7
MATERI PELATIHAN 1 KONSEP KURIKULUM 2013
1.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM
1.2 SKL, KI, KD,DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
1.3 KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN SAINTIFIK, MODEL-
MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013
1.1 RASIONAL PENGEMBANGAN DAN ELEMEN PERUBAHAN
KURIKULUM 2013
A. Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: 1 manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2 manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3 warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
1. Tantangan Internal a. Pemenuhan 8 delapan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar
Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian,
dan Standar Kompetensi Lulusan.
b. Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki
kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan
keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.
2. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta
berbagai fenomena negatif yang mengemuka. a. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi
informasi. b. Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi,
kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan
toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.
c. Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.
d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.
8 HO-1.1
e. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian.
3. Penyempurnaan Pola Pikir Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat
terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.
a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. b. Dari satu arah menuju interaktif.
c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.
e. Dari mayaabstrak menuju konteks dunia nyata. f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.
g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.
i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia. j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.
k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
m.Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.
o. Dari pemikiran faktual menuju kritis. p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan Standar Kompetensi
Lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya
yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi
disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-
tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.
5. Pendalaman dan Perluasan Materi Hasil studi internasional untuk
reading dan literacy PIRLS yang ditujukan untuk kelas IV SD juga menunjukkan hasil bahwa lebih dari 95 peserta didik
Indonesia di SD kelas IV hanya mampu mencapai level menengah, sementara lebih dari 50 siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan
advance. Hasil analisis lebih jauh untuk studi PIRLS menunjukkan bahwa soal-soal yang
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
- low mengukur kemampuan sampai level knowing
- intermediate mengukur kemampuan sampai level applying
- high mengukur kemampuan sampai level reasoning
- advance mengukur kemampuan sampai level reasoning with incomplete
information. Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan
mengevaluasi ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum
9
dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi peserta didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional.
C. Karakteristik Kurikulum 2013
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini. 1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti KI kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar KD mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti KI merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan kognitif dan
psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar KD merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SDMI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMPMTS, SMAMA, SMKMAK. 4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual kemampuan kognitif tinggi.
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris organizing elements
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat
reinforced dan memperkaya enriched antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan organisasi horizontal dan vertikal.
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema SDMI atau satu kelas dan satu mata pelajaran SMPMTS, SMAMA, SMKMAK.
Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.
D.Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intrakurikuler dan pembelajaran ekstrakurikuler.
1. Pembelajaran intrakurikuler didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini.
a. Proses pembelajaran intrakurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan
di kelas, sekolah, dan masyarakat. b. Proses pembelajaran di SDMI berdasarkan tema sedangkan di SMPMTS,
SMAMA, dan SMKMAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru.
c. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang
memuaskan excepted.
10
d. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi yaitu pengetahuan yang merupakan konten yang bersifat
mastery dan diajarkan secara langsung direct teaching, keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah konten yang bersifat
developmental yang dapat dilatih
trainable dan diajarkan secara langsung direct teaching, sedangkan sikap adalah konten developmental dan dikembangkan melalui
proses pendidikan yang tidak langsung indirect teaching.
e. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental
dilaksanakan berkesinambungan antara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya dan saling memperkuat antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya.
f. Proses pembelajaran tidak langsung indirect terjadi pada setiap kegiatan
belajar yang terjadi di kelas, sekolah, rumah dan masyarakat. Proses pembelajaran tidak langsung bukan kurikulum tersembunyi
hidden curriculum karena sikap yang dikembangkan dalam proses pembelajaran
tidak langsung harus tercantum dalam silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang dibuat guru.
g. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan mengamati melihat, membaca, mendengar, menyimak,
menanya lisan, tulis, menganalis menghubungkan, menentukan keterkaitan, membangun ceritakonsep, mengkomunikasi-kan lisan, tulis,
gambar, grafik, tabel, chart, dan lain-lain.
h. Pembelajaran remedial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang masih kurang. Pembelajaran remedial
dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kelemahan yang ditemukan berdasarkan analisis hasil tes, ulangan, dan tugas setiap peserta didik.
Pembelajaran remedial dirancang untuk individu, kelompok atau kelas sesuai dengan hasil analisis jawaban peserta didik.
i. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk
memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan. 2. Pembelajaran ekstrakurikuler.
Pembelajaran ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal
secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kegiatan
ekstrakurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intrakurikuler.
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini. 1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena
mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai
dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah
11
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.
4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar
dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik mastery learning sesuai
dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi. 5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. 6. Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif
dalam belajar.
7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.
8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. 9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 10.
Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan
daerah.
11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki
pencapaian kompetensi. Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok
peserta didik. Kekurangan tersebut harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau
sekelompok peserta didik.
F. Struktur Kurikulum SDMI
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi kontenmata pelajaran dalam kurikulum, distribusi
kontenmata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum
adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban
belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester. Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar
selama satu semester. Beban belajar di SDMI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap
minggu. Jam belajar SDMI adalah 35 menit. Struktur Kurikulum SDMI adalah sebagai berikut.
MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU
BELAJAR
12
PER MINGGU I
II III I V
V V I
Kelompok A
1 .
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4
4 4
4 4
4 2
. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
5 5
6 5
5 5
3 .
Bahasa Indonesia 8
9 1
7 7
7 4
. Matematika
5 6
6 6
6 6
5 .
Ilmu Pengetahuan Alam -
- -
3 3
3 6
. Ilmu Pengetahuan Sosial
- -
- 3
3 3
Kelompok B 1
. Seni Budaya dan Prakarya
4 4
4 4
4 4
2 .
Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
4 4
4 4
4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30
3 2
3 4
3 6
3 6
3 6
Keterangan: Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.
Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku
untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema
yang ada untuk kelas IV, V dan VI. Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi
Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta
didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
G.Elemen-elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen-elemen perubahan kurikulum 2013 mencakup Standar Kompetensi Lulusan SKL, Standar Isi SI, Standar Proses, dan Standar Penilaian.
1. Perubahan Kurikulum 2013 pada Kompetensi Lulusan adalah: konstruksi holistik, didukung oleh semua materi atau mapel, terintegrasi secara vertikal
maupun horizontal. 2. Perubahan Kurikulum 2013 pada materi pembelajaran dikembangkan
berbasis kompetensi sehingga memenuhi aspek kesesuaian dan kecukupan,
13
= Pembelajaran Tematik Terpadu
kemudian mengakomodasi konten lokal, nasional, dan internasional antara lain TIMMS, PISA, PIRLS.
3. Perubahan Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran mencakup: a berorientasi pada karakteristik kompetensi yang mencakup: 1 sikap
Krathwohl: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan, 2 keterampilan Dyers: mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyajikan, dan mencipta, dan 3 pengetahuan Bloom Anderson: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta; b menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik kompetensi sesuai jenjang. Untuk SD: tematik terpadu; untuk
SMP: tematik terpadu untuk IPA dan IPS, serta mapel; untuk SMA: tematik dan Mapel; c mengutamakan
Discovery Learning dan Project Based Learning. 4. Perubahan Kurikulum 2013 pada penilaian mencakup penilaian berbasis tes
dan nontes portofolio, menilai proses dan output dengan menggunakan authentic assesment, rapor memuat penilaian kuantitatif tentang
pengetahuan dan deskripsi kualitatif tentang sikap dan keterampilan. Selanjutnya dalam Kurikulum 2013 terdapat elemen utama perbaikan kurikulum
2013 seperti terlihat dalam gambar di bawah ini.
Gambar 1: Elemen Utama Perbaikan Kurikulum 2013 Selanjutnya Kurikulum 2013 mengusung adanya keseimbangan antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills
seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
14
Gambar 2: Elemen Perubahan Berdasarkan gambar 2 di atas, elemen perubahan jenjang SD, SMP, SMA, SMK
dalam kompetensi lulusan adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft
skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Elemen perubahan kedudukan mata pelajaran isi adalah
kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Elemen pendekatan isi kompetensi
yang dikembangkan di SD adalah tematik terpadu dalam semua mata pelajaran dengan pendekatan saintifik, di SMP tematik terpadu pada IPA dan IPS, dan
mapel, di SMA mapel, di SMK vokasional. Adanya keseimbangan
soft skills dan hard skills tersebut dapat terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3: Keseimbangan antara Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan untuk Membangun
Soft Skills dan Hard Skills Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa salah satu karakteristik
Kurikulum 2013 adanya keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan untuk membangun
soft skills dan hard skills peserta didik dari
15
mulai jenjang SD, SMP, SMA SMK, dan PT seperti yang diungkapkan Marzano 1985 dan Bruner 1960. Pada jenjang SD ranah
attitude harus lebih banyak atau lebih dominan dikenalkan, diajarkan dan atau dicontohkan pada anak,
kemudian diikuti ranah skill, dan ranah knowledge lebih sedikit diajarkan pada
anak. Hal ini berbanding terbalik dengan membangun soft skills dan hard skills
pada jenjang PT. Di PT ranah knowledge lebih dominan diajarkan dibandingkan
ranah skills dan attitude.
Gambar 4: Rumusan Proses dalam Kurikulum 2013 Berdasarkan gambar 4, terdapat perluasan dan pendalaman taksonomi dalam
proses pencapaian kompetensi. Dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan PT memadukan lintasan taksonomi sikap
attitude dari Krathwohl, keterampilan
skill dari Dyers, dan Pengetahuan knowledge dari Bloom dengan revisi oleh Anderson.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kreativitas dapat dipelajari dan dapat diterapkan dimana saja, sehingga pendidikan harus diarahkan pada penguatan
keterampilan kreatif. Terdapat beberapa perkembangan pemahaman tentang kreativitas. Pemahaman lama terhadap istilah kreatif hanya berlaku untuk dunia
seni, kini berkembang untuk bidang yang lain termasuk pendidikan. Menurut Dyers, 23 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan,
13 sisanya berasal dari genetik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kreativitas terbentuk bukan hanya karena bakat namun dapat dipelajari.
Terdapat beberapa hukum dalam kreativitas, yakni 1 kreativitas itu menular Einstein Law, 2 kretivitas itu benda gas Nathan Law, 3 kreativitas hanya
dibatasi oleh ambisi dan imajinasi, 4 berlaku hukum universal pengetahuan Wiener. Pada kreativitas juga tidak berlaku hukum kekekalan massa, tidak
berlaku hukum kekekalan energi, tidak berlaku hukum beda potensial. Hukum tersebut menjelaskan bahwa kreativitas merupakan sesuatu aktivitas yang bisa
dipelajari bersama. Kegiatan yang dilakukan secara kolaboratif akan menularkan kreativitas dalam kelompoknya. Pada pelaksanaan pembelajaran guru juga perlu
menyediakan “ruang” pada anak untuk mengembangkan kreativitasnya seluas mungkin karena kreativitas memiliki hukum layaknya gas yang menempati
ruangnya. Untuk itu aktivitas pembelajaran hendaknya dirancang agar peserta didik bisa bebas mengeksplorasi ide-ide dan kemampuannya dalam mengerjakan
tugas. Tampunglah semua ide-ide tersebut, kemudian diskusikan bersama untuk
16
menetapkan ide mana yang bisa diwujudkan. Dengan demikian peserta didik akan terbiasa untuk menggali potensi dan kreativitasnya dalam proses belajar.
Gambar 5: Ruang Lingkup Keterpaduan dan Prosesnya Berdasarkan gambar 5 menjelaskan ruang lingkup keterpaduan dan prosesnya
yang mencakup: a keterpaduan dalam mapel integrasi vertikal bersifat intradisipliner, b keterpaduan antarmapel integrasi horizontal yang bersifat
multidisipliner dan interdisipliner, dan c keterpaduan luar mapel transdisipliner yang bersifat berbasis konteks melalui observasi.
Langkah penguatan terjadi pada proses pembelajaran dan proses penilaian. Penguatan pada proses pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a
menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan karakteristik
siswa, b menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran, c menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan
diberitahu
discovery learning, dan d menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis,
dan kreatif. Penguatan pada penilaian pembelajaran karakteristik penguatannya mencakup: a mengukur tingkat berpikir mulai dari rendah sampai tinggi, b
menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam bukan sekedar hafalan, c mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja siswa,
dan d menggunakan portofolio pembelajaran siswa.
