Pemberitaan Oleh Media Massa

Pasal 7 1 Komisi Penyiaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 4 disebut Komisi Penyiaran Indonesia, disingkat KPI. 2 KPI sebagai lembaga Negara yang bersifat independen mengatur hal- hal mengenai penyiaran. 3 KPI terdiri atas KPI Pusat dibentuk ditingkat pusat dan KPI daerah dibentuk ditingkat provinsi. 4 Dalam menjalankan fungsi, tugas, wewenang dan kewajibannya, KPI Pusat diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan KPI Daerah diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi. Pasal 8 KPI sebagai wujud peran serta masyarakat berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. 1 Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, KPI mempunyai wewenang : a. Menetapkan standar program siaran b. Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran c. Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran. d. Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program penyiaran. e. Melakukan koordinasi danatau kerjasama dengan pemerintah, lembaga penyiaran dan masyarakat. 2 KPI mempunyai tugas dan kewajiban : a. Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asassi manusia; b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran ; c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antar lembaga penyiaran dan industry terkait; d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata seimbang; e. Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran; dan f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran. Dengan adanya KPI diharapkan dapat memantau media massa dan lembaga- lembaga penyiaran dalam menyampaikan informasi berupa berita sesuai degan ketentuan yang berlaku.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode sistematika dan pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu bersama dengan bagaimana cara menganalisisnya. Dalam membahas permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan dengan dua cara, yakni pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yurudis empiris guna memperoleh suatu hasil penelitian yang benar dan objektif. Pendekatan yuridis normatif Library Reaserch dilakukan dengan menganalisa, dan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan serta dokumen yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini. Pendekatan ini dilakukan dengan harapan memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Pendekatan yuridis empiris Field Research dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara langsung ke lapangan, yaitu dengan melihat penerapan peraturan perundang-undangan atau aturan hukum lain yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana.

B. Sumber dan Jenis Data

Data dapat dibedakan berdasarkan sumbernya, yakni antara data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau yang terjadi di lapangan serta data yang diperoleh dari berbagai bahan pustaka Soerjono Soekanto, 1986. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber pada dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari penelitian di lapangan yang ada hubungannya dengan masalah yang teliti, yakni dilakukan wawancara dan observasi dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan berbagai literature yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, meliputi a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, antara lain: 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak 4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum Dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Dalam Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Dan Korban Tindak Pidana

4 103 127

KAJIAN YURIDIS MENGENAI KOMPETENSI PENGADILAN ANAK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997

0 4 2

ANALISIS MODEL RESTORATIVE JUSTICE DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RANCANGAN UNDANG-UNDANG PENGADILAN ANAK

0 10 62

ANALISIS PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

0 8 49

Analisis Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Anak Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak

1 15 58

PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI PENGADILAN NEGERI PADANG.

0 0 7

Putusan Pidana Penjara Terhadap Pelaku Anak Berusia 11 tahun Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak - Ubaya Repository

0 0 10

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN A. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) - Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Persetubuhan

0 20 33

ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DAN UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA

0 0 10

Penegakan hukum oleh penyidik terhadap pelaku tindak pidana perkara asusila anak sebagai pelaku tindak pidana ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus di Parit Tiga Jebus Kabupaten Bangka Barat) - R

0 0 12