commit to user 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Jeruk Purut Citrus hystrix
a.  Klasifikasi Tanaman Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta Super Divisi    : Spermatophyta
Divisi               : Magnoliophyta Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Rosidae Ordo                : Sapindales
Family             : Rutaceae Genus              : Citrus
Spesies            : Citrus hystrix Dalimartha, 2005
b.  Nama daerah Sumatera:  unte  mukur,  unte  pangir  Batak,  lemau  purut,  lemau
sarakan Lampung, lemao puruik Minangkabau, dema kafalo Nias. Jawa: limau purut, jeruk wangi, jeruk purut Sunda, Jawa. Bali: jeruk
linglang, jeruk purut. Flores: mude matang busur, mude nelu. Sulawesi: ahusi  lepea  Seram,  lemo  puru  Bragi.s.  Maluku:  Munte  kereng
commit to user 6
Alfuru,  usi  ela  Amhoh,  lemo  jobatai,  wama  faleela  Halmahera Dalimartha, 2005.
c.  Morfologi Tanaman Pohonnya  rendah  atau  perdu,  namun  bila  dibiarkan  tumbuh  alami
dapat mencapai ketinggian 12 m. Batang yang tua berbentuk hijau tua, berbentuk bulat, polos, atau berbintik-bintik. Tata letak tajuk tanaman
tidak  beraturan  dan  cabang-cabangnya  rapat.  Dahan  dan  ranting- rantingnya  bersudut  tajam,  berwarna  hijau  tua,  berbintik-bintik,  dan
berduri  di  ketiak  daun.  Duri-durinya  pendek,  kaku,  hitam,  ujungnya coklat,  dan  panjangnya  0,2  cm  –  1,0  cm.  Letak  daun  jeruk  purut
terpencar  atau  silih  berganti  dan  bertangkai  agak  panjang  serta bersayap lebar. Bentuk daun terbagi dua Bernard T., 2005 bulat telur,
ujungnya  tumpul,  berbau  sedap,  mengkilap,  dan  berwarna  hijau kekuning-kuningan.  Tanaman  jeruk  purut  berbunga  majemuk
Rukmana,  2003.  Bernard  T.  2005  menyebutkan  daun  jeruk  purut memiliki  panjang  8-12  cm  dan  lebar  3-5  cm.  Bunganya  terletak  di
ketiak daun atau di ujung tangkai, tajuk bunga berjumlah 4-5 lembar, dan benang sari berjumlah 24 – 30 helai.  Buah jeruk purut berbentuk
bulat  sampai  bundar,  ukurannya  kecil,  kulit  buah  tidak  rata,  rasanya asam dan berbau sedap Rukmana, 2003.
d.  Kandungan Kimia Jeruk Purut Jeruk  purut  memiliki  rasa  agak  asin  dan  pahit.  Beberapa  bahan
kimia  yang  terkandung  dalam  jeruk  purut  diantaranya  daun  minyak atsiri  1,0-1,5,  steroid  triterpenoid,  minyak  atsiri  dengan  kandungan
commit to user 7
sitrat  2,0-2,5  Hariana,  2007,  senyawa  metabolit  sekunder  yaitu kumarin, flavonoid, steroid, fenolik dan minyak atsiri Setiawan, 2000.
Senyawa  metabolit  sekunder  merupakan  senyawa  kimia  yang umumnya  mempunyai  kemampuan  bioaktivitas  dan  berfungsi  sebagai
pelindung  tumbuhan  tersebut  dari  gangguan  hama  penyakit  untuk tumbuhan itu sendiri ataupun lingkungannya Lenny, 2006.
Kulit  buah  jeruk  purut  mengandung  saponin  dan  tanin  1 Hariana,  2007.  Berdasarkan  uji  fitokimia  yang  dilakukan  pada  kulit
buah  jeruk  purut  banyak  terdapat  senyawa  golongan  kumarin,  juga adanya  senyawa  lain  yaitu  flavonoid  dan  steroid.  Flavonoid  yang
terdapat  pada  jeruk  purut  antara  lain  narirutin,  naringin,  hesperidin, neohesperidin,  nobiletin,  dan  tangeretin  Ogawa  K,  et  al.,  2001.