Critical point implementasi Kurikulum 2013 dapat dilihat dari: a perancangan RPP, b pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP, c supervisi pendampingan, dan
d budaya mutu sekolah. a. Perancangan RPP mencakup: Kompetensi Dasar, indikator, dan tujuan
pembelajaran, mengalir secara logis ke materi ajar, rancangan proses dan aktivitas belajar, sumber dan media, outputproduk siswa, dan penilaian.
b. Pelaksanaan pembelajaran sesuai RPP mencakup: instrumen pengendalian, dan indeks kesesuaian RPP dengan pelaksanaan.
c. Supervisi pendampingan mencakup: pedoman pelaksanaan supervisi, pelaksanaan, eksekusi rekomendasi supervisi, dan sistem pelaporan perbaikan
pasca supervisi.
17
d. Budaya mutu sekolah mencakup: standar mutu, kepemimpinan, atmosfir sekolah, ketaatan terhadap standar, dan proses pembudayaan penguatan
dan penghargaan.
18
1.2 SKL, KI, KD DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SKL Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 delapan Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
1. Cakupan Kompetensi Lulusan Penetapan pendekatan kompetensi lulusan didahului dengan mengidentifikasi apa
yang hendak dibentuk, dibangun, dan diberdayakan dalam diri peserta didik sebagai jaminan yang akan mereka capai setelah menyelesaikan pendidikannya
pada satuan pendidikan tertentu. Pendekatan kompetensi lulusan menekankan pada kemampuan holistik yang harus dimiliki setiap peserta didik. Hal itu akan
membawa implikasi terhadap apa yang seharusnya dipelajari oleh setiap individu peserta didik, bagaimana cara mengajarkan, dan kapan diajarkannya. Cakupan
kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan elemen-elemen yang harus dicapai dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 1: Kompetensi Lulusan Berdasarkan Elemen-Elemen yang Harus Dicapai
DOMAIN Elemen
SD SMP
SMA-SMK
SIKAP Proses
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan
Individu beriman, berakhlak mulia jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, rasa ingin tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal
Sosial toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
musyawarah Alam
pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik, dan cinta perdamaian
PENGETAHUAN Proses
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis + Mengevaluasi
Objek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
KETERAMPILAN Proses
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji + Menalar + Mencipta
Abstrak membaca, menulis, menghitung, menggambar,
mengarang Konkret
menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, membuat, mencipta
19 HO-1.2
Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan secara holistik dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2: Kompetensi Lulusan Secara Holistik
DOMAIN SD
SMP SMA-SMK
SIKAP Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati
+ Mengamalkan pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta
dunia dan peradabannya
PENGETAHUAN Mengetahui + Memahami + Menerapkan +
Menganalisis + Mengevaluasi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
KETERAMPILAN Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah +
Menyaji + Menalar + Mencipta pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret Dari tabel di atas, cakupan kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan
sebagai berikut: a. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
b. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
c. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengamati;
menanya; mencoba dan mengolah; menalar; mencipta; menyajikan dan mengkomunikasikan
Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan mempertimbangkan gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai
berikut: a.
perkembangan psikologis anak, b.
lingkup dan kedalaman materi, c.
kesinambungan, dan d.
fungsi satuan pendidikan.
20
2. Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Kompetensi lulusan satuan pendidikan SDMISDLBPaket A
Lulusan SDMISDLBPaket A adalah manusia yang memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sebagai berikut:
Tabel 3: Kompetensi Lulusan SDMISDLBPAKET A DIMENSI
KOMPETENSI LULUSAN SIKAP
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah,
dan tempat bermain.
PENGETAHUAN
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KETERAMPILAN Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
B. KOMPETENSI INTI Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan Kompetensi inti menggunakan notasi berikut ini. 1. Kompetensi Inti-1 KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial. 3. Kompetensi Inti-3 KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 KI-4 untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah Kelas IV adalah sebagai berikut.
