PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN TEKNIS TERHADAP KETEPATAN HASIL PUKULAN BOLA DALAM PERMAINAN KASTI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI TANGGAMUS

(1)

i ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN TEKNIS TERHADAP KETEPATAN HASIL PUKULAN BOLA DALAM

PERMAINAN KASTI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI TANGGAMUS

Oleh

Ahmad Herwanto

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis terhadap ketepatan hail pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Purwodadi Tanggamus.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan sampel berjumlah 30 siswa dan dibagi menjadi dua kelompok dengan menggunakan Ordinal Pairing. Kelompok 1 diberikan perlakuan dengan model pendekatan taktis dan kelompok 2 diberikan model perlakuan pendekatan teknis. Data diambil dengan tes awal dan tes akhir lalu dianalisis menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari data hasil tes diperoleh thitung siswa laki-laki kelompok taktis sebesar 5,58 dan untuk kelomok teknis sebesar 3,35 dengan ttabel 2,365. Sedangkan pada siswa perempuan di peroleh thitung 6,35 untuk

kelompok taktis dan 5,45 untuk kelompok teknis dengan ttabel 2,447.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pendekatan taktis dan teknis berpengaruh terhadap ketepatan hasil pukulan bola kasti baik pada siswa laki-laki maupun perempuan. Namun dari kedua model pendekatan tersebut model pendekatan taktis lebih baik atau lebih berpengaruh dibandingkan dengan model pendekatan teknis baik pada siswa laki-laki maupun perempuan. Kata kunci : Permainan Kasti, Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti, Pendekatan


(2)

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN TEKNIS TERHADAP KETEPATAN HASIL PUKULAN BOLA DALAM

PERMAINAN KASTI PADA SISWA KELAS IV SD NEGRI 1 PURWODADI TANGGAMUS

Oleh

AHMAD HERWANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN TEKNIS TERHADAP KETEPATAN HASIL PUKULAN BOLA DALAM

PERMAINAN KASTI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PURWODADI TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

AHMAD HERWANTO

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Model Pendekatan Penjas ... 24

2. Proses Pembelajaran Keterampilan Taktis ... 27

3. Lapangan Bola Kasti ... 34

4. Sikap Memukul Bola Mendatar Dan Melambung ... 38

5. Sikap Memukul Bola Rendah ... 38

6. Instrumen Tes ... 45

7. Data Skor Awal Kemampuan Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Kelompok Taktis ... 54

8. Data Skor Awal Kemampuan Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Kelompok Teknis ... 55

9. Skor Akhir Kemampuan Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Kelompok Taktis ... 57

10.Skor Akhir Kemampuan Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Kelompok Teknis ... 58


(5)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Penjelasan Judul ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 10

B. Belajar dan Pembelajaran ... 14

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran... 14

2. Prinsip-Prinsip Belajar ... 16

3. Setrategi Belajar Dan Bembelajaran ... 18

C. Belajar Gerak ... 19

1. Pengertian Belajar Gerak ... 19

2. Tahap Belajar Gerak ... 20

D. Pendekatan Pembelajaran Penjas ... 22

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran ... 22

2. Pendekatan Taktis ... 24

3. Pendekatan Teknis ... 30

4. Perbadaan Pendekatan Taktis dan Teknis ... 32

E. Permainan Kasti ... 33

1. Makna Kasti Dalam Permainan ... 35

2. Makna Kasti Dalam Bermain ... 35


(6)

xiii

F. Kerangka Pikir ... 39

G. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Metode Penelitian ... 41

B. Populasi Dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 42

C. Variabel Penelitian ... 42

1. Variabel Bebas ... 42

2. Variabel Terikat ... 43

D. Desain Penelitian ... 43

E. Prosedur Penelitian ... 44

F. Definisi Oprasional ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 45

H. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen ... 47

1. Validitas Instrumen ... 47

2. Reliabilitas Instrumen ... 47

I. Teknik Pengumpulan Data ... 48

J. Analisa Data ... 49

1. Uji Prasarat ... 49

2. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 53

A. Deskripsi Data ... 53

B. Hasil Analisis Data Statistika ... 60

1. Uji Validitas Instrumen ... 60

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 61

3. Uji Prasyarat ... 62

4. Uji Pengaruh ... 63

5. Uji Perbandingan ... 66

C. Pembahasan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(7)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Latihan Memukul Bola Kasti ... 77

2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 81

3. Validitas Instrumen ... 82

4. Reliabilitas Instrumen ... 83

5. Tes Awal Memukul Bola Kasti Kelompok Pendekatan Taktis Laki-Laki dan Perempuan ... 84

6. Tes Awal Memukul Bola Kasti Kelompok Pendekatanteknis Laki-Laki dan Perempuan ... 85

7. Tes Akhir Memukul Bola Kasti Kelompok Pendekatan Taktis Laki-Laki dan Perempuan ... 86

8. Tes Akhir Memukul Bola Kasti Kelompok Pendekatan Teknis Laki-Laki dan Perempuan ... 87

9. Uji Normalitas Data Kelompok Taktis Laki-Laki ... 88

10. Uji Normalitas Data Kelompok Taktis Perempuan ... 89

11. Uji Normalitas Data Kelompok Teknis Laki-Laki ... 90

12. Uji Normalitas Data Kelompok Teknis Perempuan ... 91

13. Homogenitas Tes Awal Siswa Laki-Laki ... 92


(8)

xviii

15. Homogenitas Tes Akhir Siswa Laki-Laki ... 94

16. Homogenitas Tes Akhir Siswa Perempuan ... 95

17. Pengaruh Perlakuan Model Pendekatan Taktis Siswa Laki-Laki ... 96

18. Pengaruh Perlakuan Model Pendekatan Taktis Siswa Perempuan ... 97

19. Pengaruh Perlakuan Model Pendekatan Teknis Siswa Laki-Laki ... 98

20. Pengaruh Perlakuan Model Pendekatan Teknis Siswa Perempuan ... 99

21. Perbandingan Tes Akhir Pendekatan Taktis dan Teknis Laki-Laki ... 100

22. Perbandingan Tes Akhir Pendekatan Taktis dan Teknis Perempuan ... 101

23. Foto-Foto Penelitian ... 102

24. Surat-Surat Penelitian ... 109


(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Perbedaan Penerapan Pendekatan Taktis dan Teknis ... 33

2. Desain Penelitian Eksperimen ... 43

3. Penilaian Acuan Patokan (Pap) ... 46

4. Reliabilitas Instrumen ... 48

5. Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa ... 50

6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 51

7. Deskripsi Data ... 53

8. Data Skor Awal Kemampuan Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa ... 54

9. Presentase Sebaran Awal Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa ... 56

10.Data Akhir Kemampuan Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Kelompok Taktis dan Teknis ... 57

11.Presentase Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Pada Kelompok Pendekatan Taktis ... 59

12.Presentase Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa Pada Kelompok Pendekatan Teknis ... 59

13.Validitas Instrumen ... 61


(10)

xv

15.Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Hasil

Pukulan Bola Kasti Siswa ... 62

16.Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 63

17.Hasil Analisa Uji Pengaruh Siswa Laki-Laki ... 63

18.Hasil Analisa Uji Pengaruh Siswa Perempuan ... 64

19.Hasil Analisis Uji Perbandingan Siswa Laki-Laki ... 66


(11)

vii MOTO

Barang siapa yang berungguh

sungguh pasti akan berhasil

(Al Hadits)

Sesungguhnya seudah kessulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain

(Al Insyroh : 6-7)

Orang yang bodoh itu adalah mereka yang tidak mau belajar

(Penulis)


(12)

(13)

(14)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim

Ku persembahkan karya ku ini Kepada :

Ibunda Sri Wahyuni dan Ayahanda Abdul Salam tercinta yang telah memberikan kasih sayangnya hingga saat ini dan semoga hingga akhir kelak dan dukungan

serta do’a yang kau lantunkan dalam setiap sujudmu demi keberhasilanku.

Terimakasih atas semua cinta, jerih payah dan pengorbananmu dari setiap tetes kerja keras keringatmu yang telah kau berikan kepadaku. Semoga apa yang telah

kau berikan itu membawa manfaat pahala didunia dan akhirat.

Kakak Sholehati, Isnaini dan adikku Hayim As Hari yang telah memberikan motivasi dan semangat,serta dukungannya.

Keluarga besarku dan sahabat-sahabatku, serta


(15)

(16)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ahmad Herwanto dilahirkan di Air Ringkih Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung pada tanggal 12 Desember 1992. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Abdul Salam dan Ibu Sri Wahyuni. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Rebang Tangkas pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Rebang Tangkas pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Abung Barat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi melalui jalur SNMPTN. Pada Juli 2014, Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN 1 Purwodadi, Kec. Gisting, Kab. Tanggamus.

