Waktu Pelaksanaan Keterbatasan Kajian

5 Penanggulangan AIDS provinsi dan kotakabupaten, rumah sakit dan kelompok pemanfaat program yang terdiri dari waria, pekerja seks, LSL, pengguna NAPZA dan orang dengan HIV dan AIDS. Daftar panduan pertanyaan untuk wawancaradiskusi kelompok terarah dan daftar stakeholder yang diwawancarai atau terlibat dalam diskusi di lima provinsi bisa dilihat di lampiran 2 dan 3. Data yang diperoleh dari lapangan ini ditriangulasikan diantara para pewawancara, provinsi dan dengan hasil kajian dokumen untuk melihat pola, konsistensi, maupun variasi data yang diperoleh.

c. Waktu Pelaksanaan

Kajian dokumen tentang perkembangan kebijakan HIV dan AIDS di Indonesia dilakukan mulai pada bulan September 2013 hingga Januari 2014. Kajian dokumen ini dilaksanakan oleh tim peneliti dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada PKMK FK UGM. Sementara itu, kunjungan lapangan dilakukan bersama dengan anggota peneliti dari Universitas Sumatera Utara, Universitas Airlangga, Universitas Negeri Papua dan Universitas Hasanudin pada bulan November 2013.

d. Keterbatasan Kajian

Keterbatasan kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian ini menggunakan perspektif historis untuk menggambarkan perjalanan kebijakan HIV dan AIDS dalam kurun waktu 25 tahun. Panjangnya masa kajian ini menghadapi kendala dalam mengumpulkan data kebijakan dan program yang dilaksanakan di tahun-tahun awal epidemi HIV di Indonesia. Sumber data yang tersedia cukup terbatas sehingga membatasi deskripsi situasi pada awal epidemi. Meski telah tersedia dokumen-dokumen tentang sejarah AIDS di Indonesia, namun sejumlah dokumen ini lebih menyajikan deskripsi perkembangan epidemi daripada kebijakan atau kejadian-kejadian penting sebagai konteks dari kebijakan yang ada. 2. Isu AIDS pada dasarnya merupakan isu multisektoral sehingga kebijakan terkait dengan masalah ini menjadi sangat luas. Kajian ini hanya membatasi pada konteks sistem kesehatan di Indonesia sehingga kajian ini tidak mampu untuk memberikan 6 gambaran secara mendalam kebijakan AIDS di luar sektor kesehatan, misalnya politik-ekonomi di bidang kesehatan yang mempunyai pengaruh kuat dalam program HIV. 3. Isu-isu tentang kebijakan dan program beserta implementasinya di tingkat daerah tidak bisa mewakili keseluruhan situasi nasional karena data lapangan hanya dikumpulkan di lima provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan Papua Barat dan 10 kabupaten Kota Medan, Serdang Bedagai, Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Kota Makassar, Kabupaten Manokwari, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong. Data lapangan dalam kajian ini digunakan untuk melihat seberapa jauh variasi kebijakan nasional diimplementasikan pada tingkat daerah dan untuk melihat kesenjangan antara kebutuhan dari populasi kunci dapat diakomodasikan di dalam kebijakan dan program AIDS baik di tingkat daerah maupun nasional. 7

II. Konteks Epidemi