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual denagn cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
C. KOMPETENSI DASAR Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Rumusan
Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar
dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut:
21
1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1;
2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2;
3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasasr pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3;
4. Kelompok 4: kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Penjabaran lengkap mengenai kompetensi dasar per jenjang kelas dan per mata
pelajaran dapat dilihat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah.
D. STRATEGI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 1. Pengembangan Kurikulum 2013 pada Satuan Pendidikan
Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan atas prinsip berikut ini. a. Sekolah adalah satu kesatuan lembaga pendidikan dan kurikulum adalah
kurikulum satuan pendidikan, bukan daftar mata pelajaran. b. Guru di satu satuan pendidikan adalah satu satuan pendidik
community of educators, mengembangkan kurikulum secara bersama-sama.
c. Pengembangan kurikulum di jenjang satuan pendidikan langsung dipimpin kepala sekolah.
d. Pelaksanaan implementasi kurikulum di satuan pendidikan dievaluasi oleh kepala sekolah.
2. Manajemen Implementasi a. Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah daerah kabupatenkota. b. Pemerintah bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum. c. Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional. d. Pemerintah provinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait. e. Pemerintah kabupatenkota bertanggung jawab dalam memberikan
bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupatenkota terkait.
3. Evaluasi Kurikulum Evaluasi Kurikulum dilaksanakan selama masa pengembangan ide
deliberation process, pengembangan desain dan dokumen kurikulum, dan selama masa implementasi kurikulum. Evaluasi dalam
deliberation process menghasilkan penyempurnaan dalam Kompetensi Inti yang dijadikan
organising element dalam mengikat Kompetensi dasar mata pelajaran. Pelaksanaan evaluasi implementasi kurikulum dilaksanakan sebagai berikut.
a. Sampai tahun pelajaran 2015-2016: untuk memperbaiki
berbagai kesulitan pelaksanaan kurikulum. b.
Sampai tahun pelajaran 2016 secara menyeluruh untuk menentukan efektivitas, kelayakan, kekuatan, dan kelemahan
implementasi kurikulum. Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum implementasi kurikulum
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan
22
kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan
pada satuan pendidikan di wilayah kotakabupaten secara rutin.
23
1.2 PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU, PENDEKATAN SAINTIFIK,
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU Pembelajaran tematik terpadu PTP atau
integrated thematic instruction ITI dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini
sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif highly effective teaching
model karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. PTP
pada awalnya dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta gifted
and talented, anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. PTP ini pun sudah terbukti secara empirik berhasil
memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners untuk
waktu yang panjang. Premis utama PTP adalah bahwa peserta didik memerlukan peluang-peluang
tambahan additional opportunities untuk menggunakan talentanya,
menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis. Pada sisi lain, PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan-
perbedaan kualitatif lingkungan belajar. PTP diharapkan mampu menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
PTP memiliki perbedaan kualitatif
qualitatively different dengan model pembelajaran lain. PTP sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan
berpikir tingkat tinggi higher levels of thinking atau keterampilan berpikir
dengan mengoptimasi kecerdasan ganda multiple thinking skills, sebuah proses
inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Implemementasi PTP menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan
materi pembelajaran di kelas. Karena itu, guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di
kelas. Oleh karena PTP ini bersifat ramah otak, guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat
dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran. Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh
guru. 1.
Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif. 2.
Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.
4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.
5. Bergerak memacu pembelajaran
Movement to Enhance Learning. 6.
Membuka pilihan-pilihan. 7.
Optimasi waktu secara tepat. 8.
Kolaborasi. 9.
Umpan balik segera. 10.
Ketuntasan atau aplikasi.
24 HO: 1.3
1. Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang
tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata kontekstual dan
bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah: a.
mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;
b. mempelajari
pengetahuan dan
mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;
c. memiliki pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d.
mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi peserta didik; e.
lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis
sekaligus mempelajari pelajaran yang lain; f.
