IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN MEDIA AUTENTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KUPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN MEDIA

AUTENTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KUPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2014/2015

Oleh

EKA AFRIANI

Aktivitas dan hasil belajar Tematik siswa kelas V di SD Negeri 1 Kupang Raya masih rendah maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Tematik terpadu siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung menggunakan model Discovery Learning.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes hasil belajar, alat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan tes, dianalisis menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data tentang aktivitas belajar siswa dan kinerja guru diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi, hasil belajar siswa diperoleh melalui tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir setiap siklus. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eka Afriani dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 Maret 1989 yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Rosikun dan Ibu Karmila (Alm).

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah:

1. Madrasah Ibtidaiyah Alkhairiyah selesai pada tahun 2000. 2. MTs Negeri 1 Bandar Lampung selesai pada tahun 2004. 3. MAN 2 Bandar Lampung selesai pada tahun 2007.

Menikah dengan Muhammad Jamin pada tahun 2009 dikaruniai 1 orang anak laki-laki yang bernama Muhammad Abdul Fahir Al Ghoni.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi PGSD dalam jabatan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbill’alamin, puji syukur kehadirat Alloh SWT, dengan segala

kerendahan dan ketulusan hati, kupersembahan karya kecilku ini

Untuk:

Anakku tercinta: Muhammad Abdul Fathir AlGhoni yang selalu memberiku

cinta, memberiku kasih sayang, memberi semangat serta harapan dan selalu

mendukung keberhasilanku.

Suamiku terkasih: Muhammad Jamin yang selalu memberiku semangat dan

selalu mendukung keberhasilanku.

Adik-adikku tersayang, terimakasih atas dukungan yang sudah diberi selama

ini, kalian keluarga yang terbaik.

Ayahku tersayang, terimakasih atas doa dan semangat yang telah diberikan

kepadaku.


(8)

MOTO

Seberapapun rumit masalah itu, seiring dengan berjalannya waktu pasti akan

mencair juga dan selalu berusaha dan berdoa untuk meraih cita-cita

(Eka Afriani)

“Orang yang sukses bukanlah yang seberapa banyak dia tampil,

tapi orang

sukses

adalah orang yang bangkit dan berdiri ketika ia terjatuh”


(9)

KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena penulis menyadari bahwa berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Atutentik Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan baik dan tepat waktu.

Skripsi ini tersusun atas bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD.

2. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.

4. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Pembimbing yang telah menyumbangkan semua jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, saran, dan nasihat serta bantuan yang diberikan di sela kesibukannya.

5. Bapak Dr. M. Thoha B Sampurna Jaya, M.S selaku Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S1 PGSD Unila, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.


(10)

9. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan angkatan 2011, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang telah banyak membantu penulis.

Mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka diterima dan menjadi catatan baik oleh Allah SWT, dan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin. Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi penyempurnaan Penelitian Tindakan Kelas ini di masa yang akan datang.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRA ... xi

BAB I PENDAHULUAN... . 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah... 6

1.3Rumusan Masalah... 7

1.4Tujuan Penelitian... 8

1.5Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Teori Belajar... 10

2.1.1 Teori Belajar Gestalt ... 10


(12)

2.2 Rasional Pengembangan dan Elemen Perubahan Kurikulum

2013... 16

2.3 Pembelajaran Tematik Terpadu... 24

2.4 Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu... 27

2.5 Model Pembelajaran Discovery Learning... 33

2.6 Media Pembelajaran Autentik... 40

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan... 44

2.8 Kerangka Pikir Penelitian... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 46

3.1Setting Penelitian... 46

3.2 Subjek Penelitian... 46

3.3 Sumber Data... 47

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 47

3.5 Analisis Data... 48

3.6 Indikator Keberhasilan... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Penelitian... 51

4.2 Laporan Hasil Penelitian... 53

4.2.1 Siklus I... 53

4.2.2 Siklus II... 60

4.3 Pembahasan... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 71

A. Kesimpulan... 71

B. Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA... 73


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1Struktur Kurikulum SD/MI ... 23

3.1Rubrik Penilaian kurikulum 2013 ... . ... 49

3.2Cara penilaian kurikulum 2013 ... . ... 49

3.3Indeks nilai kuantitatif... . ... 50

4.1Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I pertemuan 1 ... . 55

4.2Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus I pertemuan 2 ... . 58

4.3Hasil Belajar siswa Siklus I... . ... 59

4.4Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II pertemuan 1 .. . 62

4.5Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II pertemuan 2 .. . 65

4.6Hasil belajar siswa siklus II... 65

4.7Rekapitulasi Persentase Aktivitas Belajar Per-Siklus ... 66

4.8Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 68


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin penelitian dari FKIP ... 74

2. Surat Keterangan Bebas Perpustakaan ... 74

3. RPP siklus I pertemuan I ... 75

4. Instrumen Aktivitas belajar siswa per-siklus ... 88

5. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I pertemuan 1 ... 90

6. RPP Siklus I Pertemuan II ... 94

7. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ... 103

8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 110

9. Dokumentasi Siklus I ... 112

10.RPP Siklus II Pertemuan I ... 114

11.Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 128

12.RPP Siklus II Pertemuan II ... 132

13.Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklusi II Pertemuan II ... 141

14.Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 153


(15)

Gambar Halaman

2.1Kerangka Pikir Penelitian ... 45

4.1Diagram Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... . ... 67

4.2Diagram Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus ... . ... 69


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-undang No 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka disusunlah kurikulum atau disebut juga isi pendidikan yang merupakan komponen penting dalam dan atau bagian integral dari sistem pendidikan sekaligus pedoman pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah. Perubahan paradigma pengembangan kurikulum di indonesia diawali dengan lahirnya peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan kemudian diikuti oleh Permendiknas No.23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan.


(17)

Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang penting dalam pendidikan di sekolah. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses pembelajaran. Keberhasilan belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa, antara lain : motivasi, minat, bakat, dan keadaan pribadi secara keseluruhan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa, seperti lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

Proses pembelajaran harus diimbangi dengan adanya sarana belajar, baik ketersediaan sarana belajar di rumah maupun di sekolah, seperti halnya sarana belajar yang tersedia disekolah seperti perpustakaan, alat peraga, laboratorium. Pengelolaan kelas juga sangat penting. Pengelolaan kelas tidak hanya dilakukan oleh guru dikelas dengan mengajar, namun guru juga harus pandai menempatkan posisi siswa yang membuat siswa belajar dengan aman seperti membentuk kelompok-kelompok belajar pada siswa. Pengelolaan kelas yang tidak tertib akan mengakibatkan siswa belajar tidak nyaman, turunnya prestasi belajar siswa salah satunya juga diakibatkan oleh pengelolaan kelas yang tidak teratur, terencana dan tidak menyenangkan. Kesiapan guru melaksanakan program pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki guru. Guru yang memiliki kemampuan akan cenderung menggunakan metode mengajar yang tepat dan bervariasi yang mencakup seluruh aspek pembelajaran seperti afektif, kognitif dan psikomotor. Kemampuan yang dimiliki guru tersebut sangat dibutuhkan dalam membantu memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran yang


(18)

diberikan. Pada umumnya banyak guru tidak memperhatikan siswa dalam menyampaikan materi, guru tidak memperhatikan kemampuan siswa sehingga banyak guru tidak bisa membedakan antara siswa yang sudah tahu dengan siswa yang belum tahu. Guru hanya menyampaikan materi sesuai dengan pokok bahasan yang harus tercapai dalam kompetensi dasar padahal pemberian materi yang berlebihan akan berdampak kurang baik bagi pemahaman siswa.

Guru harus memiliki kemampuan untuk mendidik, mengajar, dan melatih agar siswanya kelak menjadi manusia yang pandai, terampil, dan berbudi luhur. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, guru hendaknya menguasai kemampuan mengajarkan pengetahuan dan keterampilan hidup, mendidik agar menjadi manusia yang berakhlak dan melatih siswanya agar mampu memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya bagi hidupnya kelak di masyarakat. Guru harus memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi siswa-siswanya.

Pada zaman ini banyak peserta didik yang melakukan penyimpangan sosial oleh karena itu, peran guru sangat dibutuhkan selain sebagai bagian dari masyarakat yang harus dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang tua/wali siswa dan masyarakat sekitar. Guru juga harus dapat membentuk karakter peserta didik, untuk itu perlu adanya implementasi kurikulum yang dapat membentuk karakter peserta didik, oleh karena itu penggunaan kurikulum 2013 pada era saat ini sangat


(19)

dibutuhkan dengan harapan dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, dan menjadi manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pemilihan model pembelajaran yang ditetapkan dalam pembelajaran tematik terpadu pada kurikulum 2013 antara lain: Project Based Learning, Problem Based Lerning dan Discovery Learning dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa muatan pelajaran tematik tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, kompetensi dasar yang diharapkan, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada sebagai media pembelajaran. Harapannya peserta didik dapat memperoleh pengetahuan yang optimal melalui penemuan mereka sendiri.

