Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT. Sang Hyang Seri)

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian karena memiliki dampak yang secara langsung terhadap kebutuhan pokok dasar masyarakat di Indonesia. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang paling mendasar, kebutuhan akan pangan akan terus meningkat seiring peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia

Tahun Penduduk (Jiwa)

2005 219.850.000

2006 222.735.400

2007 225.590.000

2008 228.454.500

2009 231.294.200

2010 237.556.363

2011* n

Sumber : BPS, 2011

Keterangan : *) = Angka Prediksi n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa perkembangan jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237.556.363 jiwa dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2009 sebesar 6.262.163 jiwa. Mengingat hal tersebut, acuan dasar mengenai ketersediaan padi secara nasional tentunya dapat terlaksana di dalam meningkatan jumlah produksi padi secara nasional dan didukung oleh ketersediaan supply benih padi bermutu tinggi, serta memiliki keunggulan daya tumbuh, produktivitas, dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Produksi padi nasional pada tahun 2009 mencapai 64.389.890 ton atau mengalami peningkatan produksi dari tahun 2008 sampai 2009 sebanyak 4.063.965 ton atau sebesar 6,31 persen. Peningkatan produksi tersebut diikuti dengan adanya peningkatan luas panen di Indonesia pada tahun 2009 yaitu seluas 556.151 hektar penambahannya atau sebesar 4,32 persen dari tahun 2008. Bersamaan dengan hal tersebut, produktivitas tanaman rata-rata per hektar


(2)

2

mengalami peningkatan sebanyak 1.50 kuintal per hektar pada tahun 2009 atau sebesar 2,1 persen peningkatannya dari tahun 2008. peningkatan luas panen, produktivitas, dan produksi padi nasional dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Nasional

Sumber : BPS, 2010

Peningkatan produksi padi tersebut terlihat dari kenaikan produksi benih padi bersetifikat yang cukup tinggi setiap tahunnya. Seiring dengan adanya peningkatan tersebut tentunya tidak terlepas dari banyaknya penggunaan benih bersertifikat yang digunakan oleh petani di Indonesia. Kebutuhan benih padi potensial dan total produksi benih padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) Tahun 2002-2008

Tahun Kebutuhan Benih Potensial (Ton)

Produksi Benih Total (Ton)

2002 296.397 113.634

2003 295.808 114.540

2004 312.978 119.482

2005 310.246 120.375

2006 317.053 121.412

2007 n 147.524

2008 360.000 181.400

Sumber : Deptan, 2010

Keterangan : n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 3, Volume produksi benih padi bersertifikat inbrida dan hibrida yang telah diproduksi baik oleh perusahaan swasta ataupun BUMN dengan total produksi sebesar 181.400 ton pada tahun 2008 atau kurang lebih separuh dari kebutuhan benih padi nasional yang mencapai 360.000 ton benih padi pada tahun 2008. Peningkatan volume produksi benih terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan lebih tinggi dari tahun 2007 dimana total benih

No Tahun Jenis Tanaman

Luas Panen(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha) Produksi(Ton)

1 2005 Padi 11.839.060 45,74 54.151.097

2 2006 Padi 11.786.430 46,20 54.454.937

3 2007 Padi 12.147.637 47,05 57.157.435

4 2008 Padi 12.327.425 48,94 60.325.925


(3)

3

yang diproduksi pada tahun 2007 sebesar 147.524 ton dan terus mengalami peningkatan produksi benih padi pada tahun 2008 mencapai 181.400 ton, sebesar 22,96 persen (23 persen) peningkatannya dari tahun 2007 atau sebanyak 33.876 ton benih padi peningkatannya.

Deptan (2007), mengatakan bahwa Departemen Pertanian pada tahun 2007 telah menghasilkan teknologi atau inovasi melalui pendekatan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang bertujuan untuk memacu peningkatan produktivitas usahatani padi dan peningkatan pendapatan petani. Komponen program yang digunakan di dalam program P2BN yang dijalankan antara lain adalah : (1) Penggunaan Varietas Unggul Baru, (2) Penggunaan Benih Bermutu, (3) Pengelolaan air. Benih padi Varietas unggul yang digunakan adalah Ciherang, Cilarang, Ciliwung, Cibogo, dan Memberamo. Kelima varietas tersebut merupakan varietas padi pengganti IR-64 yang sudah lama telah diaplikasikan oleh petani, kondisi benih varietas IR-64 saat ini sudah tidak tahan terhadap berbagai macam penyakit, oleh karena itu IR-64 diharapkan tidak dipergunakan kembali oleh para petani di dalam berproduksi. Adapun deskripsi kelima varietas benih padi yang digunakan pada P2BN dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Varietas Benih Padi Program P2BN

Varietas Ciherang Ciliwung Cibogo Memberamo Cilarang

Umur tanaman 116-125 hari 117-125 hari 115–125 hari 115-120 hari n Tinggi tanaman 107-115 cm 114-124 cm 100-120 cm 126-140 cm n Anakan produktif 14-17 batang 18-25 batang 12-19 batang 17-20 batang n Rata-rata hasil 6,0 t/ha 4,8 t/ha 7,0 t/ha 6,5 t/ha n Potensi hasil 8,5 t/ha 6,5 t/ha 8,1 t/ha 7,5 t/ha n Sumber : Balitpa, 2009

Keterangan : n = Data tidak tersedia

varietas yang menjadi pilihan pemerintah di dalam Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) adalah varietas ciherang menjadi pilihan utama untuk lebih banyak digunakan di dalam berproduksi karena varietas ciherang memiliki potensi hasil hingga mencapai 8,5 ton/ha1.

Salah satu perusahaan milik pemerintah yang memproduksi benih padi diantaranya adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS), yang mana telah memiliki

1


(4)

4

fasilitas di dalam memproduksi benih padi dengan kapasitas produksi benih padi 25.000 ton benih per tahun. Regulasi mengenai perbenihan juga sangat mendukung pengembangan industri benih di dalam negeri, alasannya adalah menurut peraturan yang berlaku, importir benih sudah harus bisa memproduksi sendiri benih apabila sudah mengimpor benih selama dua tahun2.

PT. SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core bussines perbenihan pertanian (Widoyoko Y., Andibya B. W., Nugroho B., 2007). PT. SHS merupakan BUMN yang memproduksi benih padi, jagung, kacang-kacangan dan sayuran. Kapasitas produksi benih padi yang dimiliki oleh PT. SHS adalah 25.000 ton per tahun diantaranya fasilitas baru berkapasitas 10.000 ton per tahun dengan sistem IRSPP (Integrated Rice Seed Processing Plant). Fasilitas produksi terbaru merupakan fasilitas terintergrasi dengan laboratorium basah (wet laboratory) dan laboratorium kering (dry labolatory) yang terletak di PT. SHS Regional Manager I Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang, Jawa Barat yang mulai dipergunakan pada tahun 20083.

Dalam sektor formal industri perbenihan komersial, PT. SHS dan PT. Pertani merupakan BUMN yang telah mendominasi pasar benih padi di Indonesia, dan telah memasok lebih dari 50 persen produksi benih padi unggul. Penyediaan mengenai benih varietas unggul merupakan salah satu faktor penting untuk Pengembangan suatu industri benih yang berorientasi memproduksi benih unggul bermutu dan memiliki produktivitas tinggi dan dilakukan secara komersial4.

PT. SHS memiliki fasilitas breeding center di Sukamandi. Breeding Center difungsikan sebagai tempat untuk menciptakan atau melahirkan plasma nutfah baru, baik merupakan hasil dari seorang peneliti yang dimiliki PT. SHS atau disebut sebagai Breeder, maupun hasil kerjasama dengan peneliti dari perusahaan benih di luar negeri. Varietas unggul lokal yang dimiliki PT. SHS memiliki karakteristik produk keunggulan seperti rasa nasi pulen, tahan hama dan

2

Indonesian Commerce Newsletter.april 2009. Perkembangan Industri Tanaman Pangan. http://icn.co.id . Senin, November 08, 2010

3

Indonesian Commerce Newsletter.april 2009. Perkembangan Industri Tanaman Pangan. http://icn.co.id . Senin, November 08, 2010

4

Universitas Muhammadiyah Malang.2003. Perumusan Kelembagaan Benih Padi Indonesia (Studi Kepustakaan atas Kebijakan Perbenihan. http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/15/jiptummpp-gdl-s1-2004-aguswahyud-734-Pendahul-n.pdf . Senin, November 08, 2010


(5)

5

penyakit, namun memiliki umur yang panjang dan produksinya rendah. Sedangkan karakteristik benih padi dari luar memiliki keunggulan seperti produksinya tinggi, umurnya pendek, akan tetapi rasanya belum sesuai dengan yang diharapkan. Dengan kombinasi tersebut, maka akan dibentuk kerjasama dengan perusahaan benih di luar negeri dan harapannya dapat memperoleh varietas yang umurnya pendek, produksinya tinggi, rasanya enak, dan tahan hama dan penyakit. PT. SHS menargetkan pada 2011 PT. SHS sudah dapat menghasilkan varietas produksi benih padi hibrida yang memiliki produktivitasnya tinggi. Oleh karena itu PT. SHS mulai tahun 2008 membentuk breeding center.

Arintadisastra (1997), mengatakan bahwa guna mendukung peningkatan produktivitas melalui intensifikasi, maka perlu ditumbuh kembangkan petani penangkar benih dilokasi sentra produksi. Adapun salah satu Industri benih padi yang melakukan kerjasama dengan para petani penangkar benih yaitu PT. SHS.

Kerjasama merupakan makna yang terkandung di dalam kemitraan, dimana Kerjasama merupakan adanya interaksi dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam hubungannya dengan perbenihan, kerjasama tersebut dilakukan antara industri perbenihan dengan petani penangkar benih, alasannya adalah karena tidak ada industri benih yang mengelola sendiri benihnya. Karena hal ini menyangkut lahan dan sumberdaya manusia5.

1.2.Perumusan Masalah

Lahan yang digunakan oleh PT. SHS didalam produksi benih padi adalah lahan kerjasama dan swakelola. Lahan kerjasama adalah merupakan suatu bentuk kerjasama produksi benih padi dengan para petani penangkar benih di dalam berproduksi dengan alasan bahwa keterbatasan sumberdaya manusia didalam mengelola lahan area produksi. Lahan Swakelola merupakan lahan produksi yang dilakukan oleh karyawan PT. SHS dengan tujuan agar harga pokok produksi dapat lebih terkendali6

5

Sinar Tani.2008. Saham dan BUMP Solusi Peningkatan Kemitraan. http://sinartani.com . Senin, November 08, 2010 6


(6)

6

Hafsah (1999) dalam Lestari (2009), menambahkan bahwa dalam kondisi ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan yaitu 1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat; 2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, Wilayah, dan nasional; 5) memperluas kesempatan kerja; 6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Banyaknya jumlah petani penangkar benih sebagai mitra dari PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Petani Penangkar Benih Padi PT. SHS Per Musim Tanam.

Musim Tanam Jumlah Petani

(Orang)

2008/2009 1.469 2009 1.491 2009/2010 1.482

Sumber : SHS, 2010

Keterangan : n = Data tidak tersedia

Berdasarkan Tabel 5, didapatkan bahwa Pada musim tanam 2009/2010, penggunaan lahan kerjasama untuk memproduksi benih padi menurun menjadi 2.274,63 Ha atau mengalami penurunan 1,13 Ha yang diikuti penurunan jumlah petani penangkar menjadi 1.482 atau mengalami penurunan jumlah petani penangkar benih sebanyak 9 orang petani dengan rata-rata penggunaan lahan pada musim tanam 2009/2010 adalah 1,53 Ha.

Sebagian besar lahan yang dimiliki PT. SHS digunakan sebagai lahan kerjasama untuk memproduksi benih padi. Luas lahan kerjasama pada tahun 2010 ditetapkan seluas 2.274,63 Ha atau sebesar 72,20 persen dari total keseluruhan luasan. Adapun hasil produksi benih padi di PT. SHS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Produksi Benih Padi PT. SHS

Musim Tanam Swakelola Kerjasama Tanam (Ha) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg) Tanam (Ha) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg)

2008/2009 768.03 2.690.583 3.503 2.240,87 8.284.061 3.696

2009 736.77 1.907.785 2.589 2.275,76 6.674.271 2.932

2009/2010 736.77 2.967.872 4.028 2.274,63 6.447.949 2.834

Sumber : SHS, 2010

Produksi benih padi tertinggi terjadi pada musim tanam 2008/2009 mencapai 8.284.061 Kg dengan total luas tanam pada lahan kerjasama seluas


(7)

7

2.240,87 ha dengan produktivitas 3.696 Kg/Ha. Namun hingga musim tanam 2009/2010 mengalami penurunan mengenai total hasil produksi benih padi pada lahan kerjasama seluas 2.274,63 Ha yaitu sebesar 6.447.949 Kg dengan produktivitas 2.834 Kg/Ha. Walaupun pada musim tanam 2008/2009 dengan status luasan lahan yang lebih sedikit apabila dibandingkan dengan luas lahan pada musim tanam 2009/2010, akan tetapi hasil produksi mengalami penurunan sebesar 1.836.112 Kg dari musim tanam 2008/2009.

Adanya Penurunan produktivitas produksi benih yang dilakukan oleh petani penangkar pada lahan kerjasama mengalami kecenderungan menurun apabila dibandingkan dengan produktivitas produksi benih pada lahan swakelola yang dilakukan oleh karyawan PT. SHS.

Input dan penggunaan teknologi yang diterapkan pada lahan kerjasama dari musim tanam 2008/2009 sampai musim tanam 2009/2010 tidak mengalami perubahan kecuali luasan lahan produksi, akan tetapi output hasil produksi benih padi berupa gabah kering panen (GKP) dalam kilo gram per Ha pada lahan kerjasama mengalami penurunan hasil apabila dibandingkan dengan musim tanam 2008/2009 dengan luasan lahan produksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan luasan lahan produksi pada musim tanam 2009/2010. Melihat kondisi yang terjadi, hal tersebut akan berdampak kepada pendapatan yang diperoleh petani penangkar benih padi yang semakin menurun.

Benih Padi inbrida yang menjadi prioritas utama untuk di produksi pada lahan kerjasama PT. SHS adalah varietas ciherang yang menempati urutan pertama, alasannya adalah varietas ciherang banyak diminati di pasaran oleh para petani pada umumnya karena produksinya tinggi dan dapat mencapai potensi hasil 8,5 ton/ha7. Dalam upaya peningkatan hasil produksi (output), diduga tergantung kepada penggunaan input (Faktor-faktor produksi) secara optimal.

Rahim dan Hastuti (2008), menambahkan bahwa tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dimana harus mempunyai kualitas berfikir yang maju seperti para petani dapat mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama di dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang memiliki kualitas bagus sehingga memiliki nilai jual tinggi.

7


(8)

8

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan rumusan permasalahannya dalam bentuk pertanyaan (Statement of Problem) sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih ?

2. Berapa tingkat pendapatan Usahatani para petani penangkar benih padi varietas ciherang?

3. Bagaimana Pengaruh karakteristik umum yang dimiliki petani penangkar benih terhadap hasil produksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS ?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan di dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar benih.

2. Menganalisis pendapatan para petani penangkar benih padi varietas ciherang 3. Menganalisis pengaruh karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

hasil produksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat mengenai kajian penelitian ini dan dapat berguna bagi berbagai pihak yang terkait dan berkepentingan adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi bahan masukan dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi PT. SHS khususnya, dan perusahaan benih di Indonesia pada umumnya. Harapan tersebut berupa keputusan kebijakan yang dapat menciptakan keharmonisan yang berkesinambungan dan multiplier effect positif yang berkelanjutan demi kekontinuitasan di dalam memproduksi benih dengan cara menjaga kerjasama dengan para petani penangkar benih, serta memperbaiki segala bentuk kekurangan yang dapat menjadikan penurunan produktivitas produksi benih padi, dan diharapkan dapat terus meningkatkan kinerja perusahaan di dalam menghasilkan benih-benih bermutu tinggi demi ketersediaan supply benih padi baik inbrida maupun


(9)

9

hibrida untuk memenuhi target kebutuhan nasional di dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan di Indonesia.

2. Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah keragaman ilmu yang didapatkan, menjalin jaringan kerja (networking) yang lebih luas, serta dapat menyalurkan aspirasi para petani penangkar benih kepada perusahaan dan diharapkan kesejahteraan para petani dapat meningkat.


(10)

10

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benih

2.1.1. Pengertian

Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan suatu komponen agronomi (Sadjad et al, 1975 dalam Kartasapoetra, 1986). BPSB VI Maros (1988), mengatakan bahwa varietas adalah merupakan bagian dari suatu jenis tanaman yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat membedakan dengan golongannya di dalam jenis yang sama.

2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

Padi merupakan salah satu tanaman panganyang memiliki bentuk rumput berumpun. Tanaman padi termasuk ke dalam pertanian kuno yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monotyledonae Keluarga : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza

Spesies : Oryza spp.

Terdapat 25 spesies padi yang dikenal adalah Oryza sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan air8.

8

Smk.2010. Mengenal Tanaman Padi Lebih Dekat. http://smk.nuruljadid.net/admin/files/MENGENAL TANAMAN PADI LEBIH DEKAT.doc. Rabu, Desember 15, 2010


(11)

11

2.3. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang

Tanaman padi varietas ciherang termasuk ke dalam golongan padi cere, yang memiliki umur tanaman 116-125 hari setelah tanam dan memiliki anakan produktif sebanyak 14-17 batang dan memiliki potensi hasil panen sebanyak 8,5 Ton/Ha. Adapun mengenai karakteristik Tanaman padi varietas ciherang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Tanaman Padi Varietas Ciherang Uraian Keterangan Golongan Padi Cere

Umur tanaman 116-125 hari setelah tanam Bentuk tanaman Tegak

Tinggi tanaman 107-115 cm Anakan produktif 14-17 batang Bentuk gabah Panjang ramping Warna gabah Kuning bersih Kerontokan Sedang Kerebahan Sedang Tekstur nasi Pulen

Kadar amilosa 23% Indeks Glikemik 54 Bobot 1000 butir 28 g Rata-rata hasil 6,0 Ton/Ha Potensi hasil 8,5 Ton/Ha

Ketahanan terhadap Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl Dilepas tahun 2000

Sumber : Balitpa, 2009

2.4. Kerjasama Kemitraan

Dasar kerjasama kemitraan adalah kebutuhan bersama/yang bermitra, persoalan usaha, dan manfaat usaha. Pentingnya didalam membentuk suatu kemitraan adalah agar usaha kecil berorientasi pasar dan komersial, kendala-kendala usaha terpecahkan, serta adanya kepedulian usaha menengah dan besar. Adapun peranan pelaku kemitraan yaitu dimana 1) pengusaha besar melakukan pembinaan, pengembangan, dan bimbingan sumber daya manusia, penyandang dana/penjamin kredit, bimbingan teknologi, saprodi, menjamin pembelian hasil produksi, dan promosi hasil produksi; 2) Pengusaha kecil menerapkan teknologi dan kesepakatan dengan pengusaha besar, kerjasama antar pengusaha kecil untuk mendukung pasokan produksi kepada pengusaha besar, dan pengembangan profesionalisme sumber daya manusia.


(12)

12

Pola kemitraan dapat dikatakan dengan pola kemitraan langsung dan tidak langsung. Pola kemitraan langsung merupakan pembinaan dimana terdapat kaitan yang secara langsung dengan kegiatan usahanya, sedangkan pola kemitraan tidak langsung merupakan pembinaan dimana tanpa ada kaitan dengan kegiatan usahanya.

Pola kemitraan dapat dilihat sebagai vertikal dan horizontal. Pola kemitraan vertikal yaitu membagi risiko kepada unit dibawahnya. Adapun beberapa pola kemitraan vertical yaitu :

a) Pola Inti Plasma

Yaitu merupakan hubungan kerjasama kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma.

b) Pola Sub Kontrak

Yaitu dimana dua kelompok mitra memproduksi kebutuhan pasar perusahaan besar (adanya kontrak bersama).

c) Pola Dagang Umum

Yaitu kontrak antar pedagang d) Pola Waralaba/keagenan

Yaitu merupakan suatu hubungan kemitraan yang terjalin antara dua pihak atau lebih dimana kelompok mitra diberikan hak secara khusus untuk dapat memasarkan suatu barang/jasa usaha yang dimiliki oleh perusahaan mitra.

Pola kemitraan horizontal merupakan pola kemitraan yang secara bersama-sama menghadapi persaingan dari luar walaupun mereka sendiri melakukan persaingan sehat9.

2.4.1. Kemitraan Petani Penangkar Benih

Lestari (2009), mengatakan kemitraan adalah jalinan kerjasama di dalam menjalankan usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dengan mengandung prinsip saling menguntungkan. Alasannya adalah pada dasarnya kedua belah pihak atau lebih memiliki

9


(13)

13

kelemahan dan kelebihan, sehingga dengan adanya kemitraan yang terjalin tentunya akan saling melengkapi.

