Rasional Pengembangan Dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013

2. Kompetensi Inti KI merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan kognitif dan psikomotor yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif. 3. Kompetensi Dasar KD merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SDMI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMPMTS, SMAMA, SMKMAK. 4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual kemampuan kognitif tinggi. 5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris organizing elements Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. 6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat reinforced dan memperkaya enriched antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan organisasi horizontal dan vertikal. 7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema SDMI atau satu kelas dan satu mata pelajaran SMPMTS, SMAMA, SMKMAK. Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut. 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut. Kemendikbud, 2014:3-4

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Hal yang paling utama adanya pengembangan kurikulum karena adanya perkembangan dan pengaruh yang positif dengan harapan peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Oleh karena itu pengembangan kurikulum diharapkan bersifat antisipatif, adaptif, dan aplikatif. Menurut Imas Berlin, 2014:26 menyatakan terdapat tiga hal penting dalam pengembangan kurikulum yaitu: 1. Objek yang dikembangkan. Objek yang dikembangkan harus dari berbagai program pendidikan yang berisi kegiatan pendidikan dan pengajaran. 2. Subjek yang mengembangkan. Pihak-pihak yang ikut serta dalam mengembangkan kurikulum adalah orang-orang yang terkait dengan masalah kurikulum. 3. Pendekatan pengembangan. a. Pendekatan berdasarkan materi. b. Pendekatan berdasarkan tujuan. c. Pendekatan berdasarkan kemampuan.

E. Struktur Kurikulum SDMI

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi kontenmata pelajaran dalam kurikulum, distribusi kontenmata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester. Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SDMI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SDMI adalah 35 menit. Struktur Kurikulum SDMI adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SDMI MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 5 5 6 5 5 5 3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7 4. Matematika 5 6 6 6 6 6 5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3 6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 Kelompok B 1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 4 4 4 4 4 4 Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36 Keterangan : Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah. Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI. Guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

2.3 Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Saintifik.

A. Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Poerwadarminta dalam Daryanto, 2014:45 Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sedangkan menurut Ichsan dalam Daryanto, 2014:45 mengemukakan pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu strategipendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, dengan situasi menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan. Adapaun tujuan pembelajaran tematik terpadu menurut Kemendikbud, 2014:15 yaitu: a. mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. b. mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama. c. memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. e. lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain. .

B. Pendekatan Saintifik

1. Esensi Pendekatan Saintifik Pendekatan Ilmiah

Menurut Ridwan, 2014:50 menyatakan pendekatan santifik pada umunya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian method of inquiry harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Langkah-langkah dalam pendekatan sanitifik menurut Ridwan, 2014:50 yaitu: 1. Melakukan pengamatan atau observasi 2. Mengajukan pertanyaan 3. melakukan eksperimenpercobaan atau mempeoleh informasi 4. Mengasosiasikanmenalar 5. Mengkomunikasikan Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. Mengamati; b. Menanya; c. Mengumpulkan informasieksperimen; d. Mengasosiasikanmengolah informasi; dan e. Mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Tabel 1.6 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengumpulkan informasi eksperimen melakukan eksperimen membaca sumber lain selain buku teks mengamati objek kejadian aktivitas wawancara dengan narasumber Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan mengolah informasi mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkaneksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan . Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

2.4 Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu 1.

Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning a. KonsepDefinisi Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning=PjBL adalah model pembelajaran yang menggunakan proyekkegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun a guiding question dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek materi dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyekmemberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini. 1 Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja. 2 Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik. 3 peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan. 4 Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan. 5 Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu. 6 Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan. 7 Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif. 8 Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan. Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa. Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini. 1 Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS II SD NEGERI 2 BERINGIN RAYA BANDAR LAMPUNG

0 23 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG

0 11 49

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 42

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVA SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 75

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 48 69

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 63

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN MEDIA AUTENTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KUPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 16 69

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 12 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51