Siswa beranggapan bahwa pembelajaran tematik itu sulit, ada beberapa alasan yang membuat siswa beranggapan seperti itu, diantaranya adalah faktor dari guru, mungkin dulu pernah bertemu dengan guru tematik yang kurang disukai, galak atau membosankan sehingga membuat ia menjadi


(20)

tidak suka pembelajaran tematik, kemudian menganggap bahwa pembelajaran tematik itu sulit. Guru beranggapan bahwa tematik sulit karena pembelajarannya antara muatan pelajaran yang satu dengan yang lainnya harus terkait.

Implementasi pembelajaran tematik terpadu selama ini menggunakan media bahan cetak dan berdasarkan pengamatan guru implementasi pembelajaran tematik terpadu dengan model pembelajaran Discovery Learning dengan media bahan cetak siswa masih pasif dan berdasarkan ulangan harian dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang belum tuntas belajar atau masih dibawah KKM 66 (sumber Kemendikbud, 2014:107).

Berdasarkan pengamatan menunjukkan bahwa penyebab rendahnya nilai rata-rata setiap kali ulangan khususnya dikarenakan terdapat beberapa masalah yang timbul dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu: (1) Pada saat pembelajaran berlangsung, guru aktif dan siswa pasif, ini terlihat dari kurangnya partisipasi siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, dan (2) media yang digunakan dalam proses pembelajaran menggunakan media bahan cetak, sehingga membuat siswa merasa bosan, kurang menarik, dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kondisi tersebut perlu diadakan perbaikan. Salah satunya perubahan media pembelajaran yang digunakan. Memilih media pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang aktif mengajak siswa untuk turut serta


(21)

dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Implementasi pembelajaran tematik, guru hendaknya memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, media yang sesuai dengan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Strategi pembelajaran hendaknya dapat mengoptimalkan interaksi antara seluruh komponen dalam proses belajar mengajar, komponen yang dimaksud adalah guru dan siswa.

Melihat persoalan tersebut, penulis tertarik mengkaji penggunaan pembelajaran model Discovery Learning dan media autentik yang berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran dan merupakan suatu cara penyajian pelajaran dengan ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya belum diketahui peserta didik dan diharapkan siswa lebih aktif serta dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1.2.1 Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu dengan model

Discovery Learning dan media bahan cetak siswa masih pasif. 1.2.2 Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu dengan model

Discovery Learning dan media bahan cetak hasil belajar siswa masih rendah.

1.2.3 Penggunaan media pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa merasa bosan dan jenuh.


(22)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan identifikasi masalah tersebut diatas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut: Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu dengan model Discovery Learning dan media bahan cetak hasil belajar siswa masih rendah. Dengan demikian permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Apakah manfaat model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dalam proses pembelajaran tematik siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya?

1.3.2 Bagaimanakah model Discovery Learning dan media Autentik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?

1.3.3 Bagaimanakah model Discovery Learning dan media Autentik dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas maka judul penelitian ini adalah

“Implementasi Pembelajaran Tematik Terpadu Dengan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.


(23)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Untuk menganalisis pemanfaatan model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dalam proses pembelajaran tematik siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya

1.4.2 Untuk menganalisis model Discovery Learning dan media Autentik dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

1.4.3 Untuk mengetahui model Discovery Learning dan media Autentik dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

1.5.1 Bagi Siswa

a. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam muatan pelajaran tematik

b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemahaman konsep dan keterampilan siswa

c. Memberikan suasana belajar yang lebih menarik dan menyenangkan 1.5.2 Bagi Guru

a. Sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan guru dalam implementasi pembelajaran tematik terpadu


(24)

c. Memberikan pengalaman baru dalam kegiatan belajar mengajar. 1.5.3 Bagi Sekolah

a. Meningkatkan mutu para pendidik dan peserta didik.

b. Menjadikannya sebagai penelitian tindakan kelas untuk pengembangan dan perbaikan kurikulum.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Teori Belajar

2.1.1 Teori Belajar Gestalt

Belajar dan mengajar merupakan satu kesatuan proses dan untuk memudahkan dalam memahami dan menganalisis suatu permasalahan, untuk itu ada beberapa teori berpendapat tentang belajar, yaitu:

Psikologi gestalt memandang bahwa belajar terjadi jika memperoleh insight (pemahaman). Pemahaman timbul secara tiba-tiba, jika individu telah dapat melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis. Insight timbul pada saat individu dapat memahami struktur yang semula merupakan suatu masalah, dengan kata lain insght timbul seperti ketika seseorang menemukan ide baru atau menemukan suatu pemecahan masalah ( Gagne dalam Sumiati Asra, 2009:46).

Menurut Allice dalam (Thonthowi, 1993: 131) Crow Insight timbul dalam pemecahan masalah jika:

1. Masalah itu diamati dan dihayati oleh siswa

2. Kesulitan-kesulitan masalah itu disadari oleh siswa

3. Data yang dimiliki untuk pemecahan masalah itu memungkinkannya Belajar pada hakikatnya merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan untuk mendapatkan respon yang tepat.(Thonthowi, 1993:129) Asas-asas belajar teori gestalt menurut Abu Ahmadi, (1989:31-32) 1. Belajar itu berdasarkan keseluruhan

2. Belajar adalah proses perkembangan 3. Peserta didik merupakan suatu keseluruhan


(26)

4. Belajar adalah reorganisasi pengalaman

5. Belajar lebih berhasil apabila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan anak

6. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus

2.1.2 Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan teori belajar kognitif, belajar merupakan suatu proses terpadu yang berlangsung didalam diri seseorang dalam upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif baru, atau untuk mengubah pemahaman dan struktur kognitif lama. (Sumiati Asra, 2009:47).

Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.


(27)

Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011:3) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh

tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”.

Sedangkan Menurut Slameto (2003:5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Anurrohman (2010:35) menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.

Oleh karena itu dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya.


(28)

Penelitian ini, teori belajar yang menjadi acuan adalah teori belajar Gestalt dengan alasan teori gestalt adalah insght yang timbul seperti ketika seseorang menemukan ide baru atau menemukan suatu pemecahan masalah, hal ini sangat sinkron dengan model Discovery Learning dimana Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa ide baru,konsep dan prinsip.

2.1.3 Aktifitas Belajar

Belajar memerlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses pembelajarn merupakan rangkaian kegiatan meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yeng direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan dari bagaimana kegiatan interaksi dalam pembelajaran tersebut, semakin aktif siswa tersebut dalam belajar semakin ingat akan pelajaran itu, dan tujuan pembelajan akan lebih cepat selesai.

Menurut Slameto (2003:43) penerimaan pembelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak berlalu begitu saja, tetapi difikirkan, diolah,


(29)

kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang beerbeda atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.

Beberapa aktivitas belajar menurut Wasty Soemanto sebagai berikut: 1. Mendengarkan

2. Memandang

3. Meraba, mencium dan mencicipi/mengecap 4. Menulis dan mencatat

5. Membaca

6. Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggarisbawahi 7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan 8. Menyusun paper atau kertas kerja

9. Mengingat 10.Berpikir

11.Latihan atau praktek

Sumber,Wasty Soemanto 2006 : 107 – 113

Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikelas, sehingga dengan adanya aktivitas belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai 2.1.4 Hasil Belajar

Dimyati dan Mudjiono mengemukakan bahwa:

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan dengan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002: 250 251).

Hasil belajar bukan saja sejumlah pengetahuan yang diperoleh siswa, melainkan juga adanya perubahan perilaku dan sikap siswa. Jadi, yang


(30)

dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Menurut Sumiati Asra, (2009:44) hasil belajar dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu: (1) Informasi verbal, kategori informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Dapat diperoleh melalui membaca buku, dll. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta atau prinsip; (2) Keterampilan intelektual, kategori keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Dapat diperoleh melalui belajar. Karena dengan belajar kita akan dapat memperoleh pengetahuan serta wawasan; (3) Strategi kognitif, kategori strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, dan membuat analisis yang memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir anak akan terarah; (4) Sikap, kategori sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atau dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Responnya dapat berupa respon negatif ataupun positif yaitu tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud; (5) Keterampilan motorik, keterampilan motorik pada seseorang dapat dilihat dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut.

Dari beberapa pengertian tentang hasil belajar yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap seseorang setelah mengikuti proses belajar, dengan indikator domain kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, penilaian), domain afektif (menerima, menanggapi, menilai, mengelola, menghayati), dan domain psikomotor (menirukan, memanipulasi, pengalamiahan, artikulasi).


(31)

2.2 Rasional Pengembangan Dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 A. Latar Belakang Perlunya Pengembangan Kurikulum 2013

Suatu kurikulum harus terus beradaptasi dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang ada. Kurikulum akan secara terus menerus mengalami perubahan agar kurikulum mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah.

Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.