Melihat definisi dasar tersebut, maka didapatkan bahwa Kemitraan petani penangkar benih adalah suatu ikatan perjanjian kerjasama antara petani sebagai penangkar benih dengan perusahaan benih milik pemerintah ataupun swasta lokal dan luar negeri di dalam memproduksi benih, dimana terkandung makna saling menguntungkan dan saling membutuhkan terkait keterbatasan lahan dan sumberdaya manusia.

2.5. Produksi Benih Padi

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa produksi komoditas pertanian dapat dinyatakan sebagai suatu perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi di dalam menghasilkan komoditas berupa suatu kegiatan usahatani maupun usaha lainnya. Proses produksi komoditas pertanian atau disebut juga budidaya tanaman merupakan proses usaha bercocok tanam / budidaya di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material), dimana bahan segar tersebut nantinya akan dijadikan bahan baku setengah jadi (work in process) atau barang jadi (finished product). Di dalam proses produksi di lahan, dapat menggunakan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, dan manajemen.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa produksi benih padi adalah seperangkat proses kegiatan budidaya tanaman padi dengan menggunakan berbagai kombinasi input dan teknologi yang tersedia dengan menggunakan benih indukan (parent seed) berkualitas dan bermutu tinggi untuk menghasilkan output berupa benih padi bersertifikat sesuai dengan ketentuan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BPSB.

2.6. Penelitian Terdahulu

Lestari (2009), melakukan penelitian yang berkaitan terhadap pendapatan dan kepuasan peternak plasma didalam bermitra. Berdasarkan hasil mengenai karakteristik responden, didapatkan bahwa didapatkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen), menempuh pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang


(14)

14

(42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor (84 persen), peternak memiliki pekerjaan diluar usaha ternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan PT. X adalah untuk meningkatkan keuntungan (58 persen), lama bermitra dengan perusahaan PT. X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT. X didapatkan langsung dari pihak perusahaan (48 persen), dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah resiko usaha rendah (30 persen). Peternak yang memproduksi skala besar mendapatkan R/C rasio sebesar 1,066, sedangkan peternak yang memproduksi dalam skala sedang memperoleh nilai R/C rasio 1,069, maka didapatkan bahwa skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Femina (2006), melakukan penelitian yang berkaitan dengan dampak kebijakan harga gabah terhadap produksi padi di pulau jawa. Penelitian tersebut menggunakan persamaan simultan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di pulau jawa. Hasil penelitian yang dilakukan, maka didapatkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dimana memiliki variabel independen seperti harga dasar gabah, harga dasar pupuk urea, dan luas areal padi. Respon mengenai luas areal panen padi dalam jangka pendek inelastis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Disti (2006), melakukan penelitian dengan judul Analisa pendapatan dan efisiensi produksi usahatani program pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Hasil yang didapatkan bahwa berdasarkan evaluasi program PTT, maka teknologi yang masih digunakan oleh petani adalah penggunaan organic padat dan efisiensi penggunaan urea, SP36, dan phonska berdasarkan pupuk berimbang. Berdasarkan hasil perbandingan tingkat pendapatan, bahwa penggunaan faktor produksi usahatani masih dapat ditingkatkan, alasannya adalah ditunjukkan oleh nilai R/C rasio atas biaya tunai lebih besar dibandingkan dengan biaya aktual.

Rohela (2008), melakukan penelitian yang berjudul Dampak program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) terhadap pendapatan petani. Hasil


(15)

15

penelitian yang dilakukan adalah apabila dilihat dari bilai R/C rasio yang didapatkan bahwa nilai R/C rasio petani program lebih tinggi apabila dibandingkan dengan petani non program. Berdasarjan hasil analisis pendapatan usahatani bahwa petani padi program P2BN lebih tinggi yaitu sebesar 5.757 kg/Ha. Dalam pengujian efektif tidaknya program P2BN dalam meningkatkan pendapatan petani maka dilakukan analsisi regresi berganda dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan variabel independen yang dimiliki antara lain adalah biaya tenaga kerja, biaya saprodi, hasil produksi. Harga jual. Variabel dependennya adalah pendapatan petani, dengan dummy D1

untuk petani yang berpendidikan SMP, D2 utnuk petani yang berpendidikan SMA,

D3 untuk petani lahan sendiri, dan D4 untuk petani peserta program P2BN.

Penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Benih Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus : Petani Penangkar Benih PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manager (RM) I Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat memiliki persamaan dan perbedaan Persamaan dengan Lestari, Disti, dan Rohela adalah didalam menganalisa pendapatan yang didapatkan oleh petani, sedangkan persamaan dengan femina adalah didalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi. Persamaannya secara umum adalah terdapat beberapa kesamaan komoditi yang digunakan, menganalisis gambaran umum kemitraan, karakteristik responden, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya adalah lebih spesifik terhadap produksi benih dengan spesifik penggunaan varietas ciherang dan masalah yang diteliti berbeda.


(16)

16

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan didalam penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Soekartawi (2003), menambahkan bahwa tujuan dari usahatani antara lain dikategorikan menjadi dua yaitu maximum profit minimum profit, konsep maximum profit adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin, untuk memperoleh maximum profit. Sedangkan konsep minimum profit adalah bagaimana menekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa dalam usahatani, para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkannya, serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh. Biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya didalam usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai usahatani artinya adalah jumlah uang yang di bayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani dimana dapat berupa faktor produksi yang digunakan tanpa menggunakan biaya tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penggunaan bibit dari hasil produksi, dan penyusutan dari sarana produksi.