Demikian riwayat hidup penulis sampaikan dan mudah-mudahan penulis dapat menjadi orang yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(17)

ix

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafa’atnya di Yaumul akhir nanti.

Skripsi dengan judul Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Ketepatan Hasil Pukulan Bola Dalam permainan Kasti Pada Siswa

Kelas IV SD Negri 1 Purwodadi Tanggamus Lampungadalah salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ekripsi ini tidak lepas peranan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd Ketua Program Setudi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Universitas Lampung.


(18)

x

4. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd Dosen Pembimbing Pertama atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan, kritik, saran, dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Akor Sitepu, M.Pd Dosen Pembimbing Kedua atas

kesediaanya untuk memberikan bimbingan dalam penulisan, saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rahmat Hermawan, M.Kes Dosen Pembahas atas kesediaanya untuk memberikan bimbingan dan pembahasan , kesabaran, waktu, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini .

7. Ibu Ruswanti, S.Pd Kepala Sekolah SDN 1 Purwodadi yang telah memberikan izin tempat penelitian.

8. Bapak Abdul Salam dan Ibu Sri Wahyuni orang tua yang selalu menyayangi, mencintai, dan mendo’akan penulis tanpa rasa lelah agar terselesaikannya skripsi ini. Kakak (Sholehati dan Isnaini) dan Adikku (Hasyim As Hari) yang selalu menyemangati, memberikan masukan kritik dan saran kepada peneliti.

9. Sahabat-sahabat saya Penjaskes angkatan 2011 Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

10. Mas Andre, Arum, Dianti, Binar, Ahmad Fiknon yang selalu medukung dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman KKN-PPL Rian Hidayat, Astri, Dewi Renita, Dianti, Widia Dara, Risa Novinda, Nurlita, Dona yang selalu memberi semangat. 12.Bapak dan ibu staf tata usaha FKIP Unila yang telah memberi


(19)

xi

13.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas Ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir Kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, amin..

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Bandar Lampung, 30 Oktober 2015 Penyusun

Ahmad Herwanto NPM. 1113051007


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang memerlukan proses, waktu dan melibatkan banyak faktor serta dampaknya tidak akan segera dapat diamati dan dirasakan oleh manusia. Dalam era globalisasi sekarang ini pendidikan di persekolahan semakin dibutuhkan, lebih-lebih dalam pendidikan aspek perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut merupakan komponen yang sangat penting yang menyangkut tuntutan masa sekarang sebagai masa pembangunan dan masa persaingan bebas. Untuk itu, sekolah harus melengkapi bahkan mengutamakan ketiga aspek tersebut.

Dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(21)

2

Pendidikan jasmani merupakan bidang studi yang ada dalam kurikulum dan diajarkan pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, bahkan beberapa perguruan tinggi memasukkan sebagai mata kuliah wajib.

Pendidikan jasmani mengutamakan aktivitas jasmani yang mempunyai

peranan penting dalam pembinaan dan pengembangan individu dan kelompok dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional yang serasi, selaras, dan seimbang. Meningkatkan jasmani di sekolah merupakan dasar yang baik bagi perkembangan olahraga di luar sekolah. Pendidikan jasmani dan olahraga tidak dipisahkan, keduanya

memiliki keterkaitan yang erat dan saling mempengaruhi, sehingga tidak sulit untuk mensejajarkan pendidikan jasmani dan olahraga jika dengan sadar sengaja kita arahkan untuk satu tujuan tersebut.

Tujuan pendidikan jasmani di sekolah tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional secara umum. Secara khusus pendidikan jasmani diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina jasmani dan rohani siswa dan lingkungan hidupnya agar tumbuh secara harmonis dan optimal sehingga mampu melaksanakan tugas bagi dirinya sendiri maupun bagi bangsa dan negara. Pendidikan Jasmani dijadikan sebagai media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik,

pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang. Dengan pendidikan jasmani siswa akan memperoleh berbagai ungkapan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai ungkapan yang


(22)

3

kreatif, inovatif, terampil, memiliki kebugaran jasmani, kebiasaan hidup sehat dan memiliki pengetahuan serta pemahaman terhadap gerak manusia, serta pendidikan jasmani berusaha untuk mengembangkan pribadi secara

keseluruhan.

Anak-anak di usia Sekolah Dasar bila diamati akan nampak betapa tingginya kegiatan mereka, sulit bagi mereka untuk duduk dan diam. Mereka selalu bergerak, lari ke sana ke mari, lompat-lompat, memanjat terus lompat turun dan terus lari. Anak-anak tidak menyia-nyiakan kesempatan bermain jika ada keinginan bermain bagi anak-anak itu ada hubungannya dengan naluri

bergerak yang merupakan kodrat dari anak-anak. Naluri atau dorongan bergerak ini harus dipuaskan dengan hal-hal yang menggembirakan dan menarik bagi anak. Ketika bermain, semua fungsi baik jasmani maupun rohani anak ikut terlatih.

Dalam pendidikan Sekolah Dasar anak akan diberikan berbagai macam bentuk dan jenis permainan yang akan membuat anak tersebut merasa senang dan gembira. Adapun jenis kegiatan jasmani atau permainan yang terdapat dalam pembelajaran Sekolah Dasar diantaranya bola bakar, rounders, kasti dan kippers. Keempat permainan ini mempunyai teknik-teknik dasar yang hampir sama, teknik dasar yang dimaksud adalah melempar, menangkap, memukul dan mematikan lawan. Dari keempat teknik dasar tersebut harus dikuasai dengan baik agar permainan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Dari uraian di atas penulis akan meneliti salah satu dari keempat permainan tersebut yaitu bola kasti.


(23)

4

Kasti adalah salah satu permainan tradisional beregu yang menggunakan bola kecil (bola tenis), alat pemukul yang terbuat dari kayu, tempat perhentian (base), batas lapangan serta peraturannya. Permainan kasti merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang diajarkan di sekolah yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani. Kasti merupakan salah satu permainan bola kecil yang diajarkan pada murid-murid sekolah dasar dan permainan ini sangat disukai karena banyak melibatkan murid-murid dan dapat

menimbulkan rasa gembira. Permainan kasti memiliki aturan permainan tersendiri yang berbeda dengan permainan bola kecil lainnya.

Permainan kasti terdiri atas dua regu, yaitu satu regu pemukul dan satu regu lapangan (penjaga). Pada permainan kasti, bagi regu pemukul diharapkan dapat melakukan pukulan ke arah lapangan dengan pukulan tepat mengenai bola setelah bola dilambungkan oleh regu penjaga dengan maksud akan menghasilkan pukulan yang sulit ditangkap oleh lawan (regu penjaga), sehingga regu pemukul dapat berlari sampai pada tiang hinggap yang telah ditetapkan dan kembali lagi ke ruang bebas. Pukulan dinyatakan benar apabila bola yang dipukul melampaui garis pukul, dan tidak melewati garis samping sebelum bendera tengah dengan tidak lebih dahulu mengenai tanah, pemain atau tiang pertolongan. Pukulan yang baik dapat dilakukan jika kita memegang kayu pemukul dengan benar dan ternyata memukul dengan baik saja belum cukup, kita harus terus berlatih teknik pukulan. Untuk

menghasilkan pukulan yang baik maka perlu memperhatikan teknik dasar memukul dan bentuk latihan serta cara yang digunakan.


(24)

5

Dari pengamatan yang dilakukan pada siswa kelas IV SD N 1 Purwodadi dalam belajar pendidikan jasmani dan kesehatan khususnya pada permainan bola kasti peneliti menemukan masalah, yaitu masih lemahnya tingkat penguasaan dan cara melakukan gerak dasar memukul yang mempengaruhi hasil dari pukulan itu sendiri. Dalam hal ini dapat dilihat dari masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan pukulan bola kasti selain itu siswa masih kesulitan juga dalam mengarahkan bola hasil pukulan. Kenyataan ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang belum mampu memukul dengan benar karena diawali dengan langkah-langkah yang salah ketika akan melakukan pukulan sehingga bola yang dipukul tidak tentu arahnya.

Peneliti mengidentifikasi penyebab masih rendahnya tingkat keberhasilan pukulan bola dalam permainan kasti adalah model pendekatan yang digunakan masih belum bervariatif. Perlu adanya perbaikan dalam menggunakan model pendekatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan memukul bola dalam permainan kasti. Dengan penggunaan model pendekatan yang tepat akan berpengaruh pula terhadap keberhasilan atau pencapaian dari tujuan

pembelajaran itu sendiri, karena dengan model pendekatan yang sesuai maka tingkat keberhasilan pembelajaran gerak akan mudah dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan keterangan diatas maka peneliti tertarik untuk membandingkan mana yang lebih baik antara dua model pendekatan yaitu pendekatan taktis dan teknis dengan judul penelitian “Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Teknis Terhadap Ketepatan Hasil Pukulan Bola Dalam Permainan Kasti Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Purwodadi Tanggamus”.


(25)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak siswa yang kurang memahami cara melakukan gerak dasar memukul bola kasti.

2. Masih banyak siswa yang kesulitan dalam melakukan gerak memukul bola kasti terutama dalam mengarahkan hasil pukulan.

3. Masih rendahnya tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan pukulan bola dalam permainan kasti.

4. Model pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran permainan kasti masih belum bervariasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di paparkan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu antara lain :

1. Apakah model pendekatan taktis berpengaruh terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SD N 1 Purwodadi ?

2. Apakah model pendekatan teknis berpengaruh terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SD N 1 Purwodadi ?


(26)

7

3. Manakah yang lebih baik dan berpengaruh antara model pendekatan taktis dan teknis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SD N 1 Purwodadi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh model pendekata taktis dan teknis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SD N 1 Purwodadi. 2. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh model pendekatan taktis dan

teknis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SD N 1 Purwodadi. 3. Mengetahui manakah model pendekatan yang lebih baik antara model

pendekatan taktis dan teknis terhadap ketepaan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SD N 1 Purwodadi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai wawasan dan masukan bagi :

1. Sekolah

Sebagai pertimbangan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran lebih lanjut pada pelajaran bola kecil khususnya gerak dasar memukul.


(27)

8

2. Guru Penjaskes

Sebagai bahan referensi untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam melatih gerak dasar memukul pada permainan kasti agar latihan tidak cenderung monoton dan menjadi lebih atraktif. 3. Bagi Program Studi Penjaskes

Sebagai salah satu kontribusi untuk mengembangkan proses pembelajaran gerak dasar memukul bola kasti melalui latihan pendekatan taktis

pendekatan taktis dan teknis.

F. Penjelasan Judul

1. Perbandingan merupakan kegiatan mencari perbedaan suatu objek dengan objek yang lain (Suharto, 2009: 13).

2. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51).

3. Pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dan urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Suparman, 2001:167).

4. Pengertian pendekatan taktik adalah sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa dan permainan untuk pembelajaran permainan yang berkaitan


(28)

9

dengan olah raga dengan hubungan yang kuat dengan sebuah pendekatan konstruktifis dalam pembelajaran (Subarjah, 2001: 16).

5. Pendekatan teknis merupakan sebuah pendekatan yang lebih berorientasi pada pencapaian keterampilan teknik dasar.(Tomolyus, 2001 : 3).

6. Ketepatan pukulan, pukulan adalah aktivitas mengenakan suatu benda dengan kekuatan tangan. Ketepatan pukulan adalah kemampuan mengenakan suatu benda dengan tangan dan tepat mengenai sasaran. (Manan, 2013: 50).

7. Bola kasti, kasti merupakan salah satu jenis permainan bola kecil. Permainan kasti termasuk permainan beregu yang di mainkan oleh dua tim. Permainan ini mengutamakan kegembiraan dan ketangkasan para pemainnya. (Ridwan dan Sulaeman, 2008: 12).


(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dapat di peroleh melalui jalur formal, non formal, dan informal. Sekolah adalah sebuah wadah atau lembaga formal untuk belajar dan memberi pelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum pendidikan. Disanalah tempat mereka menimba ilmu dan disekolah juga anak-anak belajar berbagai mata pelajaran (Yudiana, 2010: 32).

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik neuromuskoler, perseptual, kognitif dan emosional dalam kerangka pendidikan nasional. (Depdiknas, 2003). Lebih lanjut Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara


(30)

11

keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmanidan olahraga

Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model “pendidikan melalui aktivitas jasmani”, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini dan

menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani".Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk

mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pengertian Pendidikan Jasmani juga telah disepakati oleh para ahli yang merupakan terjemahan dari istilah asing Physical Education. Menurut James Baley dan Field (2001: 19) dalam Subarjah (2001: 10) menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang

membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa, Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial,


(31)

12

kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.

Khomsin (2000: 24) menyatakan bahwa “Pendidikan Jasmani adalah proses pemenuhan kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang secara eksplisit dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan jasmani yang diikutinya”.

Berdasarkan pengertian ini, maka pelaksanaan penjas di lapangan harus memahami asumsi dasar berikut ini:

1. Penjas adalah proses pendidikan yang berpusat pada siswa.

2. Penjas harus memfokuskan pada keunikan dan perbedaan individu. 3. Penjas harus mengutamakan kebutuhan siswa ke arah pertumbuhan dan

kematangan di dalam semua dominan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

4. Hasil penjas harus dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang dicapai secara nyata.

5. Kegiatan fisik yang dilakukan meliputi semua bentuk pengalaman gerak dasar kompetitif dan ekspresif.

Atas dasar uraian di atas maka pendidikan jasmani di sekolah tidak diarahkan untuk menguasai cabang olahraga, namun lebih mengutamakan proses

perkembangan motorik siswa, sebagai subjek didik dan bukan sebagai objek didik. Pada akhirnya siswa akan menyenangi kegiatan jasmani sepanjang hidupnya, yang sangat berguna bagi diri sendiri, baik untuk masa kini maupun masa depan.


(32)

13

Sedangkan menurut Bucher dalam Khomsin (2000: 29), ada 5 tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan jasmani yaitu organik, neuromuskuler, interperatif, sosial dan emosional. Tujuan pendidikan jasmani di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Organik

Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa mengembangkan kekuatan otot, daya tahan kardiosvaskular, dan kelentukan.

2. Neuromuskuler

Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa dalam

mengembangkan keterampilan lokomotor, keterampilan nonlokomotor, dan bentuk-bentuk keterampilan dasar permainan.

3. Interperatif

Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan, membuat penilaian, memahami peraturan permainan, mengukur keamanan, dan tata cara atau sopan santun. Menggunakan strategi dan teknik yang termasuk di dalam kegiatan organisasi, mengetahui fungsi-fungsi tubuh dan hubungan dengan aktivitas gerak serta mampu memecahkan permasalahan dan berkembangan melalui permainan.

4. Sosial

Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan orang lain dengan menghubungkan individu untuk masyarakat dan lingkungannya. Kemampuan dalam membuat penilaian dalam suatu situasi kelompok. Belajar berkomunikasi dengan


(33)

14

orang lain. Berkemampuan untuk merubah dan menilai ide-ide dalam kelompok. Pengembangan dari fase-fase sosial dari kepribadian, sikap, dan nilai-nilai agar menjadi anggota masyarakat yang berguna.

Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif. Belajar untuk membangun waktu senggang yang bermanfaat. Mengembangkan sikap yang menggambarkan karakter moral yang baik.

5. Emosional

Aspek ini terkait dengan masalah kemampuan siswa melakukan respon yang sehat terhadap kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Mengembangkan tindakan-tindakan positif dalam menonton dan keikutsertaan baik pada saat berhasil maupun kalah. Menyalurkan tekanan melalui kegiatan-kegiatan fisik yang bermanfaat. Mencari jalan keluar untuk ekspresi dan kreativitas untuk diri sendiri. Mewujudkan suatu pengalaman seni yang berasal dari kegiatan-kegiatan yang terkait. Berkemampuan untuk memiliki kegembiraan atau

kesengsaraan.

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Pendidikan di Indonesia baik di sekolah maupun di luar sekolah selalu mengarah kepada tujuan nasional. Tujuan pendidikan nasional terwujud apabila tersedianya suatu perlakuan demi mendukung terwujudnya tujuan yang ingin dicapai. Khususnya pada upaya pembinaan peserta didik melalui pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara


(34)

15

keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berpikir kritis, stabilitas, emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan jasmani. Menurut Supandi, dkk. (1986) dalam Yudiana (2010: 48) memberi penjelasan bahwa belajar adalah perbuatan manusia yang nampaknya menjadi kebiasaan hidup manusia.”

Wahidin (2006: 52) merangkum beberapa konsep belajar yang dapat dijadikan acuan dalam dunia pendidikan, bahwa seseorang dapat

dikatakan belajar apabila membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri. Karena itu seorang yang sudah mengalami belajar tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, ia akan lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya bertambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkanya secara fungsional dalam situasi hidupnya.

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar. Darmawan (2008: 7) menjelaskan bahwa, ”pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar

(learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subyek didik.”. Konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem. Sehingga dalam sistem belajar ini


(35)

16

terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan.

Sanjaya (2006: 78) menjelaskan kata pembelajaran merupakan terjemahan dari ”instruction”, yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaan. Menurut Mudjiono (1999: 23) membagi Prinsip-prinsip belajar dalam 7 kategori, yaitu a) perhatian dan motivasi, b) keterlibatan langsung, c) pengulangan, d) tantangan, e) penguatan, f) perbedaan individu. Di bawah ini adalah penjelasan dari prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:


(36)

17

a. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Keaktifan Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga

dilimpahkan oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

b. Keterlibatan Langsung

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.

c. Pengulangan

Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan yang penting, karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan pengulangan agar terjadi kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu prinsip

pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran dan dalam belajar masih tetap diperlukan latihan-latihan atau pengulangan- pengulangan.

d. Tantangan

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan


(37)

18

baik, maka bahan belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang di hadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. e. Balikan atau Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan

terutama ditekankan pada stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi). f. Perbedaan Individu

Perbedaan individu ini pengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran di sekolah.