Menurut Kemendikbud, (2014:2) Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

B. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Hal ini dikemukakan dalam Kemendikbud, (2014:3).


(32)

1. Tantangan Internal

a. Pemenuhan 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

b. Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

a. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.

b. Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.


(33)

c. Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.

d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.

e. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam ujian.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.

a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. b. Dari satu arah menuju interaktif.

c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.

e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.

f. Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. g. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia.

j. Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. l. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.


(34)

m.Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.

n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. o. Dari pemikiran faktual menuju kritis.

p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. 4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Menurut Kemendikbud, (2014:3) Penyusunan kurikulum 2013 dimulai dengan menetapkan Standar Kompetensi Lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak diberikan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.

C. Karakteristik Kurikulum 2013

Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini.

1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.


(35)

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK. 4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan

menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. 6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS,


(36)

SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

(Kemendikbud, 2014:3-4)

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Hal yang paling utama adanya pengembangan kurikulum karena adanya perkembangan dan pengaruh yang positif dengan harapan peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik. Oleh karena itu pengembangan kurikulum diharapkan bersifat antisipatif, adaptif, dan aplikatif.

Menurut Imas & Berlin, (2014:26) menyatakan terdapat tiga hal penting dalam pengembangan kurikulum yaitu:

1. Objek yang dikembangkan.

Objek yang dikembangkan harus dari berbagai program pendidikan yang berisi kegiatan pendidikan dan pengajaran.

2. Subjek yang mengembangkan.

Pihak-pihak yang ikut serta dalam mengembangkan kurikulum adalah orang-orang yang terkait dengan masalah kurikulum.

3. Pendekatan pengembangan.

a. Pendekatan berdasarkan materi. b. Pendekatan berdasarkan tujuan. c. Pendekatan berdasarkan kemampuan.


(37)

E. Struktur Kurikulum SD/MI

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing-masing 30, 32, 34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam belajar SD/MI adalah 35 menit. Struktur Kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut:


(38)

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/MI

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU

I II III IV V VI

Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

5 5 6 5 5 5

3. Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7

4. Matematika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B

1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4 4 4

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan

4 4 4 4 4 4

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 30 32 34 36 36 36 Keterangan:

Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.

Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS didasarkan pada keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III, sedangkan untuk kelas IV, V dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam tema-tema yang ada untuk kelas IV, V dan VI.

Guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi peserta didik aktif. Proses pembelajaran peserta didik aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian


(39)

informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

2.3Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Saintifik. A. Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Poerwadarminta dalam Daryanto, (2014:45) Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Sedangkan menurut Ichsan dalam Daryanto, (2014:45) mengemukakan pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu strategi/pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, dengan situasi menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan.

Adapaun tujuan pembelajaran tematik terpadu menurut Kemendikbud, (2014:15) yaitu:

a. mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

b. mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama.

c. memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik. e. lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.


(40)

B. Pendekatan Saintifik

1. Esensi Pendekatan Saintifik/ Pendekatan Ilmiah

Menurut Ridwan, (2014:50) menyatakan pendekatan santifik pada umunya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data.

Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya.

Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, eksperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Langkah-langkah dalam pendekatan sanitifik menurut Ridwan, (2014:50) yaitu: 1. Melakukan pengamatan atau observasi


(41)

3. melakukan eksperimen/percobaan atau mempeoleh informasi 4. Mengasosiasikan/menalar

5. Mengkomunikasikan

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

a. Mengamati; b. Menanya;

c. Mengumpulkan informasi/eksperimen; d. Mengasosiasikan/mengolah informasi; dan e. Mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1.6 Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar

Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau

dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)

Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

melakukan eksperimen

membaca sumber lain selain buku teks mengamati objek/ kejadian/

aktivitas

wawancara dengan narasumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan

berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan/

mengolah informasi

mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.


(42)

2.4 Model-Model Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) a. Konsep/Definisi

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.

Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyekmemberikan kesempatan


(43)

kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik berikut ini. 1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.

2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik. 3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas

permasalahan atau tantangan yang diajukan.

4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.

5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.

6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.

7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.

8) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyeksebaiknya sebagai fasilitator,

pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai

dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis Proyek antara lain berikut ini.


(44)

disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.

2) Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki sistem baru.

3) Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai teknologi.

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.

b. Fakta Empirik Keberhasilan

Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan berikut ini.

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar dan mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

4) Meningkatkan kolaborasi.

5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan berkomunikasi.

6) Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.

7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.


(45)

8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

10)Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. 2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak.

3) Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional di mana guru memegang peran utama di kelas.

4) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,

dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalisir dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga


(46)

tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.

2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Konsep/Definisi

Menurut Ridwan, (2014:127) mengemukakan definisi PBL yaitu:

1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

2) Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

Model pembelyaitu:ajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) menurut Kemendikbud, (2014:25)

1) Permasalahan sebagai kajian.


(47)

3) Permasalahan sebagai contoh.

4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. 5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

3. Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)

Menurut Imas & Berlin, (2014:64) mengemukakan model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian.


(48)

2.5 Model Pembelajaran Discovery Learning a. Definisi/Konsep

Model Discovery Learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry). Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru


(49)

yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau


(50)

kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive.

Dalam metode Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

b. Fakta Empirik Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran

Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan Discovery Learning dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan.

1) Kelebihan Penerapan Discovery Learning

Menurut Imas & Berlin, (2014;66) mengemukakan kelebihan Discovery Learning yaitu:

(a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. (b)Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

(c) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(d)Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannyasendiri.

(e) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

(f) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

(g)Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.


(51)

(h)Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

(i) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

(j) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

(k)Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

(l) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. (m)Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

(n)Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(o)Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

(p)Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

(q)Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

(r) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu 2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning

menurut Imas & Berlin, (2014:67) mengemukakan kelemehan Discovery Learning yaitu:

(a) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

(b) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

(c) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

(d) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

(e) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa

(f) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untukberpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.


(52)

c. Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses Pembelajaran Menurut Syah (2004:244) dalam Kemendikbud, (2014:32) dalam mengaplikasikan Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244) dalam Kemendikbud,(2014:32). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.


(53)

3) Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244) dalam Kemendikbud, (2014:32). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4) Data Processing (Pengolahan Data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22) dalam Kemendikbud,(2014:32). Dataprocessing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.


(54)

5) Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.


(55)

d. Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa dapat menggunakan nontes.

2.6Media Pembelajaran Autentik A. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi


(56)

perangkat keras. (

http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/, diambil tanggal 18 Oktober 2014).

B. Manfaat Media

Manfaat media pembelajaran menurut Rudi dan Riyana,(2009:9) yaitu: 1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis

2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera 3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar

4. memungkinkan anak belajar mandirisesuai dengan bakat dan kemampuan

C. Media Autentik

Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992: 3) mengatakan bahwa: media autentik atau benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999:202) menyatakan bahwa “media autentik atau benda asli merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa”. Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.


(57)

Media benda asli memiliki kelebihan dan keunggulan. Kelebihan tersebut antara lain:

1. Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada peserta didik.

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata.

3. Dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera. (A. Tabrani, Rusyan, 1993 : 199)

Berdasarkan uraian di atas dapat diperjelas kembali bahwa kelebihan media benda asli dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu menggunakan obyek-obyek nyata.

Media benda asli selain memiliki kelebihan, juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan media benda asli diantaranya, yaitu : 1. Membawa siswa ke berbagai tempat di luar sekolah yang terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya. 2. Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. 3. Tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya

(R. Ibrahim dan Nana Syahodih, 1993 : 82)

Kelemahan-kelemahan yang diuraikan di atas hendaknya dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar lokasi


(58)

sekolah yang dapat dijadikan penunjang dalam proses pembelajaran, disesuaikan denagn pelajaran dan berusaha membawa benda asli ke dalam kelas yang dapat digunakan untuk menjelaskan materi dalam lingkup kelas.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media pada saat proses pembelajaran berlangsung akan lebih baik daripada berceramah saja. Karena media pembelajaran dapat membantu untuk memperjelas maksud yang kita sampaikan, merangsang peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang sama, dan dapat menarik minat peserta didik untuk belajar. Sehingga dengan penggunaan media tersebut peserta didik menjadi lebih giat belajar dan mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang konsep yang dipelajari. (

http://infopendidikan-hendriyansyah.blogspot.com/2011/03/penggunaan-media-asli-dalam.html,


(59)

2.7 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saya ambil dengan model pembelajaran Discovery Learning adalah dengan judul:

1. “Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Luas Bangun Datar

Siswa Kelas 5 SDN Ponolawen 2 Kesesi Pekalongan Melalui Implementasi Metode Discovery, 07” oleh Suko Prayogi Tanggal 28 Juni 2007 dengan hasil implementasi metode discovery Learning dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar luas Bangun datar kelas SD Negeri Ponolawen 2 Kesesi Pekalongan.

