skala deskriptif setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan Potter Perry,
2005.
4. Manajemen Nyeri Persalinan
4.1 Defenisi Manajemen nyeri adalah suatu proses untuk menurunkan bahkan
menghilangkan nyeri sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi. Manajemen nyeri persalinan merupakan proses mengatasi nyeri atau menurunkan intensitas
nyeri sampai batas toleransi ibu sehingga ibu merasa nyaman saat proses persalinan berlangsung. Manajemen nyeri harus menggunakan pendekatan yang
holistik menyeluruh karena nyeri mempengaruhi keseluruhan aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, kita tidak boleh hanya terpaku hanya pada satu
pendekatan saja tetapi juga menggunakan pendekatan-pendekatan yang lain yang mengacu kepada aspek kehidupan manusia yaitu biopsikososialkultural dan
spiritual. Pendekatan non farmakologik dan pendekatan farmakologik tidak akan berjalan efektif bila digunakan sendiri-sendiri, keduanya harus dipadukan dan
saling mengisi dalam rangka mengatasi penanganan nyeri ibu Walsh, 2007. Ibu adalah individu yang berbeda satu dengan yang lain, yang berespon
secara berbeda terhadap nyeri, sehingga penanganannya tidak bisa disamakan antar ibu yang satu dengan yang lainnya. Pengkajian yang tepat dan akurat tentang
nyeri sangat diperlukan sebagai upaya untuk mencari solusi yang tepat untuk menanganinya. Untuk itu pengkajian harus selalu dilakukan secara
Universitas Sumatera Utara
berkesinambungan, sebagai upaya mencari gambaran yang terbaru dari nyeri yang dirasakan oleh ibu Walsh, 2007.
4.2. Jenis-Jenis Manajemen Nyeri Persalinan Program persiapan menuju persalinan biasanya menggabungkan berbagai
pendekatan farmakologis dan nonfarmakologis. Semua cara yang digunakan idealnya memenuhi syarat-syarat berikut; aman bagi ibu dan anak, analgetika
yang baik selama periode nyeri pada proses persalinan, tidak mempengaruhi sistem pernafasan, jantung dan pembuluh darah, tidak mempengaruhi perjalanan
persalinan, tidak mempengaruhi bayi selama dalam rahim dan setelah lahir, tanpa efek samping yang berbahaya, dan kemungkinan berhasil sangat besar Hutajulu,
2005.
4.2.1. Intervensi Farmakologi Beberapa agen famakologi digunakan untuk menangani nyeri memerlukan
kolaborasi dan pendelegasian dari dokter kepada perawat, antara lain pemberian sedatiftranquilizer golongan barbiturat, benzodiazepin, fenotiazin, dan
hidroksilin, Opioid morfin, mepedirin, fentanil, butorfanol, dan nalbufin, serta analgesia dan anastesia lokal dan regional blok infiltrasi lokal, blok paraservikal,
blok pudendal, analgesia epidural, injeksi narkotik intratekal, blok spinalsubaraknoid, dan anastesi umum.
Universitas Sumatera Utara
a. Blok Infiltrasi Lokal Infiltrasi lokal perineum dapat dilakukan sebelum melakukan episiotomi
atau setelah kelahiran untuk memperbaiki episiotomi atau laserasi. Infiltrasi 5 sampai 10 ml lidokain 1 biasanya cukup untuk menganastesi jaringan yang akan
dimanipulasi dan dijahit Walsh, 2007.
b. Blok Paraservikal Agens ini paling efektif ketika ibu memasuki fase akselerasi pada kala satu
Walsh, 2007.
c. Blok Pudendal Blok pudendal dapat menjadi anastesi yang sangat efektif untuk persalinan
kala dua, melahirkan dengan alat, dan perbaikan perineal setelah melahirkan Walsh, 2007.
d. Analgesia Epidural Keuntungan blok epidural adalah peredaan nyeri efektif sementara ibu
tetap sadar dan rileks serta kemampuan untuk mengontrol pemberian sehingga infus dapat ditingkatkan atau dikurangi sesuai kebutuhan Walsh, 2007.
Universitas Sumatera Utara
e. Injeksi Narkotik Intratekal Keuntungan menggunakan agen ini meliputi peredaan nyeri cepat dan
efektif, mempertahankan sensasi mengejan, dan tidak ada kehilangan kontrol motorik tubuh bawah Walsh, 2007.
f. Blok SpinalSubaraknoid Penggunaannya jarang pada persalinan spontan dan kelahiran pervagina.
Biasanya digunakan pada kelahiran seksio sesarea Walsh, 2007.
g. Anastesi Umum Perlu ketika ada kontraindikasi untuk blok regional termasuk pasien
menolak dan kelahiran cepat perlu dilakukan untuk indikasi janin Walsh, 2007.
4.2.2. Intervensi non Farmakologis Tindakan nonfarmakologis mencakup intervensi perilaku kognitif dan
penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku kognitif adalah mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi klien rasa
pengendalian yang lebih besar. Agen-agen fisik bertujuan untuk memberikan rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respon fisiologis dan
mengurangi rasa takut. Pedoman AHCPR 1992, dikutip oleh Brunner Suddart 2001, penatalaksanaan nyeri intervensi non farmakologis untuk klien yang
memenuhi kriteria antara lain yaitu, klien merasa bahwa intervensi tersebut menarik, klien yang mengekspresikan kecemasan atau ketakutan, klien yang
Universitas Sumatera Utara
memperoleh manfaat dari upaya menghindari atau mengurangi terapi obat, klien yang memiliki kemungkinan untuk mengalami dan mengembangkan koping
dengan interval nyeri pasca operasi yang lama, klien yang masih merasa nyeri setelah menggunakan terapi non farmakologis.
a. Relaksasi Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi
respon internal individu terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas relaksasi otot, relaksasi tarik nafas dalam, atau imajinasi terbimbing Brunner
Suddarth, 2002.
b. Distraksi Merupakan metode untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan terlupa pada nyeri yang dialami. Teknik distraksi dapat menurunkan nyeri pada skala
nyeri ringan dan ini akan efektif digunakan segera setelah nyeri. Teknik ini hanya bekerja pada waktu singkat pada nyeri untuk beberapa menit selama prosedur
invasif Brunner Suddarth, 2002.
c. Hipnosis Teknik untuk menekan gejala untuk memblok kesadaran pada nyeri atau
penggantian gejala yang akan membuat interpretasi terhadap nyeri menjadi positif Brunner Suddarth, 2002.
Universitas Sumatera Utara
d. Akupresur Adalah pendekatan penyembuhan yang berasal dari daerah timur yang
menggunakan masase titik tertentu di tubuh garis aliran energimeridian untuk menurunkan nyeri atau mengubah fungsi organ Walsh, 2007.
e. Kompres panas dan dingin Penggunaan kompres panas untuk area yang tegang dan nyeri dianggap
meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskhemia, yang merangsang neuron yang memblok transmisi lanjut rangsang nyeri dan
menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut Walsh, 2007. Pemberian kompres dingin menurunkan ketidaknyamanan dengan
mengurangi sensitivitas kulit dan otot superfisial oleh rangsangan neurosensori dan dengan mengurangi inflamasi dan kekakuan Walsh, 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP