Analisis program acara Indonesia menghafal di TPI

(1)

ANALISIS PROGRAM ACARA INDONESIA MENGHAFAL DI

TPI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana komunikasi Islam (S.kom I)

Oleh:

ISMAIL MARZUKI NIM : 106051001751

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

ANALISIS PROGRAM ACARA INDONESIA MENGHAFAL DI

TPI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana komunikasi Islam

(S.kom I)

Oleh :

ISMAIL MARJUKI NIM: 106051001751

Pembimbing,

Drs. H. Sunandar, M.A NIP. 19620626 199403 1 002

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS PROGRAM ACARA INDONESIA MENGHAFAL DI TPI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 18 Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si Umi Musyarofah, MA

NIP.19630515.199203.1.006 NIP. 19710816 1999703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

H. Zakaria, MA Drs. Wahidin Saputra, MA

NIP. 197209072003121003 NIP. 19700903 199603 1 001

Pembimbing

Drs. H. Sunandar, MA


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasilkarya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Srata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidaytullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Maret 2011


(5)

ABSTRAK Ismail Marjuki

106051001751

Analisis program Acara Indonesia Menghafal Di TPI

Televisi bagian dari kebudayaan audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. TPI sebagai salah satu stasiun televisi juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Terlebih lagi TPI banyak menghadirkan acara tayangan program keagamaan, banyaknya acara di TPI membuat penulis memilih acara Indonesia Menghafal salah stunya proses komunikasi yang berlangsung di acara ini bersifat mendidik dan memberikan informasi sangat baik, mengajarkan Al-quran bagi masyarakat yang mengikutinya secara langsung maupun tidak langsung.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana format pada program Indonesia Menghafal, serta ingin mengetahui bagaimana proses produksi acara Indonesia Menghafal ditinjau dari Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menuangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Dengan subjek penelitiannya adalah Stasiun TPI dan objek penelitiannya Acara Indonesia Menghafal yang di isi Oleh Ustadz Yusuf Mansur.

Penelitian ini menggunakan teori menurut Maxure K. Dan Reed bahwa proses produksi mempunyai kewajiban merubah konsep atau ide didalam naskah menjadi program yang terpadu, menarik, kreatif, dan efektif untuk ditayangkan. Begitu juga dalam produksi acara Indonesia Menghafal mempunyai kewajiban untuk mengubah ide didalam naskah agar menjadi sebuah tayangan yang menarik untuk di tonton.

Acara Indonesia Menghafal merupakan salah satu acara dengan dialog interaktif. Dalam proses Produksi acara ini memiliki tahapan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu, Pra Produksi, Produksi, Pasca produksi Pra produksi yaitu pemilihan tema dan penentuan pengisi acara. Produksi yaitu dilakukan secara langsung dan tunda dimesjid yang telah ditentukan dan durasi 90 m dibagi menjadi 6 segmen, sedangkan pasca produksi yaitu proses editing.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT sang penguasa alam raya beserta isinya, atas perkenan-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Program Acara Indonesia Menghafal Di TPI”, sebagai salah satu persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Penulis sangat menyadari dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang menghadang, mulai dari persoalan teknis pengumpulan data sampai pada perasaan malas yang kerap kali menghinggapi diri penulis. Namun pada akhirnya penulis dapat mengatasi semua persoalan tersebut, tentu saja atas bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itulah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H. Mahmud Jalal, M.A, Pudek III Drs. Studi Rizal LK, M.A.

3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Bapak Drs. Sunandar selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(7)

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Orangtua tercinta, yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam mengarungi pahit dan getirnya perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan peneliti, mulai dari sekolah dasar sampai kejenjang pendidikan yang lebih

tinggi dan selalu memberikaan do‟a restu serta dukungan yang mendalam sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak dan Adik ku tersayang, Sanih Astuti, Sholihin, Jamaluddin Yahya dan Anita Rahayu yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan moril maupun materil.

10.Najwa, Najifah, Jahra keponakanku yang lucu-lucu dan selalu memberikan semangat kepada peneliti dikala kejenuhan mulai dirasakan.


(8)

11.Teman-teman KPI A angkatan 2006 yang senantiasa saling berbagi dalam suka dan duka selama menjalani perkuliahan ini serta selalu memberikan dukungan dan nasihat positif. Terimakasih atas persahabatan yang telah kalian berikan, semoga kita bisa menjadi sahabat selamanya.

12.Teman-teman seangkatan dan seperjuangan jurusan KPI B, C dan D, 2006 yang tidak pernah terlupakan selama mejalani perkuliahan ini.

13.Bapak Panji Sanjaya sebagai Produser, yang telah membantu penulis untuk mendapatkan data-data mengenai Program Indonesia Menghafal. 14.Semua teman-teman KPI angkatan 2006 khususnya Kelas A yang tidak

bisa penulis sebutkan satu-persatu, dengan kebersamaan dan kekeluargaan yang telah menciptakan suasana damai di hati, damai di bumi dan di bulan. 15.Teman-teman KKS Desa Cibatok : Ahmad Rifai, Ane Kristiani, Abdul Basit, Ade, Dhoni, Shofi, Eka, Ami Asyami, Siti Rabiatul Badriah, Haikal, Bojay, Ahmad Fauji, Agan Yuliagandi

16.Abdul Rohman, Shulhan Rumaru, Dani Idulfitri,Davit Noviardi, Asyami, Faiz Rumaru, Putri, Siti Robiatul Badriah Dll…yang dengan penuh keakraban membawa suasana menjadi riang dan tidak membosankan dan sudah dengan senang hati menjadi teman curhat atas segala permasalahan yang penulis hadapi. Sukses buat semuanya.

Penulis berharap dan berdoa kepada Allah SWT, semoga amal baik mereka di balas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.


(9)

Akhirnya, penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak terlepas dari

kekurangan. Karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.. Untuk itu penulis berharap karya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bogor, 14 Maret 2011

Ismail Marzuki

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii


(10)

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BABII LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Televisi ... 10

1. Pengertian Televisi ... 10

2. Sejarah dan Perkembangan Televisi ... 12

B. Program Siaran Televisi ... 14

C. Produksi Program Televisi ... 17

D. Unsur-unsur Dakwah ... 24

1. Subjek Dakwah ... 24

2. Objek Dakwah ... 27

3. Materi ... 28

4. Metode ... 31

5. Media Dakwah ... 33


(11)

BABIII GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum TPI Sejarah dan Perkembangannya ... 38

B. Visi dan Misi Televisi Pendidikan Indonesia ... 50

C. Struktur Organisasi Perusahan Televisi Pendidikan Indonesia ... 52

D. Profil Ustadz. Yusuf Mansur Sebagai Tokoh Sentral Acara Program Indonesia Menghafal ... 53

1. Riwayat Hidup Yusuf Mansur ... 53

2. Perjalanan Dakwah Yusuf Mansur ... 57

3. Kegiatan Dakwah Yusuf Mansur ... 60

E. Gambaran Umum Program Indonesia Menghafal ... 65

BABIV HASIL PENELITIAN A. Sejarah Lahirnya Program Indonesia Menghafal ... 67

B. Desain Produksi Program Indonesia Menghafal ... 69

1. Ide / Gagasan ... 69

2. Sasaran Program ... 70

3. Tujuan program ... 70

C. Proses Produksi dan Penayangan Indonesia Menghafal ... 70

1. Proses Produksi Indonesia Menghafal ... 70

2. Format Acara Indonesia Menghafal ... 75


(12)

4. Pengisi Acara Indonesia Menghafal ... 79

5. Jadwal Penayangan Acara Indonesia Menghafal ... 83

6. Aspek Marketing dan Rating ... 83

D. Kelebihan dan Kelemahan Program Indonesia Menghafal ... 86

a. Faktor Penghambat atau Kendala ... 88

1. Faktor teknis ... 88

2. Faktor non-teknis ... 89

BABV PENUTUP A. Kesimpulan ... 90

B. Saran- saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... …… 100

BAB I PENDAHULUAN


(13)

A. Latar Belakang Masalah

Televisi saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama didepan pesawat televisi dibandinggakn dengan waktu yang digunakan untuk mengobrol dengan keluarga atau pasangan mereka. Bagi banyak orang TV adalah teman, TV menjadi cermin prilaku masyarakat dan TV dapat menjadi candu. TV membujuk kita untuk mengonsumsi lebih banyak dan lebih banyak lagi. TV memperlihatkan bagaimana kehidupan orang lain dan memberikan ide tentang bagaimana kita ingin menjalani hidup ini. Ringkasnya, TV mampu memasuki relung-relung kehidupan kita lebih dari lain1

Kata televisi terdiri kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa latin. Televisi berarti suatu system penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh2

Dewasa ini, televisi merupakan media massa yang sangat popular ditengah masyarakat. Ia hampir ada disetiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Televisi kini telah menjadi kotak ajaib yang secara khusus berada diruang

1

Morisan, M.A, Jurnalistik televisi mutakhir, (Jakarta : Kencana 2008, Penrbit Prenada Media Group, 2008), cet. ke. 1. h 1

2

P.C.S Sutiso. Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Vidio, (Jakarta: PT.Grasindo. 1993).cet, ke-1.h. 1


(14)

rumah, yang merupakan produk tekhnologi yang paling banyak menerima “gelar kehormatan”, seperti “jendela dunia”, “kotak dungu”, atau institusi hybrid”.3

Tak bisa dibantah, televisi punya banyak keunggulan ketimbang jenis media masa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio-visual. Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar yang bersifat visual. Televisi unggul dalam membangun daya tarik, persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua, dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi informasi paling dini kepada para pemirsa dari pada surat kabar, radio dan majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau juataan pemirsa ketimbang surat kabar dan radio atau majalah yang hanya menjangkau ratusan ribu pembanca. Keempat, efek cultural televisi lebih besar dari pada efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan prilaku proposisi dan antisosial anak-anak4.

Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia yang sudah terpengaruh oleh televisi. Manusia yang sudah terbiasa dengan televisi berarti manusia yang memiliki ekstensi dari mata dan telinganya.

Keberadaan produk tekhnologi berupa televisi telah menjadi semacam

produsen kebudayaan. Dilayar “Kotak ajaib” tersebut, selain informasi dan

3

Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Filem dan Media Digital). (Bandung: Benang merah Press,2004), cet. Ke-1, h. 7374

4

KH. Miftah Faridd, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusat Press,2000), cet. Ke-1,h. 87


(15)

hiburan, serta pendidikan, televisi juga tempat pencitraan, dan pengemasa sesuatu5.

Media televisi sebagai sarana tayang realitas social penting, artinya bagi manusia untuk memantau dalam kehidupan sosialnya. Dapat diketahui juga siaran televisi dapat memberikan pesan yang bersifat informasi yang telah dikonsep atau dikemas dengan sebaik mungkin, baik siaran langsung (live), atau rekaman (Relay). Sehingga siaran yang berisikan pesan-pesan yang bersifat informasi atau yang berbentuk dakwah akan mendapat menfaat dan pelajaran bagi pemirsanya.

Adapun alasan penulis mengambil judul ini karena proses komunikasi yang berlangsung di acara ini bersifat mendidik dan memberikan informasi sangat baik, mengajarkan Al-quran bagi masyarakat yang mengikutinya secara langsung maupun tidak langsung. Tak heran jika sekarang tidak sedikit masyarakat yang merasakan pentingnya meningkatkan iman dan taqwa serta lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Sebuah acara religi bertajuk „Indonesia Menghafal‟ yang dibimbing oleh

Ust. Yusuf Mansyur ini hadir di layar TPI. Dalam acara ini, Ustadz Yusuf Mansyur mengajak pemirsa di seluruh nusantara untuk belajar menghafal Al Quran dengan pendekatan yang unik sehingga mudah untuk diikuti oleh segala lapisan masyarakat. ini mendorong TPI untuk selalu memperkaya wawasan pemirsa mengenai keagamaan melalui berbagai program religi. Terutama dengan

hadirnya program terbaru, „Indonesia Menghafal‟. Program „Indonesia Menghafal‟, merupakan salah satu media bagi umat Islam dalam menghafal ayat

5


(16)

ayat suci Al Quran melalui bimbingan atau pola hafalan yang diberikan oleh Ustadz Yusuf Mansyur. Ustadz yang sudah dikenal oleh masyarakat dan merupakan pendiri pesantren tahfiz Al Quran yang sudah banyak menghasilkan anak-anak dan generasi muda menjadi seorang Hafiz (penghafal Al Quran).

Dalam penyusunan strategi pada suatu program acara diperlukan konsep yang baik untuk melaksanakan dakwah secara propesional. Melalui konsep ini diharapkan dapat mengerahkan potensi sumber daya kedalam rangkaian kegiatan mencapai tujuan yang ditetapkan.6

Melihat latar belakang bahwa televisi merupakan sarana efektif dalam menyampaikan pesan Islami melalui program yang ditayangkan, hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi : Analisis program Acara Indonesia Menghafal Di TPI.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam hal ini penulis membatasi hanya pada program Indonesia menghapal di TPI selama Bulan Mei-Juli :

Berdasarkan batasan diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana format pada program acara Indonesia Menghafal ?

2. Bagaimana proses produksi pada program acara Indonesia Menghafal ditinjau dari pra produksi, produksi, paska produksi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

6


(17)

a. Tujuan Teoritis

Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, dan menjadi masukan bagi institusi penyelenggara siaran televisi mengenai penggunaan media massa (televisi) untuk kepentingan dakwah Islam dan sekaligus menambahkan khazanah serta referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dijurusan Komunikasi Penyiaran islam UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

b. Tujuan Praktis

1. Untuk mengetahui format pada program Indonesia Menghafal 2. Untuk mengetahui proses produksi pada program Indonesia

menghafal yang ditinjau dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Program Indonesia Menghafal.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya, dan akan menambah jumlah studi mengenai penggunaan media massa (televisi) untuk kepentingan dakwah islam

2. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru untuk menambah wawasan berbagai kalangan, seperti : teoristis, praktis dan atau aktivis dakwah islam pada umumnya serta para pengelola stasiun televise khususnya yang menjadi televisi sebagai sarana dakwah


(18)

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Taylor adalah sebagai prossedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriftif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamanati7. Mengenai sumber data utama dalam penelitian kualitatif menurut Lofhan ialah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya8.

1. Tekhnik Pengumpulan Data

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan9. Tekhnik yang peneliti gunakan dalam observasi adalah yang sifatnya langsung. Langsung dengan mengikuti pelaksanaan produksi program acara Indonesia Menghafal dan sifatnya tidak langsung yakni dengan mengamati di televisi dan VCD. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data mengenai program Indonesia Menghafal yang meliputi : Format, Materi, Presenter atau host, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan Program Indonesia menghafal

b. Wawancara, wawancara dilakukan kepada produser Indonesia menghafal karna produser merupakan orang yang berperan penting dalam memproduksi program ini. Selain itu juga mengetahui banyak hal mengenai alasan pemilihan tema pengisi acara dan lain sebagainya.

7

Lexy j. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya,2002),h. 4

8

Lexy j. moleong, Metode Kualitatif,h. 157

9


(19)

c. Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh dengan dokume-dokumen10. Pengumpulan data ini dilakukan berdasarkan dokumen, literatus buku, rundown, VCD , Catatan, serta fasilitas lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Subyek dan Obyek penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan11. Yang menjadi subjek penelitian adalah stasiun TPI . Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah Porgram acara Indonesia Menghafal. Sumber data adalah mereka yang memberikan Informasi mengenai objek penelitian.

3. Tekhnik Analisa Data

Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis, dan hasil analisis kemudian hal-hal yang terasa kurang pas, peneliti kritisi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu pelaporan data yang menerangkan, memberi gambaran dan mengklarifikasikan serta menginterpretasikan data yang tekumpul apa adanya, kemudian disimpulkan.

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa skripsi yang telah meneliti di stasiun-stasiun TV seperti TVRI, Dan RCTI, INDOSIAR diantaranya :

1. Analisis Program Teletilawah di TVRI Pusat Jakarta yang diteliti oleh Nurul

Mardhiyah Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dalam skripsi ini menganalisa pada program Teletilawah.

10

Husaini Usman, et al. Metodologi Penelitian Social, (Jakarta: Bumi Aksara,2003),cet.

11


(20)

2. Analisi Produksi Program Drama Komedi Situasi (STIKOM) “OB” Office

Boy di RCTI yang diteliti oleh. Yofy Andres. Mahasiswa jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam tahun 2008. Dalam skripsi ini menganalisa program Drama

Komedi Situasi (STIKOM) “OB” Office Boy.