(

http://contohskripsi.idtesis.com/kumpulan-judul-penelitian-tindakan-kelas-sd-smp-sma.html/, diambil tanggal 30 Oktober 2014)

2. “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Dengan Pendekatan Discovery Learning Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Nogosari Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta” oleh Slamet Sulbani pada tanggal 11 Juli 2014 dengan hasil prestasi dan pemahaman siswa dapat meningkat melalui pendekatan Discovery Learning.

(http://digilib.uinsuka.ac.id/14046/2/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR

%20PUSTAKA.pdf, diambil tanggal 30 Oktober 2014).

3. Peningkatan Aiktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Materi Luas Bangun Datar Menggunakan Metode Discovery Di Kelas VB SDN 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Oleh Haldiansyah (2013) dengan hasil bahwa penggunaan metode discovery dapat meningkatkan hasil belajar


(60)

matematika materi luas bangun datar pada siswa di kelas VB SDN 5 Sumberejo.

2.8 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian dalam Penelitian tindakan kelas ini adalah:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah

Guru menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan media bahan cetak, masih menggunakan media Pembelajaran model lama KONDIS

I AWAL

SIKLUS I Memanfaatkan model Discovery Learning dan media autentikyang didemonstrasikan guru, siswa melihat TINDAKAN

Diduga melalui model pembelajaran

Discovery Learning dan media autentik dapat

mengimplementasikan pembelajaran tematik terpadu siswa kelas V SDN 1 Kupang Raya KONDIS

I AKHIR

SIKLUS II Memanfaatkan model Discovery Learning dan media autentik yang didemonstrasikan guru, siswa mengikuti Memanfaatkan model pembelajaran Discovery Learning dan media autentik(sudah menggunakan media pembelajaran model baru)


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, dimulai dari perencanaan, sampai perbaikan hasil penelitian.

3.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 1 Kupang Raya kelas V, Jalan Ikan Baung No 42 Kecamatan Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya yang terdiri 36 orang siswa dengan komposisi 20 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan dengan latar belakang pekerjaan orang tua adalah mayoritas buruh dan pendidikan orang tua mayoritas lulusan Sekolah Dasar.


(62)

3.3 Sumber Data

Data yang diperoleh oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung pada saat ulangan harian tematik kelas V SDN 1 Kupang Raya bandar lampung dengan berbentuk tabel hasil ulangan harian dengan banyaknya data sejumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 16 orang perempuan.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara

a. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama belajar dan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Observernya teman sejawat sebanyak satu orang

b. Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

3.4.2. Alat Pengumpulan Data

a. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi maka alat pengumpulan datanya berupa lembar observasi

b. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes maka alat pengumpulannya berupa butir soal


(63)

3.5 Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analsis data secara kualitatif dan kuantitatif:

3.5.1. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa hasil observasi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran yang dianalisis menggunakan rumus berikut:

NA =

%

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Aqib, 2009:41)

3.5.2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa nilai hasil tes akhir siswa dianalisis dengan cara berikut:


(64)

Tabel 3.1 contoh rubrik penilaian menurut kurikulum 2013 No Kriteria Baik sekali

(4) Baik (3) Cukup (2) Perlu bimbingan (1)

1 A Seluruh

bagian dapat diisi dengan tepat Terdapat 1 kesalahan Terdapat 2 atau lebih kesalahan Siswa belum mampu mengerjakan tugas

2 ... dst

Tabel 3.2 contoh cara penilaian kurikulum 2013

No Nama Siswa Perolehan Skor

Kriteria 1 Kriteria 2

1 Beni 4 3

2 Dayu 4 4

dst

Rumus perhitungan nilai sebagai berikut:

Nilai =

x 100

Keterangan:

 Jumlah skor yang diperoleh adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dari kriteria 1 dan kriteria 2

 Skor ideal adalah perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor tertinggi


(65)

Perhitungan nilai akhir siswa:  Beni = x 100 = 8.75

Konversi skalanya 4 (A) (Kunandar, Penilaian Autentik 2013:314)

Indeks Nilai Kuantitatif dengan Skala 1 - 4 dan 0 - 100 adalah : Konversi nilai

akhir

Predikat

(Pengetahuan dan

Keterampilan) KlasifikasiSikapdanEkstrakurikuler Skala 0–

100

Skala 1– 4 86 -100 4 A

SB (Sangat Baik) 81- 85 3.66 A-

76 – 80 3.33 B+

B (Baik) 71-75 3.00 B

66-70 2.66 B- 61-65 2.33 C+

C (Cukup)

56-60 2 C

51-55 1.66 C-

46-50 1.33 D+ K (Kurang)

3.6 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dalam PTK ini apabila:

1. Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus

2. Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru pada setiap siklus

3. Pada penelitian ini dinyatakan berhasil apabila dari 36 jumlah siswa telah mencapai KKM ≥66.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya pada pembelajaran

tematik dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

3. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.


(1)

Tabel 3.1 contoh rubrik penilaian menurut kurikulum 2013

No Kriteria Baik sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu bimbingan (1)

1 A Seluruh bagian dapat diisi dengan tepat Terdapat 1 kesalahan Terdapat 2 atau lebih kesalahan Siswa belum mampu mengerjakan tugas

2 ... dst

Tabel 3.2 contoh cara penilaian kurikulum 2013

No Nama Siswa Perolehan Skor

Kriteria 1 Kriteria 2

1 Beni 4 3

2 Dayu 4 4

dst

Rumus perhitungan nilai sebagai berikut:

Nilai =

x 100

Keterangan:

 Jumlah skor yang diperoleh adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dari kriteria 1 dan kriteria 2

 Skor ideal adalah perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor tertinggi


(2)

50

Perhitungan nilai akhir siswa:

 Beni = x 100 = 8.75

Konversi skalanya 4 (A)

(Kunandar, Penilaian Autentik 2013:314)

Indeks Nilai Kuantitatif dengan Skala 1 - 4 dan 0 - 100 adalah : Konversi nilai

akhir

Predikat

(Pengetahuan dan

Keterampilan) KlasifikasiSikapdanEkstrakurikuler Skala 0–

100

Skala 1– 4 86 -100 4 A

SB (Sangat Baik) 81- 85 3.66 A-

76 – 80 3.33 B+

B (Baik) 71-75 3.00 B

66-70 2.66 B- 61-65 2.33 C+

C (Cukup)

56-60 2 C

51-55 1.66 C-

46-50 1.33 D+ K (Kurang)

3.6 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dalam PTK ini apabila:

1. Peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus

2. Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru pada setiap siklus

3. Pada penelitian ini dinyatakan berhasil apabila dari 36 jumlah siswa telah mencapai KKM ≥66.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya pada pembelajaran

tematik dapat disimpulkan bahwa:

1. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

2. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.

3. Model pembelajaran Discovery Learning dan Media Autentik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Kupang Raya Bandar Lampung.


(4)

72

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar kemudian siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok. Tentunya harus diimbangi dengan semangat belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang meningkat.

b. Guru

Kepada guru diharapkan dapat senantiasa menerapkan model Discovery Leraning dalam pembelajaran tematik, sehingga siswa diharapkan bisa saling bekerja sama, lebih aktif, berpikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi.1989.Pengantar Metodik Didaktik.CV Armico.Bandung Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Guru.Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Haldiansyah. 2013. Peningkatan Aiktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Materi Luas Bangun Datar Menggunakan Metode Discovery Di Kelas VB SDN 5 Sumberejo Kecamatan Kemiling Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Kemendikbud.2014.Implementasi Kurikulum 2013.Kemendikbud.Jakarta Kunandar. 2013. Penilaian Autentik.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Rochiati Wiraatmadja.2009.Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT Remaja Rosda Karya.Bandung

Rudi dan Riyana.2009. Media Pembelajaran. CV Wacana Prima.Bandung

Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta

Slamet Sulbani. (2014). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA Dengan

Pendekatan Discovery Learning Pada Siswa Kelas IV MI Muhammadiyah Nogosari Girimulyo Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga


(6)

74

Suko Prayogi. 2007.Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Luas Bangun Datar Siswa Kelas 5 SDN Ponolawen 2 Kesesi Pekalongan Melalui Implementasi Metode Discovery, 07”.Skripsi. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosda Karya.Bandung

Thonthowi.1993.Psikologi Pendidikan.Angkasa. Bandung

Universitas Lampung.2008. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Wasty Soemanto.1999. Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/

http://infopendidikan-hendriyansyah.blogspot.com/2011/03/penggunaan-media-asli-dalam.html

http://contohskripsi.idtesis.com/kumpulan-judul-penelitian-tindakan-kelas-sd-smp-sma.html/

http://digilib.uinsuka.ac.id/14046/2/BAB%20I,%20IV,%20DAFTAR%20PUSTA KA.pdf


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS II SD NEGERI 2 BERINGIN RAYA BANDAR LAMPUNG

0 23 43

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG

0 11 49

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 20 83

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 42

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVA SD NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 75

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 48 69

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 1 KOTA BARU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 63

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN MEDIA AUTENTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KUPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 16 69

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 12 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51