Strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan akan kematian pada lansia di rumah perlindungan lanjut usia Jelambar
LANJUT USIA JELAMBAR
Skiripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun oleh
Syarief Hidayatullah
NIM. 1110052000029
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
(2)
(3)
(4)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2014
(5)
Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
Oleh : Syarief Hidayatullah 1110052000029
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia, lanjut usia merupakan periode penutup dalam periode kehidupan seseorang memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan diantaranya yaitu mempersiapkan dan menerima kematian itu sendiri, namun kematian tetap saja dianggap suatu hal yang mengancam bagi lanjut usia. Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya kecemasan dalam menghadapi kematian adalah ketidakmampuan memaknai kematian kedalam kerangka yang lebih luas kerena kurangnya ilmu pengetahuan dan pemahaman agama tentang arti kematian itu sendiri menimbulkan kecemasan bagi lanjut usia. Seperti yang telah dilakukan oleh salah satu Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar yang terletak di Jln. Jelambar Selatan No.10 Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Rumah perlindungan lanjut usia ini telah memberikan bimbingan agama kepada lansia dengan strategi yang secara khusus diberikan oleh pihak panti berupa memberikan jalan yang dapat menghilangkan lansia dari kecemasan kematian
Pentingnya penilitian ini dilakukan yaitu yang pertama membantu lansia menghilangkan ketersiksaannya menjelang kematiannya, yang kedua jika dikaitkan dengan negara, ini merupakan tugas negara yang harus menaungi fakir miskin, orang-orang terlantar, termasuk lansia yang terlantar menjadi tugas negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang strategi bimbingan agama bagi lansia dalam menghilangkan kecemasan akan kematian. Dimana bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dalam hal ini informan terdiri dari 2 pembimbing dan 2 lansia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengumpulan data penelitiannya dilakukan dengan wawancara dan observasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian berupa catatan, rekaman, dan data-data dari sumber yang terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi bimbingan agama yang diberikan kepada lansia dalam menghilangkan kecemasan kematian, yaitu dengan strategi preventif dan strategi kuratif dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan metode pendekatan sesuai dengan kondisi dan keadaan lansia. Dalam hal ini berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan bimbingan agama berjalan cukup baik dan lancar serta berdampak positif bagi lansia sehingga salah satu masalah yang ada pada lansia yaitu rasa cemas akan kematian bisa hilang.
(6)
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nya dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulis ini,sehingga terlaksana sesuai harapan. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita yang agung, yaitu khairul
khalqi Nabi Muhammad SAW, sang suri tauladan yang telah memberikan
pembelajaran hidup yang begitu berharga bagi kita semua. Semoga curahan kebaikan selalu mengiringi keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman kelak.Ammin.
Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam
Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak. Dr. Arief Subhan, MA selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
(7)
telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Penanggung jawab dan pembimbing agama Rumah Perlindungan Lanjut
Usia Jelambar yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
7. Orang tua penulis tercinta H.Makmun dan Hj.Saidah yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, cinta, dan semangat yang tiada hentinya.
8. Teman-teman seperjuangan keluarga besar BPI angkatan 2010, semoga
ilmu yang kita dapatkan selama dibangku kuliah bisa bermanfaat dan menjadi orang-orang yang bisa dibanggakan. Teruntuk saudari Nurjannah yang telah banyak membantu dalam kelancaran skripsi ini, yang selalu setia menemani penulis dari awal penelitian sampai selesai atas do’a, kesabaran, motivasi, dan juga semangatnya.
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada kalian semua, saya mengucapkan banyak terimakasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita semua. Saya berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Ammin.
Jakarta, 11 Oktober 2014
(8)
ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Kegunaan Penelitian ... 6
G. Metodelogi Penelitian ... 7
H. Tinjauan Pustaka ... 10
I. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama ... ... 14
1. Pengertian Strategi ... 14
2. Pengertian Bimbingan ... 16
3. Pengertian Agama ... 18
4. Pengertian Bimbingan Agama ... 21
(9)
B. Kecemasan ... ... 23
1. Pengertian Kecemasan ... 23
2. Indikator Kecemasan ... 24
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ... 25
4. Gejala-gejala kecemasan ... 28
5. Macam-macam kecemasan ... 29
C. Kematian ... 31
1. Pengertian kematian ... 31
2. Dinamika kecemasan menghadapi kematian ... 35
D. Lansia ... 36
1. Pengertian Lansia ... 36
2. Pembagian Lansia ... 40
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Berdirinya ... 42
B. Visi dan Misi ... 43
1. Visi ... 43
2. Misi ... 43
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti ... 43
1. Tugas Pokok ... 43
2. Fungsi ... 44
3. Tujuan ... 44
(10)
E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan, Proses Pelayanan ... 45
1. Prosedur Pelayanan ... 45
2. Fasilitas Pelayanan ... 46
3. Proses Pelayanan ... 46
F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia) ... 47
1. Kegiatan ... 47
2. Pengurus ... 47
3. Jumlah Warga Binaan (Lansia) ... 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Temuan ... 49
1. Pembimbing ... 49
2. Terbimbing ... 52
B. Strategi Bimbingan Agama dalam Menghilangkan kecemasan Kematian ... 57
1. Strategi Preventif ... 57
2. Strategi Kuratif ... 60
3. Metode Bimbingan Agama ... 64
a. Ceramah ... 64
b. Pendekatan ... 67
(11)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN
(12)
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki masa lanjut usia pada kisaran usia 60 tahun ke atas, terjadi perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ, hal ini merupakan indikator utama yang tampak jelas. Perubahan atau penurunan fungsi organ itu biasanya ditandai seperti mulai melemahnya jantung, pendengaran dan
penglihatan mulai terganggu, dan lain sebagainya.1
Semua orang akan mengalami proses menua, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari secara maksimal.
Secara umum manusia ingin hidup panjang, untuk itu berbagai upaya dilakukan, meskipun demikian muncul kesadaran akan datangnya kematian sebagai tahap terakhir kehidupannya di dunia ini.
Meskipun demikian lansia sering mengalami kecemasan hingga depresi, mereka mengatakan kekhawatiran tentang rasa takutnya terhadap kematian, kehilangan keluarga, atau teman karib, kedudukan sosial, pensiun dari pekerjaan atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan lagi aktif dipekerjaan seperti dulu, membuat seorang lansia dibebani perasaan tidak
berguna.2
1
Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
2
Hawari.Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.65
(13)
Persepsi tentang kematian dapat berbeda-beda.Bagi seseorang atau sekelompok orang, kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan atau
menakutkan.3
Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan pengalaman masa lalunya yang ia sadari sering berbuat dosa, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian, sebab kecemasan bisa menyerang siapa saja. Umumnya, kecemasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, rasa tidak tenang, dan perasaan yang tidak baik atau tidak enak yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.
Kesadaran bahwa semua orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang penting khususnya bagi lansia. Masalah fisik dan psikologis mesti ditemukan pada lanjut usia. Faktor psikologis diantaranya perasaan cemas, bosan, keletihan atau perasaan depresi.4
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa ayat 78 :
اَمَنۡ�
�
َ
ُمُ��ِرۡدُي
ْاوُنوُ�َت
ُتۡوَم
ۡ
لٱ
�ٖةَدَي َشُم ٖجوُرُب ِ� ۡمُتن
ُك ۡوَلَو
3
Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.118
4
Nugroho, 1992. Buku Kedokteran EGC. Jakarta 1992. h. 32
(14)
Artinya: Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh,
(QS. An-nisa: 78).5
Menurut Webster’s kecemasan kematian adalah ketakutan abnormal yang besar terhadap kematian, dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ketika orang berpikir tentang proses kematian atau apa yang terjadi setelah kematian.
Kekhawatiran yang timbul diantaranya adalah :
a. Ketakutan pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).
b. Kengerian akan kerusakan fisik dan mental.
c. Perasaan akan kesendirian.
d. Kemarahan dan perasaan putus asa yang extrem tentang sebuah
situasi dimana kita tidak memiliki kendali.
Menurut Hurlock setiap situasi yang mengancam keberadaan organisme dapat menimbulkan kecemasan.Kecemasan yang terberat akibat dari perubahan sosial yang sangat cepat. Manifestasi psikologis yang ditandai dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan
tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.6
Lansia senantiasa dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi kematian. Rasa takut akan kematian ini pada lansia semakin
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta; CV, Bayan Qur’an, 2009),h.90
6
Hurlock, Psikologi Perkembangan edisi kelima Erlangga Jakarta 1990. h. 93
(15)
meningkat. Dalam agama islam, seseorang harus memepersiapkan diri sebelum kematian datang, persiapan itu berupa bekal, ialah berupa keimanan yang terus terpelihara dan amal shaleh yang dilakukan dengan ikhlas. Oleh karena itu bimbingan agama sangat dibutuhkan oleh individu yang berada pada tingkat usia lanjut ini untuk menghilangkan rasa kecemasan kematian. Untuk itulah berdasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik
untukmenulis penelitian dengan judul “ Strategi Bimbingan Agama Dalam
Menghilangkan Kecemasan Kematian Pada Lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dianalisis identifikasi masalahnya meliputi :
1. Kecemasan kematian bisa menyerang siapa saja, khususnya bagi
lansia.
