspek 70 70 70 70 70 70 70 70 52,32

Nilai 54 51 53 54 54 54 49 49

Kategori CA CA CA CA CA CA CA CA CA

Aspek yang diamati:

A = Memperhatikan penjelasan guru B = Bertanya

C = Menjawab pertanyaan D = Mengemukakan pendapat E = Diskusi kelompok

F = Antusias dalam pembelajaran berbasis role playing G = Intonasi dalam berdialog

H = Ekspresi dan penjiwaan dalam bermain peran

Keterangan kategori= P: Pasif, KA: Kurang aktif, CA: Cukup aktif, A: Aktif, SA: Sangat aktif.


(63)

Keterangan: Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

N =

=

= 52,32

Berdasarkan tabel aktivitas belajar siswa di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang termasuk dalam kategori aktif hanya 4 orang siswa, sedangkan 10 orang siswa termasuk dalam kategori cukup aktif. Apabila dilihat dari masing-masing aspek aktivitas ketika pembelajaran berlangsung, aspek memperhatikan penjelasan guru memiliki nilai sebesar 54 dengan kategori “cukup aktif”. Selanjutnya aspek bertanya memiliki nilai sebesar 51 dengan kategori “cukup aktif”. Kemudian aspek menjawab pertanyaan memiliki nilai sebesar 53 dengan kategori “cukup aktif”. Aspek mengemukakan pendapat memiliki nilai 54 dengan kategori “cukup aktif”. Aspek diskusi kelompok dan antusias mengikuti setiap tahap pembelajaran berbasis role playing memiliki nilai yang sama 54 dengan kategori “cukup aktif”. Intonasi siswa dalam berdialog memiliki nilai sebesar menjadi 49 dengan kategori “cukup aktif”. Sedangkan aspek ekspresi dan penjiwaan dalam bermain peran memiliki nilai sebesar 49 dengan kategori “cukup aktif”. Adapun nilai rata-rata aktivitas pada pertemuan 2 adalah 52,32 yang termasuk ke dalam kategori “cukup aktif”.


(64)

3) Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil tes formatif, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 2, dinilai belum maksimal. Hal ini terbukti bahwa dari jumlah keseluruhan yaitu 14 siswa di kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah, terdapat 7 orang siswa belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65 dalam tes formatif siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 10. Hasil Belajar Dan Ketuntasan Belajar Siklus I.

No Nama Nilai Kategori

1 ADR 80 Tuntas

2 AS 40 Belum tuntas

3 CAN 65 Tuntas

4 AW 30 Belum tuntas

5 DMS 50 Belum tuntas

6 EMP 50 Belum tuntas

7 FU 55 Belum tuntas

8 IAF 40 Belum tuntas

9 LH 80 Tuntas

10 KLA 65 Tuntas

11 MS 70 Tuntas

12 NP 40 Belum tuntas

13 RS 65 Tuntas

14 RES 65 Tuntas

Jumlah 795

Rata-rata 56,79

Jumlah siswa tuntas 7

Jumlah siswa belum tuntas 7

Persentase siswa tuntas 50%

Persentase siswa belum tuntas 50%

Berdasarkan tabel hasil belajar dan ketuntasan belajar di atas, dapat diketahui bahwa pada tes formatif siklus I, terdapat 7 orang siswa atau 50% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai


(1)

Peningkatan hasil belajar siswa pada tes formatif berupa persentase ketuntasan hasil belajar di setiap siklusnya dapat lebih jelas pada grafik di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa di setiap siklusnya dapat lebih jelas pada grafik di bawah ini.

Gambar 5. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar

Berdasarkan tabel dan gambar di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I terdapat sebanyak 7 orang siswa atau 50% dari jumlah siswa masuk ke dalam kategori tuntas, dan sebanyak 7 orang siswa atau 50%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 50,00% 71,43% 85,71% 21,43% 14,29% Persentase Siswa Tuntas Peningkatan Ketuntasan Siklus II

Siklus I Siklus III

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 56,79

68,21 74,64

11,43 6,43 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Peningkatan Siklus II


(2)

86

dari jumlah siswa masuk ke dalam kategori belum tuntas. Ketuntasan hasil belajar klasikal memiliki persentase sebesar 50% pada siklus I. Kemudian pada siklus II terdapat sebanyak 10 orang siswa atau 71,43 % dari jumlah siswa masuk ke dalam kategori tuntas, dan sebanyak 4 orang siswa atau 28,57% dari jumlah siswa masuk ke dalam kategori belum tuntas. Ketuntasan hasil belajar klasikal memiliki persentase sebesar 71,43% pada siklus II. Selanjutnya pada siklus III terdapat sebanyak 12 orang siswa atau 85,71 % dari jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori tuntas, dan sebanyak 2 orang siswa atau 14,29% dari jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori belum tuntas. Ketuntasan hasil belajar klasikal memiliki persentase sebesar 85,71% pada siklus III.

Antara siklus I dan II terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal sebesar 21,43% dari 50% pada siklus I menjadi 71,43% di siklus II. Kemudian antara siklus II dan siklus III terdapat peningkatan sebesar 14,29% dari 71,43% pada siklus II menjadi 85,71% di siklus III.

Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa juga ditunjukkan antara siklus I, II, III. Antara siklus I dan II terdapat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 11,43 dari nilai rata-rata hasil belajar siklus I yaitu 56,79 meningkat menjadi 68,21 di siklus II. Kemudian peningkatan antara siklus II dan III adalah 6,43. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata hasil belajar siklus II yaitu 68,21 meningkat menjadi 74,64 di siklus III. Hal ini membuktikan bahwa model role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model role

playing pada siswa kelas V SD Negeri 3 Tempuran Lampung Tengah dapat

disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model role playing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 51,07, kemudian meningkat sebesar 10,98 menjadi 62,05 pada siklus II. Selanjutnya meningkat kembali sebesar 13,3 menjadi 75,35 pada siklus III.

2. Penerapan model role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 56,79. Kemudian meningkat sebesar 11,43 menjadi 68,21 pada siklus II. Kemudian meningkat kembali sebesar 6,43 menjadi 74,64 pada siklus III. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I adalah 50%, kemudian meningkat sebesar 21,43% menjadi 71,43% pada siklus II. Selanjutnya meningkat kembali sebesar 14,29% menjadi 85,71% pada siklus III.


(4)

88

B. Saran 1. Siswa

Hendaknya dapat selalu aktif serta memiliki antusias menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komperhensif baik kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Guru

Diharapkan guru lebih kreatif dalam menginovasi pembelajaran. Berani berinovasi untuk menerapkan dan menggunakan model serta media pembelajaran yang kreatif dan menarik serta bersifat menyenangkan sehingga menghasilkan produk pembelajaran yang berkualitas.

3. Sekolah

Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran dengan menerapkan variasi pembelajaran yang kreatif dan menarik untuk menambah wawasan dan keterampilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Penyediaan fasilitas penunjang yang mampu mendukung usaha pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. 3. Peneliti

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model role playing pada mata pelajaran PKn dengan materi yang berbeda pada setiap siklusnya. Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model dan media pembelajaran sejenis pada mata pelajaran serta materi lain yang bervariasi


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung. 258 hlm

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta. 152 hlm

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.185 hlm

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.256 hlm Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika

Aditama. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung. 321 hlm

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 311 hlm

Lestari, Puji, dkk. 2009. Pendidikan Anak di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. 423 hlm

Muslikah. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Interprebook. Yogyakarta. 133 hlm Nasucha, Yakub, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis

Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta. 287 hlm

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.430 hlm Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Rosdakarya. Bandung. 165 hlm

Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. UPI Press. Bandung. 248 hlm Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat


(6)

90

Slavin, E. Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media, Jakarta. 321 hlm

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung. 254 hlm

Suparlan, dkk. 2010. PAKEM. Genesindo. Jakarta. 189 hlm

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Jakarta. 189 hlm

Takari, Enjah. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Genesindo. Bandung. 188 hlm Tim Penyusun .2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

1432 hlm

___________. 2006. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta. 22 PP

___________. 2009. UU Sisdiknas (UU RI No. 20 Th. 2003). Sinar Grafika. Jakarta. 227 hlm

UU Nomor 20. Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. 219 hlm Wardhani, Igak. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

296 hlm

Winataputra, UdinS., dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran PKn SD. Universitas Terbuka. Jakarta. 236 hlm

Yulmayer, dkk. 2007. Penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk Memperkaya Perbendaharaan Kata dalam Mata Pelajaran Bahasa


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 TEMPURAN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 146

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TIPE TEAM QUIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO BARAT

0 6 70

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENTS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 1 TEMPURAN

0 14 77

PENERAPAN TIPE COURSE REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 METRO TIMUR

1 21 79

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn Penerapan Metode Role Playing Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Kedungjeruk Mojogedang Karanganyar Tahun 2012/201

0 0 15

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn Penerapan Metode Role Playing Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pkn Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 01 Kedungjeruk Mojogedang Karanganyar Tahun 2012/201

0 1 13

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD N PELEMGADUNG PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD N PELEMGADUNG KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 15

PENDAHULUAN PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD N PELEMGADUNG KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 6

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KECEMEN MANISRENGGO KLATEN JAWA TENGAH.

1 15 177

PENERAPAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KELAS 5 SD

0 1 7