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;
g. guru dapat menghemat waktu, karena mata
pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan;
dan h.
budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti
sesuai dengan situasi dan kondisi.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
a. Berpusat pada anak. b. Memberikan pengalaman langsung pada anak.
c. Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas menyatu dalam
satu pemahaman dalam kegiatan. d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses
pembelajaran saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya.
e. Bersifat luwes keterpaduan berbagai muatan pelajaran. f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak melalui penilaian proses dan hasil belajarnya.
3. Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret, mulai menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif,
bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, mulai berpikir secara operasional,
mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda- benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh
25
karena itu, pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajaran dalam satu kesatuan yang berpusat pada tema adalah yang
paling sesuai. Kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang
nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh melalui
pembelajaran tematik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik.
4. Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran dengan memadukan beberapa muatan pelajaran sekaligus. Adapun muatan pelajaran
yang dipadukan adalah muatan pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga
dan Kesehatan. Dalam Kurikulum 2013, tema sudah disiapkan oleh pemerintah dan sudah dikembangkan menjadi subtema dan satuan
pembelajaran. Di dalam Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah
disebutkan bahwa untuk peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas 6 penyajian pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik terpadu.
Penyajian pembelajaran untuk kelas 4 memiliki alokasi waktu kumulatif 36 JP per minggu. Namun demikian penjadwalan tidak terbagi secara kaku
melainkan diatur secara luwes.
5. Tahapan Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu melalui beberapa tahapan yaitu pertama
guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai muatan pelajaran untuk satu tahun.
Kedua guru melakukan analisis Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan membuat
indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi. Ketiga
membuat hubungan pemetaan antara kompetensi dasar dan indikator dengan tema.
Keempat membuat jaringan KD, indikator. Kelima menyusun silabus tematik dan
keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dengan menerapkan pendekatan saintifik.
Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini. a. MemilihMenetapkan Tema
Di bawah ini adalah tema-tema yang telah disiapkan untuk peserta didik Sekolah Dasar kelas I dan IV serta kelas II dan V pada Kurikulum 2013.
Tabel 1. Tema-Tema di Sekolah Dasar KELAS I
KELAS IV 1.
Diriku 2.
Kegemaranku 3.
Kegiatanku 4.
Keluargaku 5.
Pengalamanku 6.
Lingkungan Bersih dan Sehat
7. Benda, Binatan
dan Tanaman di Sekitar 8.
Peristiwa alam
1. Indahnya
Kebersamaan
2. Selalu
Berhemat Energi
3. Peduli
Makhluk Hidup
4. Berbagai
Pekerjaan.
5. Menghargai
Jasa Pahlawan
26
6. Indahnya
Negeriku
7. Cita-citaku
8. Daerah
Tempat Tinggalku
9. Makanan
Sehat dan Bergizi KELAS II
KELAS V 1.
Hidup Rukun 2.
Bermain di Lingkunganku 3.
Tugasku Sehari-hari 4.
Aku dan Sekolahku 5.
Hidup Bersih dan Sehat 6.
Air, Bumi, dan Matahari 7.
Merawat Hewan dan Tumbuhan 8.
Keselamatan di Rumah dan Perjalanan
1. Benda-benda di Lingkungan Sekitarku
2. Peristiwa dalam Kehidupan
3. Kerukunan dalam bermasyarakat
4. Sehat itu Penting
5. Bangga sebagai Bangsa Indonesia
6. Organ Tubuh Manusia dan Hewan
7. Sejarah Peradaban Indonesia
8. Ekosistem
9. Akrab dengan Lingkungan
b. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat Indikator Analisis Kurikulum SKL, KI dan KD serta membuat indikator dilakukan
dengan cara membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, serta Kompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran. Setelah
memiliki sejumlah tema untuk satu tahun, barulah dapat dilanjutkan dengan menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti
serta Kompetensi Dasar SKL, KI dan KD yang ada dari berbagai muatan pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, SBdP, dan
Penjasorkes. Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.
c. Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema
Kompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran telah disediakan dalam Kurikulum 2013. Demikian juga sejumlah tema untuk proses pembelajaran
selama satu tahun untuk Kelas 1 sampai dengan Kelas 6 telah disediakan. Namun demikian guru masih perlu membuat indikator dan melakukan
pemetaan Kompetensi Dasar dan indikator tersebut berdasarkan tema yang tersedia. Hasil pemetaan dimasukkan ke dalam format pemetaan
agar lebih mudah proses penyajian pembelajaran. Indikator mana saja yang dapat disajikan secara terpadu diberikan tanda cek √.
d. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar Kegiatan berikutnya adalah membuat Jaringan KD dan indikator dengan
cara menurunkan hasil cek dari pemetaan ke dalam format Jaringan KD dan indikator.
e. Menyusun Silabus Tematik Terpadu Setelah dibuat Jaringan KD dan Indikator, langkah selanjutnya adalah
menyusun silabus tematik untuk lebih memudahkan guru melihat seluruh desain pembelajaran untuk setiap tema sampai tuntas tersajikan di dalam
proses pembelajaran. Silabus tematik memberikan gambaran secara menyeluruh tema yang telah dipilih akan disajikan berapa minggu dan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam penyajian tema tersebut.
27
Silabus tematik terpadu memuat komponen sebagaimana panduan dari Standar Proses yang meliputi 1 Kompetensi Dasar mana saja yang sudah
terpilih dari Jaringan KD, 2 Indikator dibuat oleh guru, juga diturunkan dari Jaringan 3 Kegiatan Pembelajaran yang memuat perencanaan
penyajian untuk berapa minggu tema tersebut akan dibelajarkan, 4 Penilaian proses dan hasil belajar diwajibkan memuat penilaian dari aspek
sikap, keterampilan dan pegetahuan selama proses pembelajaran berlangsung 5 Alokasi waktu ditulis secara utuh kumulatif satu minggu
berapa jam pertemuan misalnya 36 JP x 35 menit x 4 minggu; 6 Sumber dan Media.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Tematik Terpadu Langkah terakhir dari sebuah perencanaan adalah dengan menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu. Dalam RPP Tematik Terpadu ini diharapkan dapat tergambar proses penyajian secara utuh
dengan memuat berbagai konsep mata pelajaran yang disatukan dalam tema. Di dalam RPP Tematik Terpadu ini peserta didik diajak belajar
memahami konsep kehidupan secara utuh. Penulisan identitas tidak mengemukakan mata pelajaran, melainkan langsung ditulis tema apa yang
akan dibelajarkan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada submateri pelatihan 4.2 Penyusunan RPP
B. PENDEKATAN SAINTIFIK 1. Esensi Pendekatan Saintifik Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam
pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif
inductive reasoning dibandingkan dengan penalaran deduktif
deductive reasoning. Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan
yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya,
penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi ide yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian
spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.
Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian
method of inquiry harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau
ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
28
b. menanya; c. mengumpulkan informasieksperimen;
d. mengasosiasikanmengolah informasi; dan e. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 2: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
Langkah Pembelajaran
Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar, menyimak,
melihat tanpa atau dengan alat Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi
Menanya Mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik Mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat
Mengumpulkan informasi
eksperimen - melakukan eksperimen
- membaca sumber lain selain buku teks
- mengamati objek kejadian - aktivitas
- wawancara dengan narasumber Mengembangkan sikap
teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasika n
mengolah informasi
- mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen mau
pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi.
- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki Mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur
dan kemampuan berpikir induktif serta
deduktif dalam menyimpulkan .
29
Langkah Pembelajaran
Kegiatan Belajar Kompetensi yang
Dikembangkan
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Mengkomunikasi kan
Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
30
LK KEGIATAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Langkah Kegiatan :
1. Amatilah video pembelajaran yang ditayangkan fasilitator. 2. Tuliskanlah aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran tersebut.
3. Identifikasilah pendekatan saintifik yang tampak pada aktivitas pembelajaran dan tuliskan di kolom kegiatan.
Tema :
Subtema :
Pembelajaran ke- :
Tahapan Pembelajaran Kegiatan
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasieksperimen
Mengasosiasikanmengol ah informasi
Mengkomunikasikan
31
LK- 1.3
C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN 1.
Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based
Learning a. KonsepDefinisi
Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning=PjBL adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyekkegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara
nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun
a guiding question dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek materi dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam
sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan
berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini.