2. Ketakutan lansia pada saat sakaratul maut (rasa sakitnya).
3. Kengerian lansia akan kerusakan fisik dan mental.
4. Perasaan lansia akan kesendirian.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis memfokuskan kajian serta membatasi masalah pada, “ Strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar “yang meliputi:strategi bimbingan agama
(16)
yang diterapkan, pelaksanaan bimbingan, mengubah sikap dan tingkah laku, serta pembinaan lebih lanjut agar para lansia siap menjalani sisa-sisa hidupnya dengan jiwa yang lebih tenang dan tentram.
D. Perumusan Masalah
Banyak gangguan psikologis yang timbul dalam kehidupan lansia, salah satunya adalah mulai di bayangi rasa cemas akan kematian. Kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri, dan dapat pula berkaitan dengan cara kematian, rasa sakit atau siksaan yang mungkin menyertai datangnya kematian. Oleh karena itu mereka memerlukan bimbingan keagamaan dalam menghilangkan kecemasan kematian, namun bagaimana bentuk strategi bimbingan itu, hal inilah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan titik tolak dari setiap penelitian, sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, pada pokoknya
penelitian digunakan untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui.7 Maka
tujuan yang ingin dicapai ialah:
a. Untuk menunjukan strategi bimbingan agama yang dilakukan oleh
para pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
7
DR.BustanuddinAgus.Pengembanganilmu-ilmusocial.GemaInsaniPress.Jakarta 1999
(17)
b. Untuk mengetahui akan hakikat kematian yang sebenarnya sehingga kecemasan akan kematian pada lansia bisa hilang dan berubah menjadi energi positif untuk terus giat beribadah kepada Allah.
F. Kegunaan Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan
yang meliputi bimbingan agama khususnya yang berkaitan dengan strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar
b. Diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan bagi Rumah
Perlindungan Lanjut Usia Jelambar dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia dalam bentuk program kerja.
c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam pengembangan keilmuan dan kurikulum.
G. Metodologi Penelitian
(18)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Burhan Bungin metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.8
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Tailor seperti yang dikutif Lexy J. Moleong yaitu, “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.9
Sedangkan alat pengumpul data dalam hal ini menggunakan, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh. Dan penelitian ini bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di lapangan dan digambarkan sebagaimana adanya dengan berupaya memahami sudut pandang responden dan konteks subyek penelitian secara mendalam.
Kegiatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data yang erat hubungannya dengan strategi bimbingan
8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 63.
9
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rasta Karya, 2000), h. 3.
(19)
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian berupa data apa adanya ketika penelitian dilakukan.
2. Penentuan Lokasi
Penelitian ini bertempat di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, Jln.Jelambar Selatan II/ 10 Jelambar Jakarta Barat.Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah
pertama, belum ada yang secara rinci meneliti tentang strategi bimbingan
agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia. kedua,
informasi yang sangat mendukung yang mana bisa didapatkan dilembaga ini termasuk informannya.
3. Pengumpulan Data
Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.10 Dalam penelitian ini teknik observasi
yang dilakukan langsung ke tempat lokasi penelitian di RPLU Jelambar. Yaitu mengamati langsung perilaku informan atau obyek penelitian yang terkait, dan selama observasi, penulis menggunakan alat-alat observasi seperti kamera, buku catatan, dan alat tulis.
b. Wawancara yaitu bentuk komunikasi antara dua orang atau lebih yang
ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
10
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h.54
(20)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.11
Untuk kepentingan penelitian ini dilakukan wawancara kepada penanggung jawab RPLU Jelambar untuk mendapatkan informasi tentang profil RPLU Jelambar beserta kegiatan-kegiatan didalamnya, staf RPLU Jelambar khususnya bagian Bimbingan dan Penyuluhan Islam untuk mendapatkan informasi tentang strategi bimbingan agama seperti apa yang diterapkan kepada para lansia dalam hal menghilangkan kecemasan kematian.
c. Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen.12 Dalam hal ini penulis menyelidiki data-data
tertulis seperti buku, dokumen-dokumen, catatan-catatan dan sebagainya yang terdapat di RPLU Jelambar Jakarta Barat.
4. Pengolahan Data
Pengolahan merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah penelitian, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan data-data lapangan yang diperoleh dalam bentuk narasi atau kata-kata sesuai dengan tujuan, rancangan dan sifat penelitian, sehingga proses penarikan kesimpulan penelitian dapat dilaksanakan.
5. Analisa Data
11
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004), h. 180
12
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 73
(21)
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data, di mana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari lapangan, kemudian menganalisanya dengan menghubungkan data-data tersebut dengan kerangka teori yang telah disiapkan sebelumnya.
H. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan hal yang berisi tentang teori-teori yang berkaitan dengan topik/masalah penelitian yang dapat berupa definisi-definisi yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian ini masalah yang penulis temukan di RPLU Jelambar adalah tentang kecemasan kematian yang membayangi lansia diperiode-periode akhir kehidupannya, lalu bimbingan agama seperti apakah yang diterapkan pembimbing dalam menghilangkan kecemasan kematian tersebut, itulah yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini. Adapun teori-teori dan juga definisi-definisi yang penulis ambil yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang strategi, bimbingan, agama, kecemasan, dan juga kematian, yang penjabarannya sebagai berikut :
a. Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA dalam bukunya “ Manajemen
Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis “ Strategi pada hakekatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
b. M. Umar dalam bukunya “ Bimbingan dan Penyuluhan “ bimbingan
adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan
(22)
jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.
c. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan
khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.
d. Menurut Stuart dalam teori interpersonal, kecemasan adalah perasaan
takut yang timbul terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
e. Koeswara dalam bukunya “ Psikologi Eksistensial “ mendefinisikan
kematian sebagai peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dan merupakan refleksi dari keterbatasan manusia. Kecemasan menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat rancangan sistematika penulisan sebagai berikut:
(23)
BAB I : Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian
BAB II: Landasan Teori. Meliputi pengertian Penyuluh agama, selain itu juga membahas pengertian, tujuan, strategi bimbingan agama dan membahas mengenai pengertian kecemasan, kematian dan juga lansia.
BAB III : Gambaran Umum Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, gambaran umum ini meliputi tentang profil lembaga, sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan, Tugas Pokok, dan Fungsi Panti, landasan hukum, Struktur Organisasi, mekanisme kerja, komposisi pegawai, sasaran dan garapan lembaga, Persyaratan Calon
Keluarga Panti Sosial, Prosedur Pelayanan,Proses layanan, Jenis
Pembinaan, pembiayaan operasional, Mitra Kerja Sama, sarana
dan prasarana, jumlah w a r g a binaan .
BAB IV: Temuan dan Analisis Data, bab ini akan menguraikan analisa hasil penelitian mengenai strategi bimbingan agama dalam menghilangkan kecemasan kematian pada lansia di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar.
BAB V: Penutup, dalam penutup ini penulis akan berusaha memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan skripsi ini serta saran terhadap tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat diambil dari tulisan.
(24)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos” (stratos yang
berarti militer dan AG yang berarti memimpin) yang berarti “generalship”
atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral di butuhkan
untuk memimpin suatu angkatan perang.1 Awalnya, istilah ini lebih banyak
dikenal dalam dunia militer. Strategi berarti sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral. Oleh karena itu pengertian yang paling umum dan tua tentang istilah strategi selalu dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam
peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat dalam oxford pocket
dictionary “Strategi adalah seni perang, khususnya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang layak”. Rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya.
Strategi merupakan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu, jadi strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
1
Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to Basic Approach,
(Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19
(25)
Sedangkan pengertian strategi menurut para ahli didefinisikan sebagai berikut, di antaranya:
a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara yang terbaik untuk
mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan
perubahan lingkungan.2
b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan
dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian
cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan.3
c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya member arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.4
d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi adalah penentuan tujuan
utama dan berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang
dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.5
2
Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi .(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet.ke-2, h. 17
3
Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis (Yogyakarta : BPFE, 1986) h. 9
4
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h.32
5
A.M. Kardiman,Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58
(26)
e. Menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penetapan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi akan tercapai.6
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian strategi menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian stratagi menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi. MA yang memaparkan bahwasanya strategi pada
hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) untuk mencapai suatu
tujuan, dan jika dihubungkan dengan judul penulis yang lebih ke strategi agama maka pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian ini, yaitu untuk mengetahui strategi agama apa yang diterapkan pembimbing guna mencapai suatu tujuan yaitu untuk menghilangkan kecemasan kematian pada lansia.
2. Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance &
Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya makabimbingan
dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan atautuntunan.7
Pada prinsipnya bimbingan adalah pemberian pertolongan atau bantuan. Bantuan atau pertolongan itu merupakan hal yang pokok dalam bimbingan. Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun.
6
George A Stainer dan John Minner, Manajemen Stratejik, (Jakarta: Erlangga), h. 20
7
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu, 1975), h. 25.
(27)
Bimbingan merupakan suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam memberikan bimbingan bila keadaan menuntut, kewajiban dari pembimbing untuk memberikan bimbingan secara aktif, yaitu
memberikan arah kepada yang dibimbingnya.8
Hal senada juga diungkapkan M. Umar bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana
masa depan yang lebih baik.9
Sedangkan Prayitno memaknai bimbingan sebagai pemberian yang dilakukan orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuannnya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada, dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.10
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa bimbingan adalah proses membantu seorang individu yang mengalami permasalahan yang berhubungan secara psikis, dimana dilakukan secara terus-menerus dan memiliki tujuan untuk membantu individu agar individu menemukan
8
Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (studi & karier), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), Cet. Ke- 3, h. 5
9
M. Umar, Bimbingan dan Penyuluhan,( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), h. 9
10
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), Cet. Ke-1, h. 28
(28)
potensinya sehingga individu itu dapat hidup secara mandiri serta mampu beradaptasi dengan baik bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Karena penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk mengetahui strategi bimbingan agama apa yang diterapkan pembimbing dan hasil apa yang dirasakan oleh lansia setelah bimbingan agama tersebut maka hubungan bimbingan dengan judul penelitian ini sangatlah penting sesuai dengan pengertian bimbingan diatas yaitu untuk memberikan motivasi dan juga pengetahuan lebih sesuai dengan jalan agama tentang hal yang berkaitan dengan kematian itu sendiri sehingga kecemasan kematian pada lansia bisa hilang karena lansia dapat memaknainya dengan benar dan positif.
3. Pengertian Agama
Istilah agama berasal dari bahasa sansakerta yaitu “a” yang artinya
“tidak” dan “gama” yang berarti kacau, jadi arti agama itu adalah tidak kacau atau teratur. Sebagian juga ada yang berpendapat bahwa kata “agama” merupakan istilah bahasa Arab yang di ambil dari kata “gama”
dalam hubungan dengan “iqamas shalata” yang selanjutnya menjadi
“iqama” atau agama. Agama sering dikaitkan dengan religi, religi barasal
dari bahasa latin yaitu”religio”.11
Pengertian agama dari segi bahasa dikenal dengan kata ”ad Dien”
yang berarti menguasai, menundukan, patuh, dan kebiasaan. Selanjutnya din
11
Wilfred C.Smith. Memburu Makna Agama,(Jakarta : PT Mizan Pustaka) h.33
(29)
dalam bahasa berarti undang-undang atau hukum.12 Dalam bahasa Indonesia
sama artinya dengan peraturan.
Menurut Harun Nasution agama berasal dari kata “ad-din”, religi (relegere,riliare) dan agama. Dalam bahasa arab berarti menguasai, menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi (latin) atau relege berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian relage berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti ‘pergi” artinya tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
menurun.13
Sedangkan Agama menurut para ahli sebagai berikut :14
a. Menurut Al-Syahrastani, agama adalah kekuatan dan kepatuhan yang
terkadang biasa diartikan sebagai pembalasan dan perhitungan (amal perbuatan akhirat).
b. Menurut Quraish Shihab, agama adalah hubungan antara makhluk dan
khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap kesehariannya.
12
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011) h.9
13
D.Hendropuspito O.C, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Penerbit Kanitius,1998), h. 34
14
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1998), cet.ke-3, h.13
(30)
c. Menurut James Martineaun, agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.
d. Menurut Herbert Spencer, agama adalah pengakuan bahwa segala
sesuatu adalah manifestasi dari kuasa yang melampaui pengetahuan kita.
Agama adalah wahyu yang diturunkan Tuhan untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi , motivasi dan membantu manusia
untuk mengenal dan menghayati sesuatu yang sakral.15
Setelah penulis menyimak beberapa pengertian agama menurut para ahli diatas, penulis lebih condong ke pengertian agama menurut Prof. Dr. Quraish Shihab. MA yang menjelaskan bahwasanya agama adalah hubungan antara mahluk dengan khalik, sehingga jika hubungannya dekat maka akan timbul rasa, yang mana rasa itu akan tertanam dibatinnya dan juga tercermin dalam kehidupan sehari-harinya, begitu juga dengan lansia yang dalam kesempatan penelitian ini yaitu lansia yang berada di RPLU Jelambar, jika dihubungkan pengertian tersebut dengan judul penulis, lansia yang cemas akan kematian salah satunya disebabkan kurang dekatnya hubungan antara dirinya dengan Allah sebagai sang khalik sehingga timbul dalam pikirannya yang negatif dalam memaknai kematian lalu timbulah rasa cemas , karena agama dan kematian tidak bisa dipisahkan keduanya
15
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.1
(31)
memiliki arti yang saling mengisi satu sama lain. Pengetahuan agama yang mantap akan menghilangkan lansia dari rasa cemas akan kematian.
4. Bimbingan Agama
Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang kesulitan baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa pertolongan mental dan spiritual agar orang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari iman dan taqwanya kepada Tuhan.
Sedangkan bimbingan agama islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
hadist Nabi, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.16
5. Strategi Bimbingan Agama
Strategi bimbingan agama adalah suatu proses atau cara untuk bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi maupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist dalam dirinya, 16
Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (UII Press, Yogyakarta, 2001), h. 61
(32)
sehingga ia mampu hidup selaras sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.17
Lansia yang mengalami kecemasan akan kematian yaitu lansia yang belum mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist dalam dirinya sehingga hakikat sebuah kematian yang yang sebenarnya yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadist belum ia temukan dan belum bisa ia selaraskan dalam kehidupannya sehari-hari, dan ini sangat erat hubungnya dengan judul penulis yaitu strategi bimbingan agama seperti apa yang ada di RPLU Jelambar untuk menghilangkan kecemasan kematian pada lansia.
Strategi bimbingan agama juga dapat diartikan yaitu suatu proses atau cara membantu individu dalam hal ini adalah lansia agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kecemasan akan kematiannya bisa hilang dan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
17
Thohari Musnawar,Dasar konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,(Yogyakarta : UII Press, 1992) h.76
(33)
B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Menurut Kartono kecemasan merupakan bentuk perasaan yang tidak
menentu dan diliputi oleh semacam ketakutan pada hal yang tidak pasti.18
Zakiah Daradjat mengatakan bahwa kecemasan merupakan hal yang paling sering dihadapi oleh setiap manusia di dalam kehidupan sehari-hari ketika menemui berbagai masalah. Jadi kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) serta pertentangan batin (konflik).
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan , tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh ,prilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal.19
Kecemasan merupakan suatu pengalaman emosional yang dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas apa penyebabnya. Kecemasan mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya.