3. Analisis Program Cahaya Hati di Stasiun TPI. Yang diteliti oleh. Iwan.

Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi ini menganalisa Analisis Program Cahaya Hati di Stasiun TPI.

4. Efektivitas Sinetron Televisi Sebagai Media Dakwah “Studi Atas Sinetron

Titipan Ilahi Indosiar” yang diteliti oleh. Sulhayasari. Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2005. Dalam skripsi ini menganalisa program sinetron Titipan Ilahi Indosiar.

Sedangkan judul skripsi penulis ”Analisis Program Acara Indonesia

Menghafal di TPI” Pada skripsi ini penulis membahas tentang format

program Indonesia Menghafal serta seperti apa proses pelaksanaannya terkait dengan perencanaan sebelumnya dan proses produksi pada program Indonesia Menghafal ditinjau dari pra produksi, Produksi dan pasca produksi.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penulisan sekripsi ini sistematis, untuk itu penulis membaginya menjadi lima Bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut :


(21)

Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Memuat tentang tinjauan tentang televisi, sejarah dan perkembangan televisi, Program televisi, Unsur-unsur dakwah.

BAB III GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI

PENDIDIKAN INDONESIA (TPI )

Memuat tentang sejarah perkembangan dan program agama Islam Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Visi dan Misi Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Struktur Organisasi Perusahaan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Profil Ustadz. Yusuf Mansur Sebagai Tokoh Sentral Acara Program Indonesia Menghafal, Gambaran umum Program Indonesia Menghafal

BAB IV HASIL PENELITIAN

Sejarah Lahirnya Program Indonesia Menghafal, Desain Produksi Program Indonesia Menghafal, Proses Produksi dan Penayangan Indonesia Menghafal, Faktor Pendukung dan Kendala, Respon Masyarakat Terhadap Tayangan Program Indonesia Menghafal di TPI


(22)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Televisi 1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari bahasa yunani “tele yang berarti jarak jauh dan

“Vision” yang berarti penglihatan.12

Adapun pengertian televisi ini, dari segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan dari segi penglihatan oleh gambar. Maka dari sinilah televisi dapat dikatakan media massa yang bersifat audio visual. Televisi dalam Ensiklopedi Nasional mempunyai pengertian, televisi adalah pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan pelantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik, kabung kamera tersedia dari berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki dua bagian penting yakni pemukaan muka cahaya, peka cahaya berpungsi untuk mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik membentuk citra elektris. Berkas dibangkitkan oleh penambah electron kemudian dipindahkan keseluruh permukaan bermuatan listrik.13

Kamus besar indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai berikut: televisi adalah pesawat system penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan

12

Lathief Royidi, Dasar-dasar Retorika komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rainbon,1989

13

Ensiklopedi Nasionl Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Jilid 16),cet. Ke-1, h


(23)

menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukan, berita dan sebagainya.14

Maurice Gorhan yang dikutip ton Kertapati mendefinisikan, televisi adalah penyampaian gambar-gambar dengan kawat atau radio dan penerimanya secara simultan ditempat tertentu yang jauh.15

P.C.S. Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Skenario TV dan Vidio (1993), mendefinisikan pengertian televisi:

“Televisi hendaknya merupakan sesuatu system komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat,

berurutan, dan diiringi unsur audio”16

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel. Dalam system transmisi gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisi melalui pemancar, gelombang elektromagnetik ini diterima oleh system antenna yang menyalurkan pesawat penerima.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyirkan siaran-siaran yang mebawakan suara dan

14

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), h. 191.

15

Ton Kertapati, Dasar-dasar publisistik dalam perkembangan di Indonesia menjadi ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986),cet. Ke-3, h. 59

16

P.C.C. Sutisno, Pedoman Praktis, Penulisan Scenario TV dan Vidio, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), cet, ke-1,h,1


(24)

gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan.

2. Sejarah dan Perkembangan Televisi

Televisi secara harfiah artinya “Melihat dari Jauh”. Dalam pengertian

sederhana meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View) bersama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan di dengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh.17

Televisi muncul tahun 2953, dari sebuah bagian Departemen penerangan, didorong oleh perusahaan-perusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang, yang berlomba-lomba menjual hardware-nya. Menjelang Asian games ke-4 dijakarta pada 1962, Soekarno dan kabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional Indonesia tergantung kepada pekan olah raga yang disiarkan, terutama kejepang (Yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an).18

Televisi sebagai media yang muncul setelah media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang menakjubkan dalam sisi pergaulan hidup manusia saat sekarang baik terhadap pola prilaku, pola piker, budaya dan sebagainya.

17

Ciptono Setyobudi, Pengantar telhnik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu, 2005),h.

18

Muhammad Mufid, M.Si, Komunikasi dan regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana,2007),cet, ke-2,h. 47


(25)

Dewasa ini hampir setiap Negara memiliki stasiun pemancar televisi sendiri. Bahkan pemirsa dirumah dapat menikmati siaran dari berbagai penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.

Di Indonesia telivisi sebagai media penyiaran dimulai tanggal 24 Agustus 1963, yakni bertepatan dengan berlangsungnya pesta olah raga se Asia atau Asian Games ke-IV disenayan. Namun seiring berjalannya waktu, Industri pertelevisian di Indonesia berkembang pesat. Bermula dari satu stasiun televisi milik pemerintah, kini muncul belasan stasiun televisi swasta yang tidak hanya dijakarta tetapi juga didaerah.

Bagi masyarakat Indonesia, sekarang televisi bukan barang baru lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus meningkat dari tahun ketahun apalagi dengan perbaikan tekhnologinya, seperti mulai hitam putih menjadi bewarna, mulai dengan pemancar microwave menjadi penggunaan satelit sehingga jangkauan areanya lebih luas, mulai dengan TVRI menjadi beragam seperti : RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV,

GLOBAL TV, TRANS TV, TRANS 7, O CHANEL, TV ONE, DA‟I, TV

SPACETONE, Jak Tv dan Lain-lain.

Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari ditengah masyarakat Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam, dari yang bersifat hiburan, pendidikan dan sebagainya.


(26)

B. Program Siaran Televisi

Dalam Kamus Besar Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudyaan (1988), program adalah seperti pertunjukan siaran, pagelaran dan sebagainya.19 Program adalah acara, atau rancangan yang akan disiarkan ditelevisi.

Menurut P.C.S. Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan Scenario televisi dan Vidio, mendefinisikan program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistic yang berlaku.20

Ada Empat yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program siaran televisi, yakni :

1. Pola siaran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih dahulu harus menyiapkan pola siaran. Programer akan mengumpulkan terlebih dahulu referensi-referensi yang diperlukan: kebijakan siaran dari pemimpin stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang berkembang ditengah masyarakat, jangkauan siaran, hasil jajak pendapat penonton, pemasok-pemasok program, dan tentunya analisis bahan siaran yang mengacu pada kebijaksanaan umum televisi.

2. Arahan pola siaran. Untuk memolekan suatu acara siaran dibutuhkan wawasan arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan memperkuat posisi perusahaan atau instansi pertelevisian bersangkutan.

19

Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1998), cet ke-1, h. 702

20

P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Audio,(Jakarta:PT.Grasindo,1993),cet. Ke-1,h 9


(27)

Ada empat pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu :

a) Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b) Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan kehidupan bangsa.

c) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.

d) Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai prikehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.

3. Perubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan. Karena, perubahan acara yang sering dilakukan dapat mengurangi simpati penonton. Penonton biasa menilai bahwa stasiun bersangkutan tidak professional, dan bisa berakibat penonton bisa meninggalkan saluran stasiun tersebut untuk berpindah kesaluran lain. Ada dua alasan mengapa ada perubahan pola acara? Pertama, penempatan susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat. Dengan kata lain, ada kesalahan dalam menganalisis strategi sasaran yang ingin di capai, yaitu tepat waktu penyiaran dan tepat diperhatikan penonton. Kedua, ada acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun yang satu dengan yang lainnya. Acara yang satu dinilai lebih unggul dari pada yang lain pada waktu yang sama. Akibat benturan ini acara bisa dihentikan penyiarannya, lalu diganti dengan judul acara lain untuk “bertanding” melawan acara di stasiun lainnya.


