8
Menumbuhkan dan mengembangkan perfilman sebagai industri yang maju, mengembangkan nilai-nilai budaya, dan mampu bersaing dalam peta
internasional. Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat,hubungan antara
film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan message di baliknya, tanpa pernah
berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam
realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar Irawanto, 1999 : 13.
2.2. Gender dalam Media Massa sebagai Representasi Ruang Publik
Ideologi gender yang bias, yang juga dianut dengan baik oleh media massa umumnya, dianggap sebagai sesuatu yang sudah semestinya. Ideologi ini didukung oleh pandangan
nonfeodal, kapitalisme, dan militerisme yang dianggap benar. Komunikasi bahasa yang dibangun berada dalam wacana demikian.
Hubungan antara media massa dan perempuan memiliki peran cukup penting. Polemik yang merujuk pada pergeseran makna peran perempuan dalam kehidupan sosial
membawa keterlibatan media massa yang semakin luas dan erat, namun keterlibatan ini bukan membawa perempuan dalam situasi yang lebih adil dan demokratis Baria, 2005 : 3.
Perempuan dalam media seringkali dikaitkan dengan sensualitas. Ludfy Baria 2005 : 4 menjabarkan bahwa pada dasarnya hal ini berkaitan dengan ideologi dominan yang ada
dalam masyarakat, yaitu ideologi patriarki yang memposisikan perempuan sebagai obyek memberikan kontribusi pada pengkomoditian tubuh perempuan oleh pihak media sebagai
sarana pengeruk keuntungan secara ekonomis. Namun menurut penulis bukan ideologi patriarki yang memposisikan perempuan sebagai obyek komoditi tubuh, melainkan sistem
kapitalisme yang memanfaatkan tatanan struktur sosial yang berpusat pada laki-laki bapak demi keuntungan ekonomis semata.
Pandangan media massa sendiri masih sangat stereotip terhadap perempuan. Penerimaan atas perspektif perempuan, berarti menerima pendapat masyarakat yang berposisi
subordinat, seperti kelompok miskin, anak-anak, dan kelompok marginal yang lain. Murniati, 2004 : 242
9
2.3. Patriarki
Kata patriarki secara harfiah berarti kekuasaan bapak atau “patriarkh” patriarch. Mulanya patriarki digunakan untuk menyebut suatu jenis “keluarga yang dikuasai oleh kaum
laki-laki,” yaitu rumah tangga besar patriarch yang terdiri dari kaum perempuan, laki-laki muda, anak-anak, budak dan pelayan rumah tangga yang semuanya berada di bawah
kekuasaan laki-laki penguasa bapak. Sekarang, istilah patriarki digunakan secara lebih umum untuk menyebut kekuasaan laki-laki Bhasin, 1996 : 1.
Konsep patriarki pada awalnya digunakan oleh Max Weber untuk mengacu pada bentukan sistem sosial politik yang mengagungkan peran dominan ayah dalam lingkup
keluarga dan lingkup publik seperti ekonomi. Kemudian kaum feminis radikal mempertegas bahwa dominasi laki-laki terdapat di semua bidang, misalnya politik, agama dan seksualitas
jenis kelamin. Pada umumnya, alasan jenis kelamin digunakan untuk membenarkan superioritas dan kontrol laki-laki terhadap perempuan. Akibatnya, penindasan tersebut telah
membuat perempuan tersubordinasi. Patriarki memilah secara kaku peran sosial laki-laki dan perempuan ke dalam wilayah publik dan domestik. Lingkup domestik diidentikkan dengan
perempuan dan tanggung jawabnya dalam pengasuhan anak. Sementara lingkup publik diidentikkan dengan laki-laki yang berkaitan dengan hirarki dan dibentuk secara terpisah dari
hubungan ibu dan anak, sehingga laki-laki dapat bebas untuk membentuk organisasi yang hirarkis karena tidak terikat pada masalah pengasuhan anak.