18
Kartono.Kartini,Psikologi Perkembangan. Cetakan keempat. (Bandung : CV. Mandar Maju, 1992) h.15
19
Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.27
(34)
Atkinson mengatakan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang-kadang di alami dalam tingkat yang
berbeda-beda20. Hal ini didukung oleh Mahmud yang mengatakan bahwa
kecemasan adalah keadaan takut terus-menerus namun berbeda dengan ketakutan biasa yang merupakan respon terhadap rangsang yang menakutkan yang terjadi, sebab ketakutan yang dialami merupakan respon
terhadap kesukaran yang belum terjadi.21
Menurut Stuart dalam teori interpersonalnya, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. 22
2. Indikator Kecemasan
Individu yang mengalami kecemasan sering kali tidak mau mengakui bahwa dirinya cemas, tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa ia mengalami kecemasan. Menurut Sue dkk, dan sangat berhubungan dengan penelitian penulis, salah satu indikator kecemasan, yaitu sering khawatir atas
20
Atkinson, dkk. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. (Jakarta : Erlangga, 1991) h.212
21
Mahmud, D.M. Psikologi Suatu Pengantar. (Yogyakarta : BPFE, 1990) h.235
22
Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.71
(35)
segala macam masalah yang mungkin terjadi membuat lansia merasa tidak
tenang.23
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Chaplin faktor adalah salah satu sebab atau kondisi
pendahulu yang menimbulkan satu gejala.24 Zakiah Daradjat
mengemukakan bahwa kecemasan timbul karena tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksual, merasa diri (fisik) kurang, pengaruh pendidikan di masa kecil atau frustrasi karena tidak tercapainya keinginan baik material maupun sosial, dan mungkin juga akibat perasaan tidak
berdaya.25
Menurut Lewin kecemasan disebabkan oleh adanya konflik dalam diri individu. Di samping itu dikatakan juga bahwa kecemasan bisa timbul oleh adanya jarak yang lebar antara keinginan yang besar terhadap sesuatu
yang ingin diraihnya dengan kenyataan yang ada.26
Sigmund Freud mengemukakan bahwa ada lima macam sebab kecemasan yaitu :
a. Frustrasi (tekanan perasaan)
Rintangan untuk mencapai aktivitas diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini di dukung oleh pernyataan Zakiah Daradjat 23
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.41
24
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Kartono. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997) h.186
25
Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28
26
Irwanto, E.H. Psikologi Umum. Cetakan ketiga. (Jakarta : Gramedia Pustaka Umum, 1994) h.209
(36)
bahwa frustrasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhankebutuhannya, atau menyangka bahwa akan terjadi sesuatu hal yang menghalangi
keinginannya.27
b. Konflik
Adanya dua kebutuhan atau lebih yang berlawanan dan harus dipenuhi dalam waktu yang sama. Menurut Zakiah Daradjat konflik adalah terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain dan tidak mungkin dipenuhi dalam
waktu yang sama.28
c. Ancaman
Adanya bahaya yang harus diperhatikan. Badudu dan Zain mengatakan bahwa ancaman merupakan peringatan yang harus
diperhatikan dan diatasi agar tidak terlaksana.29
d. Harga diri
Harga diri adalah suatu penilaian yang dibuat oleh individu tentang dirinya sendiri dan dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Harga diri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh individu. Koeswara mengatakan bahwa terhambatnya
27
Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.24
28
Ibid. h.26
29
Zain, B. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994) h.47
(37)
pemuasan kebutuhan rasa harga diri mengakibatkan perasaan rendah
diri, tidak pantas, tidak mampu, tidak berguna dan lemah.30
e. Lingkungan
Freud mengatakan bahwa factor yang dapat mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat dalam komunitas tertentu yang terdapat interaksi diantara individu dalam masyarakat tersebut. Adanya dukungan
dari lingkungan, membuat individu berkurang kecemasannya,
lingkungan yang dimaksud diatas dapat berupa dukungan sosial. Sumber-sumber rasa cemas yaitu, kurang percaya diri, masa depan tanpa tujuan, ketidakpuasan kerja, masalah keuangan, lingkungan, bahaya dalam diri manusia atau bahaya dari luar yang oleh individu ditafsirkan
lain karena persepsi yang keliru dari realitas lingkungannya.31
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah sebab atau kondisi pendahulu yang menimbulkan suatu gejala yang mempengaruhi kecemasan. Kemudian faktor yang mempengaruhi kecemasan terbagi dalam dua macam, yaitu:
a. Pribadi
Penyebab kecemasan yang berasal dari pribadi adalah frustrasi, konflik, harga diri, usia, pekerjaan, religiusitas, kepuasan hidup.
b. Lingkungan
30
Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.125
31
Sukmana, O. Dasar-dasar Psikologi Lingkungan. (Malang : Bayu Media dan UMM Press. 2003) h.76
(38)
Penyebab kecemasan yang berasal dari lingkungan adalah tidak
adanya dukungan sosial, ancaman.
4. Gejala-gejala Kecemasan
Hawari mengatakan bahwa gejala-gejala orang yang mengalami kecemasan adalah khawatir, takut akan pikirannya sendiri, firasat buruk, tegang, gelisah, mudah terkejut, gangguan konsentrasi, sesak nafas, jantung
berdebar-debar, sakit kepala, gangguan pencernaan.32
Kartono mengemukakan gejala-gejala kecemasan yaitu gemetar, berkeringat dingin, mulut menjadi kering, membesarnya pupil, sesak nafas,
murus atau diare.33
Menurut Zakiah Daradjat kecemasan terdiri dari dua kelompok
gejala, yaitu :34
a. Gejala fisik
Gejala fisik meliputi ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, jantung berdebar-debar, meningkatnya denyut nadi, tekanan darah meningkat, keringat berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing dan nafas sesak.
b. Gejala mental
Gejala mental meliputi perasaan takut, perasaan akan tertimpa bahaya atau kecelakaan, tidak mampu memusatkan perhatian, tidak berdaya, rasa rendah diri, hilangnya rasa percaya diri, tidak tentram, ingin 32
Hawari. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.(Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2001) h.66
33
Kartono, K. 1986. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.140
34
Daradjat, Z. Kesehatan Mental. (Jakarta : Gunung Agung,1990) h.28
(39)
lari dari kenyataan hidup. Gejala kecemasan yang lain adalah mengkhawatirkan sesuatu dan hal-hal kecil, percaya bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa ada sebab yang jelas, merasa terancam dengan orang lain atau peristiwa yang secara normal tidak apa-apa, ketakutan akan kehilangan kontrol, sulit konsentrasi, memikirkan pikiran-pikiran yang mengganggu secara terus menerus, dan khawatir akan kesendirian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gejala kecemasan dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala psikologis dan gejala fisiologis. Gejala psikologis diantaranya adalah perasaan takut, sulit konsentrasi, merasa tidak berdaya, khawatir akan kesendirian, percaya bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi tanpa sebab yang jelas, bingung dan tegang. Gejala fisiologis antara lain jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, nafas sesak, sering ingin buang air, mual, tidur tidak nyenyak, ujung-ujung jari terasa dingin dan sakit kepala.
5. Macam-macam Kecemasan
Menurut Cattel dan Scheier :35
a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subyektif.
35
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal. (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994) h.49
(40)
b. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan
sebagai ancaman yang disebut dengan anxiety proness (kecenderungan
akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan berbagai ancaman sebagai keadaan yang membahayakan atau mengancam dan cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan.
Sigmund Freud membedakan kecemasan berdasarkan sumbernya
menjadi tiga macam, yaitu :36
a. Kecemasan riel
Kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan bahaya nyata yang berasal dari dunia luar. Kecemasan riel bersumber dari ego individu.
b. Kecemasan neurotik
Kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Walaupun sumbernya berada di dalam diri, kecemasan neurotik pada dasarnya berlandaskan kenyataan, karena hukuman yang ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar. Kecemasan neurotik bersumber pada id individu.
c. Kecemasan moral
Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego terhadap ego individu, karena individu telah atau sedang 36
Koeswara.E . Teori-teori Kepribadian. (Bandung : PT. Eresco, 1991) h.45
(41)
melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini tampak dalam bentuk rasa bersalah atau perasaan berdosa. Kecemasan moral ini bersumber pada superego individu.
Kartono membedakan kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan
kepribadian, yaitu :37
a. Kecemasan neurotis yang berkaitan dengan mekanisme-mekanisme
pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif, banyak disebabkan oleh rasa bersalah dan berdosa serta konflik-konflik emosional yang serius dan kronis berkesinambungan, frustrasi dan ketegangan batin.
b. Kecemasan psikotis adalah kecemasan karena merasa terancam
hidupnya dan merasa kacau balau ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh dipersonalisasi dan disorganisasi psikis.
Berdasarkan uraian diatas, macam-macam kecemasan dibedakan
berdasarkan beberapa hal. Kecemasan berdasarkan sifatnya adalah state
anxiety dan trait anxiety. Kecemasan berdasarkan sumbernya yaitu kecemasan riel, kecemasan neurotic dan kecemasan moral. Sedangkan kecemasan dalam kaitannya dengan gangguan kepribadian adalah kecemasan nuerotis dan kecemasan psikotis.
C. Kematian
1. Pengertian Kematian
Kematian yang berasal dari kata dasar mati, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah keadaan tidak bernyawa, tidak hidup lagi.38
37
Kartono, K. Gangguan-gangguan Psikis. (Bandung : Sinar Baru, 1986) h.40
(42)
Kematian adalah keniscayaan, tidak satu jiwapun dapat menghindarinya. Sedikit sekali yang mau menerimanya kalau enggan berkata bahwa semua orang merasa sangat berat meninggalkan hidup ini. Semua berkata dalam hatinya seperti ucapan Khairil Anwar : “ Aku ingin
hidup seribu tahun lagi”.39
Kematian merupakan ancaman bagi eksistensi manusia, manusia memiliki kesadaran terhadap kematian, baik itu disadari atau tidak. Reaksi
yang muncul diantaranya adalah :40
a. Melarikan diri dan merepresi urgensi kematian dengan cara sibuk
bekerja, bergosip, bahkan memasukkan diri dalam dunia khayalan.
b. Menerima kematian sebagai fakta yang tidak dihindarkan dan
mengambil posisi humanis, yaitu dengan berusaha memperkaya kehidupan dengan cara membuat hidup menjadi menyenangkan dan memuaskan diri.
c. Memberontak terhadap kematian, seperti pemberontakan dalam alam
dan takdir. Pemberontakan dilakukan seperti dalam karya seni dan ambisi manusia untuk mendapatkan status, kekuasaan, atau kekayaan.
d. Menghentikan eksistensi diri sendiri untuk hidup dalam dunia ideal,
seperti orang yang melakukan bunuh diri atau gila.
38
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h.723
39
Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h.vii
40
Abidin, Z. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri. (Bandung : Refika Aditama, 2002) h.13
(43)
e. Ikhlas dan patuh menerima keterbatasannya, seperti yang dilakukan orang-orang beragama.
Islam memberikan perspektif yang positif tentang kematian.
Kehidupan dan kematian adalah tanda-tenda kebesaran Allah. Kehidupan dan kematian adalah ujian bagi manusia, agar manusia dapat mengambil pelajaran dari keduanya, dan berbuat baik di atas bumi. Dalam Al-Qur’an dinyatakan ;
يِ
�ٱ
َ
َقَلَخ
َتۡوَم
ۡ
لٱ
َو
َةٰوَيَ
�ٱ
ۡ
َوُهَو ۚ
�َمَ� ُن َسۡح
ٗ
َ
أ ۡمُ�ُي
� ۡمُ�َوُلۡبَ ِ�
َ
ُز�ِزَع
ۡلٱ
ُروُفَغۡلٱ
٢
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”
Kematian hanya merupakan salah satu tahap dari perjalanan manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah. Setelah manusia di ciptakan dengan sebaik-baiknya bentuk mulai dari masa konsepsi, Allah kemudian mematikannya. Namun sesudah itu, manusia akan dibangkitkan di hari kiamat.
Menurut perspektif islam, kamatian dianggap sebagai peralihan
(44)
islam, setelah meninggal dan dikuburkan, manusia akan dihidupkan kembali. Kematian di alam kubur seperti tidur untuk menghadapi hari kebangkitan. Mereka yang berpisah karena kematian di dunia, dapat bertemu kembali dalam kehidupan setelah mati, manusia akan
mempertanggung jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia.41
Feifel mengatakan bahwa dalam sejarah umat menusia, kematian dipandang sebagai misteri. Eksistensialisme melihat kematian sebagai peristiwa berakhirnya keberadaan yang dapat menimbulkan kecemasan atau ketakutan maupun keotentikan pada manusia. Manusia dapat menemukan makna dan fakta keunikan serta individualitas diri dan hidup inidividu dari adanya kematian. Individu dapat mencapai dasar keunikan dan individualitas dirinya apabila ia menyadari dirinya akan mati. Sebagian agama memandang kematian sebagai batas hidup di dunia sekaligus awal dari kehidupan di alam lain serta merupakan landasan akan penyempurnaan
makna hidup.42
Koeswara mendefinisikan kematian sebagai peristiwa yang tidak dapat dihindarkan dan merupakan refleksi dari keterbatasan manusia. Kecemasan menghadapi kematian merupakan problem yang sering terjadi
41
Hidayat, K. Psikologi Kematian : Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme. (Bandung : PT. Mizan Publika, 2006) h. 5
42
Koeswara, E. Psikologi Eksistensial. (Bandung : PT. Eresco, 1987) h.107
(45)
dan problem ini dilatarbelakangi oleh ketidakyakinan manusia untuk
menentukan tempat, waktu dan cara matinya nanti.43
Berdasarkan uraian diatas kecemasan menghadapi kematian adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan berupa perasaan takut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam yang terjadi pada individu dalam menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan kehilangan nyawa dan tidak hidup lagi di dunia ini.
2. Dinamika Kecemasan Menghadapi Kematian
Pada umumnya selama manusia hidup, manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan dirinya agar dapat terus melanjutkan kehidupan. Manusia membayangkan dan mendambakan keabadian, hidup di dunia dan menikmati segala yang ada untuk selama-lamanya. Pada kenyataannya, semua makhluk hidup di dunia pasti akan mengalami kematian, karena setiap ada kehidupan pasti pada akhirnya akan menuju pada kematian.
Oleh karena itu, kematian merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Meskipun demikian, kematian dapat menjadi hal yang mencemaskan bagi beberapa individu. Ketidaktahuan mengenai hal dibalik kematian, seperti manusia tidak pernah tahu kapan ia akan mati, bagaimana ia akan mati, dimana ia akan mati, dan apa yang akan ia alami setelah ia mati, menimbulkan kecemasan dalam diri manusia. Manusia pun merasa cemas menghadapi kematian dirinya sendiri.
43
Ibid. h.40
(46)
D. Lansia
1. Pengertian Lansia
Memasuki masa lanjut usia merupakan periode akhir di dalam rentang kehidupan manusia di dunia ini. Kisaran usia yang ada pada periode ini adalah 60 tahun ke atas. Perubahan fisik ke arah penurunan fungsi-fungsi organ merupakan indikator utama yang tampak jelas, guna menandakan masa tersebut sudah memasuki masa lansia. Perubahan fisik tersebut biasanya ditandai dengan beberapa ciri seperti, gigi, rambut sudah memutih,
kulit mulai mengering dan keriput.44
Menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya “Psikologi
Perkembangan” masa lansia adalah masa dimana seseorang mengalami
perubahan fisik dan psikologis. Bahkan ketika masa tua disebut sebagai masa yang mudah dihinggapi segala penyakit dan akan mengalami kemunduran mental seperti menurunnya daya ingat, dan pikiran.
Agama islam memandang lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama islam memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tidak bernilai oleh masyarakat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 23-24 :
44
Zahrotun, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.
(47)
ٓ
َ
�ِإ
ْآوُدُبۡعَ� َ�َ� َكُ�َر ٰ َ�َقَو
ِ�َو ُهاَيِإ
ِنۡيَ ِ�َٰ�
ۡلٱ
َكَدنِع َنَغُلۡبَ� اَمِإ ۚاًنٰ َ�ۡحِإ
ََ�ِكۡلٱ
اَمُهَل لُقَو اَمُهۡرَهۡنَ�
�َو ٖ
َ
ّفُأ ٓاَمُهَل لُقَ� َ�َف اَمُه َِ� ۡوَأ ٓاَمُهُدَحَأ
اٗم�ِر
َك ٗ�ۡوَق
٣
“ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap mereka adalah hal yang di tekankan dalam islam. Orang yang sudah lanjut usia mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan, islam sebagai agama sempurna berada dibarisan paling depan dalam memberi perhatian dan menjaga hak-hak mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya termasuk pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan ahli Qur’an dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para
pemimpin yang berbuat adil”.45
Dalam islam, penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di masyarakat khususnya, mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
45
HR. Abu Dawud : 4843 ; dihasankan oleh Syaikh Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami’ no.2199
(48)
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan serta pengalaman yang harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Hormatilah orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian”.
Islam juga mengajarkan agar kita selalu memperhatikan kondisi kesehatan lansia. Sebab, usia yang bertambah tua akan membuat lemah, lemah kemampuan panca indera, bahkan ada sebagian orang yang sudah tua, perbuatannya seperti kembali pada perbuatan anak-anak, maka dari itu perlunya perhatian lebih terhadap lansia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 54 :
ُ َ�ٱ
يِ
�ٱ
َ
َمُ� ٖفۡع َض نِّم مُ�َق
َلَخ
َمُ� ٗةَوُق ٖفۡع َض ِدۡعَ� ۢنِم َلَعَج
َوُهَو ُۚء
ٓاَشَ� اَم ُقُلۡ َ� ۚ ٗةَبۡيَشَو اٗفۡع َض ٖ�َوُق ِدۡعَ� ۢنِم َلَعَج
ُميِلَعۡلٱ
ُريِدَقۡلٱ
٤
“ Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”
Masa dewasa akhir atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah
(49)
beranjak jauh dari periode dahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Usia enampuluhan biasanya dipandang
sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut.46
Adapun tugas-tugas perkembangan usia lanjut adalah sebagai berikut:
a. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin
menurun.
b. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang
semakin berkurang.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
d. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut.
e. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan secara luwes.
f. Kesiapan menghadapi kematian.47
Erikson pada tahapan psikologi perkembangan psikososialnya menjelaskan masa dewasa akhir (lanjut usia) manusia dituntut untuk hidup dengan apa yang telah mereka perbuat selama masa hidupnya di periode yang lalu. Secara ideal mereka telah dapat mencapai integritasnya, integritas ini oleh Erikson diartikan sebagai suatu tahap dimana individu yang berada
46
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke-5, h.30.
47
Elfi Yuliani Rochmah, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 84.
(50)
pada dewasa akhir merasakan dan mengalami kepuasan dalam menjalani
hidupnya.48
2. Pembagian Lansia
Usia lanjut merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi ke dalam dua bagian, yaitu :
a. Usia Madya Dini (antara usia 40 hingga 50 tahun).
Pada usia madya dini adalah bahwa usia ini merupakan masa
transisi. Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja dan kemudian dewasa, demikian pula usia madya dini merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciriciri jasmani dan perilaku dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya dini, cepat atau lambat, semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara radikal.
b. Usia Madya Lanjut (antara usia 50 tahun sampai 60 tahun keatas).
48
Zahrotun,dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam,( Jakarta : UIN Jakarta Press,2006 ),h.57
(51)
Umumnya pada masa usia madya lanjut ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewasa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatkan kecenderungan untuk pensiun pada usia enampuluhan sengaja ataupun tidak sengaja usia enampuluhan tahun dianggap sebagai garis batas antara usia madya dini dengan usia madya lanjut.49
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi lagi seperti biasanya, untuk itu bimbingan keagamaan pada lansia adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memberikan bantuan kepada lansia atau kelompok lansia agar kehidupan keagamaannya dapat berjalan selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga kebahagiaan hidup dapat tercapai di dunia dan di akhirat.
49
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Erlangga, 1998), Cet. Ke- 5, h. 320-321
(52)
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR
A. Sejarah Berdirinya
Keberadaan Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan salah satu wujud perhatian pemerintah Jakarta untuk menjawab berkembangnya jumlah dan masalah lansia terlantar yang dari tahun ke tahun cenderung meningkat, kenyataan yang ada menunjukan bahwa di RPLU Jelambar jumlah warga binaan sosialnya selalu mengalami peningkatan dan jumlah ini akan terus bertambah, tidak membatasi kapasitas sesuai dengan kemampuannya.
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar merupakan unit pelaksana teknis dinas sosial provinsi Jakarta yang berada dibawah PSTW Budi Mulya cengkareng, dipimpin oleh seorang penanggung jawab, bertanggung jawab kepada kepala panti dan kepala dinas sosial, dibentuk dengan peraturan gubernur no.57 tahun 2010 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja RPLU Jelambar yang beralamat di jalan jelambar 2 no.10 grogol petamburan, Jakarta barat adalah suatu RPLU milik dinas sosial yang menampung orang
lanjut usia terlantar.1
1
Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
(53)
1. Dasar hukum :
a. UUD No.13 tahun 1998 tentang Lanjut Usia.
b. UUD No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
c. Perda No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi
DKI Jakarta.
d. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.
e. Peraturan Gubernur No. 57 tahun 2010 tentang Penerapan dan Rencana
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial. B. Visi dan Misi
Visi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah mengangkat harkat dan martabat lansia terlantar menuju kehidupan layak, sehat, berpegang teguh pada norma yang berlaku, dan juga manusiawi, dengan cara memberikan pembinaan dan penyantunan kepada lanjut usia terlantar secara maksimal. Misi Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah agar para lanjut usia terlantar dapat terbina dan tersantuni, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya.
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Tujuan Panti Tugas Pokok
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi Penyandang masalah kesejahteraan social (PMKS) lanjut usia terlantar.
(54)
Fungsi :
a. Pendekatan awal meliputi penjangkauan, observasi, identifikasi,
motivasi, dan seleksi.
b. Penerimaan meliputi registrasi, persyaratan administrasi dan
penempatan dalam panti.
c. Perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehatan.
d. Asesment meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman
masalah dan potensi.
e. Pembinaan fisik, bimbingan mental, sosial keagamaan dan
pengisian waktu luang.
f. Penyaluran kembali kepada keluarga dan rujukan ke lembaga
sosial lain.
g. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi,
pemantapan dan terminasi.
h. Pengurusan pemulasaraan jenazah dan pemakaman.
Tujuan
Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah terbina dan tersantuninya PMKS lanjut Usia terlantar, sehingga mampu melaksanakan
fungsi sosialnya.2
2
Data Dinas Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, 2014.
(55)
D. Sasaran dan Persyaratan Sasaran
a. Lanjut usia terlantar, yaitu lanjut usia yang telah berusia 60 tahun
keatas ( UU No.13 tahun 1998 ).
b. Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu sebab mereka tidak
dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada orang tua yang telah berumur diatas 60 tahun.
c. Masyarakat terutama yang mau dan mampu untuk berpartisipasi
aktifdidalam pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Persyaratan
a. Laki-laki/ Perempuan.
b. Tidak menderita gangguan jiwa.
c. Tidak menderita penyakit menular.
d. Mampu mengurus diri.
E. Prosedur Pelayanan, Fasilitas Pelayanan dan Proses Pelayanan Prosedur pelayanan
Penyerahan dari kepolisian
a. Menyerahkan langsung ke sasana
b. Surat penyerahan
Penyerahan dari Institusi Sosial ( Pemerintah/ Swasta )
a. Surat pengantar penyerahan
(56)
Penyerahan dari keluarga/ masyarakat
a. Menyerahkan langsung ke panti
b. Membuat surat pernyataan tertulis diatas materai yang cukup
Penyerahan dari rumah sakit
a. Menyerahkan ke sasana dengan surat Rekomendasi dari Dinas Sosial
setempat.
b. Kelengkapannya: 1) Surat penyerahan. 2) Berita acara penyerahan. 3) Case Study.
Fasilitas Pelayanan
a. Penampungan dan perawatan.
b. Pelayanan Kesehatan.
c. Usaha Kesejahteraan Sosial, Mental dan Spritual bagi lansia binaan.
d. Kegiatan Rekreatif dan Rekreasi.
e. Pembinaan lanjut.
Proses Pelayanan
Untuk kelancaran pelaksanaan program penanganan PMKS lanjut usia di dalam Sasana, pelaksanaannya melalui tahapan sebagai berikut:
1) Pendekatan awal/intake process, terdiri dari:
a. Orientasi dan Konsultasi
b. Identifikasi
(57)
a. Registrasi
b. Penelaahan dan pengungkapan masalah
c. Penempatan pada program
3) Bimbingan Sosial dan Keterampilan
4) Pembinaan lanjut
a. Supervisi bagi lanjut usia binaan yang telah mampu
melaksanakan fungsi sosialnya.
b. Bimbingan sosial (Home Visit) terhadap lanjut usia binaan
yang kembali kekeluarganya/wali. F. Kegiatan, Pengurus, Jumlah Warga Binaan (Lansia)
Kegiatan
Jenis kegiatan pembinaan sehari-hari di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Lansia RPLU Jelambar 2014. NO. Jenis Kegiatan Pembinaan Sehari-hari Hari
1. Bimbingan Keterampilan Senin dan Rabu
2. Senam Kesehatan Selasa dan Jum’at
3. Bimbingan Rohani Kamis
4. Bimbingan Kesenian Rabu
5. Bimbingan Sosial Senin dan Rabu
6. Panggung Gembira 1 Bulan Sekali
Sumber : Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar 2014
(58)
Para pengurus di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar ada 13 orang terdiri dari 9 pegawai negeri sipil dan 4 pegawai honorer atau pramusosial, berikut datanya dibawah ini.
Tabel 2. Susunan pengurus RPLU Jelambar 2014.
NO. NAMA JABATAN
1. Sumaryati. S.Ap Penanggung Jawab
2. M.Suwarma Saleh Staf
3. Suwarso Staf
4. Sumantri Staf
5. Joko Wasisto Staf
6. Slamet Riyadi Staf
7. Suharjo Staf
8. Rasini Staf
9. Wasri Staf
10. Arief Rahman Pramusosial
11. Fitri Subiah Oktriana Pramusosial
12. Yulia Widowati Pramusosial
13. Meutia Novianti Pramusosial
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014
Jumlah Warga Binaan (Lansia)
Tabel 3. Jumlah Lansia berdasarkan usia.
NO. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 50-55 Tahun
2. 56-60 Tahun 4 1 5
3. 61-75 Tahun 36 35 71
4. 76-80 Tahun 3 2 5
5. 81-85 Tahun 4 5 9
6. 86-90 Tahun 1 1 2
7. 91-95 Tahun 1 1
8. 96-100 Tahun
Jumlah 49 44 93
Sumber : Data Ka. SUB. Tata Usaha RPLU Jelambar 2014
Dari table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas warga binaan lansia di RPLU Jelambar berada dikisaran usia 61-75 tahun.
(59)
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan
Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dan observasi langsung terhadap proses kegiatan bimbingan agama. Informan yang penulis wawancarai adalah penanggung jawab Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar, pembimbing agama, dan tiga orang lansia sebagai pihak yang terbimbing.
Adapun gambaran umum mengenai informan adalah sebagai berikut :
1. Pembimbing
a. Sumaryati S.Ap
Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 11 April 1996, dan jabatan yang beliau duduki di Rumah Perlindungan Lanjut Usia Jelambar adalah selaku penanggung jawab bukan kepala panti karena RPLU Jelambar ini merupakan anak lembaga dariinduknya yaitu Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2 Cengkareng, beliau baru menerima jabatan itu kurang lebih baru satu tahun, adapun alasan mengapa beliau dijadikan informan adalah karena beliau yang bertanggung jawab di RPLU Jelambar dan sebagai pembimbing penulis selama melakukan penelitian di RPLU Jelambar. Beliau
(60)
memberikan arahan dan masukan kepada penulis untuk mendapatkan informasi-informasi penting lainnya baik itu mengenai data-data seperti sejarah berdirinya RPLU Jelambar, visi dan misinya, kegiatan-kegiatan, dan lain sebagainya yang penulis harus ketahui
untuk kepentingan penelitian ini.1
Adapun hubungannya dengan judul penelitian penulis, menurutnya kecemasan kematian itu adalah rasa trauma lansia terhadap pengalaman pribadi yang dilihatnya yang belum bisa ia terima contohnya ketika menyaksikan temannya meninggal dunia, perpisahan dan kehilangan yang timbul setelahnya membuat lansia cemas akan kematian, ini merupakan suatu masalah psikologis yang harus diluruskan jika sudah menimpa pikiran lansia, maka dari itu bimbingan bimbingan agama tentang kematian yang lebih kearah kuratif sangat dibutuhkan untuk menyadarkan lansia karena kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang, kematian merupakan siklus akhir dari tahap kehidupan manusia didunia menuju hidup yang abadi diakhirat sana.
Ibu sumaryati selaku penanggung jawab di RPLU Jelambar dalam rangka mencegah lansia dari masalah tersebut menerapkan strategi preventif atau pencegahan, yang aplikasinya yaitu dengan
1
Wawancara dengan Ibu Sumaryati.S.Ap, penanggung jawab RPLU Jelambar, 29 September 2014.
(61)
cara mengaktifkan kegiatan-kegiatan positif setiap harinya dipanti yang didasari suatu pemikiran jika para pembimbing dapat menghindari lansia darimasalah-masalah yang sangat potensial untuk timbul dengan ragam kegiatan yang ada sehingga perasaan yang biasanya ada pada lansia dipanti seperti perasaan kesepian, perasaan tidak berguna, cemas, dan lain sebagainya maka potensi timbulnya masalah-masalah psikologis pada lansia tersebut bisa diminimalisir kemunculannya.
b. Ustadz Agus Makhsum
Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 23 Desember 1955, amanah yang beliau dapatkan di RPLU Jelambar adalah sebagai pembimbing agama, dan menjadi pembimbing agama dari tahun 2010 sampai sekarang. Tugas beliau adalah membimbing dan mengarahkan lansia sebagi orang yang terbimbing ke jalan yang lurus melalui jalan agama yang berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist, adapun alasan penulis mengambil beliau sebagai informan adalah karena memang fokus penelitian penulis dalam skripsi ini yaitu tentang bimbingan agamanya yang meliputi strateginya,metodenya, dan lain-lain dalam bimbingan yang beliau
jalankan.2
2
Wawancara dengan Ustadz Agus Makhsum, Pembimbing Agama RPLU Jelambar 25 September 2014.
(62)
Kecemasan kematian pada lansia menurutnya adalah perasaan takut ketika mengingat kematian karena belum mempunyai bekal yang cukup untuk menghadap ilahi, masih minimnya pengetahuan agama mereka tentang kematian itu sendiri membuat mereka menjadi cemas, dalam hal ini ustadz agus makhsum lebih kepada proses penyembuhan atau strategi kuratifnya dengan jalan ceramah dan juga pendekatan langsung tehadap lansia agar para lansia semangat dalam menjalani hidup dan terus beribadah kepada Allah agar amal ibadahnya terus bertambah dan kelak siap untuk menghadap Allah dengan bekal yang cukup, yang mana semua itu dilakukan dengan cara memberikan materi-materi yang bijak seputar agama khususnya tentang kematian yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadist.
2. Terbimbing
a. Jumini
Beliau lahir di Indramayu pada tanggal 21 juni 1942, beliau sudah 2 tahun 6 bulan berada dipanti anak dan suaminya telah meninggal dunia, merantau ke Jakarta demi mencari kehidupan dan akhirnya beliau diberi rujukan sama camat setempat agar tinggal dipanti jompo saja karena mengingat usianya sudah tua, dan tidak mempunyai sanak saudara di Jakarta, beliau sangat bersyukur tinggal dipanti daripada hidupnya tidak jelas dijalanan, beliau rajin mengikuti
(63)
kegiatan-kegiatan yang ada dipanti terutama kegiatan bimbingan agamanya,karena dengan agama beliau bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik agar kelak jika beliau mati bisa pulang dengan membawa bekal yang
cukup untuk kehidupan yang kekal disana.3
Ibu Jumini merupakan lansia yang taat ibadahnya, ia tidak pernah melewatkan shalat 5 waktu setiap harinya, juga dalam kegiatan lain iapun cukup aktif mengikutinya seperti kegiatan qasidah, keterampilan, dan lain sebagainya. Ketika penulis bertanya tentang kematian seperti apa rasanya ketika ia mengingatnya ia menjawab sambil menundukan kepalanya sambil menjawab bahwasanya ia sedih ketika memikirkan kematian karena ia tinggal dipanti dan punya pengalaman pribadi yang kurang mengenakan dibenaknya yang ia lihat ketika ada lansia yang meninggal dipanti seperti nanti kuburannya tidak ada yang merawatnya karena jauh dari keluarga, takut kuburannya nanti dapat beberapa tahun digali lagi terus ditumpuk oleh jenazah yang lain, terus bagaimana nanti keadaan di dalam kuburnya karena ia ditumpuk-tumpuk seperti itu, itu yang membuat ibu jumini sedih ketika ingat kematian, akan tetapi setelah dibimbing diberi arahan yang benar oleh penanggung jawab panti dan juga pembimbing agama Alhamdulillah sekarang ia menjadi lebih 3
Wawancara dengan nene Jumini ( Lansia RPLU Jelambar), Jakarta, 22 September 2014
(64)
tenang dan lebih berpikir positif lagi ke depannya, dan fokus untuk terus meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah agar kelak bisa menolongnya nanti diakhirat.
b. Yuli
Beliau lahir di Bandung pada tanggal 17 Juni 1943 sudah 2 tahun beliau tinggal dipanti tidak mempunyai anak karena suaminya meninggal, seluruh hartanya dirampas oleh mertuanya sendiri akhirnya beliau tidak punya apa-apa lagi dan setelah berpikir panjang memutuskan untuk tinggal dipanti jompo saja daripada hidup dijalanan, selanjutnya beliau meminta surat rekomendasi dari polisi agar bisa bisa ditempatkan atau tinggal dipanti jompo, kini di sisa-sisa hidupnya beliau memasrahkan dirinya kepada Allah sambil terus berusaha beridah semaksimal mungkin agar kelak bisa meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
Ibu yuli termasuk lansia yang ceria yang sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dipanti setiap harinya walaupun sekarang umurnya sudah menginjak diusia 71 tahun, termasuk juga dikegiatan bimbingan agamanya yang selalu ia tunggu, bahkan ketika hari bimbingan agama tiba ia selalu datang duluan ke mushola sebelum pembimbing agama datang, rasa semangat untuk beribadah kepada Allah menjadi penggerak hatinya untuk selalu
(65)
belajar agama, ketika penulis bertanya tentang perasaannya akan kematian yang pasti datang ia menjawab rasa takut pasti ada, perasaan takut itu didasari karena ia memikirkan bagaimana nanti suasana didalam kuburnya, hal seperti apa yang akan menimpanya nanti juga karena ia merasa bekal yang ada sekarang belum cukup masih sedikit, tetapi Alhamdulillah setelah ustadz Agus makhsum bimbing dengan metode ceramah dan juga melalui pendekatan-pendekatan ia merasa lebih tenang dan harus terus berbuat baik dibarengi dengan ibadah yang maksimal kepada Allah.
c. Emiyati
Beliau lahir pada tanggal 19 Mei 1939 di kampung halamannya yaitu Sragen, Jawa Tengah. Beliau sudah enam tahun berada di panti, nenek emi tidak mempunyai dan ditinggal suaminya di usia pernikahannya yang baru sembilan tahun untuk merantau ke Jakarta dan setelah itu tidak ada lagi kabar suaminya sampai sekarang, selang beberapa tahun karena sudah tidak ada yang manafkahi lagi, akhirnya beliau memutuskan untuk ke Jakarta dengan niat untuk mencari pekerjaan, akan tetapi sesampainya di Jakarta karena beliau tidak mempunyai skill untuk menempati suatu pekerjaan, beliaupun tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi seorang pengemis.