1 peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja; 2 adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik; 3 peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan; 4 peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan; 5 proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6 peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
7 produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan 8 situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih,
penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.
1 Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
32
2 Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.
3 Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit,
terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi. 4 Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah. Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses
pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak monoton, beberapa contoh perubahan
lay-out ruang kelas, seperti: traditional class teori, discussion group pembuatan konsep dan pembagian
tugas kelompok, lab tables saat mengerjakan tugas mandiri, circle
presentasi. Atau buatlah suasana belajar bebas dan menyenangkan.
b. Fakta Empirik Keberhasilan Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dijelaskan sebagai berikut. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
1 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
2 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 3 Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks. 4 Meningkatkan kolaborasi.
5 Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6 Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber. 7 Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber- sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8 Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9 Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata. 10
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek 1 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2 Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 3 Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana guru
memegang peran utama di kelas. 4 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6 Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 7 Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
33
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam
menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat
di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian,
Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih
sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari, mereka
sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya.
c. Langkah-langkah Operasional Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat
dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.
Diagram 1. Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek Penjelasan Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai
berikut. 1 Penentuan Pertanyaan Mendasar
Start With the Essential Question Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata
dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2 Mendesain Perencanaan Proyek Design a Plan for the Project Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
34
1 PENENTUAN
PERTANYAAN MENDASAR
2 MENYUSUN
PERECANAAN PROYEK
3 MENYUSUN
JADWAL
4 MONITORING
5 MENGUJI HASIL
6 EVALUASI
PENGALAMAN
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
3 Menyusun Jadwal Create a Schedule
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: 1
membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, 2 membuat deadline penyelesaian proyek, 3 membawa peserta didik agar merencanakan
cara yang baru, 4 membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan 5
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan alasan tentang pemilihan suatu cara.
4 Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek Monitor the Students and the Progress of the Project
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5 Menguji Hasil Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6 Mengevaluasi Pengalaman Evaluate the Experience Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru
new inquiry untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
d. Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek Penilaian pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Proyek harus
diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek.
Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1 Penilaian Proyek a
Pengertian 35
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periodewaktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta
didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu: 1 Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2 Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. 3 Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
b Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alatinstrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian. Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan
sampai dengan akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga
menggunakan
rating scale dan checklist.
2 Penilaian Produk a
Pengertian Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:
makanan, pakaian, hasil karya seni patung, lukisan, gambar, barang- barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 tiga tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
1 Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2 Tahap pembuatan produk proses, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik. 3 Tahap penilaian produk appraisal, meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b Teknik Penilaian Produk
36
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. 1 Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal. 2 Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Problem Based Learning
a. KonsepDefinisi 1 Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata
real world. 2 Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan
masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah PBL.
1 Permasalahan sebagai kajian. 2 Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
3 Permasalahan sebagai contoh. 4 Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5 Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah
dapat digambarkan berikut ini.
Guru sebagai Pelatih Peserta Didik
sebagai Problem
Solver Masalah sebagai
Awal Tantangan dan Motivasi
o Asking about thinking bertanya tentang
pemikiran. o Memonitor pembelajaran.
o Probbing menantang peserta didik untuk
berpikir . o Menjaga agar peserta
didik terlibat. o Mengatur dinamika
kelompok. o Menjaga berlangsungnya
proses. o Peserta yang
aktif. o Terlibat langsung
dalam pembelajaran.
o Membangun pembelajaran.
o Menarik untuk dipecahkan.
o Menyediakan kebutuhan yang
ada hubungannya
dengan pelajaran yang
dipelajari.
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
37
1 Kurikulum: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2 Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta
didik ke diri dan kelompoknya. 3 Realisme: kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa
dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.
4 Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan
keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
5 Umpan Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah
pembelajaran berdasarkan pengalaman. 6 Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan
pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok,
dan self-management.
7 Driving Questions: PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang
memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
8 Constructive Investigations: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan
dengan pengetahuan para peserta didik. 9
Autonomy: proyek menjadikan aktivitas peserta didik sangat penting.
b. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran