Tabel 21. Jumlah tanggungan keluarga petani responden di Desa Tanjung Rejo Dua Kecamatan Kedondong.
Tanggungan Keluarga
Jiwa Petani
Penangkar Orang
Persentase Petani Bukan
Penangkar orang
Persentase
1-2 3-4
5-6 7-8
8 8
2 80,00
20,00 8
24 2
2 2
21,06 63,16
5,26 5,26
5,26
Jumlah 10
100 30
100
Tabel 21 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden petani penangkar dan petani bukan penangkar yang paling banyak berjumlah 3-4 orang
yaitu sebanyak 8 orang pada responden petani penangkar atau 80 persen dari jumlah total petani penangkar dan sebanyak 24 orang pada responden petani
bukan penangkar atau 63,16 persen dari total petani bukan penangkar. Jumlah tanggungan keluraga responden akan mempengaruhi keinginan atau motivasi
petani untuk melakukan bekerja dengan giat.
B. Keragaan Usahatani
1. Luas Lahan dan Status Kepemilikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan lahan petani responden berkisar antara 0,25-2,50 hektar dengan rata-rata pengusaan lahan sebesar 1,08 hektar
pada responden petani penangkar dan sebesar 0,80 hektar pada responden petani bukan penangkar. Sebaran luas lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel
22.
Tabel 22. Sebaran luas lahan usahatani padi pada petani responden di Desa Tanjung Rejo Dua Kecamatan Kedondong.
Luas Lahan hektar
Petani Penangkar
orang Persentase
Petani Bukan Penangkar
orang Persentase
0-0,50 0,6-1,00
1,00 5
2 3
50,00 20,00
30,00 17
16 5
44,74 42,10
13,16
Jumlah 10
100 38
100
Tabel 22 memperlihatkan bahwa sebagian besar luas lahan usahatani pada petani penangkar berkisar antara 0-0,50 hektar dengan jumlah petani sebanyak 5 orang
atau 50 persen dari jumlah total responden petani penangkar, dan luas penguasaan lahan terbesar untuk usahatani pada petani bukan penangkar berada pada kisaran
0-0,50 dengan jumlah petani responden sebanyak 17 orang atu 44,74 persen dari jumlah petani responden petani bukan penangkar. Lahan sawah yang digunakan
untuk usahatani padi pada petani penangkar dan petani bukan penangkar umumnya milik sendiri dan hanya sebagian kecil yang merupakan lahan sakap.
2. Keragaan Usahatani Padi Pada Penangkar Benih
Faktor produksi yang diperlukan pada usahatani padi sawah antara lain lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Lahan sawah disiapkan paling lambat 3-
4 minggu sebelum tanam. Pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali. Pengolahan pertama tanah diolah dibajak. Pengolahan lahan kedua, tanah diolah atau dibajak
dan digaru untuk melumpurkan dan meratakan lahan agar siap ditanami benih padi. Pada pengolahan tanah ketiga, tanah diberikan bahan organik seperti jerami
atau abu dapur. Factor produksi utama yang digunakan dalam usahatani adalah benih. Benih yang berkualitas unggul dan bersertifikat yang memiliki
produkstivitas hasil yang tinggi, responsive terhadap pemupukan dan tahan terhadap serangan haman dan penyakit. Benih padi yang digunakan oleh
responden petani penangkar adalah benih jenis ciherang yang berasal dari Unila yang merupakan benih varietas unggul. Benih yang digunakan sebanyak 25-30
kgha dan luas persemaian untuk satu hektar adalah 400m
2
. Benih yang digunakan adalah benih dasar atau benih berlabel putih untuk menghasilkan benih
pokok atau benih yang berlabel ungu.
Penyemaian merupakan kagiatan usahatani yang dilakukan pada awal musim tanam. Kegiatan penyemaian pada penangkar benih dilakuakn dengan
mengandalkan tenaga kerja dari dalam keluarga dan luar keluarga. Petani hanya membutuhkan sekitar 1-2 orang saja untuk menyebar benih padi di lahan
penyemaian.
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari setelah sebar Sistem tanam yang digunakan oleh petani penangkar benih adalah menggunakan sistem
jajar legowo. Dengan sistem ini padi dapat tumbuh lebih baik dan menghasilkan produksi padi yang tinggi. Selain itu pemberian pupuk pada sistem tanam jajar
legowo lebih efektif karena distribusi pupuk lebih merata dan langsung ke tanaman.
Kegiatan pemupukan dilakukan selama tiga kali dalam satu musim tanam, dan
dilakukan dengan cara disebar sehingga pada kegiatan ini tidak memerlukan perlakuaan khusus. Pemupukan yang dianjurkan untuk daerah Kecamatan
Kedondong yaitu urea sebanyak 250 kgha, SP36 sebanyak 100 kgha, dan KCl sebanyak 100 kgha. Namun, petani responden tidak ada yang menggunakan
pupuk KCl dan menggantinya dengan NPK. Sebagian petani menggunakan pupuk jenis lain sebagai pelengkap dalam jumlah yang relative sedikit seperti pupuk
organic dan pupuk gandasil B.
Pengendalian gulma atau penyiangan dilakukan dengan alat gosrok. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara periodik dengan cara melakukan
pengamatan tiap minggu mulai dari persemaian hingga tanaman menjelang panen. Upaya pencegahan dan pengendalian HPT ini mengacu pada konsep PHT yaitu
dengan menggunakan pestisida seminimal mungkin.
Pemanenan dapat dilakukan jika 95 malai telah menguning atau saat padi berusia 100-115 hari. Pemanenan di daerah penelitian dilakukan dengan
menerapkan sistem bawon, yaitu pembayaran upah kepada kelompok panen dengan menggunakan gabah. Selanjutnya gabah calon benih ini dijemur dan
dikeringkan, setelah kering gabah dimasukkan ke dalam karung dan kemudian gabah diangkut untuk dilakukan proses pengolahan menjadi benih oleh pihak
Unila.
Dalam proses usahatani padi menjadi benih ini juga dilakukan proses pemeriksaan lapangan oleh Pengawas Benih Tanaman yang bertujuan untuk menilai kesehatan
benih dari hama dan penyakit sehingga mencapai persyaratn produksi benih bersertifikat.
3. Keragaan Usahatani Padi Pada Bukan Penangkar Benih