(66)
Cukup lama beliau menjadi pengemis di Jakarta tepatnya yaitu dikawasan Grogol, Jakarta barat. Karena peraturan di DKI Jakarta yang sedang gencarnya memberantas pengemis akhirnya ketika sedang mengemis beliaupun di tangkap oleh petugas Satpol PP didata dan selanjutnya dimasukan ke PSBDI Cengkareng dan dipindahkan di RPLU Jelambar, dan karena tidak mempunyai sanak saudara di Jakarta beliaupun pasrah untuk tinggal di panti sampai sekarang.
Sama seperti lansia yang lain, nenek emi juga termasuk lansia yang selalu mengikuti kegiatan yang ada dipanti. Nenek emi mempunyai teman yang sangat akrab di panti yaitu nenek yanti, beliau sudah menganggap nenek yanti sebagai saudaranya sendiri, suatu ketika nenek yanti jatuh sakit dan tidak kunjung sembuh, beliaupun selau menemaninya hingga pada saat nenek yanti sakaratul maut dan meninggal beliau menyaksikannya. Nenek emi sangat sedih dan seperti orang ketakutan mengurung diri terus dikamar hingga berhari-hari, tidak mau mengikuti kegiatan seperti biasanya. Melihat permasalahan itu pada akhirnya ustadz Agus makhsum mendatanginya mengajak nenek emi untuk berbagi cerita akan permasalahan yang dialamainya selanjutnya bertukar pikiran dan mencari solusinya. Setelah digali permasalahannya lalu ditemukanlah mengapa nenek emi bersikap seperti itu, yaitu ternyata nenek emi menyimpan trauma yang mendalam ketika melihat temannya sakaratul maut lalu meninggal dunia. Selanjutnya ustadz Agus
(67)
makhsum memberikan pengertian yang lebih akan hakikat sebuah kematian dan Alhamdulillah nenek emi bisa menerimanya dan kembali beraktifitas seperti biasa lagi di panti.
B. Strategi Bimbingan Agama Dalam Menghilangkan Kecemasan Kematian
Setelah penulis melakukan observasi dan wawancara langsung dilapangan, penulis menemukan dua strategi yang diterapkan oleh pembimbing, baik itu pembimbing agama maupun pembimbing di bagian lainnya dalam rangka menghilangkan kecemasan kematian pada diri lansia di RPLU Jelambar, yaitu strategi preventif dan juga strategi kuratif yang mana penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Strategi Preventif
Strategi preventif atau pencegahan adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba mencegah jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu.Pembimbing berupaya untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah atau mencegah terjadinya masalah-masalah. Masalah-masalah-masalah yang dimaksud pada lansia seperti kesepian, perasaan tidak berguna, cemas dan sejenisnya yang secara potensial masalah itu dapat terjadi
(1)
3. Bagaimana ibu bisa masuk masuk ke panti ini?
Iya itu tadi awalnya, jadi pas nenek ditinggal suami yang tidak tahu kemana, tidak ada kabar juga tidak pulang-pulang yasudah mau tidak mau nenek harus hidup sendirian dirumah, akhirnya karena sudah tidak ada yang menafkahi nenek lagi, nenek liat teman-teman nenek banyak yang kerja di Jakarta, yasudah nenek mutusin untuk ikut ke jakarta karena tidak enak juga kan hidup sendirian di kampung susah juga buat nyari makan, udah tuh nenek sampai di Jakarta, eh ternyata di Jakarta susah juga dapet kerja terus nenek bingung tuh mau kerja apa nenek juga tidak enak numpang terus sama teman, yasudah nenek mutusin buat jadi pengemis aja lumayan kan buat makan sehari-hari, dah lama tuh nenek jadi pengemis di sekitaran Grogol, eh tiba-tiba pas lagi duduk ngemis, nenek ditangkap di bawa sama petugas gitu, katanya nenek mengganggu orang lain, yasudah akhirnya nenek didata di masukin ke panti yang di cengkareng, eh dipindahin kesini.
4. Bimbingan agama apa yang ibu dapatkan disini?
Banyak yang nenek dapet disini, disini nenek diajarin pak ustad ngaji, shalat, surat-surat pendek, dan Alhamdulillah sekarang nenek sudah bisa ngaji bisa shalat juga.
5. Apakah manfaatnya dari bimbingan agama tersebut bagi ibu?
Manfaatnya iya seperti tadi itu, jadi nenek bisa shalat bisa ngaji, nenek juga banyak dikasih ilmu-ilmu agama disini jadi nenek seneng buat banyakin bekal nenek nanti kalau udah dipanggil sama yang kuasa.
(2)
6. Nasihat apa yang selalu ibu ingat dari pembimbing agama?
Harus rajin ibadahnya jangan malas selama kita masih dikasih kesehatan sama Allah, banyak-banyak istighfar abis shalat, jangan pernah tinggalin kewajiban shalat lima waktu karena itu yang bakal menolong kita di akhirat nanti.
7. Apakah ibu sering teringat akan kematian?
Kalau ngomongin masalah mati nenek jadi sedih, dulu nenek punya teman disini namanya yanti, dia orangnya baik banget sama nenek, kalau nenek punya masalah nenek certain ke dia, terus dia juga ngasih nasihat-nasihat, dia juga gitu kalau ada masalah ceritanya ke nenek juga, akrab banget waktu itu udah kaya saudara, eh waktu itu dia sakit, udah lama juga sakitnya terus nenek temenin, nenek jengukin lah. Disitu nenek mulai sedih dia tidak sembuh-sembuh juga, pas nenek lagi nemenin, dia kaya orang lagi sekarat kasihan nenek ngeliatnya, nenek jadi sedih dan panik waktu itu, tidak lama kemudian dia meninggal, nenek nyaksiin sendiri gimana pas sakaratul mautnya, besoknya nenek jadi takut mati, ngurung diri terus didalem kamar tidak mau ikut kegiatan-kegiatan yang kaya biasanya, makan jadi tidak nafsu juga masih sedih dan takut kalau inget, waktu itu pak ustad datang ke kamar nenek, disitu nenek dikasih penjelasan nasihat-nasihat sama pak ustad tentang kematian, Alhamdulillah nenek jadi bisa lebih tenang waktu itu.
(3)
Waktu itu sedih dan takut aja kalau di bayangin, tapi karena sekarang nenek sudah dikasih tahu pengetahuan yang lebih tentang kematian, jadi tidak takut lagi sama yang namanya mati karena kata pak ustad kematian itu pasti bakal ditemukan sama setiap orang, ya sekarang mah yang penting banyakin ibadah aja banyakin istighfar mohon ampun sama Allah atas dosa-dosa kita.
9. Apakah setelah bimbingan agama ibu merasa lebih tenang?
Pengalaman yang udah pernah nenek rasain ya Alhamdulillah hidup nenek jadi tenang dan nenek jadi semangat lagi ibadahnya sehari-hari biar bekal nenek banyak dan bisa masuk syurga.
10.Apakah ibu sulit berkonsentrasi selama ini?
Iya kalau lagi mikir sekarang suka kadang-kadang keganggu aja suka sering lupa melulu nenek.
11.Hal apa yang menyebabkan ibu sulit berkonsentrasi?
Iya maklum namanya juga udah tua begini udah susah kalau mikir, udah banyak lupanya tapi yang penting nenek masih inget bacaan-bacaan buat shalat, terus syahadat yang penting banget kata pak ustad.
12.Apakah ibu mengalami gangguan pencernaan?
Iya kalau itu namanya udah tua gini ya pasti ada. 13.Biasanya gangguan pencernaan seperti apa yang ibu alami?
Iya kaya sekarang-sekarang ini biasanya kalau lagi tidur susah buat nahan buang air kecil, jadi suka keluar sendiri pas lagi tidur.
(4)
14.Apakah ibu sering gemetar dan berkeringat dingin ketika ingin melakukan sesuatu?
Keringetan sih engga, cuma kalau gemetaran sering pas lagi mau ngambil-ngambil, kaya ngambil gelas, piring, iya namanya juga udah tua, udah jadi nenek-nenek emang udah kaya gini kali jalannya.
(5)
DOKUMENTASI
Wawancara dengan pembimbing agama
(6)
Pendekatan pembimbing terhadap lansia