Menurut pandangan Curtis 1986, dirinya mengakui keberadaan patriarki di dalam ketidaksetaraan gender, tetapi dia tidak sependapat dengan pandangan yang mengaitkan
patriarki dengan jantina. Menurutnya, jika patriarki ditakrifkan sebagai penindasan perempuan oleh laki-laki yang berakar dalam hubungan produksi dan perpaduan antara
laki-laki yang bersifat hierarki, maka takrifan ini mengandung makna bahwa patriarki merupakan aplikasi kuasa semata-mata; ia tidak berkaitan dengan gender. Dari segi
sosiologi, sumber kuasa paling penting yang mendasari patriarki adalah kewenangan authority, yaitu hak dari seseorang yang menguasai kedudukan sosial tertentu untuk
membuat keputusan bagi pihak lain kelompok; hak yang disetujui oleh orang lain. ‘Hak’ ini ada bukan pada seseorang yang mencari kuasa, melainkan di dalam lingkungan masyarakat.
Ini berarti bahwa perpaduan yang bersifat hierarki bisa terjadi di kalangan laki-laki tidak karena mereka adalah laki-laki, tetapi karena mereka adalah subjek kewenangan. Karena itu,
tulis Curtis, “patriarki bersumber pada keluarga, bukan pada jantina”. Curtis percaya bahwa
10
struktur kuasa di dalam keluarga tidak ditentukan oleh hanya satu faktor dari keadaan di luar keluarga, seperti kapitalisme, kekuatan pasar, atau perpaduan antara laki-laki, melainkan
terjadi melalui suatu proses perundingan yang berubah-ubah bergantung kepada ciri hubungan-hubungan sosial di dalam keluarga yang dikehendaki oleh anggota keluarga itu
sendiri, di samping keadaan lingkungan. Itu berarti keluarga yang berlainan bisa mempunyai struktur kuasa yang berbeda. Lahade J.R, 2004 : 26-27
2.3.1. Teori Struktural-Fungsionalisme
Teori atau pendekatan struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu
masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling memengaruhi. Teori ini mencari unsur- unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap
unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut dalam masyarakat. Banyak sosiolog yang mengembangkan teori ini dalam kehidupan keluarga pada abad ke-20, di
antaranya adalah William F. Ogburn dan Talcott Parsons Megawangi, 1999 : 56. Talcott Parsons memfokuskan teorinya mengenai hubungan antara keluarga dan
sistem kerja, dan dirinya tidak berkontribusi terhadap gagasan bahwa ruang domestik tidak memiliki hubungan fungsional dengan ruang publik. Selain itu, seperti yang telah disebutkan,
Parsons sadar bahwa perbedaan yang berlebihan antara pekerjaan publik dengan pekerjaan domestik rumah tangga menghasilkan penyiksaan terhadap “peranan perempuan” England,
1993 : 119. Teori struktural-fungsionalisme sering digambarkan sebagai pemikiran yang kuno
oleh kritik awalnya, termasuk feminis di tahun 1960-1970. Namun kebanyakan ahli teori saat ini memahami Parsons sebagai liberal – percaya pada kebaikan kebebasan individual,
demokrasi, dan pluralisme. Ia cenderung melihat kapitalisme dan sosialisme tidak sebagai pilihan khusus bersama dalam meningkatkan masyarakat industrial. Parsons tidak menyetujui
kapitalisme yang tak terkendali dan wujud kecenderungan totalitarian oleh rezim sosialis. Skema evolusioner dalam teori struktural-fungsionalisme Parsons memiliki kekuatan dalam
memprediksi beberapa jenis penggabungan diantara keduanya England, 1993 : 122. Dalam tulisan Johnson sebelumnya pada tahun 1989, ia berpendapat bahwa skema
evolusioner Parsons dalam pemahaman perubahan sosial dapat dengan mudah diterapkan untuk tujuan perubahan gerakan feminisme, yang telah menunjukkan empat proses dasar
11
evolusioner yaitu structural differentiation, inclusion penyertaan, upgrading peningkatan, dan value generalization generalisasi nilai England, 1993 : 123-124.
1. Structural Differentiation Parsons menggunakan ketentuan structural differentiation tidak hanya untuk
mengacu kepada pengambilan alih fungsi beberapa agen khusus yang sebelumnya dilakukan oleh agen tunggal, tetapi ia juga menggunakannya untuk mengacu pada
meningkatnya pembedaan antara budaya, organisasi sosial, personal, dan organisme biologi.
2. Inclusion Feminisme yang berkembang pada tahun 1960 menggambarkan tekanan oleh
kaum perempuan dalam keinginannya menyertakan diri inclusion di dalam masyarakat. Perempuan mencari peluang pekerjaan yang sepadan dengan laki-laki
dalam kelas mereka, dan di dalam arena politik mencari sebuah kedudukan yang terpilih. Revolusi gender dapat dianggap juga sebagai contoh dari inclusion; pada
kasus ini, keinginan perempuan untuk menyertakan dirinya sebagai suatu kebebasan gender yang diberikan oleh laki-laki.
3. Adaptive Upgrading Adaptive upgrading mengacu pada peningkatan efisiensi dan efektivitas yang
diharapkan untuk menjawab dari differentiation dan inclusion. Sesungguhnya,
pendapat mereka mengenai inclusion penyertaan, feminis menunjuk secara khusus kepada peningkatan adaptasi adaptive upgrading yang akan terjadi jika kemampuan
mereka dibuang oleh pelaksanaan kebiasaan. Saat ini, kebanyakan akan betul-betul setuju bahwa penyertaan wanita berpendidikan ke dalam dunia kerja di luar konstitusi
rumah tangga lebih rasional dalam pemanfaatan waktu dan kemampuan. 4. Value Generalization
Proses evolusi akhir yang dikemukakan oleh Parsons yaitu value generalization. Mengacu pada fakta bahwa seluruh proses memerlukan perubahan nilai dalam
masyarakat secara keseluruhan – perubahan nilai yang dapat menggabungkan berbagai jenis tujuan yang lebih luas, aktifitas, dan beragam masyarakat. Tampak
bahwa nilai-nilai sosial berubah dengan cara memberikan tekanan perhatian dalam perspektif bahwa perempuan memiliki lebih banyak kekhasan daripada laki-laki.
12
Teori struktural-fungsional mengakui adanya segala keragaman dalam kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan
menentukan keragaman fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi sosial pasti ada anggota yang mampu menjadi
pemimpin, ada yang menjadi sekretaris atau bendahara, dan ada yang menjadi anggota biasa. Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan
individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat Megawangi,
1999 : 56. Terkait dengan peran gender, pengikut teori ini menunjuk masyarakat pra industri
yang terintegrasi di dalam suatu sistem sosial. Laki-laki berperan sebagai pemburu hunter dan perempuan sebagai peramu gatherer. Sebagai pemburu, laki-laki lebih banyak berada
di luar rumah dan bertanggung jawab untuk membawa makanan kepada keluarga. Peran perempuan lebih terbatas di sekitar rumah dalam urusan reproduksi, seperti mengandung,
memelihara, dan menyusui anak. Pembagian kerja seperti ini telah berfungsi dengan baik dan berhasil menciptakan kelangsungan masyarakat yang stabil. Dalam masyarakat ini stratifikasi
peran gender sangat ditentukan oleh sex jenis kelamin. Menurut para penganutnya, teori struktural-fungsional tetap relevan diterapkan dalam
masyarakat modern. Talcott Parsons dan Bales menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar Umar, 1999: 53. Dengan pembagian kerja yang seimbang,
hubungan suami-isteri bisa berjalan dengan baik. Jika terjadi penyimpangan atau tumpang tindih antar fungsi, maka sistem keutuhan keluarga akan mengalami ketidakseimbangan.