Dilihat dari sifatnya, biaya produksi terdiri dari fixed cost dan variabel cost. Fixed cost adalah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada besarnya produksi, sedangkan variabel cost adalah merupakan pengeluaran usahatani yang digunakan untuk tanaman tertentu dan jumlahnya berubah seiring besarnya produksi yang dilakukan. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjuaan produk usahatani yang diproduksi. Pengeluaran tunai


(17)

17

usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai disebut dengan pendapatan tunai usaha tani. pendpatan kotor usahatani disebut sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selisih antara pendapan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut sebagai pendapatan bersih tunai.

Soeharjo dan Patong (1973) dalam Nadhwatunnaja (2008), mangatakan bahwa pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, alasannya adalah kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu analisis pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Hernanto (1989) dalam Purba (2008), menambahkan salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan ( revenue-cost ratio atau R/C.

Analisis R/C digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani yang dilakukan berdasarkan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. Apabila R/C > 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Apabila R/C < 1, maka setiap unit yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh, dan apabila R/C = 1, maka kegiatan usaha impas (tidak untung/tidak rugi).

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangat kompleks, sehingga dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi biaya dan pendapatan terdiri dari 1) umur petani; 2) pendidikan; 3) pengetahuan; 4) pengalaman; 5) keterampilan; 6) luas lahan; 7) modal. Sedangkan untuk faktor eksternal yang memepengaruhi biaya dan pendapatan terdiri dari 1) ketersediaan input; 2) harga input; 3) permintaan output; 4) harga output. Adapun bagan mengenai faktor internal dan eksternal yang secara bersamaan mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Gambar 1.


(18)

18

Faktor Internal Faktor Eksternal

Umur Petani Input

Pendidikan a. Ketersediaan

Pengetahuan b. Harga

Keterampilan Output

Luas Lahan a. Permintaan

Modal b. Harga

Gambar 1. Faktor Internal dan Eksternal Usahatani Sumber : Suratiyah (2006)

3.1.2. Teori Produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Nicholson (1999), mengatakan bahwa produksi adalah kegiatan dalam menghasilkan output dengan menggunakan kombinasi input produksi dan teknologi terbaik yang dimiliki. Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa input dalam produksi biasa disebut sebagai faktor produksi.

3.1.3. Faktor Produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa faktor produksi disebut juga sebagai “korbanan produksi”, dimana faktor produksi atau disebut juga sebagai input di dalam berproduksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang dihasilkan (output). Dalam menghasilkan suatu produk, maka diperlukan adanya pengetahuan mengenai hubungan antara faktor input dan output. Hubungan antara input dan output disebut juga sebagai “factor relationship”.

Produksi merupakan suatu proses di dalam menciptakan suatu produk yang dihasilkan (output). Hubungan mengenai faktor produksi dengan produksi, dimana hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk (output). Produksi di dalam bidang pertanian dapat bervariasi, yang mana disebabkan karena perbedaan kualitas, alasannya adalah karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik, dan dilaksanakan dengan baik, dan begitu pula sebaliknya.

Usahatani


(19)

19

3.1.4. Fungsi Produksi

Lipsey (1995), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan mengenai input yang digunakan di dalam proses produksi dengan kuantitas hasil output yang dihasilkan.

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dipengaruhi (Y sebagai dependent) dan variabel yang mempengaruhinya (X sebagai independent), dimana variabel Y dijelaskan berupa output di dalam produksi dan variabel X dijelaskan berupa input di dalam produksi. Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa variabel input di dalam produksi dapat berupa seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi besar kecilnya produksi, namun tidak semua input dipakai di dalam analisis, hal tersebut tergantung dari penting tidaknya pengaruh input yang digunakan terhadap produksi. Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2,.., Xn)

Dimana :

Y = Output / hasil produksi

f = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor di dalam produksi dengan hasil produksi

X1, X2,.., Xn = input / faktor produksi

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Pengukuran tingkat produktivitas dari suatu produksi yang dilaksanakan memiliki dua tolak ukur yaitu produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR). PM adalah tambahan satu-satuan input di dalam produksi (X) yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu-satuan output produksi yang dihasilkan (Y). rumus penulisan PM adalah sebagai berikut :

PM = ǻ୷

οଡ଼౟

Dimana :

οY = Perubahan hasil produksi


(20)

20

Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input (X) dapat menyebabkan setiap tambahan unit output (Y) secara proporsional. Apabila terjadi suatu penambahan satu-satuan unit input produksi (X), akan tetapi menyebabkan satu-satuan unit output produksi yang menurun (Y), maka peristiwa tersebut disebut sebagai the law of diminishing returns (kenaikan hasil yang semakin berkurang) dimana menyebabkan PM turun. PR adalah perbandingan antara produk total per jumlah input. Rumus PR dapat dituliskan sebagai berikut :

PR = ଢ଼

ଡ଼౟

Dimana :

Y = Hasil produksi

Xi = Jumlah faktor produksi

Dalam mengukur perubahan yang terjadi dari produk total (PT) yang diproduksi/dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi (input) yang digunakan di dalam berproduksi dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi (Ep). Ep adalah persentase perubahan dari produk yang dihasilkan (output) akibat

persentase perubahan dari input produksi yang digunakan. Persamaan Ep dapat

dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

E୮ = PM .

1 PR Dimana :

Ep = Elastisitas Produksi

PM = Produk Marginal PR = Produk Rata-rata

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa Fungsi produksi berdasarkan nilai Ep terbagi menjadi tiga daerah yaitu :

1) Tahap I (increasing rate) dimana lebih dari satu (Ep > 1) yang artinya adalah

bahwa produksi masih dapat ditingkatkan dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak.

2) Tahap II (decreasing rate) dimana nol kurang dari Ep dan Ep kurang dari satu

(0 < Ep < 1) yang artinya adalah bahwa setiap penambahan faktor produksi


(21)

21

paling rendah nol persen. Daerah dua dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang menurun, dan pada daerah dua dicapai keuntungan maksimum dengan penggunaan faktor tertentu.

3) Tahap III (negative decreasing rate) dimana Ep kurang dari nol (Ep < 0) yang

artinya adalah setiap penambahan faktor produksi sebesar satu persen, maka akan menyebabkan penurunan tambahan produksi sebesar nilai Ep. Adapun

tahapan suatu proses di dalam produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Suatu Proses Produksi Sumber : Soekartawi, 1990

Keterangan : PT = Produk total PM = Produk marginal PR = Produk rata-rata Y = Produksi X = Faktor produksi

Ep>1

X1 X2 X3

X PM

PR PM/PR

Y

PT

Ep<0

0<Ep<1

III II


(22)

22

Berdasarkan gambar dua mengenai tahapan suatu proses produksi, maka Hubungan antara PM dan PT dapat dijelaskan bahwa :

1) Apabila PT meningkat, maka nilai PM akan positif

2) Apabila PT mencapai titik maksimum, maka PM akan berubah menjadi nol 3) Apabila PT mulai menurun, maka nilai PM akan negative

Hubungan antara PM dan PR antara lain adalah :

1) Apabila PM > PR, maka PR masih berada dalam keadaan menaik 2) Apabila PM < PR, maka PR dalam keadaan menurun

3) Apabila PM = PR, maka PR dalam keadaan maksimum.

Hubungan antara PM dan PT, PM dan PR dengan besar kecilnya nilai Ep

adalah sebagai berikut :

1) Ep = 1, dimana PR akan mencapai kondisi maksimum apabila PR = PM, dan

sebaliknya apabila PM = 0 dalam situasi PR keadaan menurun, maka Ep = 0.

2) Ep > 1, dimana PT dalam keadaan menaik pada tahap increasing rate dan PR

akan meningkat pada daerah I.

3) 0 < Ep < 1, dimana dalam kondisi tersebut maka setiap tambahan sejumlah

input yang digunakan tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang dihasilkan. Hal tersebut terjadi pada daerah II (rasional), dimana PT akan menaik pada tahap decreasing rate.

4) Ep < 0, dimana terletak pada daerah irrasional III. Dalam kondisi tersebut, PT

dalam keadaan menurun, nilai PM akan negatif, dan PR akan menurun. Apabila terus meningkatkan input produksi, maka akan tetap merugikan bagi petani yang berproduksi.

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa di dalam melakukan suatu kegiatan produksi, Returns to scale (RTS) perlu untuk diketahui dari kegiatan usaha produksi yang dilakukan dan disesuaikan dengan kaidah increasing, constant, atau decreasing returns to scale. RTS merupakan penjumlahan dari semua elastisitas faktor-faktor produksi, dimana terbagi menjadi tiga bagian yaitu : (1) decreasing returns to scale, dimana ȭܾ < 1, yang artinya bahwa proporsi penambahan input faktor produksi melebihi proporsi penambahan output produksi; (2) constant returns to scale, dimana ȭܾ = 1, yang artinya bahwa dalam


(23)

23

kondisi demikian setiap penambahan input faktor produksi akan proporsional dengan penambahan output produksi yang dihasilkan; (3) increasing returns to scale, dimana ȭܾ > 1, yang artinya berarti setiap proporsi penambahan input faktor produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang proporsinya lebih besar.

3.1.5.Model Fungsi Produksi

Soekartawi et al (1986), mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam memilih fungsi produksi yaitu :

1) Fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan kegiatan budidaya yang sebenarnya terjadi.

2) Fungsi produksi yang digunakan dapat dengan mudah untuk diukur atau dihitung secara statistik.

3) Fungsi produksi dapat dengan mudah untuk di artikan khususnya arti ekonomi dan parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

Model fungsi produksi yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Soekartawi (1990), mengatakan bahwa model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang dijelaskan biasa disebut dengan istilah dependent (Y) dan variabel yang menjelaskan biasa disebut dengan istilah independent (X).

Soekartawi (1990), menambahkan bahwa penyelesaian mengenai hubungan antara variabel dependent dan independent dalam fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Penyelesaian di dalam fungsi produksi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, dengan persyaratan :

1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, alasannya adalah karena logaritma dari nol adalah merupakan suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).


(24)

24

2) Diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respective technologies), apabila fungsi Cobb-Douglas dipakai sebagai model di dalam pengamatan, dan bila diperlukan adanya analisis yang memerlukan model lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan tidak terletak pada slope model tersebut.

3) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah terkandung di dalam disturbance term.

Pertimbangan dasar dalam penggunaan model fungsi produksi Cobb-Douglas berdasarkan kelebihan yang dimiliki antara lain :

1) Penyelesaian relatif lebih mudah, karena dapat dirubah ke dalam bentuk linear.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran nilai elastisitas. 3) Besaran nilai elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran

returns to scale (RTS).