(28)

4. Sistem penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan system penempatan program siaran, masing-masing adalah:

b. Program tahunan, perencanaan program tahunan berpijak pada tahun berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.

c. Program pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran dalam setiap minggunya.

d. Program harian. Penyusunan program harian didasarkan pada beberapa banyak bahan siaran yang tersedia. Ketersediaan bahan ini bisa berupa bahan siaran jadi, bisa pula berupa bahan siaran yang harus diproduksi terlebih dahulu.21

Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu:

1. Landasan Filosofis yang mendasari tujuan semua program

2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program 3. Sasaran program

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program

5. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum.

21

RM Soeharto, Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: IKJ Press,2007),cet. Ke-1, h. 5-15


(29)

C. Produksi Siaran Televisi

Produksi adalah pengubahan bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi pertelevisian.22 Produksi program televise memiliki berbagai macam format dan materi. Beberapa diantaranya terkadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda. Setiap materi program mendapatkan perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya. Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi penyiaran yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.23

Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser akan dihadapkan pada lima hal yaitu: materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi produksi dan tahapan pelaksanaan produksi.

1. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi bisa berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser profesional dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada dihadapannya akan menjadi materi bahan produksi yang baik atau tidak. Seorang produser ketika ia berhadapan dengan suatu karya cipta, seperti musik, lagu atau lukisan, gagasannya mulai bergerak. Bahan yang ada dihadapannya akan merangsang kepekaan kreatifnya.

22

Darwanto sastro soebroto, Televisi Sebagai Media pendidikan, (Yogyakarta: Duta wacana,1995).h.125

23

Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta: Grasindo,1997),cet ke-1,h.24


(30)

2. Sarana Produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkrit, yaitu hasil produksi. Tentu diperlukan kwalitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu mendorong kelancaran seluruh persiapan produksi. Produser menunjuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya seluruh peralatan yang diperlukan.

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Setiap unit memiliki daftar peralatan sendiri gunanya untuk mengecek perlengkapa peralatan setiap kali akan dipakai produksi dan diteliti kembali setelah produksi (Shooting) selesai dan harus dikembalikan lagi dengan lengkap. Kreatifitas sangatlah diperlukan dalam penggunaan peralatan produksi karena akan berdampak pada biaya produksi. Proses kreatif ditentukan bukan oleh peralatan melainkan oleh kemauan.

3. Biaya Produksi

Perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan :

a. Financial Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Jika keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi.


(31)

b. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, orientasi budget semacam ini biasanya produksi prestige produksi yang diharapkan keuntungan besar baik dari segi nama maupun financial.

Banyak factor yang tak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi seperti, hujan, lingkungan yang tidak mendukung, musim bila produksi dilakukan diluar studio, kecelakaan dalam shooting atau kerusakan dan kehilangan peralatan yang harus diganti. Oleh karena itu, biaya produksi hendaknya disiapkan pos tidak terduga biasanya minimal sebesar seperempat dari total biaya produksi atau bagi produser yang tidak berani spekulatif biasanya mengalokasikan sepertiga.

4. Organisasi Pelaksana Produksi

Suatu produksi program Televisi merupakan satuan kerja yang akan menangani proses produksi secara bersama-sama sampai hasilnya disiarkan. Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbeda tapi tetap memiliki tujuan yaitu menghasilkan produksi yang disiarkan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Agar pelaksanaan produksi lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang tidak disusun secara rapi akan menghambat jalannya produksi. Adapun bagan Organisasinya sebagai berikut:


(32)

Tabel I Bagan Organisasi

Program Director

Ass. Program Director

Floor Director

Art Director

Make Up Property

Swicher VTR Sound Mixerr Cameraman Lighting

manr


(33)

1. Program Director / Pengarah Acara : Memimpin dan mengarahkan pelaksanaan tekhnis produksi, mulai dari pra produksi, produksi, sampai dengan pasca produksi. Memimpin rapat secara teknis. Merencanakan bentuk pengambilan gambar dan pergerakan kamera dalam bentuk recording plan. Mengarahkan dan melaksanakan proses produksi kepada kerabat kerja/ tim produksi dan pengisi acara.

2. Ass. Program Direktor : Mendampingi dan membantu PD dalam

melaksanakan tugasnya, mengingatkan PD akan waktu yang tesedia, dan memberikan masukan kepada PD demi kelancaran acara, system PD biasa digunakan di TVRI, karena siaran yang berbentuk langsung membutuhkan konsentrasi tinggi. Mempersiapkan susunan nama-nama pemain dan kerabat kerja.

3. Floor Direktor : Mampu berkomunikasi dengan baik kepada seluruh

kerabat kerja produksi. Melaksanakan koordinasi dalam studio berdasarkan permintaan PD, dengan memberikan cue yang diperlukan kepada crew dan pengisi acara saat produksi berlangsung.

4. Art. Director : Merencanakan fasilitas artistic seperi dekorasi, property,

graphic, tata arias dan busana serta menyusun anggaran biaya.

5. Property: Menyediakan seluruh kebutuhan Property / perlengkapan yang

mendukung suatu acara.

6. Make up : Membuat dasain dan melaksanakan tatarias terhadap pengisi


(34)

7. Switcher : Bertugas menyiapkan video mixer untuk mengatur dan memadukan gambar sesuai dengan permintaan PD.

8. VTR / Vidio Tape recorder : Megoprasikan peralatan rekam audio visiual

dan melakukan pengisian time code.

9. Sound Mixer : Mengoprasikan audio yang digunakan, memasang mic dan

peralatan pendukung lainnya.

10.Cameramen : Mengoprasikan kamera, crame, dolly, pedestal, steadycam,

dan melaksanakan perintah jenis dan tipe lampu, dan mengatur pencahayaan.

11.Lightingman : Mengoprasikan penataan cahaya, merencanakan pemakaian

lampu, menentukan jenis dan tipe lampu, dan mengatur pencahayaan.

12.CGO / Character Generator Operator : Mempersiapkan dan

mengoprasikan peralatan computer character generator, mengerjakan kredit title, dan subtitle, serta menampilkan gambar grafis hasil rancangan graphic designer.

13.TD / Tecchnical Direktor : Menentukan kelayakan teknis produksi,

memeriksa peralatan kesiapan, system dan instalasi produksi serta mengawasi pengoprasian produksi.

14.Costume : Membuat dsain dan menyediakan kostum sesuai dengan

kebutuhan produksi acara. 5. Tahap Pelaksanaan produksi

Tahap pelaksanaan produksi suatu program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan juga biaya yang besar, selain memerlukan suatu


(35)

organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Tahap produksi program televisi yang biasa disebut Oprasional Procedure (SOP), adalah sebagai berikut :

a. Pra Produksi (Perencanaan dan Persiapan)

Perencanaan meliputi waktu time schedule, penyempurnaan naskas, pemilihan artis, lokasi, alokasi biaya dan crew, persiapan meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat.

b. Produksi (Pelaksana)

c. Produksi adalah seluruh kegiatan liputan (Shooting) baik dalam studio maupun diluar studio, baik dari tahap set up dan rehearsal sampai general rehearsal.24 Proses produksi juga ada secara record disebut taping.

Setelah proses perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi bias dimulai. Produser bekerja sama dengan para pengisi acara dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan yang tertulis dalam script menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

d. Pasca Produksi (Penyelesaian dan Penayangan)

Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan /Shooting/ taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Yang termasuk paska produksi antara lain editing (Penyutingan), manipulating (Pengisian suara), subtitle, title, ilustrasi dan efek.25

Pelaksanaan produksi dapat dibagi menjadi empat karakteristik :

24

Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure produksi. (Jakarta : PT, TVRI,2008)

25

JB. Wahyudi, Tekhnologi informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1992),h.27


(36)

1) Diproduksi sekaligus dan disiarkan secara langsung, baik didalam studio maupun diluar studio.

2) Diproduksi dengan berbagai kamera dan pelaksanaannya tidak sesuai dengan naskah, jenis ini dapat dilakukan baik didalam maupun diluar. 3) Diproduksi dengan beberapa kamera dan alat perekam gambar.

4) Diproduksi hanya menggunakan kamera jinjing, baik set dekorasinya atau lokasinya disuatu tempat atau berpindah-pindah.26

Keempat karakter produksi tersebut diatas, tiga diantaranya masih memerlukan penyelesaian tahap akhir yaitu pengeditan, sedangkan yang pertama tidak memerlukan tahap editing karena siarannya secara langsung dan dapat langsung dinikmati oleh penonton.

