commit to user 28
manajemen efektif apabila setiap anggota dewan secara aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris baik secara fisik maupun teknologi konferensi PBI
Nomor: 814PBI2006. Dengan demikian, semakin sering diadakannya rapat diharapkan dapat meningkatkan operational risk disclosure.
C. Skema Konsep Penelitian
Kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Kontrol
Gambar 2.4 Skema Konsep Penelitian
Konsep penelitian di atas menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu
dewan komisaris board of director yang direpresentasikan dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan
jumlah rapat dewan komisaris terhadap variabel dependen operational risk disclosure.
H
2
+ H
3
+ H
4 +
1. Ukuran dewan komisaris X
1
2. Komposisi komisaris independen X
2
3. Komposisi komisaris wanita X
3
4. Jumlah rapat dewan komisaris X
4
Operational risk disclosure Y
H
1
+
1. Profitabilitas 2. Komposisi komite
audit independen 3.
commit to user 29
Selain menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini juga menguji pengaruh variabel kontrol. Variabel kontrol yang
pertama adalah profitabilitas. Menurut Suhardjanto dan Miranti 2009, perusahaan yang mampu menghasilkan laba profitabilitas di atas rerata industri
memiliki tingkat pengungkapan informasi lebih tinggi. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan pada stakeholders bahwa kegiatan operasional
perusahaan berjalan dengan baik. Variabel kontrol yang kedua adalah komposisi komite audit independen. Komite audit bertugas untuk membantu dewan
komisaris dalam melakukan pengawasan FCGI, 2001, termasuk pengawasan dalam hal transparansi informasi. Selain itu, komite audit dipandang sebagai alat
untuk menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan memonitor kinerja manajemen Herwidayatmo, 2000.
D. Pengembangan Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh board of directors ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris
wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap operational risk disclosure dengan profitabilitas dan komposisi komite audit independen sebagai variabel
kontrol. Berikut ini merupakan pengembangan hipotesis yang dilakukan:
1. Pengaruh ukuran dewan komisaris board size terhadap tingkat operational risk disclosure.
Dewan komisaris bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, akuntabilitas, dan mengawasi manajemen FCGI, 2001. Dewan komisaris diberi
commit to user 30
tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan Nasution dan Setiawan, 2007. Jumlah komisaris
mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan Andres, Azofra, dan Lopez, 2005. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeysekera 2008 pada
perusahaan di Kenya, jumlah dewan komisaris yang dinilai efektif berada pada rentang lebih dari lima orang dan kurang dari 14 orang.
Dalton et al 1999 menyatakan bahwa board size dengan ukuran yang besar lebih efektif daripada board size dengan ukuran kecil. Collier dan Gregory 1999
menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitor kegiatan manajemen.
Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial Sitepu, 2009 dan pengungkapan wajib Akra, Eddie, dan Ali,
2010. Semakin besar jumlah dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan
operational risk disclosure. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dikembangkan adalah
H
1
: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat
operational risk disclosure.
2. Pengaruh komposisi komisaris independen terhadap tingkat operational risk disclosure.
Berdasarkan Pedoman Komisaris Independen KNKG, 2004, komisaris independen bertanggung jawab dalam pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan
corporate governance. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris
commit to user 31
didukung dengan keberadaan komisaris independen Permatasari, 2009. Ayuso dan Argondana 2007 menemukan bahwa independent director lebih efektif
dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan karena kepentingan mereka tidak terganggu oleh ketergantungan pada organisasi. Komisaris independen dapat
meningkatkan pengendalian terhadap perusahaan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan informasi perusahaan Ettredge et al,
2010. Ajinkya, Bhojraj, dan Sengupta 2005 menemukan bukti bahwa
perusahaan yang memiliki lebih banyak komisaris independen lebih banyak menyediakan ramalan pada laporan tahunan mereka. Hal tersebut didukung oleh
hasil penelitian Abraham dan Cox 2007, yaitu komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko, termasuk operational risk.
Forker 1992 dan Chen dan Jaggi 1998 menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap financial disclosure. Dengan
demikian, semakin besar komposisi komisaris independen, diharapkan meningkatkan operational risk disclosure. Berdasarkan uraian di atas hipotesis
yang dikembangkan adalah H
2
: Komposisi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
tingkat operational risk disclosure.
3. Pengaruh komposisi komisaris wanita terhadap tingkat operational risk disclosure.
Kusumastuti, Supatmi, dan Sastra 2007 menyatakan bahwa wanita memiliki sikap kehati-hatian yang tinggi dan lebih teliti daripada pria. Adam dan
commit to user 32
Fereirra 2004 menyatakan bahwa komisaris wanita memberikan pandangan, pengalaman, dan opini yang berbeda terhadap board governance practice. Dengan
keberagaman tersebut menghasilkan harmonisasi pendapat, pandangan, dan pengalaman sehingga diharapkan informasi yang diungkapkan lebih banyak.
Penelitian Pudjiastuti dan Mardiyah 2006 menunjukkan adanya wanita dalam dewan komisaris menjadi drive teamwork dan menekan masalah ketidakhadiran
dalam rapat dewan. Carter 2003 menemukan bahwa jumlah komisaris wanita mempengaruhi
nilai perusahaan. Menurut Bonna, Yoshikawab, dan Phan 2004 komposisi komisaris wanita berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, termasuk
operational risk disclosure. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Volkart dan Noldeke 2008. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dikembangkan
adalah H
3
: Komposisi komisaris wanita berpengaruh positif terhadap tingkat
operational risk disclosure.
4. Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap tingkat operational risk disclosure.
Menurut Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor: 814PBI2006 dewan komisaris wajib menyelenggarakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya
empat kali dalam setahun. Dewan komisaris dapat memantau dan mengawasi kegiatan manajemen melalui rapat. Seringnya frekuensi pertemuan atau rapat
diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta corporate governance di dalam perusahaan Cety dan Suhardjanto, 2010.
commit to user 33
Penelitian Vafeas 2003 dan Brick dan Chidambaran 2007 menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka
semakin meningkatkan kinerja perusahaan dan pengungkapan, termasuk operational risk disclosure. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang
dikembangkan adalah H
4
: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat operational risk disclosure.
Penelitian ini menggunakan variabel kontrol profitabilitas karena hubungan profitabilitas dan pengungkapan merupakan refleksi respon sosial agar
perusahaan dapat beroperasi Suhardjanto dan Miranti, 2009. Perusahaan mengungkapkan informasi lebih banyak jika kemampuan untuk menghasilkan
laba berada di atas rerata industri. Hal tersebut bertujuan untuk meyakinkan stakeholder bahwa perusahaan memiliki posisi persaingan yang kuat dan operasi
perusahaan berjalan dengan baik. Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan Sudarmadji dan Sularto, 2007. Berdasarkan penelitian Helbok dan Wagner 2006 lembaga yang memiliki
profitabilitas rendah memiliki tingkat operational risk disclosure yang lebih tinggi.
Variabel kontrol yang kedua adalah komposisi komite audit independen. Menurut Herwidayatmo 2000 peran pengawasan yang dilakukan oleh dewan
komisaris perusahaan di Indonesia belum memadai karena anggota dewan komisaris dipilih lebih berdasarkan kedudukan dan kekerabatan sehingga
commit to user 34
menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. PBI Nomor: 84PBI2006, pasal 12, mewajibkan dewan
komisaris membentuk sekurang-kurangnya komite audit, komite pemantau risiko dan komite remunerasi dan nominasi untuk mendukung efektivitas pelaksanaan
tugas dan tanggung jawabnya. Sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: kep. 29PM2004,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Menurut FCGI 2001, komite
audit memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Cety dan
Suhardjanto 2010 menyatakan bahwa komposisi komite audit independen berpengaruh positif terhadap environmental performance. Komposisi komite audit
independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan, termasuk operational risk disclosure Li, Pike, dan Haniffa, 2008.
commit to user 35
BAB III METODE PENELITIAN
Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II, maka Bab III akan menjelaskan mengenai desain penelitian, populasi, sampel, dan
teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data, pengukuran variabel, dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis hypotesis testing yaitu penelitian yang menguji hipotesis yang telah ditentukan di awal penelitian
Hartono, 2005. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh board of directors yang direpresentasikan
dengan ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, komposisi komisaris wanita, dan jumlah rapat dewan komisaris terhadap operational risk
disclosure. Menurut Sekaran 2006, pengujian hipotesis harus menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antar kelompok atau independensi
dua variabel atau lebih.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perbankan yang listing terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun 2008-2009. Jumlah populasi tahun
2008 adalah 28 perbankan dan tahun 2009 sebanyak 29 perbankan. Penggunaan