7
MATERI PELATIHAN 1 KONSEP KURIKULUM 2013
1.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM
1.2 SKL, KI, KD,DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1.3 KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN SAINTIFIK, MODEL-
MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013
1.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN PERUBAHAN
KURIKULUM 2013
A.   Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum   merupakan   salah   satu   unsur   yang   memberikan   kontribusi   untuk mewujudkan   proses   berkembangnya   kualitas   potensi   peserta   didik   tersebut.
Kurikulum   2013   dikembangkan   berbasis   pada   kompetensi   sangat   diperlukan sebagai   instrumen   untuk   mengarahkan   peserta   didik   menjadi:   1   manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2 manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3 warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pengembangan   Kurikulum   2013   merupakan   langkah   lanjutan   Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan   kurikulum   perlu   dilakukan   karena   adanya   berbagai   tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal a. Pemenuhan 8 delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar
Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian,
dan Standar Kompetensi Lulusan.
b. Perkembangan   penduduk   Indonesia   dilihat   dari   pertumbuhan   penduduk usia   produktif.   SDM  usia   produktif  yang   melimpah   apabila   memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa   besarnya.   Namun,  apabila   tidak   memiliki   kompetensi   dan
keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.
2. Tantangan Eksternal Tantangan   eksternal   yang   dihadapi   dunia   pendidikan   antara   lain   berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi   masyarakat,   perkembangan   pengetahuan   dan   pedagogi,   serta
berbagai fenomena negatif yang mengemuka. a. Tantangan   masa   depan   antara   lain   globalisasi,   kemajuan   teknologi
informasi. b. Kompetensi   masa   depan   antara   lain     kemampuan   berkomunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang   bertanggungjawab,   kemampuan   mencoba   untuk   mengerti   dan
toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
c. Persepsi   masyarakat   antara   lain   terlalu   menitikberatkan   pada   aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.
8 HO-1.1
e. Fenomena   negatif   antara   lain   perkelahian   pelajar,   narkoba,   korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian.
3. Penyempurnaan Pola Pikir Pendidikan   yang   sesuai   dengan   kebutuhan   masa   depan   hanya   akan   dapat
terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari mayaabstrak menuju konteks dunia nyata. f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia. j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m.Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis. p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan Standar Kompetensi
Lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya
yang   terdiri   dari   kerangka   dasar   kurikulum   dan   struktur   kurikulum.   Satuan pendidikan   dan   guru   tidak   diberikan   kewenangan   menyusun   silabus,   tetapi
disusun   pada   tingkat   nasional.   Guru   lebih   diberikan   kesempatan mengembangkan  proses  pembelajaran  tanpa  harus  dibebani  dengan tugas-
tugas   penyusunan   silabus   yang   memakan   waktu   yang   banyak   dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi Hasil   studi   internasional   untuk
reading  dan  literacy  PIRLS   yang   ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil bahwa lebih dari 95 peserta didik
Indonesia di SD kelas IV hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50 siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan
advance. Hasil analisis lebih jauh untuk studi PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
- low mengukur kemampuan sampai level knowing
- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
- high mengukur kemampuan sampai level reasoning
- advance  mengukur   kemampuan   sampai   level  reasoning   with   incomplete
information. Dalam   kaitan   itu,   perlu   dilakukan   langkah   penguatan   materi   dengan
mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum
9
dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta   didik,   mempertahankan   materi   yang   sesuai   dengan   kebutuhan
peserta   didik,   dan   menambahkan   materi   yang   dianggap   penting   dalam perbandingan internasional.
C. Karakteristik Kurikulum 2013
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini. 1. Isi   atau   konten   kurikulum   yaitu   kompetensi   dinyatakan   dalam   bentuk
Kompetensi Inti KI kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar KD mata pelajaran.
2. Kompetensi   Inti   KI   merupakan   gambaran   secara   kategorial   mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan kognitif dan
psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang   peserta   didik   untuk   setiap   kelas   melalui   pembelajaran   KD   yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar KD merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SDMI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMPMTS, SMAMA, SMKMAK. 4. Kompetensi   Inti   dan   Kompetensi   Dasar   di   jenjang   pendidikan   menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual kemampuan kognitif tinggi.
5. Kompetensi   Inti     menjadi   unsur   organisatoris organizing   elements
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi   Dasar   yang   dikembangkan   didasarkan   pada   prinsip   akumulatif, saling   memperkuat
reinforced   dan   memperkaya   enriched   antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan organisasi horizontal dan vertikal.
7. Silabus   dikembangkan   sebagai   rancangan   belajar   untuk   satu   tema   SDMI atau   satu   kelas   dan   satu   mata   pelajaran   SMPMTS,   SMAMA,   SMKMAK.
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
D.Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler.
1. Pembelajaran intrakurikuler didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.
a. Proses   pembelajaran   intrakurikuler   adalah   proses   pembelajaran   yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan
di kelas, sekolah, dan masyarakat. b. Proses  pembelajaran   di  SDMI  berdasarkan   tema  sedangkan   di   SMPMTS,
SMAMA,   dan   SMKMAK   berdasarkan   Rencana   Pelaksanaan   Pembelajaran yang dikembangkan guru.
c. Proses   pembelajaran   didasarkan   atas   prinsip   pembelajaran   siswa   aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti  pada tingkat yang
memuaskan excepted.
10
d. Proses   pembelajaran   dikembangkan   atas   dasar   karakteristik   konten kompetensi   yaitu   pengetahuan   yang   merupakan     konten   yang   bersifat
mastery  dan   diajarkan   secara   langsung   direct   teaching,   keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat
developmental yang dapat  dilatih
trainable dan  diajarkan  secara langsung direct teaching, sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung indirect teaching.
e. Pembelajaran   kompetensi   untuk   konten   yang   bersifat developmental
dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya  dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung indirect terjadi pada setiap kegiatan
belajar   yang   terjadi   di   kelas,   sekolah,   rumah   dan   masyarakat.   Proses pembelajaran   tidak   langsung   bukan   kurikulum   tersembunyi
hidden curriculum karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran
tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati melihat, membaca, mendengar, menyimak,
menanya   lisan,   tulis,   menganalis   menghubungkan,   menentukan keterkaitan, membangun ceritakonsep, mengkomunikasi-kan lisan, tulis,
gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain.
h. Pembelajaran   remedial   dilaksanakan   untuk   membantu   peserta   didik menguasai   kompetensi   yang   masih   kurang.   Pembelajaran   remedial
dirancang   dan   dilaksanakan   berdasarkan   kelemahan   yang   ditemukan berdasarkan   analisis   hasil   tes,   ulangan,   dan   tugas   setiap   peserta   didik.