Daunnya  mengandung  vitamin  E  dengan  konsentrasi  398,3  mgkg Ling SL dan Mohamed S., 2001. Senyawa kumarin yang berasal dari
buah  jeruk  purut  juga  telah  dilaporkan  oleh  Murakami  1999. Senyawa  utama  yang  terkandung  dalam  minyak  kulit  buah  adalah
β- pinene
30,6, limonene
29,2 dan
sabinene 22,6.
Sedangkan α-terpeneol  15.8,  β-pinene  15.1    dan  limonene
9.1    adalah  senyawa  utama  dalam  minyak  buah  Ibrahim,et  al., 1996.
e.  Khasiat dan Penggunaan Jeruk  purut  merupakan  buah  yang  dikenal  luas  oleh  masyarakat
Indonesia,  dan  memiliki  banyak  kegunaan.  Baik  daun  maupun buahnya  banyak  dimanfaatkan  sebagai  obat  tradisional.  Bagian  daun
commit to user 8
biasanya digunakan untuk mengatasi badan letih dan lelah setelah sakit berat  dan  juga  untuk  penyedap  masakan.  Sedangkan  kulit  buah  jeruk
purut digunakan sebagai obat bisul, panas dalam, radang kulit, radang payudara,  kulit  bersisik  dan  kulit  mengelupas  Dalimartha,  2000.
Buah  jeruk  purut  juga  sering  digunakan  untuk  mengatasi  influenza, badan
terasa lelah,
dan mewangikan
rambut Dalimartha,
2005.   Selain  itu  kulit  buah  jeruk  purut  digunakan  untuk  penyedap masakan, pembuatan kue, sebagai manisan Setiadi dan Parmin, 2004,
dan  sebagai  stimulan  Dalimartha,  2005.  Efek  farmakologik  jeruk purut diantaranya anti-spasmodik dan antiseptik Hariana, 2007.
f.  Kandungan Antifungi pada Kulit Jeruk Purut Citrus hystrix Kulit  jeruk  nipis  mengandung  minyak  atsiri,  saponin,  kumarin,
flavonoid,  dan  steroid  triterpenoid,  yang  masing-masing  mempunyai efek sebagai antifungi.
1  Minyak atsiri senyawa  golongan  ini  terdiri  atas  senyawa  monoterpena,
sedangkan  stearoptena  adalah  senyawa  hidrokarbon  teroksigenasi umumnya  berwujud  padat.  Stearoptena  ini  umumnya  terdiri  atas
senyawa turunan oksigen dari terpena Agusta, 2002. Manfaat  minyak  atsiri  secara  umum  terhadap  tumbuhan  itu
sendiri adalah Ditinjau dari segi fisika, minyak atsiri mengandung dua golongan senyawa, yaitu oleoptena dan stearoptena. Oleoptena
dalah  bagian  hidrokarbon  dalam  minyak  atsiri  dan  berwujud  cair. Umumnya  sebagai  alat  pertahanan  diri  agar  tidak  dimakan  hewan
commit to user 9
hama.  Namun  sebaliknya,  minyak  atsiri  juga  berfungsi  sebagai penarik  serangga  untuk  membantu  proses  penyerbukan  Agusta,
2000.  Untuk  pengobatan  manusia  sebagai  antibakteri  dan antifungi, serta penolak nyamuk Agusta, 2002.
Minyak  atsiri  jeruk  purut  mengandung  kandungan  kimia β-
pinene dan limonene. Senyawa β-pinene telah terbukti mempunyai
efek  antifungi  dengan  cara  menghambat  sintesis  DNA,  RNA, dinding  polisakarida  dan  ergosterol  membran  sel  Xia  Z,  1999.
Sedangkan,  hasil  penelitian  Hassanzadeh,  et  al.  2009 membuktikan  bahwa  senyawa  limonene  mempunyai  kemampuan
untuk  menghambat  pertumbuhan  jamur  Candida  albicans  dan Aspergillus niger.
2  Saponin Saponin  mengandung  gugus  gula  terutama  glukosa,  galaktosa,
xylosa, rhamnosa atau methilpentosa  yang berikatan dengan suatu aglikon  hidrofobik  sapogenin  berupa  triterpenoid,  steroid  atau
steroid alkaloid. Aglikon dapat mengandung satu atau lebih ikatan C-C  tak  jenuh.  Rantai  oligosakarida  umumnya  terikat  pada  posisi
C3  monodesmosidic,  tetapi  beberapa  saponin  mempunyai  gugus gula tambahan pada C26 atau C28 bidesmosidic. Struktur saponin
yang sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur aglikon, sifat  dasar  rantai  dan  posisi  penempelan  gugus  gula  pada  aglikon
Faure, 2002.
commit to user 10
Saponin  diketahui  mempunyai  efek  sebagai  antimikroba, antifungi dan melindungi tanaman dari serangan serangga. Saponin
mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi. Aktivitas fungisida  terhadap  Trichoderma  viride  telah  digunakan  sebagai
metode  untuk  mengindetifikasikan  saponin.  Mekanisme  kerja saponin  sebagai  antifungi  berhubungan  dengan  interaksi  saponin
dengan membran sterol Morrissey, 1999. 3  Kumarin
Kumarin  adalah  suatu  metabolit  dari  tumbuhan  yang  sering dijumpai  sebagai  glikosidal.  Kumarin  mungkin  juga  berupa
senyawa  jadian  yang  terbentuk  karena  hidrolisis  asam  glikosil-o- hidroksi  sinamat  secara  enzimatik  dan  kemudian  segera  terjadi
siklikasi  menjadi  lakton,  tepatnya  lakton  asam-o-hidroksisinamat. Hampir  semua  kumarin  alam  mempunyai  oksigen  hidroksil  atau
alkosil  pada  C-7.  Pada  posisi  lain  dapat  pula  teroksigenasi  dan sering pula terdapat rantai samping alkil Robinson, 1991.
Aktivitas  antifungi  dan  anti  bakteri  pada  senyawa  kumarin telah  dibuktikan  pada  percobaan  Wardakhan  dan  Nadia  2007.
Pada  percobaan  ini  dibuktikan  bahwa  kumarin  mempunyai aktivitas  antibakteri  pada  bakteri  gram  negatif  Escherichia  coli
dan  Pseudomonas  aeruginosa,  dan  gram  positif  Bacillus  subtilis dan Bacillus cereus dan juga aktivitas antifungi terhadap Candida
albicans. 4  Flavonoid
commit to user 11
Flavonoid terdapat pada hampir seluruh tanaman tingkat tinggi sebagai  metabolit  sekunder  dengan  fungsi  proteksi  yang  tinggi
dalam  melindungi  jaringan  tanaman  dari  kerusakan  akibat  radiasi ultraviolet, melindungi tanaman dari infeksi, serta berperan penting
pada  fotosintesis,  transfer  energi,  respirasi,  dan  biosintesis komponen  toksik  Middleton,  2000.  Senyawa  ini  merupakan  zat
warna  merah,  biru,  ungu  atau  kuning  yang  ditemukan  dalam tumbuh-tumbuhan.
Malik,  dkk  2007  telah  melakukan  uji  aktivitas  antijamur senyawa  flavonoid  secara  in  vitro  menggunakan  tiga  jenis  biakan
jamur Candida
albicans, Epidermophyton
flocosum dan
Microsporum  gypseum  dengan  metode  difusi  agar  menggunakan cakram  kertas.  Dari  penelitian  tersebut  didapatkan  kesimpulan
bahwa flavonoid juga mempunyai efek antifungi. 5  Steroid Steroid Triterpenoid
Terpena  merupakan  suatu  golongan  hidrokarbon  yang  banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan
vakuola  selnya.  Pada  tumbuhan,  senyawa-senyawa  golongan terpena  dan  modifikasinya,  terpenoid,  merupakan  metabolit
sekunder.  Terpena  dan  terpenoid  menyusun  banyak  minyak  atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan Lenny, 2006.
Salah  satu  tipe  terpenoid  adalah  triterpenoid.  Triterpenoid, contohnya  lanosterol,  merupakan  bahan  dasar  bagi  senyawa-
senyawa  steroid.  Steroid  merupakan  senyawa  bioaktif  yang
commit to user 12
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Triterpenoid memiliki atom C30. Senyawa ini tersebar luas dalam damar, gabus dan kutin tumbuhan
Lenny, 2006. Tumbuhan yang mengandung senyawa Triterpenoid mempunyai
nilai  ekologi  karena  senyawa  ini  bekerja  sebagai  anti  fungi, insektisida,  anti  pemangsa,  anti  bakteri  dan  anti  virus
Robinson,1991.
2. Trichophyton mentagrophytes