Keseimbangan akan terwujud bila tradisi peran gender senantiasa mengacu kepada posisi semula.
Menurut Mirriam M. Johnson, berbeda dengan teori Marxis dan interactionist, teori struktural-fungsionalisme setidaknya dapat berpotensi menganalisis pola fungsional dan
disfungsional perempuan di beberapa posisi struktural. Teori struktural-fungsionalisme memperlakukan perempuan bukan sebagai kategori pekerja yang terbelakang, melainkan
sebagai “anggota” yang sama-sama istimewa dalam sebuah interkasi. England, 1993 : 120
13
2.3.2. Skema Fungsi AGIL dalam Teori Struktural-Fungsionalisme Parsons
Pada teori struktural-fungsionalisme Talcott Parsons dimulai dengan empat fungsi dalam sistem “tindakan” yang dikenal dengan skema AGIL. Yang dimaksudkan dengan
fungsi disini adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Fungsi ini menurut Talcott Parsons dibutuhkan oleh semua sistem
secara bersama-sama untuk dapat bertahan survive, meskipun begitu keempat fungsi ini tidaklah nyata melainkan unit analisis yang dipakai Parsons. Empat fungsi penting ini
diperlukan dalam menganalisis semua sistem ‘tindakan’ manusia untuk pemeliharaan pola di dalam masyarakat. Adapun keempat fungsi tersebut adalah : Ritzer, George dan Douglas J.
Goodman, 2007 : 121-123 1. Adaptation Penyesuaian Diri
Fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. Sebuah sistem dalam
suatu kelompok harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, dan dengan kebutuhan lingkungannya.
Kemudian aspek ‘Organisme perilaku’ adalah merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi menyesuaikan dan mengubah lingkungan eksternal
dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan yaitu ‘Sistem ekonomi’, adalah merupakan subsistem yang melaksanakan fungsi masyarakat dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan melalui tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Contoh konkritnya adalah pada saat revolusi industri terjadi perubahan dalam pembuatan barang yang
sebelumnya menggunakan tenaga manusia diganti dengan penggunaan mesin uap, sehingga dapat lebih efektif dan efisien dalam produksi barang. Maka dari itu
industri-industri yang ada juga harus mengadaptasikan dirinya dengan penggunaan mesin uap untuk dapat bertahan dalam persaingan atau tidak mereka akan ketinggalan
dan tidak dapat bertahan menghadapi industri lain yang menggunakan mesin uap tersebut.
2. Goal Attainment Pencapaian Tujuan Fungsi yang dimiliki sebuah sistem untuk dapat mendefinisikan dan mencapai
tujuannya. Sebuah sistem dalam suatu kelompok harus mendefinisikan tujuan dan upaya mencapai tujuan utamanya. Kemudian aspek ‘Sistem kepribadian’, adalah
14
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam sistem, dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan utamanya. Sedangkan
bidang kehidupan, yaitu ‘Sistem pemerintahan’ sistem politik, adalah melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi
aktor sumber daya manusia untuk mencapai tujuan utama yang telah dirumuskan. Misalnya pada suatu kelompok penelitian yang dibentuk pada suatu mata kuliah. Bila
dalam kelompok tersebut tidak dapat menentukan tujuannya maka kelompok tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya.
