2.3 Acute Respiratory Distress Syndrome ARDS
2.3.1 Sejarah dan Definisi ARDS
ARDS pertama kali dideskripsikan pada tahun 1967, ketika Asbaugh dan rekannya mendeskripsikan 12 pasien dengan acute respiratory distress, refractori
sianosis terhadap terapi oksigen, penurunan komplians paru, infiltrat menyeluruh pada rongent thoraks. Awalnya gejala ini disebut adult respiratory distress
syndrome, saat ini istilah tersebut diganti dengan acute respiratory distress syndrome ARDS. Pada tahun 1988 definisinya diperluas dengan mempertimbangkan
kerusakan fisiologi respirasi menggunakan sistem scoring kerusakan paru. Sistem scoring ini berdasarkan tekanan positif akhir ekspirasi, rasio dari PaO2FiO2,
komplians paru dan derajat infiltrat pada radiografi. Pada tahun 1994 definisi baru direkomendasikan
berdasarkan American-European
Consensus Conference
Committee AECC. Konsensus ini memiliki dua keuntungan. Pertama, dapat mengetahui variasi keparahan cedera paru secara klinis, pasien dengan hipoksia
ringan PaO2FiO2 300 merupakan acute lung injury ALI dan hipoksia berat PaO2FiO2 200 merupakan ARDS. Kedua, mudah digunakan pada situasi klinis
Ware, et al., 2000. ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas
membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan, dan protein plasma, disertai kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan yang mengandung protein dalam
parenkim paru Aru, 2010. ARDS juga dikenal dengan edema paru non kardiogenik. Sindrom ini
merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan
oksigen di arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi dari tekanan jalan nafas normal
Muttaqin, 2008.
Tabel 2.4. Definisi ARDS Ware, et al., 2000
ARDS diakui sebagai bentuk yang paling parah dari acute lung injury ALI, suatu bentuk cedera difus alveolar. AECC mendefinisikan ARDS sebagai kondisi
akut yang ditandai dengan infiltrat paru bilateral dan hipoksemia berat karena tidak adanya bukti untuk edema paru kardiogenik. Menurut kriteria AECC, yaitu aspek
keparahan hipoksemia diperlukan untuk membuat diagnosis ARDS yang didefinisikan oleh rasio tekanan parsial oksigen dalam darah arteri pasien PaO2
dengan fraksi oksigen dalam udara inspirasi FiO2. Dalam ARDS, rasio PaO2FIO2 kurang dari 200, dan ALI kurang dari 300. Selain itu, edema paru kardiogenik harus
disingkirkan baik oleh kriteria klinis atau dengan pulmonary capillary wedge pressure PCWP lebih rendah dari 18 mmHg Milisavljevic, et al., 2012.
The European Society of Intensive Care Medicine dengan dorongan dari the American Thoracic Society serta the Society of Critical care Medicine berkumpul
pada sebuah acara panel ahli internasional untuk merevisi definisi ARDS. Panel ini bertemu pada tahun 2011 di Berlin, dan dicetuskan sebuah definisi baru yaitu definisi
Berlin. Tujuan dari definisi Berlin adalah untuk mencoba dan meningkatkan fisibilitas, realibilitas, penampakan dan validitas prediktif. Yang menarik, definisi ini
secara empiris mengevaluasi validitas prediktif untuk mortalitas dibandingkan dengan definisi AECC, dengan menggunakan data yang berasal dari uji klinis multi-
pusat dan pusat tunggal. Terdapat beberapa modifikasi kunci oksigenasi, waktu onset akut, x-ray thoraks, dan kriteria pulmonary wedge pressure pada definisi
Berlin jika dibandingkan dengan definisi AECC Fanelli, et al., 2013. Pada definisi Berlin, tidak terdapat penggunaan dari terminologi Acute Lung
Injury ALI. Komite ini menilai bahwa terminologi ini digunakan secara tidak sesuai pada berbagai konteks dan tidak membantu. Pada definisi Berlin, ARDS
diklasifikasikan menjadi ringan, sedang, dan berat berdasarkan nilai rasio PaO2FiO2. Yang penting adalah nilai rasio PaO2FiO2 dianggap hanya dengan
penggunaan CPAP atau nilai PEEP ≥
5 cmH
2
O Fanelli, et al., 2013. Waktu onset akut kegagalan pernafasan yang digunakan untuk diagnosis
ARDS jelas didefinisikan dalam definisi Berlin. Hal ini didefinisikan sebagai paparan terhadap faktor risiko yang diketahui atau perburukan gejala respirasi dalam
satu minggu. Hal ini penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang menjelaskan asal kegagalan pernafasan akut Fanelli, et al., 2013.
Radiografi thoraks dikarakteristikkan dengan opasitas bilateral yang melibatkan paling tidak 3 kuadran yang tidak sepenuhnya dijelaskan oleh efusi
pleura, atelektasis dan nodul. Jika tidak terdapat faktor risiko yang diketahui, edema akibat kardiogenik harus diekslusi dengan evaluasi objektif dari fungsi kardiak
dengan menggunakan ekokardiografi. Akibatnya, pengukuran pulmonary wedge pressure dapat ditinggalkan karena ARDS dapat terjadi bersamaan dengan edema
hidrostatik yang diakibatkan dari overload cairan atau kegagalan jantung Fanelli, et al., 2013.
Tabel 2.5. Definisi ARDS Berlin Fanelli, et al., 2013
Definisi Berlin mengenai Acute Respiratory Distress Syndrome
Waktu
Terjadi dalam 1 minggu pada setelah gangguan klinis yang sudah diketahui sebelumnya atau baru atau gejala respirasi
yang mengalami perburukan.
Pencitraan thoraks
Opasitas bilateral tidak secara penuh dijelaskan oleh efusi, kolaps parulobaris, atau nodul.
Sumber Edema Kegagalan pernafasan tidak secara penuh dijelaskan oleh
kegagalan jantung atau kelebihan cairan. Memerlukan penilaian objektif contoh Ekokardiografi untuk
mengeksklusi edema hidrostatik jika faktor risiko tidak ada.
Oksigenasi
Ringan Sedang
Berat 200 mmHg PaO2FIO2
≤ 300 mmHg, PEEP atau CPAP ≥5 cmH2O
100 mmHg PaO2FIO2 ≤ 200 mmHg, PEEP ≥5 cmH2O
PaO2FIO2 ≤ 100 mmHg, PEEP ≥5 cmH2O
Definisi ARDS Berlin secara empiris mengevaluasi tes validitas prediktif untuk mortalitas dengan menggunakan database klinis jumlah besar dari uji klinis
multi pusat dan pusat tunggal yang melibatkan 3.670 pasien. Laju mortalitas ARDS dinyatakan sebesar 27 untuk ringan, 32 untuk sedang dan 45 untuk berat.
Selain itu, jumlah hari bebas ventilator menurun dari ARDS ringan ke berat, dan stadium ARDS yang lebih berat dihubungkan dengan peningkatan progresif paru
yang ditemukan pada evaluasi CT scan dan shunt fraction Fanelli, et al., 2013.
2.3.2 Epidemiologi