Pembelajaran   remedial   dirancang   untuk   individu,   kelompok   atau   kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.
i. Penilaian   hasil   belajar   mencakup   seluruh   aspek   kompetensi,   bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan. 2. Pembelajaran ekstrakurikuler.
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang   dirancang   sebagai   kegiatan   di   luar   kegiatan   pembelajaran   terjadwal
secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan   pilihan.   Pramuka   adalah   kegiatan   ekstrakurikuler   wajib.  Kegiatan
ekstrakurikuler   wajib   dinilai   yang   hasilnya   digunakan   sebagai   unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini. 1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena
mata   pelajaran   hanya   merupakan   sumber   materi   pembelajaran   untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai
dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi   Lulusan   yang   menjadi   dasar   pengembangan   kurikulum   adalah
11
kemampuan   yang   harus   dimiliki   peserta   didik   setelah   mengikuti   proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum   didasarkan   pada   model   kurikulum   berbasis   kompetensi.   Model kurikulum   berbasis   kompetensi   ditandai   oleh   pengembangan   kompetensi
berupa   sikap,   pengetahuan,   keterampilan   berpikir,  dan  keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum   didasarkan   atas   prinsip   bahwa   setiap   sikap,   keterampilan,  dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik mastery learning sesuai
dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi. 5. Kurikulum   dikembangkan   dengan   memberikan   kesempatan   kepada   peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. 6. Kurikulum   berpusat   pada   potensi,   perkembangan,   kebutuhan,   dan
kepentingan   peserta   didik   dan   lingkungannya.  Kurikulum   dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif
dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap  terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,  budaya, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. 9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 10.
Kurikulum   didasarkan   kepada   kepentingan   nasional   dan   kepentingan
daerah.
11. Penilaian   hasil   belajar   ditujukan   untuk   mengetahui   dan   memperbaiki
pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok
peserta   didik.   Kekurangan   tersebut   harus   segera   diikuti   dengan   proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
F. Struktur Kurikulum SDMI
Struktur   kurikulum   menggambarkan   konseptualisasi   konten   kurikulum   dalam bentuk mata pelajaran, posisi kontenmata pelajaran dalam kurikulum, distribusi
kontenmata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum
adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar   dan   pengorganisasian   beban   belajar   dalam   sistem   pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester. Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SDMI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap
minggu.  Jam belajar  SDMI  adalah  35  menit.   Struktur Kurikulum SDMI adalah sebagai berikut.
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
BELAJAR
12
PER MINGGU I
II III I V
V V I
Kelompok A
1 .
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4
4 4
4 4
4 2
. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5 5
6 5
5 5
3 .
Bahasa Indonesia 8
9 1
7 7
7 4
. Matematika
5 6
6 6
6 6
5 .
Ilmu Pengetahuan Alam -
- -
3 3
3 6
. Ilmu Pengetahuan Sosial
- -
- 3
3 3
Kelompok B 1
. Seni Budaya dan Prakarya
4 4
4 4
4 4
2 .
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
4 4
4 4
4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30
3 2
3 4
3 6
3 6
3 6
Keterangan: Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan
Budi   Pekerti,   Pendidikan   Pancasila   dan   Kewarganegaraan,   Bahasa   Indonesia, Matematika,   serta   Pendidikan   Jasmani,   Olahraga   dan   Kesehatan   yang   berlaku
untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA   dan   IPS   berdiri   sendiri   dan   kemudian   diintegrasikan   ke   dalam   tema-tema
yang ada untuk kelas IV, V dan VI. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi
Dasar,   guru   memiliki   keleluasaan   waktu   untuk   mengembangkan   proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta
didik   aktif   memerlukan   waktu   yang   lebih   panjang   dari   proses   pembelajaran penyampaian   informasi   karena   peserta   didik   perlu   latihan   untuk   mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
G.Elemen-elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen-elemen   perubahan   kurikulum   2013   mencakup   Standar   Kompetensi Lulusan SKL, Standar Isi SI, Standar Proses, dan Standar Penilaian.
1. Perubahan   Kurikulum   2013   pada   Kompetensi   Lulusan   adalah:   konstruksi holistik, didukung oleh semua materi atau mapel, terintegrasi secara vertikal
maupun horizontal. 2. Perubahan   Kurikulum   2013   pada   materi   pembelajaran   dikembangkan
berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan,
13
= Pembelajaran Tematik Terpadu
kemudian   mengakomodasi  konten   lokal,   nasional,   dan   internasional   antara lain TIMMS, PISA, PIRLS.
3. Perubahan   Kurikulum   2013   pada   proses   pembelajaran   mencakup:   a berorientasi   pada   karakteristik   kompetensi   yang   mencakup:   1   sikap
Krathwohl:   menerima,   menjalankan,   menghargai,   menghayati,   dan mengamalkan,   2   keterampilan   Dyers:   mengamati,   menanya,   mencoba,
menalar,   menyajikan,   dan   mencipta,   dan   3   pengetahuan   Bloom Anderson:   mengetahui,   memahami,   menerapkan,   menganalisis,
mengevaluasi,   dan   mencipta;   b   menggunakan   pendekatan   saintifik, karakteristik   kompetensi   sesuai   jenjang.   Untuk   SD:   tematik   terpadu;  untuk
SMP: tematik terpadu untuk IPA dan IPS, serta mapel; untuk SMA: tematik dan Mapel; c mengutamakan
Discovery Learning dan Project Based Learning. 4. Perubahan Kurikulum 2013 pada penilaian mencakup penilaian berbasis tes
dan   nontes   portofolio,   menilai   proses   dan   output   dengan   menggunakan authentic   assesment,   rapor   memuat   penilaian   kuantitatif   tentang
pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan. Selanjutnya dalam Kurikulum 2013 terdapat elemen utama perbaikan kurikulum
2013 seperti terlihat dalam gambar  di bawah ini.
Gambar 1: Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013 Selanjutnya   Kurikulum   2013   mengusung   adanya   keseimbangan   antara   sikap,
keterampilan,   dan   pengetahuan   untuk   membangun soft   skills  dan  hard   skills
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
14
Gambar 2: Elemen Perubahan Berdasarkan gambar 2 di atas, elemen perubahan jenjang SD, SMP, SMA, SMK
dalam kompetensi lulusan adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft
skills  dan  hard skills  yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.   Elemen   perubahan   kedudukan   mata   pelajaran   isi   adalah
kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Elemen pendekatan isi kompetensi
yang dikembangkan di SD adalah tematik terpadu dalam semua mata pelajaran dengan   pendekatan   saintifik,   di   SMP   tematik   terpadu   pada   IPA   dan   IPS,   dan
mapel, di SMA mapel, di SMK vokasional. Adanya   keseimbangan
soft   skills  dan  hard   skills  tersebut   dapat   terlihat   pada gambar di bawah ini.
Gambar 3: Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan untuk Membangun
Soft Skills dan Hard Skills Berdasarkan   gambar   di   atas   dapat   dijelaskan   bahwa   salah   satu   karakteristik
Kurikulum   2013   adanya   keseimbangan   antara   sikap,   keterampilan,   dan pengetahuan   untuk   membangun
soft   skills  dan  hard   skills  peserta   didik   dari
15
mulai jenjang SD, SMP, SMA SMK, dan PT seperti yang diungkapkan Marzano 1985 dan Bruner 1960. Pada jenjang SD ranah
attitude  harus lebih banyak atau   lebih   dominan   dikenalkan,   diajarkan   dan   atau   dicontohkan   pada   anak,
kemudian diikuti ranah skill, dan ranah  knowledge  lebih sedikit diajarkan pada
anak. Hal ini berbanding terbalik dengan membangun soft skills dan  hard skills
pada jenjang PT. Di PT ranah knowledge  lebih dominan diajarkan dibandingkan
ranah skills dan attitude.
Gambar 4: Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013 Berdasarkan gambar 4, terdapat perluasan dan pendalaman taksonomi dalam
proses pencapaian kompetensi. Dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SD, SMP, SMA,   dan   PT   memadukan   lintasan   taksonomi   sikap
attitude  dari   Krathwohl, keterampilan
skill dari Dyers, dan Pengetahuan knowledge dari Bloom dengan revisi oleh Anderson.
Banyak   penelitian   menunjukkan   bahwa   kreativitas   dapat   dipelajari   dan   dapat diterapkan dimana saja, sehingga pendidikan harus diarahkan pada penguatan
keterampilan   kreatif.   Terdapat   beberapa   perkembangan   pemahaman   tentang kreativitas. Pemahaman lama terhadap istilah kreatif hanya berlaku untuk dunia
seni,   kini   berkembang   untuk   bidang   yang   lain   termasuk   pendidikan.  Menurut Dyers, 23 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan,
13 sisanya berasal dari genetik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kreativitas terbentuk bukan hanya karena bakat namun dapat dipelajari.
Terdapat  beberapa  hukum  dalam  kreativitas,   yakni   1  kreativitas  itu  menular Einstein Law, 2 kretivitas itu benda gas Nathan Law, 3 kreativitas hanya
dibatasi   oleh   ambisi   dan   imajinasi,   4   berlaku   hukum   universal   pengetahuan Wiener.   Pada   kreativitas   juga   tidak   berlaku   hukum   kekekalan   massa,   tidak
berlaku hukum kekekalan energi, tidak berlaku hukum beda potensial. Hukum tersebut menjelaskan bahwa kreativitas merupakan sesuatu aktivitas yang bisa
dipelajari bersama. Kegiatan yang dilakukan secara kolaboratif akan menularkan kreativitas dalam kelompoknya. Pada pelaksanaan pembelajaran guru juga perlu
menyediakan “ruang” pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya seluas mungkin   karena   kreativitas   memiliki   hukum   layaknya   gas   yang   menempati
ruangnya. Untuk itu aktivitas pembelajaran hendaknya dirancang agar peserta didik bisa bebas mengeksplorasi ide-ide dan kemampuannya dalam mengerjakan
tugas. Tampunglah semua ide-ide tersebut, kemudian diskusikan bersama untuk
16
menetapkan   ide   mana   yang   bisa   diwujudkan.   Dengan   demikian   peserta   didik akan terbiasa untuk menggali potensi dan kreativitasnya dalam proses belajar.
Gambar 5: Ruang Lingkup Keterpaduan dan Prosesnya Berdasarkan gambar 5 menjelaskan ruang lingkup keterpaduan dan prosesnya
yang   mencakup:   a   keterpaduan   dalam   mapel   integrasi   vertikal   bersifat intradisipliner,   b   keterpaduan   antarmapel   integrasi   horizontal   yang   bersifat
multidisipliner dan interdisipliner, dan c keterpaduan luar mapel transdisipliner yang bersifat berbasis konteks melalui observasi.
Langkah   penguatan   terjadi   pada   proses   pembelajaran   dan   proses   penilaian. Penguatan pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a
menggunakan   pendekatan   saintifik   melalui   mengamati,   menanya,   mencoba, menalar,   dan   mengkomunikasikan   dengan   tetap   memperhatikan   karakteristik
siswa,   b   menggunakan   ilmu   pengetahuan   sebagai   penggerak   pembelajaran untuk   semua   mata   pelajaran,   c   menuntun   siswa   untuk   mencari   tahu,   bukan
diberitahu
discovery   learning,   dan   d   menekankan   kemampuan   berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis,
dan kreatif. Penguatan pada penilaian pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup:   a   mengukur   tingkat   berpikir   mulai   dari   rendah   sampai   tinggi,   b
menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam bukan sekedar hafalan, c mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa,
dan d menggunakan portofolio pembelajaran siswa.
Critical point  implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat dari: a perancangan RPP, b pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP, c supervisi pendampingan, dan
d budaya mutu sekolah. a. Perancangan   RPP   mencakup:   Kompetensi   Dasar,   indikator,   dan   tujuan
pembelajaran,   mengalir   secara   logis   ke   materi   ajar,   rancangan   proses   dan aktivitas belajar, sumber dan media, outputproduk siswa, dan penilaian.
b. Pelaksanaan   pembelajaran   sesuai   RPP   mencakup:   instrumen   pengendalian, dan indeks kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.
c. Supervisi   pendampingan   mencakup:   pedoman   pelaksanaan   supervisi, pelaksanaan, eksekusi rekomendasi supervisi, dan sistem pelaporan perbaikan
pasca supervisi.
17
d. Budaya   mutu   sekolah   mencakup:   standar   mutu,   kepemimpinan,   atmosfir sekolah,   ketaatan   terhadap   standar,   dan   proses   pembudayaan   penguatan
dan penghargaan.
18
1.2 SKL, KI, KD DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SKL Standar   Kompetensi   Lulusan   merupakan   salah   satu   dari   8   delapan   Standar
Nasional   Pendidikan   sebagaimana   yang   ditetapkan   dalam   Pasal   35   Ayat   1 Undang-Undang   Nomor   20   Tahun   2003   tentang   Sistem   Pendidikan   Nasional.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,   pengetahuan,   dan   keterampilan,   yang   akan   menjadi   acuan   bagi
pengembangan   kurikulum   dalam   rangka   mewujudkan   tujuan   pendidikan nasional.
1. Cakupan Kompetensi Lulusan Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa
yang   hendak   dibentuk,   dibangun,   dan   diberdayakan   dalam   diri   peserta   didik sebagai jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya
pada   satuan   pendidikan   tertentu.   Pendekatan   kompetensi   lulusan   menekankan pada kemampuan  holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan
membawa implikasi terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta   didik,   bagaimana   cara   mengajarkan,   dan   kapan   diajarkannya.   Cakupan
kompetensi   lulusan   satuan   pendidikan   berdasarkan   elemen-elemen   yang   harus dicapai dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1: Kompetensi Lulusan Berdasarkan Elemen-Elemen yang Harus Dicapai
DOMAIN Elemen
SD SMP
SMA-SMK
SIKAP Proses
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
Individu beriman, berakhlak mulia jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal
Sosial toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
musyawarah Alam
pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta perdamaian
PENGETAHUAN Proses
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis + Mengevaluasi
Objek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
KETERAMPILAN Proses
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta
Abstrak membaca, menulis, menghitung, menggambar,
mengarang Konkret
menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, membuat, mencipta
19 HO-1.2
Cakupan   kompetensi   lulusan   satuan   pendidikan   secara   holistik   dapat   dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2: Kompetensi Lulusan Secara Holistik
DOMAIN SD
SMP SMA-SMK
SIKAP Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati
+ Mengamalkan pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta
dunia dan peradabannya
PENGETAHUAN Mengetahui + Memahami + Menerapkan +
Menganalisis + Mengevaluasi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
KETERAMPILAN Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +
Menyaji + Menalar + Mencipta pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret Dari   tabel   di   atas,   cakupan   kompetensi   lulusan   secara   holistik   dirumuskan
sebagai berikut: a. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian   pribadi   tersebut   dilakukan   melalui   proses:  menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
b. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni,   budaya   dan   berwawasan   kemanusiaan,   kebangsaan,   kenegaraan,   dan peradaban
Pencapaian   pribadi   tersebut   dilakukan   melalui   proses:  mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
c. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan Manusia   yang   memiliki   pribadi   yang   berkemampuan   pikir   dan   tindak   yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian   pribadi   tersebut   dilakukan   melalui   proses:  mengamati;
menanya;  mencoba  dan  mengolah;  menalar;  mencipta;  menyajikan dan mengkomunikasikan
Perumusan   kompetensi   lulusan   antar  satuan   pendidikan   mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai
berikut: a.
perkembangan psikologis anak, b.
lingkup dan kedalaman materi, c.
kesinambungan, dan d.
fungsi satuan pendidikan.
20
2. Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Kompetensi lulusan satuan pendidikan SDMISDLBPaket A
Lulusan SDMISDLBPaket A adalah manusia yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sebagai berikut:
Tabel 3: Kompetensi Lulusan SDMISDLBPAKET A DIMENSI
KOMPETENSI LULUSAN SIKAP
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah,
dan tempat bermain.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KETERAMPILAN Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
B. KOMPETENSI INTI Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini. 1. Kompetensi Inti-1 KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial. 3. Kompetensi Inti-3 KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 KI-4 untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah Kelas IV adalah sebagai berikut.
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan   perilaku   jujur,   disiplin,   tanggung   jawab,   santun,   peduli,   dan
percaya   diri   dalam   berinteraksi   dengan   keluarga,   teman,   guru,   dan tetangganya.
3. Memahami   pengetahuan   faktual   denagn   cara   mengamati   dan   menanya berdasarkan   rasa   ingin   tahu   tentang   dirinya,   makhluk   ciptaan   Tuhan   dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan   pengetahuan   faktual   dalam   bahasa   yang   jelas,   sistematis   dan logis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
C. KOMPETENSI DASAR Kompetensi   dasar   dirumuskan   untuk   mencapai   kompetensi   inti.   Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar
dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
21
1. Kelompok   1:   kelompok   kompetensi   dasar   sikap   spiritual   dalam   rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok   2:   kelompok   kompetensi   dasar   sikap   sosial   dalam   rangka menjabarkan KI-2;
3. Kelompok   3:   kelompok   kompetensi   dasasr   pengetahuan   dalam   rangka menjabarkan KI-3;
4. Kelompok 4: kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Penjabaran lengkap mengenai kompetensi dasar per jenjang kelas dan per mata
pelajaran   dapat   dilihat   dalam   lampiran   Peraturan   Menteri   Pendidikan   dan Kebudayaan   nomor   67   Tahun   2013   tentang   Kerangka   Dasar   dan   Struktur
Kurikulum Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah.
D. STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM  2013 1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip berikut ini. a. Sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah
kurikulum satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran. b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik
community of educators,   mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan langsung dipimpin kepala sekolah.
d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.
2. Manajemen Implementasi a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah daerah kabupatenkota. b. Pemerintah   bertanggung  jawab   dalam  mempersiapkan   guru   dan   kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum. c. Pemerintah   bertanggung  jawab   dalam   melakukan   evaluasi   pelaksanaan
kurikulum secara nasional. d. Pemerintah provinsi bertanggung  jawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait. e. Pemerintah   kabupatenkota   bertanggung  jawab   dalam   memberikan
bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupatenkota terkait.
3. Evaluasi Kurikulum Evaluasi   Kurikulum   dilaksanakan   selama   masa   pengembangan   ide
deliberation process, pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama  masa   implementasi   kurikulum.   Evaluasi   dalam
deliberation  process menghasilkan   penyempurnaan   dalam   Kompetensi   Inti   yang   dijadikan
organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran. Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut.
a. Sampai   tahun   pelajaran   2015-2016:   untuk   memperbaiki
berbagai kesulitan pelaksanaan kurikulum. b.
Sampai   tahun   pelajaran   2016   secara   menyeluruh   untuk menentukan   efektivitas,   kelayakan,   kekuatan,   dan   kelemahan
implementasi kurikulum. Evaluasi   terhadap   pelaksanaan   kurikulum   implementasi   kurikulum
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan
22
kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan
pada satuan pendidikan di wilayah kotakabupaten secara rutin.
23
1.2 PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN SAINTIFIK,
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU Pembelajaran   tematik   terpadu   PTP   atau
integrated  thematic   instruction   ITI dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini
sebagai salah satu model  pembelajaran yang efektif highly effective teaching
model karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.  PTP
pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta gifted
and talented, anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik   yang   belajar   cepat.   PTP   ini   pun   sudah   terbukti   secara   empirik   berhasil
memacu   percepatan   dan   meningkatkan   kapasitas   memori   peserta   didik enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners untuk
waktu yang panjang. Premis   utama   PTP   adalah   bahwa   peserta   didik   memerlukan   peluang-peluang
tambahan additional   opportunities   untuk   menggunakan   talentanya,
menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.  Pada sisi lain, PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-
perbedaan kualitatif lingkungan belajar.  PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
PTP   memiliki   perbedaan   kualitatif
qualitatively   different   dengan   model pembelajaran lain. PTP sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan
berpikir   tingkat   tinggi higher   levels   of   thinking   atau   keterampilan   berpikir
dengan mengoptimasi kecerdasan ganda multiple thinking skills, sebuah proses
inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Implemementasi   PTP   menuntut   kemampuan   guru   dalam   mentransformasikan
materi   pembelajaran   di   kelas.   Karena   itu,   guru   harus   memahami   materi   apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di
kelas.   Oleh   karena   PTP   ini   bersifat   ramah   otak,   guru   harus   mampu mengidentifikasi   elemen-elemen   lingkungan   yang   mungkin   relevan   dan   dapat
dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran. Ada   sepuluh   elemen   yang   terkait   dengan  hal  ini   dan   perlu   ditingkatkan   oleh
guru. 1.
Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif. 2.
Memberkaya   sensori   pengalaman   di   bidang   sikap,   keterampilan,   dan pengetahuan.
3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.
4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.
5. Bergerak memacu pembelajaran
Movement to Enhance Learning. 6.
Membuka pilihan-pilihan. 7.
Optimasi waktu secara tepat. 8.
Kolaborasi. 9.
Umpan balik segera. 10.
Ketuntasan atau aplikasi.
24 HO: 1.3
1. Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta   didik   dalam   memahami   dan   mendalami   konsep   materi   yang
tergabung   dalam   tema   serta   dapat   menambah   semangat   belajar   karena materi   yang   dipelajari   merupakan   materi   yang   nyata   kontekstual   dan
bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran  tematik terpadu adalah: a.
mudah   memusatkan   perhatian   pada   satu tema atau topik tertentu;
b. mempelajari
pengetahuan dan
mengembangkan   berbagai   kompetensi   muatan   pelajaran   dalam   tema yang sama;
c. memiliki   pemahaman   terhadap   materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d.
mengembangkan   kompetensi   berbahasa lebih  baik  dengan   mengkaitkan   berbagai   muatan   pelajaran  lain  dengan
pengalaman pribadi peserta didik; e.
lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi   dalam  situasi   nyata,   seperti   bercerita,   bertanya,   menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain; f.
lebih  merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
g. guru  dapat menghemat waktu, karena mata
pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan;
dan h.
budi   pekerti   dan   moral   peserta   didik   dapat ditumbuh   kembangkan   dengan   mengangkat   sejumlah   nilai   budi   pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
a. Berpusat pada anak. b. Memberikan pengalaman langsung pada anak.
c. Pemisahan   antar     muatan   pelajaran   tidak   begitu   jelas   menyatu   dalam
satu pemahaman dalam kegiatan. d. Menyajikan   konsep   dari   berbagai   pelajaran   dalam   satu   proses
pembelajaran   saling   terkait   antar   muatan   pelajaran   yang   satu   dengan lainnya.
e. Bersifat luwes keterpaduan berbagai muatan pelajaran. f. Hasil   pembelajaran   dapat   berkembang   sesuai   dengan   minat   dan
kebutuhan anak melalui penilaian proses dan hasil belajarnya.
3. Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
Anak  pada  usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret,  mulai menunjukkan   perilaku  yang   mulai   memandang   dunia   secara   objektif,
bergeser   dari   satu   aspek   situasi   ke   aspek   lain   secara   reflektif   dan memandang unsur-unsur secara serentak,  mulai berpikir secara operasional,
mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda- benda,  membentuk   dan   mempergunakan   keterhubungan   aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh
25
karena   itu,   pembelajaran   yang   tepat   adalah   dengan   mengaitkan   konsep materi pelajaran dalam satu kesatuan yang berpusat pada tema adalah yang
paling sesuai. Kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang
nyaman   dan   memberikan   rasa   aman,   bersifat   individual   dan   kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui
pembelajaran   tematik.   Pembelajaran   yang   menggunakan   tema   untuk mengaitkan   beberapa   mata   pelajaran   dapat     memberikan   pengalaman
bermakna kepada peserta didik.
4. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema   berperan   sebagai   pemersatu   kegiatan   pembelajaran   dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran
yang dipadukan adalah  muatan  pelajaran  PPKn,  Bahasa Indonesia,   IPS,  IPA, Matematika,  Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga
dan   Kesehatan.    Dalam   Kurikulum   2013,  tema   sudah   disiapkan   oleh pemerintah  dan   sudah  dikembangkan  menjadi  subtema   dan   satuan
pembelajaran. Di   dalam  Struktur   Kurikulum  Sekolah   Dasar   dan   Madrasah   Ibtidaiyah
disebutkan   bahwa   untuk   peserta   didik   kelas   1  sampai   dengan   kelas   6 penyajian   pembelajarannya   menggunakan   pendekatan   tematik  terpadu.
Penyajian pembelajaran untuk kelas 4 memiliki alokasi waktu kumulatif 36 JP per   minggu.    Namun   demikian  penjadwalan   tidak   terbagi   secara   kaku
melainkan diatur secara luwes.
5. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik   Terpadu    melalui beberapa tahapan  yaitu pertama
guru   harus   mengacu   pada  tema  sebagai   pemersatu   berbagai  muatan pelajaran  untuk   satu   tahun.
Kedua  guru   melakukan   analisis  Standar Kompetensi   Lulusan,   Kompetensi  Inti,  Kompetensi  Dasar   dan   membuat
indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi. Ketiga
membuat   hubungan  pemetaan  antara   kompetensi   dasar  dan  indikator dengan tema.
Keempat  membuat jaringan  KD,  indikator.  Kelima   menyusun silabus  tematik  dan
keenam  membuat   rencana   pelaksanaan   pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini. a. MemilihMenetapkan  Tema
Di bawah ini adalah  tema-tema yang telah disiapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013.
Tabel 1. Tema-Tema di Sekolah Dasar KELAS I
KELAS IV 1.
Diriku 2.
Kegemaranku 3.
Kegiatanku 4.
Keluargaku 5.
Pengalamanku 6.
Lingkungan Bersih dan Sehat
7. Benda, Binatan
dan Tanaman di Sekitar 8.
Peristiwa alam
1. Indahnya
Kebersamaan
2. Selalu
Berhemat Energi
3. Peduli
Makhluk Hidup
4. Berbagai
Pekerjaan.
5. Menghargai
Jasa Pahlawan
26
6. Indahnya
Negeriku
7. Cita-citaku
8. Daerah
Tempat Tinggalku
9. Makanan
Sehat dan Bergizi KELAS II
KELAS V 1.
Hidup Rukun 2.
Bermain di Lingkunganku 3.
Tugasku Sehari-hari 4.
Aku dan Sekolahku 5.
Hidup Bersih dan Sehat 6.
Air, Bumi, dan Matahari 7.
Merawat Hewan dan Tumbuhan 8.
Keselamatan di Rumah dan Perjalanan
1. Benda-benda di Lingkungan Sekitarku
2. Peristiwa dalam Kehidupan
3. Kerukunan dalam bermasyarakat
4. Sehat itu Penting
5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia
6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan
7. Sejarah Peradaban Indonesia
8. Ekosistem
9. Akrab dengan Lingkungan
b. Melakukan Analisis SKL, KI,  Kompetensi Dasar dan  Membuat  Indikator Analisis   Kurikulum   SKL,   KI  dan   KD   serta   membuat   indikator   dilakukan
dengan   cara   membaca   semua   Standar   Kompetensi  Lulusan,   Kompetensi Inti,   serta  Kompetensi   Dasar   dari   semua   muatan  pelajaran.   Setelah
memiliki   sejumlah  tema   untuk   satu   tahun,   barulah   dapat   dilanjutkan dengan   menganalisis   Standar   Kompetensi  Lulusan  dan   Kompetensi  Inti
serta Kompetensi  Dasar SKL, KI  dan KD yang ada dari berbagai muatan pelajaran   Bahasa   Indonesia,   IPA,   IPS,  PPKn,   Matematika,  SBdP,  dan
Penjasorkes.  Masing-masing   Kompetensi   Dasar  setiap   muatan   pelajaran dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.
c. Membuat Hubungan Pemetaan antara  Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema
Kompetensi  Dasar  dari   semua  muatan   pelajaran   telah   disediakan   dalam Kurikulum 2013. Demikian juga sejumlah tema untuk proses pembelajaran
selama satu tahun untuk Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 telah disediakan. Namun   demikian   guru   masih   perlu   membuat   indikator   dan   melakukan
pemetaan   Kompetensi   Dasar   dan  indikator   tersebut   berdasarkan  tema yang   tersedia.   Hasil   pemetaan   dimasukkan   ke   dalam   format   pemetaan
agar   lebih   mudah   proses   penyajian   pembelajaran.   Indikator   mana   saja yang dapat disajikan secara terpadu diberikan tanda cek √.
d. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar Kegiatan   berikutnya   adalah   membuat   Jaringan   KD   dan  indikator   dengan
cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format Jaringan KD dan indikator.
e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu Setelah   dibuat     Jaringan   KD   dan   Indikator,   langkah   selanjutnya   adalah
menyusun  silabus tematik untuk lebih memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap tema sampai tuntas tersajikan di dalam
proses   pembelajaran.   Silabus  tematik   memberikan   gambaran   secara menyeluruh  tema   yang   telah   dipilih   akan   disajikan   berapa   minggu   dan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam penyajian tema tersebut.
27
Silabus  tematik  terpadu   memuat   komponen   sebagaimana   panduan   dari Standar Proses yang meliputi 1 Kompetensi Dasar mana saja yang sudah
terpilih dari Jaringan KD, 2 Indikator dibuat oleh guru, juga diturunkan dari   Jaringan   3   Kegiatan   Pembelajaran   yang   memuat   perencanaan
penyajian   untuk   berapa   minggu  tema   tersebut   akan   dibelajarkan,   4 Penilaian proses dan hasil belajar diwajibkan memuat penilaian dari aspek
sikap,   keterampilan   dan   pegetahuan   selama     proses   pembelajaran berlangsung 5 Alokasi   waktu ditulis secara utuh kumulatif satu minggu
berapa jam pertemuan misalnya 36 JP x 35 menit x 4 minggu;  6 Sumber dan Media.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Tematik Terpadu Langkah   terakhir   dari   sebuah   perencanaan   adalah   dengan   menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu.  Dalam RPP Tematik Terpadu   ini   diharapkan   dapat   tergambar   proses   penyajian   secara   utuh
dengan   memuat  berbagai   konsep   mata  pelajaran   yang  disatukan   dalam tema.   Di   dalam   RPP   Tematik   Terpadu   ini   peserta   didik   diajak   belajar
memahami   konsep   kehidupan   secara   utuh.   Penulisan   identitas   tidak mengemukakan mata pelajaran, melainkan langsung ditulis tema apa yang
akan   dibelajarkan.   Untuk   lebih   jelasnya   akan   dibahas   pada   submateri pelatihan 4.2 Penyusunan RPP
B. PENDEKATAN SAINTIFIK 1. Esensi Pendekatan Saintifik Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum   2013   mengamanatkan   esensi   pendekatan   saintifik   dalam
pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif
inductive reasoning  dibandingkan dengan penalaran deduktif
deductive reasoning. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan
yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik   untuk   kemudian   menarik   simpulan   secara   keseluruhan.   Sejatinya,
penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau
gejala,   memperoleh   pengetahuan   baru,   atau   mengoreksi   dan   memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk   dapat   disebut   ilmiah,   metode   pencarian
method   of   inquiry   harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat   serangkaian   aktivitas   pengumpulan   data   melalui   observasi   atau
ekperimen,   mengolah   informasi   atau   data,   menganalisis,   kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Menurut   Permendikbud  Nomor  81   A  Tahun   2013   lampiran   IV,  proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
28
b. menanya; c. mengumpulkan informasieksperimen;
d. mengasosiasikanmengolah informasi; dan e. mengkomunikasikan.
Kelima   pembelajaran   pokok   tersebut   dapat   dirinci   dalam   berbagai   kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel  2: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
Langkah Pembelajaran
Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak,
melihat tanpa atau dengan alat Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik Mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat
Mengumpulkan informasi
eksperimen - melakukan eksperimen
- membaca sumber lain selain buku teks
- mengamati objek kejadian - aktivitas
- wawancara dengan narasumber Mengembangkan sikap
teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasika n
mengolah informasi
- mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen mau
pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi.
- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki Mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur
dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan .
29
Langkah Pembelajaran
Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Dikembangkan
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Mengkomunikasi kan
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
30
LK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Langkah Kegiatan :
1. Amatilah video pembelajaran yang ditayangkan fasilitator. 2. Tuliskanlah aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran tersebut.
3. Identifikasilah pendekatan saintifik yang tampak pada aktivitas pembelajaran dan tuliskan di kolom kegiatan.
Tema :
Subtema :
Pembelajaran ke- :
Tahapan Pembelajaran Kegiatan
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasieksperimen
Mengasosiasikanmengol ah informasi
Mengkomunikasikan
31
LK- 1.3
C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 1.
Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based
Learning a. KonsepDefinisi
Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning=PjBL  adalah  model
pembelajaran   yang   menggunakan   proyekkegiatan   sebagai   media.   Peserta didik   melakukan   eksplorasi,   penilaian,   interpretasi,   sintesis,   dan   informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan   baru   berdasarkan   pengalamannya   dalam   beraktivitas   secara
nyata.   Pembelajaran   Berbasis   Proyek  dirancang   untuk   digunakan   pada permasalahan   komplek   yang   diperlukan  peserta   didik  dalam   melakukan
insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL,  proses  inquiry  dimulai   dengan   memunculkan   pertanyaan penuntun
a guiding question dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek   kolaboratif   yang   mengintegrasikan   berbagai  subjek   materi   dalam
kurikulum.   Pada   saat   pertanyaan   terjawab,   secara   langsung   peserta   didik dapat   melihat   berbagai   elemen  utama  sekaligus   berbagai   prinsip   dalam
sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam
tentang   sebuah   topik   dunia   nyata,   hal   ini   akan   berharga   bagi   atensi   dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda,   maka   Pembelajaran   Berbasis   Proyek  memberikan   kesempatan
kepada   para   peserta   didik   untuk   menggali   konten   materi   dengan menggunakan   berbagai   cara   yang   bermakna   bagi   dirinya,   dan   melakukan
eksperimen   secara   kolaboratif.   Pembelajaran   Berbasis   Proyek  merupakan investigasi   mendalam   tentang   sebuah   topik   dunia   nyata,   hal   ini   akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini.
1 peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; 2 adanya   permasalahan   atau   tantangan   yang   diajukan   kepada   peserta
didik; 3 peserta   didik   mendesain   proses   untuk   menentukan   solusi   atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan; 4 peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; 5 proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6 peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
7 produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan 8 situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran   guru   dalam Pembelajaran   Berbasis   Proyek
sebaiknya   sebagai fasilitator, pelatih,
penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa   hambatan   dalam   implementasi   metode   Pembelajaran   Berbasis Proyek  antara lain berikut ini.
1 Pembelajaran   Berbasis   Proyek   memerlukan   banyak   waktu   yang   harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
32
2 Banyak   orang   tua   peserta   didik   yang   merasa   dirugikan,   karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
3 Banyak   guru   merasa   nyaman   dengan   kelas   tradisional,   dimana   guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit,
terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi. 4 Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah. Untuk   itu   disarankan   menggunakan   team   teaching   dalam   proses
pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton,   beberapa   contoh   perubahan
lay-out  ruang   kelas,   seperti: traditional class teori, discussion group pembuatan konsep dan pembagian
tugas   kelompok, lab   tables  saat   mengerjakan   tugas   mandiri,  circle
presentasi. Atau buatlah suasana belajar bebas dan menyenangkan.
b. Fakta Empirik Keberhasilan Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dijelaskan sebagai berikut. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1 Meningkatkan   motivasi   belajar   peserta   didik   untuk   belajar,   mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 3 Membuat   peserta   didik   menjadi   lebih   aktif   dan   berhasil   memecahkan
problem-problem yang kompleks. 4 Meningkatkan kolaborasi.
5 Mendorong   peserta   didik   untuk   mengembangkan   dan   mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6 Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber. 7 Memberikan   pengalaman   kepada   peserta   didik   pembelajaran   dan   praktik
dalam   mengorganisasi   proyek,   dan   membuat   alokasi   waktu   dan   sumber- sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8 Menyediakan   pengalaman   belajar   yang   melibatkan   peserta   didik   secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9 Melibatkan   para   peserta   didik   untuk   belajar   mengambil   informasi   dan menunjukkan   pengetahuan   yang   dimiliki,   kemudian   diimplementasikan
dengan dunia nyata. 10
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek 1 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2 Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 3 Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana guru
memegang peran utama di kelas. 4 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6 Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 7 Ketika   topik   yang   diberikan   kepada   masing-masing   kelompok   berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
33
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi   masalah,   membatasi   waktu   peserta   didik   dalam   menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat
di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak   membutuhkan   banyak   waktu   dan   biaya,  menciptakan   suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan   seperti   kolaborasi   dan   refleksi.   Menurut   studi   penelitian,
Pembelajaran   Berbasis   Proyek   membantu   siswa   untuk   meningkatkan keterampilan sosial mereka,  sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih
sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka
sering   mendapatkan   lebih   banyak   terlibat   dalam   subjek   dan   kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya.
c. Langkah-langkah Operasional Langkah   langkah   pelaksanaan   Pembelajaran   Berbasis   Proyek   dapat
dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.
Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek Penjelasan   Langkah-langkah  Pembelajaran   Berbasis   Proyek   sebagai
berikut. 1 Penentuan Pertanyaan Mendasar
Start With the Essential Question Pembelajaran dimulai dengan  pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.   Mengambil   topik   yang   sesuai   dengan   realitas   dunia   nyata
dan   dimulai   dengan   sebuah   investigasi   mendalam.   Guru   berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2 Mendesain Perencanaan Proyek Design a Plan for the Project Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik.   Dengan  demikian   peserta   didik   diharapkan   akan   merasa
34
1 PENENTUAN
PERTANYAAN MENDASAR
2 MENYUSUN
PERECANAAN PROYEK
3 MENYUSUN
JADWAL
4 MONITORING
5 MENGUJI HASIL
6 EVALUASI
PENGALAMAN
“memiliki”   atas   proyek   tersebut.   Perencanaan   berisi   tentang   aturan main,   pemilihan   aktivitas   yang   dapat   mendukung   dalam   menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta  mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
3 Menyusun Jadwal Create a Schedule
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 1
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, 2 membuat deadline penyelesaian proyek, 3 membawa peserta didik agar merencanakan
cara   yang   baru,   4   membimbing   peserta   didik   ketika   mereka membuat   cara   yang   tidak   berhubungan   dengan   proyek,   dan   5
meminta   peserta   didik   untuk   membuat   penjelasan   alasan   tentang pemilihan suatu cara.
4 Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek  Monitor the Students and the Progress of the Project
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta   didik   selama   menyelesaikan   proyek.   Monitoring   dilakukan
dengan   cara   menfasilitasi   peserta   didik   pada   setiap   roses.   Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar   mempermudah   proses   monitoring,   dibuat   sebuah   rubrik   yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang  penting.
5 Menguji Hasil Assess the Outcome
Penilaian   dilakukan   untuk   membantu   guru   dalam   mengukur ketercapaian   standar,   berperan   dalam   mengevaluasi   kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6 Mengevaluasi Pengalaman Evaluate the Experience Pada   akhir   proses   pembelajaran,   pengajar   dan   peserta   didik
melakukan   refleksi   terhadap   aktivitas   dan   hasil   proyek   yang   sudah dijalankan.   Proses   refleksi   dilakukan   baik   secara   individu   maupun
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan   dan   pengalamannya   selama   menyelesaikan   proyek.   Guru
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja   selama   proses   pembelajaran,   sehingga   pada   akhirnya
ditemukan   suatu   temuan   baru
new   inquiry   untuk   menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
d. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek Penilaian   pembelajaran   dengan   model  Pembelajaran   Berbasis   Proyek  harus
diakukan   secara   menyeluruh   terhadap   sikap,   pengetahuan   dan   keterampilan yang   diperoleh   siswa   dalam   melaksanakan   pembelajaran   berbasis   proyek.
Penilaian  Pembelajaran   Berbasis   Proyek  dapat   menggunakan   teknik   penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan   yaitu   penilaian   proyek   atau   penilaian   produk.   Penilaian   tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1 Penilaian Proyek a
Pengertian 35
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periodewaktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu   investigasi   sejak   dari   perencanaan,   pengumpulan   data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan   penyelidikan   dan   kemampuan   menginformasikan   peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu: 1 Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2 Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. 3 Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan   mempertimbangkan   kontribusi   guru   berupa   petunjuk   dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
b Teknik Penilaian Proyek
Penilaian   proyek   dilakukan   mulai   dari   perencanaan,   proses   pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian   juga   dapat   disajikan   dalam   bentuk   poster.   Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alatinstrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian. Penilaian   Proyek   dilakukan   mulai   dari   perencanaan,   proses   pengerjaan
sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan   yang   perlu   dinilai.   Pelaksanaan   penilaian   dapat   juga
menggunakan
rating scale dan checklist.
2 Penilaian Produk a
Pengertian Penilaian   produk   adalah   penilaian   terhadap   proses   pembuatan   dan
kualitas   suatu   produk.   Penilaian   produk   meliputi   penilaian   kemampuan peserta   didik   membuat   produk-produk   teknologi   dan   seni,   seperti:
makanan,   pakaian,   hasil   karya   seni   patung,   lukisan,   gambar,   barang- barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan   produk   meliputi   3   tiga   tahap   dan   setiap   tahap   perlu diadakan penilaian yaitu:
1 Tahap   persiapan,   meliputi:   penilaian   kemampuan   peserta   didik   dan
merencanakan,   menggali,   dan   mengembangkan   gagasan,   dan mendesain produk.
2 Tahap   pembuatan   produk   proses,   meliputi:   penilaian   kemampuan peserta   didik   dalam   menyeleksi   dan   menggunakan   bahan,   alat,   dan
teknik. 3 Tahap   penilaian   produk   appraisal,   meliputi:   penilaian   produk   yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b Teknik Penilaian Produk
36
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. 1 Cara   holistik,   yaitu   berdasarkan   kesan   keseluruhan   dari   produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal. 2 Cara   analitik,   yaitu   berdasarkan   aspek-aspek   produk,   biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning
a. KonsepDefinisi 1 Pembelajaran   berbasis   masalah   merupakan   sebuah   pendekatan
pembelajaran   yang  menyajikan   masalah   kontekstual   sehingga  merangsang peserta   didik   untuk   belajar.   Dalam   kelas   yang   menerapkan   pembelajaran
berbasis   masalah,   peserta   didik   bekerja   dalam   tim   untuk   memecahkan masalah dunia nyata
real world. 2 Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Model  pembelajaran   berbasis   masalah   dilakukan   dengan   adanya  pemberian rangsangan   berupa   masalah-masalah   yang   kemudian   dilakukan   pemecahan
masalah   oleh   peserta   didik   yang   diharapkan   dapat   menambah   keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Berikut   ini   lima   strategi  dalam  menggunakan   model   pembelajaran   berbasis masalah PBL.
1 Permasalahan sebagai kajian. 2 Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3 Permasalahan sebagai contoh. 4 Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5 Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik. Peran guru,  peserta didik  dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah
dapat digambarkan berikut ini.
Guru sebagai Pelatih Peserta Didik
sebagai Problem
Solver Masalah sebagai
Awal Tantangan dan Motivasi
o Asking about thinking bertanya tentang
pemikiran. o Memonitor pembelajaran.
o Probbing  menantang peserta didik untuk
berpikir . o Menjaga agar peserta
didik terlibat. o Mengatur dinamika
kelompok. o Menjaga berlangsungnya
proses. o Peserta yang
aktif. o Terlibat langsung
dalam pembelajaran.
o Membangun pembelajaran.
o Menarik untuk dipecahkan.
o Menyediakan kebutuhan yang
ada hubungannya
dengan pelajaran yang
dipelajari.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
37
1 Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2 Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta
didik ke diri dan kelompoknya. 3 Realisme:   kegiatan   peserta   didik   difokuskan   pada   pekerjaan   yang   serupa
dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
4 Active-learning  :   menumbuhkan   isu   yang   berujung   pada   pertanyaan   dan
keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
5 Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan   umpan   balik   yang   berharga.   Ini   mendorong   kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman. 6 Keterampilan   Umum:   PBL   dikembangkan   tidak   hanya   pada   keterampilan
pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan  masalah,  kerja kelompok,
dan self-management.
7 Driving Questions: PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang
memicu   peserta  didik   untuk   berbuat  menyelesaikan   permasalahan   dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8 Constructive   Investigations:   sebagai   titik   pusat,   proyek   harus   disesuaikan
dengan pengetahuan para peserta didik. 9
Autonomy: proyek menjadikan aktivitas peserta didik sangat penting.
b. Fakta   Empirik   Keberhasilan   Pendekatan   dalam   Proses   dan   Hasil Pembelajaran