2.5. Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan
dunia, oleh karena itu syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti
yang sangat penting yaitu : pertama, benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan dengan
menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan iodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan
ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standard mutu internasional yang meliputi kadar asam lemak bebas, air, kotoran, logam,
tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan Fauzi, 2003. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin lebih kurang 2 persen atau kurang, bilangan peroksida
dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas
dari ion Ketaren, 1986.
2.6. Bilangan Iodin
Bilangan iod adalah sejumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan
bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dengan indikator amilum.
Bilangan iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak
“pengering” dan minyak “bukan pengering”. Minyak “pengering” mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130. Minyak yang mempunyai bilangan iod antara
100 sampai 130 bersifat “setengah mengering”. Asam lemak yang tidak jenuh
dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh Ketaren, 1986.
Bilangan iodin berbanding langsung dengan derajat ketidakjenuhan. Bilangan iodin yang tinggi diindikasikan ketidakjenuhan yang tinggi pula. Ini juga
berguna sebagai indikator dari bentuk lemak, bilangan iodin lemak yang tinggi biasanya berupa cairan, sedangkan bilangan iodin yang rendah biasanya berupa
padatan. Selama pemrosesan minyak dan lemak, sebagai derajat dari pertambahan hidrogenasi, bilangan iodin berkurang Lawson, 1985.
2.7. Titrasi Iodometri
Titrasi iodometri dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I
2
yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir tercapai, warna itu mula-mula cokelat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning, kuning-muda, dan seterusnya, sampai
akhirnya lenyap. Namun lebih mudah dan lebih tegas bila ditambahkan amilum ke dalam larutan sebagai indikator. Amilum dengan I
2
membentuk suatu kompleks berwarna biru tua yang masih sangat jelas sekalipun I
2
sedikit sekali. Pada titik akhir, yod yang terikat itupun hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru
Universitas Sumatera Utara
lenyap mendadak dan perubahan warnanya tampak sangat jelas. Penambahan amilum ini harus menunggu sampai mendekati titik akhir titrasi bila yod sudah
tinggal sedikit yang tampak dari warnanya yang kuning-muda. Maksudnya ialah agar amilum tidak membungkus yod dan menyebabkannya sukar lepas kembali.
Hal itu akan berakibat warna biru sulit sekali lenyap sehingga titik akhir tidak kelihatan tajam lagi. Bila yod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan
amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir Harjadi, 1993.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN