Dewan Komisaris Board of Directors

commit to user 21 Solomon, Norton, dan Joseph 2000 yang menyatakan bahwa pengungkapan risiko merepresentasikan perbaikan praktik corporate governance. Prinsip dasar corporate governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2001, yaitu pertanggungjawaban responsibility, transparansi transparency, akuntabilitas accountability, kesetaraan dan kewajaran fairness, dan independensi independency. Salah satu aspek penting dalam tata kelola perusahaan corporate governance adalah adanya board of directors FCGI, 2001. Fama dan Jensen 1983 menyatakan bahwa board of directors merupakan mekanisme penting dalam memonitor kinerja manajemen dan melindungi kepentingan pemegang saham. Hal ini berarti board of directors memiliki peran penting dalam pengungkapan risiko yaitu memonitor pengungkapan risiko untuk melindungi kepentingan stakeholders. Che Haat, Rahman, dan Mahenthiran 2008 menyatakan bahwa dewan komisaris memiliki kekuatan untuk memantau keputusan manajemen dan keputusan penting lainnya.

4. Dewan Komisaris Board of Directors

Menurut Organization for Economic Corporation and Development atau OECD 2004 praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. Committee Cadbury mendefinisikan Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia, FCGI, 2001: 1 sebagai: commit to user 22 Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Menurut FCGI 2001, terdapat dua sistem bentuk dewan dalam perusahaan, yaitu one tier system sistem satu tingkat atau single board dan two tiers system sistem dua tingkat atau dual board. Sistem satu tingkat artinya perusahaan hanya memiliki satu dewan yang umumnya adalah kombinasi antara manajer atau pengurus senior direktur eksekutif dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu nondirektur eksekutif. Sistem ini biasanya dimiliki oleh negara yang sistem hukumnya Anglo Saxon, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Gambar 2.1 Struktur Board of Director dalam One Tier System sumber: FCGI, 2001 Sistem dua tingkat berarti perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas dewan komisaris dan dewan manajemen dewan direksi. Dalam sistem ini, dewan direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Anggota dewan komisaris General Me eting of the Shareholders GMoS Boards of Directors Executive Director Non-Executive Director commit to user 23 diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas dewan komisaris FCGI, 2001. Dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi tugas manajemen dewan direksi sehingga dewan direksi harus memberikan informasi dan menjawab hal-hal yang diajukan dewan komisaris. Dewan komisaris tidak boleh melibatkan diri dalam tugas manajemen dan tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi dengan pihak ketiga. Negara yang menganut sistem ini memiliki sistem hukum Kontinental Eropa, seperti Denmark, Jerman, dan Jepang. Gambar 2.2 Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Belanda sumber: FCGI, 2001 Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2001 menyatakan bahwa Indonesia menganut Two Tiers System sistem dua tingkat karena sistem hukum di Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda. Berdasarkan UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris dan direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Dewan komisaris dipilih oleh RUPS untuk mengawasi kinerja dewan direksi dan bersama-sama bertanggung jawab pada RUPS. General Meeting of The Shareholders GMoS Board of Commissioner BoC Board of Directors BoD commit to user 24 Gambar 2.3 Struktur Board of directors dalam Two Tiers System yang diadopsi oleh Indonesia sumber: Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007 Keterangan Gambar: : pengangkatan dan pemberhentian anggota dewan : tanggung jawab terhadap RUPS : supervisi atau pengawasan Menurut FCGI 2001, dewan komisaris merupakan inti corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, dan mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Hal tersebut didukung oleh Ho dan Wong 2001 yang menyatakan bahwa corporate governance adalah cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggung jawab stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance. Oleh karena itu, dewan komisaris mempunyai peran penting dalam melakukan pengawasan, salah satunya adalah pengawasan terhadap transparansi operational risk disclosure. Tugas utama dewan komisaris menurut FCGI 2001: 5 sebagai berikut: 1. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja Dewan Komisaris Dewan Direksi Rapat Umum Pemegang Saham RUPS commit to user 25 perusahaan, serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan aset. 2. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi secara transparan dan adil. 3. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan di tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan. 4. Memonitor pelaksanaan governance dan mengadakan perubahan jika diperlukan. 5. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan keberadaan komisaris independen dalam dewan komisarisnya John dan Senbet, 1998. Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia BEI Nomor I-A tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1 Juli 2000. Perusahaan yang terdaftar di BEI wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen 30 dari jumlah seluruh anggota komisaris. Beberapa kriteria komisaris independen menurut FCGI 2001: 9 sebagai berikut: a. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali controlling shareholders perusahaan tercatat yang bersangkutan. b. Komisaris independen tidak mempunyai hubungan dengan direktur, danatau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan. c. Komisaris independen tidak mempunyai kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan. d. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undang di bidang pasar modal. commit to user 26 e. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali bukan controlling shareholders dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.

B. Kaitan