Hipotesis Penelitian
1. Perbedaaan jarak akar bahan stek ke batang pohon berpengaruh terhadap
pertumbuhan stek. 2.
Semakin jauh jarak bahan stek yang digunakan dari batang pohon pertumbuhannya akan semakin cepat.
Kegunaan Penelitian 1. Meningkatkan optimalisasi penguasaan teknik perbanyakan vegetatif yang
mendukung upaya penyiapan bahan tanaman sukun.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak-pihak pembudidaya
tanaman sukun serta masyarakat yang tertarik dalam membudidaya tanaman sukun.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Sukun Artocarpus communis Forst.
Dalam sistematika taksonomi tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Botani Tanaman Sukun Artocarpus communis Forst.
Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kayunya lunak, kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah
encer. Daunnya lebar sekali, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus communis Forst.
Nama umumdagang : Sukun
Nama Daerah :
Sumatera : Sukun Aceh Hatopul Batak Amu Meteyu
Jawa : Sukun Jawa Sakon Madura
Bali : Sukun Bali
Nusa tenggara : Sukun Bali
Universitas Sumatera Utara
pohon berumah satu. Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut
babal seperti pada nangka. Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik seperti pada nangka. Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang
merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik tersebut Sunarjono, 1999. Perakaran sukun dapat diikuti dengan baik sejak di persemaian. Setelah bibit
sukun ditanam di lapangan, akar akan tumbuh dari stek akar, kemudian membesar bulat dan memanjang, diikuti dengan ranting-ranting akar yang mengecil, disertai
dengan adanya rambut-rambut akar. Letak akar masuk kedalam tanah, adapula yang tumbuh mendatar dan sering tersembul di permukaan tanah. Panjang akar
dapat mencapai 6 meter. Warna kulit akar coklat kemerah-merahan. Tekstur kulit akar sedang, mudah terluka dan mudah mengeluarkan getah. Apabila akar
terpotong atau terluka akan memacu tumbuhnya pertunasan Pitojo, 1999. Tempat Tumbuh
Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian kurang lebih 600 m
dari permukaan laut. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80-100 inchi per tahun dengan
kelembaban 60-80, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari. Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang
lembab panas, dengan temperatur antara 15-38 °C. Tanaman sukun ditaman di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa varietas tanpa
biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir Tridjaja, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Tanah aluvial Inceptisol yang banyak mengandung bahan organik sangat sesuai untuk tanaman sukun. Drajat keasaman pH tanah sekitar 6-7 dan relatif
toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Di tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering
tergenang air, tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah Rauf, 2009. Di Indonesia sukun mempunyai daerah tempat tumbuh alami yang cukup
luas yaitu di Yogyakarta, Cilacap, Blitar, Bayuwangi dan gugus kepulauan kayangan. Sedangkan diluar jawa terdapat di Sumatera Aceh, Batak dan Nias,
Nusa tenggara Bali, Bima, Sumba, dan Flores, Sulawesi Gorontalo, Bone, Maluku dan Irian Kartikawati dan Adinugraha, 2003.
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif dengan Stek
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat
dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu
dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan
Widiarsih dkk., 2008. Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan
dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu kita juga memperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat Huik, 2004.
Biasanya tanaman sukun diperbanyak dengan stek akar atau cangkok. Waupun tanaman dapat diperbanyak dengan okulasi atau sambung pucuk pada
batang bawah semai kluwih, tetapi cara ini tidak dianjurkan karena persentase keberhasilannya agak rendah dan relatif lama Sunarjono,1999.
Metode perbanyakan sukun dengan stek akar banyak dikembangkan di Cilacap, dikenal dengan metode Cilacap. Metode ini mendasarkan pada peristiwa
alami pertumbuhan tunas akar. Metode stek akar mampu menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan seragam. Akar yang dipergunakan adalah akar
besar maupun akar cabang. Tanaman tua lebih banyak menghasilkan bibit dibandingkan dengan tanaman muda. Namun dari tanaman muda akan diproleh
bibit yang lebih cepat pertunasannya dan rendemen stek akar yang tumbuh lebih tinggi dari pada tanaman tua Pitojo, 1999.
Bagian tanaman yang digunakan untuk stek adalah bagian akar tanaman induk. Tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek akar adalah tanaman sukun
Artocarpus communis Forst., cemara Casuarina equisetifolia, jambu buji Psidium guajava L., jeruk keprok Citrus nobilis Lour., dan kesemek
Diospyros kaki Thumb.. Tanaman-tanaman tersebut dapat diperbanyak dengan stek akar karena akarnya diperkaya dengan kuntum adventif yang setiap saat
dapat tumbuh. Contohnya, sebagian akar berada di atas permukaan tanah Rahardja dan Wiryanta, 2005.
Mengakarkan stek ini sebaiknya dilakukan pada situasi lingkungan yang dingin, sekalipun tidak menutup kemungkinan adanya suatu jenis yang menyukai
Universitas Sumatera Utara
situasi yang hangat. Stek akar muda akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan akar yang telah tua. Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar
sebesar pensil. Tetapi untuk tanaman yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar itu bisa dipilih akar-akarnya yang terbesar Wudianto, 2000.
Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanam adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung
pertumbuhan awal tanaman. Ini menjadi ukuran atau bobot bahan tanaman sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapat bahan tanam yang seragam. Akan
tetapi pertumbuhan tanaman tidak jarang dijumpai masih tetap bervariasi sekalipun bahan tanam telah dipilih dari ukuran dan bobot yang reliatif sama. Ini
adalah logis dengan kenyataan bahwa faktor yang menentukan kualitas bahan tanam demikian banyak. Memang hanya faktor dominan variasi besar yang
menghasilkan perbedaan yang nyata, sehingga pengawasan satu atau lebih faktor dominan akan dapat menghasilkan pertumbuhan
yang relatif
seragam Sitompul dan Guritno, 1995. Penyiapan bibit stek tanaman sukun meliputi langkah-langkah pemilihan
pohon induk dan pengambilan akar sukun. Secara terperinci kegitan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. Untuk memperoleh yang baik dan produktif,
diperlukan bibit tanaman yang baik pula. Bibit tanaman yang baik hanya dihasilkan tanaman induk yang baik. Adapun syarat-syarat tanaman yang dapat
digunakan sebagai pohon induk adalah sebagai berikut: a.
Umur tanaman sudah mencapai 6-10 tahun b.
Tanaman tumbuh sehat tahan terhadap serangan hama dan penyakit c.
Tanaman berbuah lebat setiap tahun dan memiliki mutu buah yang baik
Universitas Sumatera Utara
d. Berasal dari varietas yang dibutuhkan
e. Tanaman ditanam pada tanah yang gembur
f. Tanaman memiliki perakaran yang sehat dan banyak, serta dipilih akar
permukaan g.
Pohon sedang tidak dalam keadaan berbunga atau berbuah Siregar, 2009.
Keberhasilan perbanyakan tanaman dengan stek tidak terlepas dari perlakuan-perlakuan yang diberikan seperti yang dijelaskan Rahardja dan
Wiryanta 2005, dimana perlakuan-perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Setelah bahan stek dipisahkan dari tanaman induk kecuali stek daun, bagian pangkal segera direndam dalam air bersih. Tujuannya supaya jaringan
pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan stek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.
2. Untuk memepercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rootone F. Pangkal
stek dalam keadaan basah dimasukkan dalam serbuk Rootone F. Sisa Rootone F yang menempel di bahan stek dibuang dengan cara mengetuk-ngetukkan
bahan stek. Selain itu, Rootone F boleh dicampur dengan air hingga membentuk pasta. Penggunaannya dilakukan dengan cara mengoleskan
pangkal stek kedalam pasta Rootone F. 3.
Lembaran daun yang ada di bahan stek pada stek batang dipotong setengahnya. Potongan daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Perbedaan Bahan Stek
Bahan tanaman seperti biji atau bagaian vegetatif merupakan modal awal pertumbuhan tanaman sehingga perbedaan dalam keadaan fisik dan biokimiawi
bahan, yang sering dinyatakan dengan istilah kualitas dalam arti luas, dapat mengakibatkan perbedaan dalam pertumbuhan awal tanaman yang akan menjadi
pemicu keragaman pertumbuhan tanaman lebih lanjut. Karena keragaman keadaan fisik dan biokimiawi bahan tanaman yang dihasilkan di bawah pengaruh
kondisi alami sangat mungkin terjadi, bahan tanaman akan menjadi salah satu sumber potensial keragaman pertumbuhan tanaman. Penggunaan bahan tanam
yang seseragam mungkin selalu dianjurkan agar keragaman yang bersumber dari bahan tanam sekecil mungkin. Akan tetapi bahan tanam yang benar-benar
seragam dalam semua aspek sulit diproleh karena beberapa alasan diantaranya i unsur yang menyusun kualitas bahan tanam sangat banyak dan sebagian
diantaranya tidak sederhana seperti enzim dan hormon, ii tingkat unsur ini dalam tubuh tanaman ditentukan oleh berbagai faktor yang tidak selalu bekerja paralel
dalam kehidupan tanaman dan iii teknologi yang diperlukan untuk tujuan ini belum tersedia Sitompul dan Guritno, 1995.
Kualitas stek yang berasal dari bagian batang yang berbeda jelas sangat berbeda karena mengalami masa perkembangan yang berbeda disamping
kedudukannya yang berbeda. Karenanya sangat mungkin kualitas tersebut tidak hanya ditentukan oleh satu atau dua faktor seperti bobot bahan tanaman yang erat
hubungannya dengan kandungan pati yang dapat menggambarkan jumlah substrat metabolisme. Penyebaran hormon seperti auxin, yang disintesis dalam bagaian
meristem batang, dan cytokinin, yang disintesis dalam bagiam meristem akar,
Universitas Sumatera Utara
akan dapat berbeda di antara bagian karena kedudukannya. Pada hasil penelitian lain, kandungan mineral N, P, K, Ca dan Mg dari stek bervariasi di antara bagian
batang Sitompul dan Guritno, 1995. Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang
sering dipakai adalah batang muda yang subur. Mudahnya stek berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekali berakar cukup dengan medium air
saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar yang dihasilkan sangat
dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya, dan keadaan luar waktu pengambilan
Kusumo 1980 dalam Irwanto 2001. Umur bahan stek sangat menentukan keberhasilan dari stek yang dibuat,
sehingga bahan dasar pembuatannya perlu diambil dari bibit hasil cabutan atau kebun pangkas yang bersifat juvenilmuda. Hal ini disebabkan karena, pada
jaringan organ yang masih muda banyak mengandung jaringan meristematik yang masih mampu melakukan pertumbuhan dan deferensiasi. Dengan demikian bagian
yang paling cocok dijadikan stek adalah bagian pucuk. Pucuk juga merupakan sumber auksin pada tanaman Yasman dan Smits 1988 dalam Irwanto 2001.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek
Terbentuknya akar pada stek merupakan indikasi keberhasilan dari stek. Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor
lingkungan dan faktor dari dalam tanaman Huik, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan tumbuh stek yang cocok sangat berpengaruh pada terjadinya regenerasi akar dan pucuk. Lingkungan tumbuh atau media pengakaran
seharusnya kondusif untuk regenerasi akar yaitu cukup lembab, evapotranspirasi rendah, drainase dan aerasi baik, suhu tidak terlalu dingin atau panas 12-27°C,
tidak terkena cahaya penuh 200-100 Wm2 dan bebas dari hama atau penyakit Widiarsih dkk., 2008. Suhu perakaran optimal untuk perakaran stek berkisar
antara 21ºC sampai 27ºC pada pagi dan siang hari dan 15ºC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui
perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi Hartman dkk., 1983. Sedangkan suhu rendah menghambat pertumbuhan metabolisme, dan
pendewasaan akar. Sebagai tambahan penyerapan air dan hara berkurang, dan barang kali tidak mencukupi kebutuhan pucuk. Pada suhu rendah air menjadi
lebih pekat dan jaringan menjadi kurang permeabel. Pada suhu tinggi kecepatan respirasi yang naik mengurangi pertumbuhan akar Daniel dkk., 1987.
Faktor Dari Dalam Tanaman
Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan
makanan, dan zat pengatur tumbuh. 1. Umur Bahan Stek
Menurut Warsana 2004 ciri-ciri stek akar yang baik adalah jangan terlalu tua dan jangan terlalu muda, diameter stek kurang lebih 1,5 cm. Stek akar muda
akan berakar lebih cepat dan lebih baik bila dibandingkan akar yang telah tua.
Universitas Sumatera Utara
Untuk keperluan stek akar ini dipilih akar sebesar pensil. Tetapi untuk tanaman yang tidak bisa menghasilkan akar sebesar itu bisa dipilih akar-akarnya yang
terbesar Wudianto, 2000. 2. Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Menurut Widiarsih dkk. 2008 jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar
dan pucuk yang berbeda pula. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar
yang baru terbentuk tidak tahan stres lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.
3. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek Adanya tunas dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila
seluruh tunas dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin
yang berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin Huik, 2004.
4. Persediaan Bahan Makanan Menurut Pamungkas dkk. 2009 pertumbuhan akar pada stek dipengaruhi
oleh adanya karbohidrat dalam stek, dimana karbohidrat merupakan sumber energi dan sumber karbon C terbesar selama proses prakaran. Akumulasi
karbohidrat banyak terdapat dibagian pangkal stek, sehingga akan lebih cepat dan lebih mudah membentuk akar. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hartman dkk.
1990 dalam Pamukas dkk. 2009 jika rasio CN rendah maka inisiasi akar juga
Universitas Sumatera Utara
akan terhambat walaupun kandungan karbohidrat pada stek tinggi, karena unsur N berkorelasi negatif dengan proses perakaran pada stek.
5. Zat pengatur Tumbuh Menurut Widiarsih 2008 salah satu faktor intern yang mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Sedangkan ditinjau dari asal senyawanya zat pengatur tumbuh dibedakan
menjadi dua yaitu: 1.
Pengatur tumbuh growth regulator, yakni senyawa-senyawa yang datang dari luar tumbuhan.
2. Hormon, yakni jika senyawa itu dihasilkan dalam tubuh tumbuhan
Heddy,1996. Sebenarnya tanaman sendiri telah mempunyai hormon, misalnya rizokalin
merangsang pertumbuhan akar, kaulokalin merangsang pertumbuhan batang dan antokalin merangsang pembungaan. Hormon-hormon ini masuk dalam
golongan auksin yaitu IAA Asam Indol Asetat, NAA Asam Naftalena Asetat, dan IBA Asam Indol Butirat Wudianto, 2003.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni
2010. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, media top soil, amplop coklat, akar sukun Artocarpus communis Forst.. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain adalah cangkul, pita ukur, parang, pisau cutter, pita label, ayakan, penggaris, alat tulis, gembor, kamera, tali, plastik kaca,
potongan bambu atau kayu, jangka sorong, oven, timbangan digital dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL terdiri atas 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga didapat 16 unit percobaan. Adapun perlakuan
yang digunakan sebagai berikut: A
1
= Akar dengan jarak 3-4 m dari batang pohon A
2
= Akar dengan jarak 4-5 m dari batang pohon A
3
= Akar dengan jarak 5-6 m dari batang pohon A
4
= Akar dengan jarak ≥ 6 m dari batang pohon
Universitas Sumatera Utara
Prosedur Penelitian
Plaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Penyiapan Media Tanam