Menurut lokasi atau tempatnya produksi siaran dapat menjadi tiga : 1) Produksi diselenggarakan sepenuhnya didalam studio

2) Produksi yang sepenuhnya diselenggarakan diluar studio 3) Produksinya merupakan gabungan didalam dan diluar studio.27

D. Unsur-unsur Dakwah 1. Subjek Dakwah

Berbicara masalah dakwah. Maka tidak dapat dipisahkan dari subjek dakwah dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari sudut prosesnya.

26

Darwanto Sastro Soebroto, produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana, 1994),h. 125-126

27


(37)

Namun penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang subjek dakwah.

Subjek dakwah dinamakan da‟i, juru penerang, mubaligh, dan lain sebagainya. Da‟i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da‟i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.

Adapun pengertian da‟i adalah ”Orang yang menyeru, memanggil, mengundang, mengajak”.28 Pada dasarnya da‟i adalah penyeru kejalan Allah,

pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem islam dalam realitas kehidupan umat manusia.29 Sebagai

penyeru kejalan Allah, da‟i tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas

mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran islam kepada masyarakat dengan baik dan benar. Ia juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.30

Menyeru kejalan Allah tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim dimanapun mereka berada menurut kadar kemampuannya. Jadi, setiap

muslim adalah da‟i sebagaimana firman Allah :

28

A.H. Hasanuddin.Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan.(Surabaya:Usaha Nasional, 1983). Cet, ke-1. h. 33

29

A. Ilyas Ismail. Paradigma. H, 311

30


(38)



























































Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani manusia bukan hanya satu bidang, maka perlu pembagian tugas dan kewajiban sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.

Untuk melakukan aktivitas dakwah. Seorang da‟i perlu mempunyai syarat -syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da‟i


(39)

Rasullah SAW. Merupakan uswah bagi umatnya, maka tentunya hal ini pun berlaku dalam dakwah Islam.31

Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus dimiliki

da‟i yaitu :

1. Kemampuan berkomunikasi 2. Kemampuan menguasai diri

3. Kemampuan pengetahuan psikologi 4. Kemampuan pengetahuan pendidikan 5. Kemampuan pengetahuan di bidang umum 6. Kemampuan di bidang Al-quran dengan fasih 7. Kemampuan pengetahuan dibidang hadits 8. Kemampuan di bidang agama secara umum.32

Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da‟i sehingga dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat sasaran.

2. Objek Dakwah

Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi usia, psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang mad‟u yang

sangat mempengaruhi dalam menangkap isi pesan yang disampaikan oleh da‟i tersebut. Maka hendaklah seorang da‟i harus mampu menguasai siapa yang akan

menjadi sasaran dakwahnya dari segi aspek kehidupannya secara utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, maupun sebagai

31

H. Nawawi Rambe. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta: Widjaya, 1985). Cet, ke-3. h. 10

32

Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah.(Surabaya: Usaha Nasional, 1994). Cet, ke-1. h, 69-77


(40)

makhluk yang mempunyai hubungan dengan tuhan dan hubungan sesama makhluk lainya.

”Sesungguhnya seorang da‟i membutuhkan pemahaman yang benar

terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikannya dan sungguh-sungguh dalam mentarbiyah para pengikutnya. Kegagalan salah satu dari ketiga

hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi umat islam keseluruhan”.33

Oleh karena itu, seorang da‟i harus mendekati mad‟u benar-benar dimulai dari

titik taraf pemahaman mad‟u, bukan dari titik pemahaman sang da‟i.

Kita melihat dewasa ini ada sebagaian dari saudarakita yang mukhlisin, tetapi sering kali kurang memperhatikan prinsip ini, seluruh perhatiannya dicurahkan untuk meluruskan aqidah umat dengan cara yang membuat kebanyakan manusia lari dari padanya. Mereka berbicara kepada seseorang tanpa membedakan antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak sekolah dan lain sebagainya.

3. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran islam secara kaffah, tertulis dalam A-quran dan diperjelas oleh Nabi SAW. Dalam al-hadits, sebagai sumber utama materi dakwah. Sedangkan pengembangannya mencakup seluruh kultur Islam yang murni yang bersumber dari kedua pokok ajaran islam.34

Secara garis besar materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Masalah keimanan (aqidah)

33Jum‟ah Amin Abdul Aziz.

Fiqih Dakwah. (Solo:Intermedia, 1998). Cet, ke-2 h,196

34


(41)

b. Masalah Keislaman (Syari‟ah) c. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)35

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan satu persatu : a. Masalah keimanan (aqidah)

Pembahasan dibidang aqidah bukan saja tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi pula masalah-masalah yang dilarang seperti Syirik, ingkar dengan adanya Allah SWT, dan lain sebagainya. Dapat dijadikan materi dan dibahas dengan menjelaskannya bahwa perbuatan tersebut membawa bahaya dan harus dijauhkan.

”Aqidah merupakan Fundamental bagi setiap muslim yang memberi arah

bagi hidup dan kehidupan seorang muslim. Aqidah ini merupakan tema bagi dakwah Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau pertama kali berdakwah di

makkah”.36

b. Masalah Keislaman (Syari‟ah)

Syari‟ah dalam islam berhubungan erat dengan amal manusia dalam

rangka mentaati semua hukum allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya dan mengatur pergaulan hidup sesama manusia. ”Hukum-hukum

ini meliputi 5 bagian”. Yaitu :

1. Ibadah, yaitu : Suatu sistem yang mengatur tentang hubungan manusia sebagai hamba dengan Tuhannya sebagai dzat yang wajib disembah.

35

Asumsi Syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya: Al Ikhlas, 1983). Cet, ke-1. h.60

36

H.Mansyur Amin. Dakwah Islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al Amin Press, 1997).h.11


(42)

2. Hukum keluarga, meliputi: Hukum pernikahan, nasab, waris, nafkah, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.

3. Hukum ekonomi, meliputi hukum jual beli, gadai, perburuhan, pertanian, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.

4. Hukum pidana, meliputi : Hukum Qshash, ta‟zir, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.

5. Hukum-hukum ketatanegaraan, meliputi : hukum perang, perdamaian, ghanimah, perjanjian dengan negara-negara lain, dan masalah-masalah yang berada dalam lingkupnya.37

Demikianlah hukum-hukum yang harus ditaati dan diamalkan oleh

manusia dalam menjalankan syari‟at dalam islam.

c. Masalah Budi Pekerti (Akhlak)

Masalah akhlak sebagai materi dakwah merupakan pelengkap adanya keimanan dan keislaman seseorang. Jika keimanan dan keislaman telah tertanam dalam diri seseorang, maka sebagai manifestasinya adalah mnimbulkan akhlak yang mulia, sehingga peranan akhlak yang mulia sangat penting dalam kehidupan,

baik untuk urusan politik, ekonomi, sosial dan budaya. ”Akhlak atau moral

merupakan pendidikan jiwa agar jiwa seseorang dapat bersih dari sifat-sifat yang tercela dan dihiasi dengan sifat-sifat terpuji”.

Tiga macam bidang ajaran Islam ini tidaklah dapat dipisah-pisahkan, sebab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan amat eratnya, sekalipun bisa dibeda-bedakan.

37

H.Mansyur Amin. Dakwah islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997.h. 11


(43)

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan. Yaitu, ”Meta”

(Melalui) dan ”hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwah

metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatau tujuan. Sumber yang lain mengatakan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman

Methodika artinya ajaran tentang metode. Arti secara bebas metode adalah cara

yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud. Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i (Komunikator) Kepada

mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.38

Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pedoman para da‟i antara lain : al-quran, as sunnah, sirah (Sejarah), salafus shaleh dari kalangan

sahabat, tabi‟in dan ahli ilmu serta iman.39

Metode dakwh yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal berikut : 1. Memeriksa dan mendiagnosis pasien (Kalau da‟i diumpamakan dokter).

Seorang dokter ahli dan berpengalaman sebelum mengobati ia akan melakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakitnya terlebih dahulu. Setelah itu,

melakukan pengobatannya berdasarkan penyakit tersebut. Seorang da‟i adalah

dokter rohani. Penyakit rohani manusia antara lain kufur dan maksiat. Dalam hal

ini, seorang da‟i harus memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang

diderita si pasien. Obat kufur adalah iman kepada Allah dan ajaran yang dibawa

38

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2003). Cet, ke-1. h. 6-7

39

Said Bin ali Al Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak. (Jakarta: Gema Insani Press, 1994). Cet, ke-1. h. 101


(44)

Rasullah SAW, sedangkan obet maksiat adalah bertobat kepada Allah dan memperbanyak taat. Bagi Allah setiap penyakit ada obatnya.

2. Menghilangkan Syubhat

Tujuan dari menghilangkan syubhat ini adalah agar audiens tidak sempat melihat penyakit apalagi merasakan. Tidak diragukan lagi bahwa syubhat bisa

melahirkan keraguan (Syak) pada kejujuran seorang da‟i dan hakikat ajakanya. 3. Memberikan semangat kepada audiens agar selalu menggunakan ”obat”

dan menerima yang hak.

4. Membimbing audiens dengan al quran, as sunah, dan sirah kaum salafaus shaleh.

5. Menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak. Yakni melalui nasihat dan diskusi yang baik atau (kalau memang diperlukan) dengan kekuatan. Namun cara terakhir ini khusus bagi mereka yang menentang Islam dan zhalim.

Adapun tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat, cara-cara ini dirumuskan dalam surat An-Nahl ayat 125 :

                         

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang


(45)

baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dari ayat diatas dapat kita ringkas bahwa menurut ayat di atas metode dakwah itu meliputi tiga bagian, yaitu :

a. Hikmah (Bijaksana)

b. Mau‟izhoh hasanah (Nasihat yang baik)

c. Mujadalah billati hiya ahsan (bertukar pikiran)

5. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, bahkan menurut juru media bahwa manusia adalah sasaran media yang sangat dominan, dikarenakan manusia mengkonsumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan berpikir dengan berita dan hiburan.40 Disaat ini media telah menjelma dalam berbagai bentuk dan sarana yang dari waktu kewaktu senantiasa mengalami perkembangan dan pembaharuan.

Dalam komunikasi pengertian media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran unuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, yang apabila sikomunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau

40

Muna Haddad Yakan, “Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak”, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-8, h.12.


(46)

kedua-duanya.41 Demikian juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi, jelas-jelas sangat membutuhkan media itu sendiri yang dapa menunjang proses kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk mencapai masyarakat yang Islami dapat terwujud. Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah alat obyektif menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.42

Sebagai suatu elemen yang vital, tentu saja media dakwah harus benar-benar dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah seyogyanya apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad`u yang dalam hal ini masyarakat yang sudah mengalami peradaban yang tinggi. Ada beberapa media dakwah yang lain yang dapat digunakan oleh para aktivis dakwah (da`i) guna menunjang aktifitasnya :

a. Lisan, di mana yang termasuk bentuk ini adalah khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, Nasihat, ramah tamah, obrolan secara bebas, dan apapun yang dilakukan dengan lidah atau suara.

b. Tulisan, di mana dakwah yang dilakukan di sini dengan perantaraan tulisan, seperti: Majalah, surat kabar, buletin, risalah, pamflet, spanduk, dsb. Da`i yang spesial ini menguasai jurnalistik, yakni ketrampilan mengarang dan menulis.

41

Onong Ujana Efendi, “Kamus Komunikasi”, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1989), h.220.

42Hamzah Ya`kub, “

Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership”, (Bandung : CV.


(47)

c. Lukisan, di mana dalam media ini adalah gambar-gambar hasil seni lukis, photo, film cerita, dsb. Bentuk seni lukis ini banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran yang disampaikan kepada orang lain, termasuk komik-komik bergambar yang sangat digemari anak-anak.

d. Audio visual, di mana di sini dengan menggunakan suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, sandiwara, ketoprak, wayang, dll. e. Akhlak, dan ini merupakan suatu penyampaian langsung yang ditujukan

dalam perbuatan nyata.43

6. Tujuan Dakwah

Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahtraan dan kebahagian (sa‟dah) bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.

Suatu kegiatan tidak akan bermakna apabila tidak ada arah tujuan yang jelas. Maka tujuan dari dakwah adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pola pikir dan pola sikap, Allah SWT berfirman :









































43


(48)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.

Adapun yang dimaksud dengan tujuan dakwah adalah sebagaimana yang dirumuskan oleh Abu A‟la Maududi bahwa yang ingin di capai melalui dakwah

Islam adalah, ”menghidupkan manusia baik daya observasinya, daya rasa, dan

daya cipta, serta menghidupkan dhamir hati nurani dan basyirah.44

M. Syafa‟at Habib merinci tujuan dakwah Islamiyah itu sebagai usaha untuk :

o Membentuk masyarakat yang konstuktif menurut ajaran.

o Mengadakan koreksi terhadap situasi atau tindakan yang

menyimpang dari ajaran agama.

o Menembus hati nurani seseorang sebagai sarana untuk membentuk masyarakat yang diridhoi Allah.

o Menjauhkan manusia dari segala bentuk frustasi, kejahilan, dan

kebekuan pikiran.45

Berdasarkan pendapat diatas jelaslah yang menjadi tujuan dakwah dalam berbagai bentuknya tidaklah lain dari suatu usaha yang dilakukan untuk menciptakan pribadi muslim yang mampu serta bertanggung jawab melaksanakan ajaran Islam. Baik pribadi muslim itu telah mampu melaksanakan ajaran Islam maka yang diharapkan adalah sejahtra lahir dan batin serta mendapatkan kebahagiann dunia dan akhirat.

44

Abu A‟la Maududi, Petunjuk Untuk Juru Dakwah, (terj), Media Dakwah, (Jakarta:1982), h. 4

45


(49)

Demikian tujuan dakwah islam yang pada intinya adalah merubah sikap dan prilaku seseorang atau kelompok supaya kembali pada pola dasarnya, bahwa manusia pada dasarnya hidup di dunia ini agar mengabdi kepada Allah SWT.


(50)

BAB III

PROFIL STASIUN TPI DAN TINJAUAN PROGRAM DAKWAH TPI

A. Gambaran Umum TPI ; Sejarah dan Perkembangannya

Pada tanggal 23 Januari 1991 TPI lahir dengan sebuah idealisme besar, yakni memberikan pemerataan pendidikan diseluruh Tanah Air. Untuk itu, pada awalnya TPI. Menyajikan tayangan pendidikan formal dengan menjamin kerja sama dengan TVRI/Deppen dan Pustekom/Debdikbud. Dengan paket pendidikan formal yang ditayangkan dua kali sehari, yakni setiap pagi dan siang, TPI berharap dapat membantu memeratakan program pendidikan sekolah di berbagai wilayah Tanah Air, sampai pelosok-pelosok terpencil yang selama ini belum terjangkau pendidikan formal.

Pada tahun 1997 adanya perubahan peraturan pemerintah, yang memberikan izin bagi kehadiran tv Swasta komersial Nasional, diikuti dengan lahirnya teve-teve swasta lain, seperti : RCTI, SCTV, Indosiar dan lain sebagainya. Keadaan ini sejalan dengan biaya operasional yang semakin meningkat, menjadi beban bagi TPI jika tetap membawa misi pendidikan yang sama sekali tidak mengandalkan subsidi dari pemerintah. Untuk dapat tetap bertahan, para profesional pun direkrut untuk menangani manajemen TPI. Sejalan dengan itu, diputuskan bahwa TPI tak lagi merupakan tv pendidikan, melainkan televisi keluarga, yang bersifat komersial sebagaimana tv swasta lainnya. Bersamaan dengan itu TPI juga merangkul mitra strategis, yakni Indosat dan Channel 7. Dan pada waktu yang bersamaan, TPI menghentikan kerjasama


(51)

dengan TVRI. Sejak saat itu, secara bertahap TPI membangun sampai dengan saat ini, jumlahnya mencapai 15 transmisi diberbagai wilayah. Perkembangan TPI mulai dirasakan pihak, namun tak sebesar yang direncanakan. Hal ini disebabkan adanya krisis moneter yang menimpa negeri ini. Di samping itu, dengan dipertahankannya logo lama, membuat pemirsa masih tetap mengidentikan TPI dengan misi pendidikan, yang membuat ruang gerak TPI menjadi terbatas.46

Pada tanggal 23 Januari 2002, TPI tetap memasuki usia yang ke-11, inilah momentum yang tepat untuk memulai sebuah proses perubahan, yaitu TPI sebelas tahun wajah baru dan semangat baru. Di tengah era kompetisi stasiun televisi yang semakin ketat, management TPI memandang perlu untuk melakukan berbagai langkah yang strategis. Hal ini dilakukan agar pemirsa loyal TPI tidak pindah ke tv lain, sekaligus memperluas cakupan wilayah pemirsa TPI itu sendiri. Dengan kata lain, TPI mempertegas positioning dalam dunia broadcast, yakni mempertahankan segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial BCD, bersamaan dengan itu juga mencoba memperluas segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial AB. Tentunya dengan kejelasan ini, TPI dapat melancarkan strategi marketing yang terarah. Dari segi tampilan layar dan program secara keseluruhan, TPI

berusaha menawarkan konsep “One Stop Entertaining”, yang dapat membuat pemirsa bertahan pada Cannel TPI, tanpa harus berpindah kesaluran lain, karena semua yang ditawarkan TPI dari jam ke-jam, menarik untuk disimak. Program yang ditawarkan adalah hiburan yang bernilai tambah, dengan kemasan baru yang lebih luas.

46


(52)

Adapun nama “TPI” dipertahankan untuk tetap menjaga “brand image

yang selama ini telah tertanam dikepala pemirsa. Tanpa harus mengidentikan “P”

dengan pendidikan. Perubahan lain juga menyangkut sistem management internal guna meningkatkan kinerja, kreatifitas dan kemampuan profesional karyawan sehingga TPI dapat memberikan service atau pelayanan yang lebih baik kepada para mitra usaha, termasuk kepada para pemasang iklan dan terutama juga tentunya kepada para pemirsa. Dari segi teknologi siaran, TPI saat ini didukung oleh 15 transmisi, yaitu : Jakarta, Bandung, Garut, Cirebon, Semarang, Surabaya, Madiun, Banda Aceh, Medan, Batam, Makassar, Palu, Yogyakarta, Denpasar, dan lampung. Dan dalam waktu yang dekat akan menambah transmisi di daerah-daerah lain. TPI berupaya menjadi televisi yang paling berkembang di Indonesia, atau tv yang paling mengerti selera dan memenuhi minat masyarakat Indonesia. Proporsi perbandingan tayang lokal dan manca negara pada saat ini masih dipertahankan sebanyak 65-35%. Untuk kemudian secara bertahap ditingkatkan menjadi 70-30% sesuai dengan undang-undang. Pada kesempatan ini pula, TPI akan memperkuat komitmen untuk mengedepankan produk lokal, karena sejak awal berdiri, TPI dikenal karena keunggulan lokalnya yang unik, memiliki kedekatan dengan budaya lokal serta bersentuhan langsung dengan kebutuhan dan selera sebagian masyarakat Indonesia.

TPI mempunyai Landasan dan falsafah Landasan yang dianut TPI adalah mengembangkan dan memanfaatkan sumber dan kemajuan teknologi untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan pendidikan. Tujuan penyiaran TPI itu sendiri adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, yaitu manusia yang


(53)

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. TPI diselenggarakan sebagai salah satu bentuk peran serta masyarakat, yang didorong oleh semangat untuk memacu kreatifitas dan kemampuan bangsa. Kemudian TPI sendiri telah mengadakan kerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah, dalam usahanya memajukan dan meningkatkan kemajuan Bangsa ini dengan membangkitkan pesawat Televisi kepada sekolah-sekolah diberbagai daerah mencakup 27 Propinsi.

TPI mempunyai Motto yang diemban. Televisi Pendidikan Indonesia mengandung makna tersendiri, yaitu melalui TPI di samping untuk turut

Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” juga TPI merupakan katagori sarana hiburan

yang tepat dan aman bagi keluarga.47

o SEJARAH SINGKAT TPI

Pada tanggal 26 Desember 1990, awal mengudaranya Televisi Pendidikan Indonesia dengan siaran percobaan. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1991 TPI mengudara secara resmi dengan pola 4 jam dalam sehari, tepatnya (pukul 06.00-10.00 WIB) dan pada saat itulah dijadikannya hari yang sangat fundamental, karena pada tanggal 23 Januari 1991 itu dijadikan hari yang secara resmi ditetapkan sebagai hari lahirnya Televisi Pendidikan indonesia. Kemudian pembenahan dilakukan tahap demi tahap dan pada waktu yang lebih singkat, pada tanggal 8 Juni 1991 jam penayangan TPI ditambah menjadi 6,5 jam yaitu pada

47


(54)

pukul 5.30 s/d 13.30 WIB dan sore pukul 16.00-2100 WIB, bukan hanya itu sektor-sektor yang lain pun semakin ditingkatkan dan pembenahan-pembenahan terus dilakukan di sana-sini, dan penayangan pun semakin ditambah dan ini terbukti setelah beberapa kali dilakukan penyesuaian, kemudian TPI sendiri melakukan penambahan jam tayang, mulai pukul 05.30- 13.30 dan sore sampai dengan pukul 23.30 Non stop.

TPI menyelenggarakan siaran Televisi Pendidikan Indonesia atas dasar perjanjian kerja sama antara yayasan televisi Republik Indonesia dengan PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, dan mengenai palaksanaan Televisi Pendidikan Indonesia, penayangannya dimulai pada setiap harinya jam 5.30 s/d 13.30 WIB. Dengan menggunakan channel VHF. Siaran dilaksanakan secara nasional dan penyelenggaraan jaringan siaran (net work) TPI berpusat di Jakarta yang mempunyai tujuan :

A. Siaran Televisi berfungsi untuk memperkuat ikatan kesatuan bangsa. B. Menyatukan pola pikiran seluruh bangsa Indonesia kepada tujuan

nasional.

Kemudian pada tahun 1994, jam siar TPI untuk penayangan siarannya ditetapkan 18 jam sehari, termasuk pada hari libur di luar hari Minggu dan sebagai suatu jaringan televisi nasional TPI pun mampu mencapai 118 juta pemirsa yang secara potensial memperoleh rating terbesar hampir 70% penduduk Indonesia, yang terbesar seluas 12.500.000 km2.48

48


(55)

o

Perkembangan TPI

Perkembangan TPI dilihat dari beberapa program yang meraih penghargaan pada berbagai macam ajang festifal, seperti sinetron : Lenong Bocah,

Mat Angin, dan juga meraih beberapa penghargaan pada “Festival Sinetron Indonesia”, paket aksi Unang Ulfa, Ngelaba, Ludruk, Humor Kirun, yang berjaya pada “Panasonic Awards”, dll. TPI juga pernah juga mendapatkan penghargaan

sebagai “Stasiun TV Pelopor Tayangan Musik Dangdut” dari sebuah Media Hiburan dan juga dari “Persatuan Wartawan Peliput Pertelevisian”, terutama

karena kiprah TPI yang secara rutin menggelar ajang “Anugrah Dangdut”, event

penghargaan bagi dunia dangdut Indonesia yang sudah beberapa kali digelar, saat ini yang sedang berlangsung adalah KDI (Kontes Dangdut Indonesia) dan API

(Audisi Pelawak Indonesia).

Dalam rangka memberikan kepuasan yang optimal kepada pemirsanya, terhitung mulai akhir February 1999, TPI menggantikan teknologi siarannya dari

yang semula sistem “Analog” menjadi sistem “Digital”. Dalam mengirimkan

sinyal siarannya, sistem digital ini mempunyai keunggulan dalam meningkatkan kualitas gambar dan suara yang dihasilkan akan lebih jelas dan jernih dari sebelumnya. Hal ini terutama akan terasa di daerah-daerah di luar Jabotabek.

Sebagai gambaran, sistem ”Kompresi Digital” ini lazim digunakan di

sejumlah stasiun TV di manca negara, seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Jepang dan negara maju lainnya. Sistem ini merupakan sebuah kecenderungan teknologi teve masa depan. Di Indonesia Sendiri, sistem ini memang masih relatif baru, dan belum digunakan secara optimal. Sehingga untuk


(56)

masa-masa mendatang, pemanfaatan sistem ”Kompresi Digital” di Indonesia - termasuk oleh TPI - masih akan ditingkatkan lagi. Dengan beroperasinya

teknologi “Kompresi Digital” atau yang biasa disebut sebagai MPEG-2 SYSTEM, Maka dalam memancarluaskan siarannya, TPI kini menggunakan jasa SATELIT PALAPA C-2. Pada TRANSPONDER 12 VERTICAL. Adapun parameter lain dari sistem ini ialah FREQUENCY DOWN LINK 4193.5 MHZ,

INFORMATION RATE 8.372.0 KBPS, FEC (FO WARD

ERRORCORRECTION) ¾, SYMBOL RATE 6.152.95 KBPS dan BAND WIDIH 7.383.54 KHZ.

Pengiriman sinyal siarannya, dari yang semula sistem ANALOG ke-sistem DIGITAL, membawa dampak bagi pemirsa yang selama ini menyaksikan TPI melalui parabola. Untuk kembali dapat menyaksikan TPI, pengguna parabola harus mengganti RECEIVER dengan semacam Dekoder khusus yang dapat menangkap sinyal siaran digital. Setelah mengganti Receiver, harap diperhatikan parameter baru sebagai berikut :

 “Kompresi Digital” / MPEG-2 SYSTEM

 SATELIT PALAPA C-2

 TRANSPONDER 12 VERTICAL

 FREQUENCY DOWN LINK 4193.5 MHZ

 INFORMATION RATE 8.372.0 KBPS

 FEC (FORWARD ERROR CORRECTION) ¾


(57)

 BAND WIDTH 7. 383.54 KHZ.49

Bermunculannya Stasiun Televisi swasta baru yang menambah ketat persaingan televisi di Indonesia, membuat manajemen TPI berkeyakinan untuk merubah logo. Dan mematangkan konsep dan melakukan berbagai persiapan, TPI memperkenalkan virus TPI sepuluh tahun selama tahun 2001. Sepanjang tahun ini, TPI mulai melakukan segenap perubahan pada tampilan layar kaca.

Sampai dengan ulang tahun TPI yang ke-11 yang jatuh pada tanggal 23 Januari 2002, di mana TPI memperkenalkan logo baru yang mencerminkan wajah dan semangat baru TPI. Logo baru ini sekaligus merupakan simbol dari rangkaian perubahan yang terus berproses di TPI.

o LOGO BARU TPI

Rational Logo

 Harus menjadi simbol yang mudah dikenal dan diterima khalayak.

 Memiliki kesan “Freindliness of familiar”.

 Harus memiliki elemen Indonesia. Modern secara grafis dan kosmopolitan.

Logo dapat dijadikan “Mnemonic Device”.

 Menampilkan Stasiun Televisi yang terus berkembang (dinamis),

smart mood dan menjadi aspirasi pemirsa.

49


(1)

melakukan liputan-liputan biasanya membuat jadwal dan membuat janji dengan nara sumber, setelah janji dibuat, lalu liputan dilaksanakan dan sebelum berangkat ke lokasi, para camera-man dan kru-kru mana saja yang harus ikut Shuting di lokasi.

Di samping itu dibicarakan juga pembagian schedule, biaya produksi, honor pemain dan kru. Memasuki proses syuting atau produksi, seluruh kru telah siap, kru tersebut terdiri dari lightning, juru kamera, penata rias, art, properti, dekorasi, unit produksi, Video Cassete Recording (VCR), nara sumber dan artis-artis.

Produser Bapak Panji Sanjaya dibantu oleh Marah Bangun sebagai Produser Pelaksana dalam pelaksanaan Program Indonesia Menghafal produser melakukan sesuai Standard Operation Procedure (SOP) sehingga penayangan yang dilakukan berjalan dengan efektif dan layak disiarkan untuk pemirsa.

b. Produksi

Proses produksi yang terjadi pada program Indonesia Menghafal merupakan sebuah rangkaian yang sistematis, yaitu dimulai dari menyiapkan tema yang diambil oleh produser pelaksana Panji Sanjaya dari team kreatif H. Subarkah atau dari mana saja, bahkan narasumber sekalipun Ustad Yusuf Mansyur, untuk menentukan surat apa yang akan dibahas, kemudian setelah itu diberitahukan kepada nara sumber (dai) sebagi pengisi acara agar menyiapkan topik yang telah ditentukan.

Kemudian tema tersebut dibawa ke manajemen promosi, untuk diketahui seberapa menarik tema yang akan disajikan. Setelah disetujui, tema yang ditentukan siap untuk produksi atau dilakukannya proses typing.


(2)

Untuk proses produksi Live program Indonesia Menghafal ini, biasanya dilaksanakan memakai 6 kamera dan lihgtning sesuai dengan besarnya ruangan. Hal ini dikarenakan program Indonesia Menghafal menggunakan audience atau jamaah yang banyak dalam proses produksinya.

c. Pasca Produksi

Karena Program Indonesia Menghafal sebagian ada yang Taping maka ada proses editing Proses editing adalah proses memotong atau menyambung video dan audio, Cut to cut atau dissolve, juga proses menyensor sendiri sebelum ditayangkan kalau acara Indonesia menghafal tidak Live.

B. Saran-saran.

1. Hampir semua stasiun televisi memiliki program tayangan dakwah namun presentasenya sangatlah kecil bila dibandingkan dengan program hiburan ,untuk itu penulis berharap program-program dakwah di stasiun televisi khususnya di MNC tv baik kualitas maupun kuantitas hendaknya ditingkatkan.

2. Penulis berharap program-program tayangan dakwah tersebut agar di dikemas dengan lebih menarik lagi dari waktu kewaktu, sehingga para pemirsa dapat menyukai tayangan dakwah tersebut.

3. Tayangan dakwah di televisi agar tidak menjadi tayangan pelengkap saja, tetapi sebagai tayangan dirasa sangat bermanfaat dan selalu dinantikan kehadirannya.

4. Kepada audiens dan pemirsa di rumah, guna menciptakan manusia Indonesia yang berprilaku islam alangkah baiknya lebih mengedepankan


(3)

acara-acara yang bernilaikan keagamaan, karena selain bermanfaat juga akan menambah pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aceng Abdullah, Press Relations, Kiat Berhubungan dengan Media Massa, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000).

Ciptono Setyobudi, Pengantar telhnik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta, Penerbit Graha Ilmu, 2005).

Company Profile PT. Cipta TPI.

Darwanto Sastro Soebroto, produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana, 1994).

Darwanto sastro soebroto, Televisi Sebagai Media pendidikan, (Yogyakarta: Duta wacana,1995).

Dede Zaki Mubarrok, “Program Tayangan Agama Islam di Stasiun ANTEVE”, (Studi Deskriptif Analisis Presenter).

Didi A. Hadju, Makalah Retorika.

Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure produksi. (Jakarta : PT, TVRI,2008)

Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1998). Ensiklopedi Nasionl Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Jilid 16). Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta: Grasindo,1997).

http//MNC TV.com

JB. Wahyudi, Tekhnologi informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1992).

Jum‟ah Amin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah. (Solo:Intermedia, 1998).

KH. Faridd , Miftah, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi, (Bandung: Pusat Press,2000).

Kusnawan Aep, Komunikasi dan Penyiaran Islam (Mengembangkan Tabligh Melalui Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Filem dan Media Digital). (Bandung: Benang merah Press,2004)


(5)

Lathief Royidi, Dasar-dasar Retorika komunikasi dan Informasi, (Medan: Firma Rainbon,1989

M Bahril Ghozali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997).

Morisan, M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta : Kencana 2008, Penrbit Prenada Media Group, 2008).

M. Syafa`at Habib, Pedoman Dakwah, (Jakarta: Widjaya Jakarta, 1982). Muhammad Mufid, M.Si, Komunikasi dan regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana,2007).

Muna Haddad Yakan, “Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak”, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998).

P.C.S Sutiso. Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Vidio, (Jakarta: PT.Grasindo. 1993).

P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Audio,(Jakarta:PT.Grasindo,1993).

TPI – Research Develoment Source; AGB Nielsen - ariana

RM Soeharto, Program Televisi Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: IKJ Press,2007).

Said Bin ali Al Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak. (Jakarta: Gema Insani Press, 1994).

Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah.(Surabaya: Usaha Nasional, 1994).

Sunandar Ibnu Nur, “Tekhnik Penulisan Naskah Agama Islam untuk Media Televisi”, Makalah, (Jakarat: Dirjen Bimas Urusan Haji Dep. Agama RI., 1998).

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998).

Ton Kertapati, Dasar-dasar publisistik dalam perkembangan di Indonesia menjadi ilmu Komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986).

Wawancara Pribadi Produser Program Indonesia Menghafal TPI, 27 November 2010.


(6)