3. Integration Integrasi Fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka mengatur hubungan bagian-
bagian dalam komponen sistem tersebut dan aktor-aktor didalamnya. Sistem juga harus mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya adaptation, goal attainment,
latency. Kemudian aspek ‘Sistem sosial’, adalah menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan,
yaitu ‘Komunitas kemasyarakatan’ contoh, hukum, Undang-Undang atau seperangkat aturan, adalah akan menjalankan fungsi terbentuknya integrasi, atau
mengkoordinasi beragam komponen masyarakat menuju terwujudnya integrasi sosial- budaya. Misalnya saja pada partai politik PKB, karena partai ini tidak mempunyai
integrasi yang cukup kuat maka terjadilah perpecahan yang membuat komponen- komponen dalam sistem partai tersebut terbagi menjadi dua kubu. Walaupun tetap
dapat menjalankan sistemnya tetapi tidak dapat mencapai suatu keseimbangan, sebagai bukti terjadi pertentangan antara kedua kubu dalam memperebutkan
kekuasaan yang sah terhadap partai PKB. 4. Latency Pemeliharaan Pola
Fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki pada tingkat individu maupun pola-pola kultural. Sebuah sistem dalam
suatu kelompok harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, serta mendorong memotivasi individu atau pola kultural dalam kelompok untuk bertindak
sesuai dengan nilai-norma seperangkat aturan yang berlaku. Kemudian aspek ‘Sistem kultural’, adalah melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan
menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang mendorong individu bertindak sesuai dengan nilai-norma. Sedangkan bidang ‘sistem fiduciari’ contoh lembaga
15
keluarga, sekolah, dan lembaga keagamaan, adalah menangani fungsi pemeliharaan pola nilai-norma yang sudah menjadi etos pola hidup dalam kelompok dengan
menyebarkan nilai, norma pada aktor individu untuk ‘disosialisasikan, diinternalisasikan dan dienkulturasikan’ pada dirinya. Contohnya bila dalam suatu
perusahaan tidak memiiki budaya organisasi untuk memelihara kinerja yang baik, bila tidak maka kinerja pada perusahaan tersebut akan tidak stabil dan akan menghasilkan
pendapatan yang tidak stabil pula bagi perusahaan tersebut. Setiap peneliti dalam melakukan analisis fenomena sosial-budaya di masyarakat,
apabila menggunakan teori fungsionalisme struktural versi Parsons, seharusnya menggunakan skema AGIL yang keempat aspeknya mempunyai keterkaitan satu dengan
yang lain secara fungsional.
2.3.3. Patriarki Privat dan Patriarki Publik
Konsep perbedaan antara beberapa aspek dari Patriarki memiliki sejarah panjang dalam analisis hubungan gender. Beberapa upaya sebelumnya dalam menggunakan
perbedaan privat dan publik telah dibatasi menjadi satu aspek patriarki. Rosaldo 1974 berpendapat bahwa subordinasi perempuan disebabkan oleh pembatasannya dalam ruang
lingkup domestik. Ia menyatakan bahwa pekerjaan laki-laki selalu lebih bernilai tinggi dibandingkan perempuan. Ia menyarankan bahwa subordinasi perempuan merupakan
fenomena umum, meskipun dalam tingkat yang bervariasi, hal ini dijelaskan oleh fakta umum bahwa perempuan dibatasi dalam lingkup domestik keluarga karena peran mereka dalam
melahirkan dan membesarkan anak-anak. Walby, 1990 : 174. Sylvia Walby menjelaskan bahwa patriarki adalah sebuah sistem dari struktur sosial,
praktik yang menempatkan laki-laki dalam posisi dominan, menindas, dan mengeksploitasi perempuan.. Walby membedakan dua bentuk Patriarki : privat dan publik. Keduanya
memiliki tingkatan yang berbeda. Pertama, dalam hubungan antara struktur, kedua, dalam bentuk institusi dari masing-masing struktur. Lebih lanjut, keduanya dibedakan oleh bentuk
utama dari strategi patriarkal: exclusionary‘pengecualian’ dalam patriarki privat dan sagregationist‘pemisahan’ dalam patriarki publik. Patriarki privat didasari atas produksi
rumah tangga, suamibapak yang mengontrol perempuan dan secara langsung dalam wilayah privat rumah tangga secara keseluruhan. Patriarki publik didasari atas struktur selain rumah
tangga, atau di luar rumah tangga. Tentu saja, institusi konvensional menganggap sebagai bagian dari wilayah publik merupakan pusat dari perbaikan patriarki Walby, 1990 : 178.
16
Menurut Walby terjadi ekspansi wujud patriarki dari ruang-ruang pribadi dan privat seperti keluarga dan agama ke wilayah yang lebih luas yaitu negara. Ekspansi ini
menyebabkan patriarki terus menerus berhasil mencengkeram dan mendominasi kehidupan laki-laki dan perempuan. Dari teori tersebut, dapat diketahui bahwa patriarki privat bermuara
pada wilayah rumah tangga. Wilayah rumah tangga ini dikatakan Walby sebagai daerah awal utama kekuasaan laki-laki atas perempuan.Sedangkan patriarki publik menempati wilayah-
wilayah publik seperti lapangan pekerjaan dan negara. Ekspansi wujud patriarki ini merubah baik pemegang struktur kekuasaandan kondisi di masing-masing wilayah baik publik atau
privat. Dalam wilayah privat misalnya, dalam rumah tangga, yang memegang kekuasaan berada di tangan individu laki-laki, tapi di wilayah publik, yang memegang kunci
kekuasaan berada di tangan kolektif. Walby, 1990 : 178. Akan tetapi, Sylvia Walby tidak menjelaskan faktor apa yang menyebabkan
terjadinya ekspansi wujud patriarki ke dalam ruang-ruang pribadi, privat bahkan publik. Dalam hal ini penulis lebih menyetujui pendapat dari Frederick Engels, bahwa faktor
ekonomilah yang menyebabkan terjadinya ekspansi wujud patriarki itu. Menurut Engels, pembagian kerja seksual mula-mula berlangsung dalam kedudukan setara, tetapi keinginan
untuk menguasai sumberdaya ekonomilah yang membuat ketimpangan kedudukan pembagian kerja seksual itu Engels, 1972.
2.4. Representasi
Representasi adalah sesuatu yang merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya Fiske, 2004 :
282. Juliastuti 2000 mengatakan bahwa representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia, seperti : dialog, tulisan,
video, film, fotografi, dan lain-lain. Lebih lanjut, Juliastuti menjelaskan bahwa representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk
yang kongkret. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui “bahasa” Hall, 1997 : 1.
Stuart Hall dalam bukunya ”Representation” mengemukakan bahwa, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna adalah ”bahasa”. Konsep abstrak yang ada di dalam
kepala kita harus diterjemahkan ke dalam “bahasa” yang umum, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita terhadap sesuatu. Salah satu cara untuk
menerjemahkan “bahasa” tersebut adalah melalui pendekatan semiotika. Karena semiotika
17
adalah studi mengenai “bahasa” pada suatu tanda, seperti : simbol, tokoh, gambar, narasi, kata-kata, suara, televisi, film dan sebagainya. Dan terutama karena pendekatan semiotika
memfokuskan pada : bagaimana merepresentasikan dan bagaimana “bahasa” memproduksi makna Hall, 1997 : 6.
Untuk mendapatkan gambaran patriarki dalam film “7 Hati 7 Cinta 7 Wanita” pada penelitian ini tentunya melalui representasi. Proses penyampaian konsep patriarki melalui
kata-kata, bunyi, gambar, ataupun kombinasinya dalam film “7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”, merupakan proses representasi. Representasi patriarki merupakan produk pemaknaan dari
sistem tanda yang terdapat dalam adegan film “7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”. Representasi juga merupakan proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak, yaitu ideologi patriarki
dalam bentuk-bentuk yang konkret. Proses representasi patriarki diawali dengan mengkonsepkan “patriarki” yang masih abstrak kemudian menerjemahkannya, supaya kita
dapat menghubungkan konsep tentang patriarki dalam film ini dengan tanda dan simbol- simbol tertentu yang berlaku di masyarakat.
2.5. Analisis Isi Content Analysis