3. Strategi Belajar dan Pembelajaran

Penerapan strategi pembelajaran yang umumnya dilakukan oleh guru, menurut Riyanto (2009: 132) ada tiga tahapan pokok yang harus diperhatikan dan diterapkan, yaitu a) tahap permulaan

(pra-instruksional), b) tahap pengajaran ((pra-instruksional), c) tahap penilaian (evaluasi). Tiga tahap di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Permulaan (pra-instruksional)

Adalah tahapan persiapan guru sebelum kegiatan pembelajaran dimulai (memeriksa kehadiran siswa, menanyakan materi, apresiasi) b. Tahap Pengajaran (instruksional)

Adalah langkah-langkah yang dilakukan saat pembelajaran


(38)

19

pokok-pokok materi yang akan di bahas, membahas pokok-pokok materi yang telah dilakukan/ditulis, menggunakan alat peraga, menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi. c. Tahap Penilaian dan Tindak Lanjut (evaluasi)

Adalah penilaian atas hasil belajar siswa setelah mengikuti

pembelajaran dan tindak lanjutnya. Seperti, mengajukan pertanyaan pada siswa tentang materi yang telah di bahas, mengulas kembali materi yang belumdikuasai siswa, memberi tugas atau pekerjaan rumah pada siswa, menginformasikan pokok materi yang akan di bahas pada pertemuan berikutnya.

Dari penjelasan ahli di atas apabila ditarik kesimpulan bahwa mengajar itu merupakan aktivitas yang kompleks dari suatu kegiatan interaksi antara guru dan siswa yang secara khusus dilaksanakan di persekolahan, dengan maksud untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

C. Belajar Gerak

1. Pengertian Belajar Gerak

Pendidikan Jasmani di seluruh dunia saat ini adalah salah satu dari bidang kurikulum yang berkembang dengan sangat pesat dalam jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Kebutuhan untuk melengkapi anak-anak dengan pengalaman belajar dalam pendidikan jasmani telah diakui secara universal dan telah mengalami perubahan secara


(39)

20

meyakinkan dalam isi dan strategi mengajarnya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah aku yang potensial terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pangalaman yang dilakukan ecara berulang-ulang. (Hilgard, 1998: 49).

Gerak merupakan hakikat manusia. Bergerak adalah salah satu aktifitas yang tidak akan luput dari kehidupan manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari–hari. Pengertian serta karakteristik belajar gerak berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasarannya yaitu menyangkut penguasaan keterampilan dan gerak tubuh. Menurut Schmidt (1999: 34) “Belajar gerak adalah serangkaian proses internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang akan membentuk perubahan permanen relatif terhadap kemampuan untuk merespons”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permainan dalam perilaku terampil.

2. Tahap Belajar Gerak

Kata gerak banyak digunakan diberbagai disiplin ilmu pengetahuan misalnya, dalam ilmu-ilmu sosial dan eksakta. Namun kata gerak diberbagai disiplin ilmu tersebut mempunyai pengertian yang berbeda, misalnya adalah gerak dalam kalimat. Dalam ilmu fisika, gerak diartikan sebagai suatu proses perpindahan suatu benda dari suatu posisi keposisi lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan


(40)

21

waktu. Pengertian dapat diamati secara objektif adalah bahwa

perpindahan benda tersebut dapat diukur dalam suatu satuan waktu dan ruang. Gerak adalah perpindahan suatu benda dari seuatu tempat atau posisi ketempat yang lain yang dapat diamati secara objektif dalam suatu dimensi ruang dan waktu ( fisika ).

Dalam menyempurnakan suatu keterampilan motorik dapat berlangsung dalam tiga tahapan. Menurut Fitts & Pasner dalam Lutan (1988 : 305), tahapan belajar gerak tersebut adalah, a) tahap koknitif, b) tahap afektif, c) tahap psikomotor. Di bawah ini adalah penjelasan ke tiga tahapan tersebut:

a. Tahap Kognitif

Tatkala seseorang baru mulai mempelajari suatu tugas, katakanlah keterampilan motorik, maka terjadi pertanyaan baginya ialah bagaimana cara melakukan tugas itu. Dia membutuhkan informasi mengenai cara melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan

informasi atau pengetahuan yang diperoleh. b. Tahap Asosiatif

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa melaksanakan tugas gerak,dan mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan Nampak penampilan yang terkordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun gerakan semakin konsisten.


(41)

22

c. Tahap otomatis

Setelah seseorang berlatih selama berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dia memasuki tahap otomatis. Dikatakan demikian, karena pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya yang terjadi secara stimulan.

D. Pendekatan Pembelajaran Penjas

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Model merupakan penyederhanaan hubungan antara konstruk yang kompleks yang dapat memudahkan kita, bukan saja memahaminya tapi juga menerapkannya. Dengan memanfaatkan suatu model kita juga dapat memprediksi suatu gejala berdasarkan gejala tertentu lainnya. Menurut Suparman (2001: 167) menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan perpaduan dan urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran, siswa, peralatan, bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Menurut Dick dan Carey (1990: 34) dalam Suharto (2009: 26) “pendekatan pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis

kegiatanpembelajaran sehingga sasaran didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan”.


(42)

23

Menurut Subroto, (2001: 9) dijelaskan bahwa dalam kegiatan

pembelajaran, guru dituntut memiliki kemampuan memilih pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana dan usaha dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran serta untuk menyajikan materi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Untuk menentukan atau memilih pendekatan pembelajaran, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditemukan, kemudian memilih pendekatan pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif sehingga dapat memberi kemudahan dalam menerapkan materi pembelajaran.

Menurut Tomolyus (2001: 7) suatu pendekatan pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan dengan waktu yang lebih singkat dari pendekatan yang lain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih pendekatan pembelajaran adalah tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berarti bagaimana menata potensi dan sumberdaya agar suatu program dapat dimanfatkan secara optimal, atau suatu mata pelajaran dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang dipilih guru dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa komponen pembelajaran (materi pembelajaran, siswa, waktu, alat, bahan, metode pembelajaran dan evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(43)

24

Griffin, Mitchell & Oslin, (1999: 8) bahwa implementasi pembelajaran permainan dalam penjas di persekolahan terdapat dua model pendekatan yakni pendekatan taktis dan pendekatan teknik ”.

Tomolyus (2001 : 4) juga menyebutkan bahwa dalam mengajar pendidikan jasmani dikenal dua pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan taktis dan pendekatan teknis. Model pendekatan tersebut dapat di lihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Pendekatan Pendekatan Penjas Sumber : Tomolyus (2001: 4)

2. Pendekatan Taktis

Pendekatan taktis disebut juga dengan pendekatan induktif lebih

mengutamakan proses dengan menggambarkan hasil pelaksanaan tugas. Proses pendekatan taktis dapat dilakukan melalui modifikasi permainan (modifikasi fasilitas, alat, jumla peserta dan peraturan) dengan maksud meningkatkan maksimal partisipasi peserta didik untuk mengungkapkan masalah taktis (Tomolyus, 2001: 3). Pendekatan taktis dalam

pembelajaran permainan merupakan sebuah pendekatan pembelajaran PENDEKATAN TEKNIS

PENDEKATAN

PEMBELAJARAN PENJAS


(44)

25

yang menekankan pada bermain dan belajar keterampilan teknis dalam situasi bermain serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui dan melihat relevansi keterampilan teknik pada situasi bermain yang sesungguhnya.

Menurut Subroto (2001: 5) tujuan pendekatan pembelajaran permainan melaui pendekatan taktis ini bagi siswa, diantaranya a) untuk

meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat dengan masalah atau situasi dalam permainan, b) memberikan penguasaan kemampuan bermain melalui keterkaitan antara taktis permainan dengan perkembangan keterampilan, c) memberikan kesenangan dalam beraktivitas dan d) memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan selama bermain. Menurut Subarjah (2001:16) pembelajaran pendekatan taktis adalah sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa dan permainan untuk pembelajaran permainan yang berkaitan dengan olah raga dengan hubungan yang kuat dengan sebuah pendekatan konstruktifis dalam pembelajaran.

Dyson, Griffin, dan Hastie (2004: 231) berpendapat, terdapat tiga asumsi utama dalam pembelajaran permainan dengan pendekatan taktis, yaitu permainan dimodifikasi secara representatif untuk memudahkan dalam bentuk dan kondisi permainan (seperti perubahan dalam peraturan permainan) yang mengarah kepada permasalahan taktis yang ditemukan dalam permainan; (2) permainan memberikan kemudahan dalam


(45)

26

bentuk dasarnya meliputi system klasifikasi dan struktur model taktis bermain. Sistem klasifikasinya meliputi empat kategori utama, yaitu (a) permainan target, (b) permainan berlari/lapangan, (c) permainan net, dan (d) permainan invasi.

Menurut Sucipto (2001 : 7) dasar untuk menerapkan pendekatan taktis, yaitu a) minat dan kegembiraan, b) pengetahuan sebagai pemberdayaan, c) transfer pemahaman dan penampilan bermain.

a. Minat dan Kegembiraan

Pendekatan tradisional hanya menekankan pada pemahaman teknik secara terpisah-pisah, sedangkan pada pendekatan taktis penekannya pada pemahaman terhadap kemampuan taktis dan teknik permainan secara terpadu. Sehingga akan membuat siswa merasa senang karena pembelajaran yang menyenangkan.

b. Pengetahuan Sebagai Pemberdayaan

Yang paling penting dalam suatu permainan adalah proses pengambil keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan dengan cepat dan tepat pada saat ingin memukul bola adalah

penerapan teknik dan taktis yang sesuai pada saat permainan. Untuk memperoleh pemahaman tersebut hanya melalui kesadaran

pembelajaran taktis.

c. Transfer Pemahaman dan Penampilan Bermain

Pengertian transfer dalam konteks ini adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan kecakapan, keterampilan, pengetahuan dan lainnya


(46)

27

yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan ke dalam situasi yang baru.

Proses keterampilan takis tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar dibawah ini:

Gambar 2. Proses Pembelajaran Keterampilan Taktis Sumber: Tomolyus (2001:18)

Menurut Sucipto (2001: 5) pendekatan taktis dapat ditinjau melalui

beberapa hal, yaitu a) tinjauan psikologis, b) tinjauan fisiologis, c) tinjauan motorik, d) tinjauan pendidikan. Tinjauan pendekatan taktis di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tinjauan Psikologis

Pada Pendekatan taktis siswa secara langsung dapat memahami keterkaitan keterampilan teknik dalam permainan atau pertandingan. Dengan bentuk pengajaran bermain atau bertanding, maka siswa dapat mengikuti pengajaran pendidikan jasmani akan lebih senang,

semangat, termotivasi, menantang untuk bersaing bersama lawan mainnya atau tandingnya. Pendekatan taktis sangat cocok untuk Bentuk permainan

 Konsep permainan

 Memahami nila dan prinsip

Pelaksanaan tugas

Belajar memahami nilai taktis

permainan belajar membuat keputusan yang tepat

 Apa yang harus dilakukan ? (taktis)

 Bagaimana melakukan ? (cara)

 Mengapa (dasar keputusan)

 Kemana ( berkaitan dengan menejemen tubuh)


(47)

28

diterapkan pada siswa Sekolah Dasar yang memiliki karakteristik senang bermain dan berani berpetualang untuk menghadapi tantangan sesuai dengan hati nuraninya. Jika siswa dalam mengukuti suatu kegiatan yang sesuai dengan hati nuraninya, maka siswa akan melakukan kegiatan tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Lain halnya dengan menggunakan pendekatan tradisional, yaitu pendekatan teknis. Dengan menggunakan pendekatan teknis, siswa merasa jenuh/ bosan, karena hampir seluruh waktu kegiatan belajar di sekolah dihabiskan hanya untuk mempelajari keterampilan teknik saja.

b. Tinjauan Fisiologis

Pendekatan taktis akan memberikan mobilitas yang tinggi pada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar pendidikan jasmani. Pendekatan taktis sangat cocok untuk diterapkan pada siswa Sekolah Dasar yang memiliki karakteristik senang bermain dan berani berpetualang untuk menghadapi tantangan. Sebagai contoh dalam pengajaran kasti, siswa dapat memahami baik dalam konsep, maupun penerapan keterampilan taktik dalam situasi pertandingan yang sesungguhnya. Siswa secara langsung dapat memetik manfaat penggunaan teknik pukulan dari arah dan kekuatan untuk mencetak skor lebih banyak. Kasti termasuk salah satu permainan invasion (penyerangan), dimana dalam bertandingan kasti masing-masing tim mencari peluang untuk memperoleh nilai atau point dari lawannya sebanyak - banyaknya.


(48)

29

c. Tinjauan Motorik

Gerak merupakan perwujudan dari koordinasi neuromuscular. Gerak disebabkan adanya kontraksi otot. Kontraksi otot disebabkan adanya perintah dari otak yang mendapat stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Gerak dibedakan 3 macam, yaitu lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Gerak lokomotor ditandai dengan perubahan dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh gerakan lokomotor dalam kasti yaitu melangkah untuk menghindar dari bola kasti. Gerak non

lokomotor ditandai dengan tidak adanya perubahan dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh gerakan non lokomotor dalam kasti adalah mengelak untuk menghindari datangnya bola. Sedangkan gerak manipulatif ditandai adanya benda lain yang dimanipulatif sehingga benda tersebut bergerak dari suatu tempat ke tempat lain.

d. Tinjauan Pendidikan

Banyak manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran kasti dengan menggunakan pendekatan taktis, seperti pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan kognitif berkembang sejalan dengan diberikan latihan-latihan konsep pemahaman dalam pendekatan taktis, proses berfikir cepat dalam menghadapi permasalahan yang segera dipecakkan, dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Kemampuan afektif berkembang sejalan dengan diberikan latihan-latihan yang mengarah pada sikap sportifitas, saling

menghargai/menghormati sesama teman latih-tanding, disiplin, rendah hati, dan masih banyak lagi sikap yang lainnya. Sedangkan


(49)

30

kemampuan psikomotor berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan yang mengarah dengan aktivitas jasmani, seperti pembelajaran kasti yang dinamis, menantang, menyenangkan. Dengan diberikan materi pengajaran yang dinamis, menantang, menyenangkan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa, maka unsur-unsur kebugaran jasmani akan berkembang pula.

3. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis merupakan pendekatan yang saat ini banyak digunakan oleh guru dan pembina olahraga, baik di sekolah maupun di perkumpulan olahraga. Hal ini karena adanya pandangan bahwa untuk dapat

memainkan suatu keterampilan olahraga permainan, mutlak diperlukan penguasaan teknik dasar yang akan mendukung penampilan dalam olahraga permainan tanpa memandang kepada siapa permainan tersebut diajarkan dan sesuaikah suatu model digunakan.

Menurut Dick (1989) dalam Subarjah (2001: 328) “pendekatan ini menekankan pada keterampilan teknis dengan proses kegiatan latihan aktivitas fisik yang dilaksanakan secara bertahap untuk

mengkoordinasikan pola-pola gerak dasar menjadi satu kesatuan”. Sedangkan menurut Tomolyus (2001 : 3) “Pendekatan teknis sering disebut juga dengan pendekatan tradisional,yaitu lebih berorientasi pada pencapaian keterampilan teknik bermain, proses pembelajaran dengan pendekatan teknis biasanya diawali dengan guru memberi contoh suatu gerakan keterampilan, kemudian, siswa meniru atau melakukan gerakan


(50)

31

tersebut, dan melakukan secara berulang ulang”. Dalam pelaksanaannya siswa menunggu perintah guru untuk melaksanakan tugas gerak yang diinstruksikan, sehingga sering disebut dengan gaya komando.

Menurut Hakim (2013 : 16) pendekatan ini menekankan pada

keterampilan teknis dengan proses kegiatan latihan aktivitas fisik yang dilaksanakan secara bertahap untuk mengkoordinasikan pola-pola gerak dasar menjadi satu kesatuan.

Secara garis besar Suhendro (1999: 44) menggambarkan ruang lingkup penguasaan teknik yang terbagi ke dalam tiga tingkatan atau kelompok, yaitu a) teknik dasar, b) teknik menengah, c) teknik tinggi. Beberapa tingkatan di atas dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Teknik Dasar

Adalah suatu penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari komponen-komponen penting cabang olehraga tertentu dalam taraf yang paling sederhana, yang dalam proses gerakannya di mulai pada taraf yang paling sederhana dan mudah dilakukan.

b. Teknik Menengah

Adalah suatu penguasaan teknik gerakan cabang olahraga yang sudah menuntut kemampuan fisik yang lebih tinggi dari teknik dasar, membutuhkan komponen-komponen pendeukung agar teknik menengah ini dapat dikuasai.komponen yang dimaksut seperti penggunaan kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan koordinasi lebih tinggi dari pada teknik dasar.


(51)

32

c. Teknik Tinggi

Adalah suatu teknik yang menuntut dan memerlukan gerakan dengan tempo, ketepatan, kecermatan, dan koordinasi yang tinggi.

Penguasaan teknik tinggkat tinggi memerlukan kualitas kemampuan fisik yang tinggi, karena gerakan yang dilakukan sangat sulit.

Dengan demikian, model pembelajaran dengan pendekatan teknis adalah suatu kerangka konseptual mengenai interaksi belajar mengajar yang disusun secara sistematis dan dirancang serta dikembangkan

menggunakan pendekatan penguasaan teknik yang mengutamakan keterampilan teknis melalui pengulangan pola gerak dasar sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Perbedaan Pendekatan Taktis dan Pendekatan Teknis

Pendekatan taktis disebut juga dengan pendekatan induktif lebih mengutamakan proses dengan menggambarkan hasil pelaksanaan tugas. Proses pendekatan taktis dapat dilakukan melalui modifikasi permainan (modifikasi fasilitas, alat, jumla peserta, peraturan, dan permainan) dengan maksud meningkatkan maksimal partisipasi peserta didik untuk mengungkapkan masalah taktis. Sedangkan pendekatan teknis merupakan pendekatan yang menekankan pada keterampilan teknik dengan proses kegiatan latihan aktivitas fisik yang dilaksanakan secara bertahap dan sistematis untuk mengkoordinasikan pola-pola gerak dasar sehinga menjadi satu kesatuan.


(52)

33

Tabel 1. Perbedaan penerapan pendekatan taktis dan teknis

Pendekatan taktis Pendekatan teknis Pendekatan taktis disebut dengan

game, play dan strategi

Pendekatan teknis disebut juga pendekatan tradisional

Pendekatan taktis memiliki tujuan intelektual skill

Pendekatan teknis memiliki tujuan physical skill

Pendekatan taktis dilakukan melalui modifikasi alat, peraturan, permainan dll.

Pendekatan teknis dilakukan melalui pembelajaran teknis dasar secara keseluruhan

Evaluasi dilakukan melalui observasi

Evaluasi dilakukan melalui tes kemampuan dasar

E. Permainan Kasti

Pada dasarnya permainan (game) dibagi menjadi empat kategori utama, yaitu (1) agon, yakni permainan yang bersifat pertandingan, perlawanan kedua pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemengan sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras; (2) alea, yakni

permainan yang mengandalkan hasil secara untung-untungan, atau hukum peluang seperti permainan dadu, kartu, dll, sementara keterampilan, kemampuan otot tidak diperlukan. (3) mimikri, yakni permainan fantasi yang memerlukan kebebasan dan bukan kesungguhan; dan (4) illinx, yakni mencakup permainan yang mencerminkan keinginan untuk melampiaskan


(53)

34

kebutuhan untuk bergerak, berpetualang, dan dinamis, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung (Fajar, 2010: 5).

Kasti adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu terdiri dari 12 orang yang dimainkan di dalam

lapangan persegi empat dan permainan ini menggunakan alat berupa kayu pemukul dan bola kasti. Lapangan bola kasti dapat di lihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3. Lapangan Bola Kasti Keterangan :

PPL : pembantu Pelambung PM : pemukul

PL : pelambung RB : ruang bebas

Tp : tiang pertolongan Th : tiang hinggap

A dan D : 5 meter B : 15 meter

C : 10 meter : jari-jari 1 meter

PPL

PM

PL

RB

Tp Th1 60 M 30 M Th2

A

A

A

A

A

C

B

C

A

A

A

D


(54)

35

1. Makna Kasti dalam Permainan

Kasti merupakan salah satu jenis permainan bola kecil yang di mainkan oleh dua regu, permainan ini mengutamakan kegembiraan dan ketangkasan para pemainnya untuk dapat memenangkan

permainan serta dituntut untuk bekerja sama dengan baik (Ridwan dan Sulaeman, 2008: 12). Menurut Rosyidi dkk. (1982) dalam Manan (2013: 48) permainan kasti adalah permainan yang sangat popular, hingga di beberapa daerah permainan ini mengalami beberapa perkembangan yang kemudian menimbulkan kesukaran-kesukaran karena perbedaan pendapat, akan tetapi kesukaran-kesukaran tersebut (terutama mengenai peraturannya) ada yang tidak mungkin untuk ditetapkan menjadi suatu peraturan. Dalam hal ini bila ada

pertandingan, maka segala sesuatu hanya dipertanggungjawabkan atas kebijakan wasit.

2. Makna Kasti dalam Bermain

Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan berkatakata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan. bermain bermanfaat untuk menstimulasi kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan bahasa anak. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk belajar, terutama dalam hal penguasaan tubuh, pemecahan masalah dan


(55)

36

kreativitas. Menurut Fajar (2010: 6) menyebutkan bahwa “bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan”.

Kasti merupakan olahraga yang sangat menyenangkan, semua anak di seluruh Indonesia sudah mengenal permainan kasti. Permainan mudah dipelajari dan biasa dimainkan oleh sekelas atau permainnya banyak. Tepatlah bahwa permainan kasti ini diajarkan di Sekolah Dasar. Permainan kasti termasuk dalam permainan bola kecil yang dimainkan secara beregu, yaitu regu pemukul dan regu penjaga. Permainan dinyatakan menang apabila salah satu regu mengumpulkan poin lebih banyak (Manan, 2013: 58).

Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa makna kasti dalam bermain adalah suatu kegiatan dalam rangka melaksanakan sebuah permainan yang dilakukan oleh dua kelompok yaitu tim yang di lakukan untuk mencari kesenangan.

3. Makna Memukul dalam Kasti

Kemampuan memukul dalam permainan kasti ini harus dikuasai agar dapat memukul bola dengan baik. Menurut Rosyidi,dkk (1982) dalam Manan (2013: 50) menerangkan bahwa terdapat beberapa taktik yang bisa dilakukan dalam melakukan pukulan. Berikut ini terdapat tiga taktik pukulan yang dapat dilakukan dalam menyerang oleh pemain ketika dalam permainan kasti:


(56)

37

1) Tiang Pertolongan

Apabila di tiang pertolongan banyak kawan maka yang perlu dilakukan untuk memberi kesempatan kepada kawan-kawan itu supaya dapat lari ketiang bebas, maka bola dipukul kekanan. Dengan demikian pasangan lawan dilapangan terpaksa mengejar bola menjauhi tiang pertolongan sehingga kawan kita yang ada di tiang pertolongan dapat berpindah ke tiang bebas.

2) Tiang Bebas

Jika di tiang bebas banyak kawan dan supaya kawan-kawan kita dapat lari pulang keruang bebas maka bola harus dipukul tinggi sekali hingga jatuh jauh dibelakang. Bola harus tinggi karena waktu bola sedang melayang diudara pelari-pelari mendapat kesempatan untuk lari ke ruang bebas.

3) Tim Pemukul

Tim yang mendapat kesempatan sebagai tim pemukul maka taktik yang bisa dilakukan adalah memukul ke arah kanan sehingga setelah memukul pemukul dapat lari ketiang pertolongan, selanjutnya memukul kuat dan melambung dengan arah kanan atau pun kiri sehingga pemukul dapat lari ke tiang bebas bahkan dapat lari ke ruang bebas.

Menurut Manan (2013: 50) terdapat macam-macam memukul bola dalam permainan kasti, yaitu a) pukulan depan, b) pukulan mendatar dan

melambung, c) pukulan rendah. Berikut adalah contoh gambar memukul dalam kasti:


(57)

38

a. Memukul Bola Mendatar dan Bola Melambung

Gambar 4. Sikap memukul bola datar dan lambung Sumber: Manan (2013: 51)

b. Memukul bola rendah

Gambar 5. Sikap memukul bola rendah Sumber: Manan (2013: 51)

Menurut Azis (2000: 6) memukul bola dalam permainan kasti terdiri dari : (1) memukul bola mendatar, (2) memukul bola merendah, (3) memukul bola melambung. Teknik memukul yang baik sehingga ia dapat mengarahkan bolanya kemana yang disukainya, yaitu dengan membentuk posisi kaki dan mengarahkan bahu ke tempat sasaran yang akan dituju. Mungkin bola akan dipukul pelan, mungkin kuat, dan mungkin hanya dengan menyentuhkan pemukul saja pada bola. Dari beberpa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa memukul bola dalam permainan kasti merupakan salah satu teknik dan taktik dalam permainan kasti yang harus dikuasai oleh setiap pemain pada umumnya.


(58)

39

F. Kerangka Pikir

Untuk meningkatkan kemampuan memukul dalam permainan bola kasti dapat di tingkatkan melalui model pendekatan pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran tersebut yaitu model pendekatan taktis dan teknis.

Pendekatan taktis adalah sebuah model pendekatan yang berpusat pada siswa dan permainan untuk pembelajaran permainan yang berkaitan dengan olah raga dengan hubungan yang kuat dengan sebuah pendekatan konstruktifis dalam pembelajaran. Pendekatan selanjutnya yang biasa digunakan dalam pembelajaran penjas adalah pendekatan teknis. Pendekatan teknis adalah model pendekatan yang lebih cenderung terhadap penguasaan cabang olahraga atau penguasaan teknik dasar.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelas bahwa untuk dapat bermain kasti dengan baik siswa harus menguasai taktik dan teknik memukul. Selanjutnya agar siswa dapat memukul dengan baik perlu diberikan model pendekatan yaitu model pendekatan taktis dan teknis. Melalui kedua model pendekatan tersebut diperkirakan ketepatan hasil pukulan bola kasti siswa dapat

meningkat dan berubah menjadi lebih baik.

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian. Dibawah ini adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti :

H0 : Ada pengaruh yang signifikan dari model pendekatan taktis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada


(59)

40

siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SDN 1 Purwodadi.

H1 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari model pendekatan taktis terhadap peningkatan ketepatan hasil pukulan bola dalam

permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SDN 1 Purwodadi.

H0 : Ada pengaruh yang signifikan dari model pendekatan teknis terhadap peningkatan ketepatan hasil pukulan bola dalam

permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SDN 1 Purwodadi.

H2 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dari model pendekatan teknis terhadap peningkatan ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SDN 1 Purwodadi.

H0 : Model pendekatan taktis memiliki berpengaruh yang lebih

signifikan dibandingkan dengan model pendekatan teknis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SDN 1 Purwodadi. H3 : Model pendekatan taktis tidak memiliki berpengaruh yang lebih

signifikan dibandingkan dengan model pendekatan teknis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa baik laki-laki maupun perempuan kelas IV SDN 1 Purwodadi.


(60)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan

permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti sendiri, Sukardi (2013: 93). Menurut Sugiyono (2013: 73) metodologi

penelitian adalah prosedur atau langkah – langkah yang tersusun secara sistematis untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulan. Menurut Arikunto (2010: 106) populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian.


(61)

42

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Purwodadi yang berjumlah 30 siswa.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang mewakili dari populasi tersebut untuk diteliti. Pengambilan sampel harus benar-benar

representatif dan mewakili. Menurut Arikunto (2010: 124) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua, sebaliknya jika subyeknya lebih dari 100 dapat di ambil antara 10–15% atau 20–25%. Berdasarkan pendapat di atas penulis mengambil sampel seluruh siswa kelas VI SDN 1 Purwodadi yang berjumlah 30 siswa sehingga, penelitian ini disebut populasi sampel. Kemudian sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok taktis dan teknis setelah dilakukan tes awal dengan cara Ordinal Pairing.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah. Menurut Arikunto (2010: 119) variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu : variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilai nya tidak tergantung pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan menerangkan nilai variabel yang disimbolkan dengan (X), adapun variabel bebas dalam


(62)

43

penelitian ini yaitu model pendekatan taktis (X1) dan model pendekatan teknis (X2).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilainya dan dilambangkan dengan (Y). Variabel terikat dalam penelitia ini adalah ketepatan hasil pukulan bola kasti (Y).

D. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest–posttest group design. Pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen

Subjek Tes Awal Treatment Tes Akhir

Kelompok Eksperimen Taktis (X1) A1 X A2

Kelompok Eksperimen Teknis (X2) B1 X B2

Keterangan :

 A1 : Tes Awal Kelompok Taktis (X1)  B1 : Tes Awal Kelompok Teknis (X2)  X : Treatment ( perlakuan)


(63)

44

 A2 : Tes Akhir Kelompok Taknis (X1).  B2 : Tes Akhir Kelompok Teknis (X2).

E. Prosedur Penelitian

1. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mula-mula mengelompokan subjek menjadi dua kelompok setelah diadakan pretes yaitu kelompok

eksperimen yang diberi perlakuan X1 (model pendekatan taktis).dan kelopok yang diberi perlakuan X2 (model pendekatan teknis). Pembagian kelompok dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Ordinal Pairing. 2. Kemudian kedua kelompok eksperimen dikenai perlakuan X1 dan X2

(treatmen) untuk jangka waktu tertentu.

3. Berikan posttest kepada kedua kelompok eksperimen tersebut. 4. Hitung perbedaan hasil tes kemudian bandingkan perbedaan tersebut,

untuk menentukan apakah X1 dan X2 memiliki pengaruh pada kelompok eksperimen dan pendekatan manakah yang lebih baik.

F. Definisi Oprasional

1. Pendekatan Taktis

pendekatan taktis adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dalam latihan teknik dasar yang dilakukan dalam sebuah permainan sehingga membuat siswa merasa senang.

2. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis adalah pendekatan yang menekankan pada


(64)

45

dilaksanakan secara bertahap untuk mengkoordinasikan pola-ola gerak dasar menjadi satu kesatuan.

3. Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti

Ketepatan hasil pukulan bola kasti adalah kemampuan memukul bola kasti menggunakan alat pemukul dan tepat mengenai sasaran (bola kasti).

G. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan sebuah instrumen, intrumen yaitu teknik dan alat yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data. Untuk

mendapatkan data yang akurat instrumen perlu diketahui validitas dan reliabilitasnya. Berikut adalah bentuk instrumen tes yang peneliti gunakan :

Gambar 6. Instrumen Tes

P

1

P

2

1

3

4

1

5

3

5

4

2

2

P

3

15M

15M 15M

9 M


(65)

46

Keterangan :

P1 : Pemukul (teste)

P2 : Pelambung

P3 : Penjaga Bola 1,2,3 Dst : Skor Perolehan

Pelaksanaan :

Dalam pelaksanaan tes terdapat tata cara sebagai berikut.

Setiap anak diberi kesempatan memukul sebanyak 5 kali, kemudian peserta yang akan memukul berdiri pada daerah p1 dan setiap pukulan dihitung jarak bola tepat mendarat pada jarak 5, 4, 3, 2,1 dan sekor diperoleh sesuai bola mendarat. Untuk siswa yang akan menjadi pemukul berikutnya berada di belakang untuk menunggu giliran memukul. Dalam menentukan perolehan nilai dapat menggunakan rumus dibawah ini :

Tabel 3. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

No Tingkat

penguasaan Rentang nilai Bobot Mutu

1 0% – 20% 0 – 0,9 1 Sangat kurang

2 21% – 40% 1,0 – 1,9 2 Kurang

3 41% – 60% 2,0 – 2,9 3 Cukup

4 61%– 80% 3,0 – 3,9 4 Baik


(66)

47

H. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Suatu alat ukur yang baik harus memenuhi persyaratan validitas. “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen” (Suharsimi Arikunto 2010:211). Untuk menentukan tingkat validitas item, nilai koefisien korelasinya akan dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel dengan tingkat signifikasi 5 %.

Menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir dengan rumus Pearson Product moment, ketentuan untuk uji validitas adalah bila rhitung > rtabel maka instrumen valid dan apabila sebaliknya tidak valid. Uji validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan software SPSS statistics vesi 20 for windows. Validitas instrument dalam penelitian diketahui sebesar 0,764.

2. Reliabilitas Instrumen

Koefisien reliabilita digunakan rumus KR 21 (Sugiyono, 2013) sebagai berikut:

r11 =


(67)

48

Keterangan:

K = Jumlah item dalam instrumen = Mean skor total

= Varians Total Tabel 4. Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

.764 .783 5

Nilai reliabilitas keseluruhan adalah 0,783.

I. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui tes dan pengukuran langsung variabel yang diamati, sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi terkait seperti sekolah dan sejenisnya serta studi literatur. Tes dan pengukuran variabel pada saat penelitian berlangsung dilakukan dengan standar tes yang dilakukan untuk mengukur/menilai peningkatan kerjasama seseorang. Menurut Sugiyono (2013: 203) bahwa teknik pengumpulan data dengan observasi dugunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala – gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini observer bertugas mengamati responden sebelum dan sesudah diberi treatmen.


(68)

49

J. Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil tes perlu dilakukan analisa untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini benar atau tidak, dan untuk menjawab hipotesis yang ada maka data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan statistik.

Uji prasyarat diperlukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya pengolahan dan analisis data ketepatan hasil pukulan siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji t (t-tes) terhadap skor awal dan skor akhir dari kedua kelompok sampel terebut.

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribui normal atau tidak. Uji ini menggunakan uji kolmogorov-mirnov Z. adapun hipotesis uji adalah sebagai berikut :

Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal Untuk menghitung nilai statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z, dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Jika nilai Z hitung (Kolmogorov-Smirnov Z) < Z table , atau angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka data berdistribusi normal.


(69)

50

2) Jika nilai Z hitung (Kolmogorov-Smirnov Z) > Z table, atau angka signifikan < taraf signifikan (α) 0,05 maka data tidak berdistribui normal.

Setelah dilakukan pengujian normalitas pada skor awal dan skor akhir ketepatan hasil pukulan bola tenis siswa didapat hasil yang disajikan pada table berikut.

Table 5. Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan Hasil Pukulan Bola Kasti Siswa

Kelompok Penelitian

Banyak Siswa

Tes Awal Tes Akhir K-Z (Z) Sig K-Z (Z) Sig Pendekatan

Taktis

15 0,907 0,383 0,998 0,272

Pendekatan teknis

15 0,882 0,418 0,929 0,353

Tabel di atas menunjukan bahwa nilai sig untuk kelompok pendekatan taktis maupun kelompok pendekatan teknis lebih besar dari 0,05, sehingga hipoteis nol diterima. Dengan demikian, dapat diimpulkan bahwa data awal dan data akhir ketepatan hasil pukulan bola kasti siswa berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki varians yang homogeny atau tidak. Untuk


(70)

51

menguji homogenitas varians maka dilakukan uji Levene. Dalam penelitian ini, uji Levene dilakukan dengan bantuan software PSS Statistics versi 20 dengan criteria pengujian adalah jika nilai sig lebih besar dari α = 0,05, kelompok populasi memilik varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap skor awal dan skor akhir ketepatan hasil pukulan bola kasti siswa. Hasil uji homogenitas disajikan pada table 7 berikut :

Table 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Skor Statistic Levene Sig

Tes Awal 0,41 0,841

Tes Akhir 1,154 0,292

Tabel di atas menunjukan hasil uji homogenitas dengan metode Levene Test. Nilai Levene ditunjukan pada baris nilai based on mean , yaitu 0,041 dengan p value (sig) sebesar 0,841 dimana > 0,05 pada tes awal, dan 1,154 dengan nilai sig 0,292 pada tes akhir. Yang berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data skor awal dan skor akhir dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Apabila data dari kedua sampel


(1)

menguji homogenitas varians maka dilakukan uji Levene. Dalam penelitian ini, uji Levene dilakukan dengan bantuan software PSS Statistics versi 20 dengan criteria pengujian adalah jika nilai sig lebih besar dari α = 0,05, kelompok populasi memilik varians yang sama atau homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data berdistribusi normal. Sehingga selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap skor awal dan skor akhir ketepatan hasil pukulan bola kasti siswa. Hasil uji homogenitas disajikan pada table 7 berikut :

Table 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

Skor Statistic Levene Sig

Tes Awal 0,41 0,841

Tes Akhir 1,154 0,292

Tabel di atas menunjukan hasil uji homogenitas dengan metode Levene Test. Nilai Levene ditunjukan pada baris nilai based on mean , yaitu 0,041 dengan p value (sig) sebesar 0,841 dimana > 0,05 pada tes awal, dan 1,154 dengan nilai sig 0,292 pada tes akhir. Yang berarti terdapat kesamaan varians antar kelompok atau yang berarti homogen.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, diperoleh bahwa data skor awal dan skor akhir dari kedua sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Apabila data dari kedua sampel


(2)

52

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka untuk menguji perbedaan dua rata-rata dilakukan uji t (Sudjana, 2005 : 243). Untuk menguji pengaruh perlakuan maka digunakan rumus sebagai berikut:

thitung = n SB

B

Keterangan :

B : Rata-rata Selisih antara post tes-pre test

SB : Simpangan baku Selisih antara post tes – pre test

: akar dari jumlah sampel kelompok eksperimen.

Dalam penelitian ini, jika hasil pengujian nilai thitung < ttabel maka kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan, dan jika nilai thitung > ttabel maka kedua kelompok berbeda secara signifikan. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada lampiran.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Model pendekatan taktis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa laki-laki maupun perempuan kelas IV SD Negeri 1 Purwodadi.

2. Model pendekatan teknis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswalaki-laki maupun perempuan kelas IV SD Negeri 1 Purwodadi.

3. Model pendekatan taktis memiliki pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan model pendekatan teknis terhadap ketepatan hasil pukulan bola dalam permainan kasti pada siswa laki-laki maupun perempuan kelas IV SD Negeri 1 Purwodadi.

B. Saran

Saran-saran ini di rekomendasikan kepada: 1. Sekolah

Bagi sekolah agar mempertimbangkan pendekatan yang akan diberikan oleh guru kepada siswa benar-benar model pendekatan yang efektif untuk meningkatkan dan melatih gerak dasar memukul bola kasti.


(4)

73

2. Guru Penjaskes

Guru penjaskes sebaiknya memberikan model latihan dengan pendekatan yang tepat misalnya pendekatan taktis, untuk melatih ketepatan hasil pukulan bola kasti siswa.

3. Program Studi Penjaskes

Bagi dosen dan mahasiswa program studi penjaskes agar lebih

meningkatkan mutu pendidikan jasmani, termasuk dalam hal permainan bola kasti.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta.

Azis, S. 2000. Permainan Kecil Di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Darmawan. 2008. Konsep Dasar Pembelajaran. Bandung: UPI Press. Depdiknas. 2003. Kurikulum pendidikan jasmani. Jakarta

Dyson, Griffin and Hastie. 2004. Sport Education, Tactical Games, and Cooperative Learning: Theoretical and Pedagogical Considerations (Online). National Association for Kinesiology and Physical Education in Higher Education.

Fajar. 2010. Olahraga Menggunakan Bola Kecil. Jakarta: Yudhistira Griffin, Mitchel and Oslin. 1999. Teaching Sport Concepts and Skills:

ATactical Games Approach. United States of America: Human Kinetics. Hakim, L. 2013. Pengaruh Model Pendekatan Taktis Dan Modifikasi Alat

Tehadap Hasil Belajar Bola Voli. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Hilgard. 1998. Teori Belajar Dan Pembelajaran Motorik. Bandung: CV Andira Khomsin. 2000. Paradikma Baru Pendidikan Jasmani Di Indonesia Dalam Era

Reformasi. Jakarta

Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan Motorik , Pengantar Teori Dan Metode. Jakarta: Depdikbud

Manan, H. 2013. Meningkatkan Ketepatan Dalam Memukul Bola

PadaPermainan Kasti Melalui Metode Bagian Siswa Kelas IV SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo

Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ridwan dan Sulaeman. 2008. Atletik. Solo. PT. Widya Duta Grafika


(6)

75

Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Schmidt. 1999. Motor Learning & Performance: From Principles to Practice. Illinois: Human Kinetics Books.

Subarjah, H. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bulu Tangkis , Konsep Dan Metode. Jakarta: Depdiknas

Subroto. 2001. Pembelajaran Keterampilan Dan Konsep Olahraga Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

Sucipto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Pencak Silat. Bandung: Depdiknas

Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung: tarsito

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.

Suharto. 2009. Perbedaan Pengaruh Antara Pendekatan Kooperatif Dan

Pendekatan Konvensional Terhadap Prestasi Blajar Matematika Di Tinjau Dari Kreativitas Siswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Suhendro. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. Materi Pokok Modul UT. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Suparman, A. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-Dirjen Dikti, Depdiknas Tomolyus. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran

Bola Basket. Jakarta. Depdiknas

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana

Yudiana, Y. 2010. Implementasi Model Pendekatan Taktik Dan Teknik Dalam Pembelajaran Permainan Bolavoli Pada Pendidikan Jasmani Siswa SMP. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LEMPAR TANGKAP BOLA DALAM PERMAINAN BOLA KASTI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 060853 MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

1 18 24

Pengaruh Perbandingan Pendekatan Taktis dan Pendekatan Teknis Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan Pada Permainan Bulutangkis di SMA Negeri 1 Baleendah.

0 3 18

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKTIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET ( Study Eksperimen Di MTs Al Musyawarah Lembang ).

2 21 37

PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN KASTI.

0 6 31

PERBANDINGAN MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN PENDEKATAN TRADISIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN KASTI: Studi Eksperimen Pada Siswi SMK 45 Lembang.

0 1 31

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN DAN KETERAMPILAN KREATIFITAS.

2 6 32

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PUSH DAN HIT SISWA DALAM PERMAINAN HOKI : Study Ekperimen Di SMA Negeri 26 Bandung.

0 1 39

PENGARUH MODEL PENDEKATAN TAKTIS DAN MODEL PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP PARTISIPASI BELAJAR PERMAINAN BOLA VOLI SISWA PUTRI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) RAJAGALUH KABUPATEN MAJALENGKA.

0 0 52

KEMAMPUAN MEMUKUL MENANGKAP DAN KETEPATAN MELEMPAR BOLA DALAM PERMAINAN KASTI SISWA KELAS V SD NEGERI SUCEN KECAMATAN SALAM KABUPATEN MAGELANG.

0 1 79

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL PUKULAN DALAM PERMAINAN KASTI SISWA SD KELAS IV (Eksperimen pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis) oleh EKO TRISUROSO 092191255 Di bawah bi

0 0 11