Model fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki beberapa kelemahan yang dimiliki diantaranya yaitu :

1) Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan Ep bernilai negatif atau

memiliki nilai terlalu besar atau memiliki nilai terlalu kecil. Spesifikasi variabel yang keliru dapat menimbulkan adanya multikolinearitas pada variabel independent (X) yang digunakan sebagai input faktor produksi.

2) Kesalahan di dalam pengukuran variabel dapat menyebabkan nilai besaran Ep

terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3) Terjadi adanya multikolinearitas, dimana variabel X tidak mempunyai hubungan kuat di dalam mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X tersebut dipengaruhi oleh variabel X lainnya yang termasuk ke dalam input faktor produksi.

Persamaan model fungsi produksi Cobb-Douglas secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :


(25)

25

Y = aXୠభXୠమXୠయ… Xୠ౟… Xୠ౤e୳

Dimana :

Y = variabel dependent Xi = variabel independent

a,b = besaran yang akan diduga

u = disturbance term (unsur sisa/galat) e = logaritma natural (2,718)

Berdasarkan beberapa kelemahan yang dimiliki model fungsi produksi Cobb-Douglas, maka dalam mempermudah pendugaan terhadap persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk double logaritme natural (ln) dengan cara melogaritmakan persamaan yang dimiliki di dalam penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + … + bi ln Xi + … + bn ln Xn + u

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai b1 sampai bn

adalah tetap walaupun variabel X1 sampai Xn yang terlibat telah dilogaritmakan.

Alasannya adalah karena b1 sampai bn pada model fungsi produksi Cobb-Douglas

sekaligus sebagai Ep variabel Xn terhadap Y.

Parameter dugaan dari fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah di transformasikan dalam bentuk double logaritme natural (ln) merupakan bentuk linear berganda (variabel independent lebih dari satu), yang kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square). Metode pendugaan OLS dapat dipakai apabila memenuhi beberapa asumsi diantaranya yaitu :

1) Variabel u adalah variabel acak yang riil dimana memiliki nilai tengah nol; E (un) = 0

2) Homoskedastisitas, dimana ragam untuk setiap ui memiliki nilai sama untuk

setiap pengamatan Xi; E (ui2) = ıଶ (varians konstan)

3) Tidak terdapat autokorelasi; E (uiun) = 0, dimana i QFRY

4) Besaran ui menyebar secara normal; ui ~ N (0, ıଶ)

5) Nilai ui dan Xi adalah independen; E (uiX1i) = E (uiX2i) = 0


(26)

26

3.2. Hubungan Karakteristik Petani Penangkar Benih Terhadap Produksi

Suratiyah (2006), mengatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu bagi keberhasilan kegiatan usahatani. karakteristik yang dimiliki petani merupakan faktor penting yang dimiliki petani di dalam menjalankan usahataninya karna akan berdampak kepada biaya dan pendapatan pada akhirnya dalam mengelola usahataninya.

Besarnya pendapatan yang diterima petani berdasarkan banyaknya hasil produksi benih yang dihasilkan pada satu satuan waktu produksi. Oleh karena itu karakteristik yang dimiliki petani memiliki hubungan terhadap hasil produksi yang akan dicapai. Suratiyah (2006), menambahkan bahwa apabila ditinjau dari segi usia, semakin tua umur petani maka akan semakin berpengalaman dan semakin baik dalam mengelola usahataninya, akan tetapi semakin tua umur petani maka akansemakin menurun kemampuan fisiknya sehingga memerlukan tenaga kerja tambahan dalam mengelola usahataninya.

Pendidikan yang ditempuh oleh petani baik formal dan terutama non formal misalnya seperti adanya kursus yang diberikan oleh kelompok tani setempat, penyuluhan, atau studi banding yang pada akhirnya dapat membuka jalan fikiran petani dan menambah keterampilan dan pengalaman petani didalam mengelola usahatani yang dijalankannya.

3.3. Kerangka Operasional

PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar benih. Kerjasama kemitraan akan dapat berlangsung dengan adanya persetujuan dari PT. SHS selaku perusahaan inti dan pihak petani penangkar selaku plasma. Bagi PT. SHS kerjasama kemitraan tersebut berfungsi guna untuk memenuhi kebutuhan dan kekontinuitasan produksi yang berorientasi terhadap profit. Sedangkan bagi petani penangkar kerjasama kemitraan tersebut dapat membantu didalam memperoleh bantuan modal, jaminan pemasaran produk hasil produksi benih,dan pemberian pelatihan mengenai budidaya produksi benih padi yang baik.

Produksi Benih padi PT. SHS sebagian besar memproduksi benih padi varietas ciherang. Adanya penurunan hasil produksi terjadi pada musim tanam 2008/2009 sampai dengan 2009/2010. Dengan memperhatikan kondisi diatas,


(27)

27

telah terjadi adanya penurunan produksi benih padi varietas ciherang dari para petani penangkar benih yang berkerjasama dengan PT. SHS. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan menurunnya produksi benih padi varietas ciherang yang di produksi oleh para petani penangkar benih, karakteristik umum petani penangkar benih dan kemitraan yang terjalin.

Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk melihat banyaknya penerimaan yang didapatkan petani penangkar didalam memproduksi benih padi varietas ciherang. Korelasi antara atribut karakteristik umum petani penangkar benih terhadap produksi dianalisis menggunakan korelasi rank spearman dengan variable X yang terkandung adalah usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Sedangkan variabel Y nya adalah hasil produksi. Alasan menggunakan korelasi rank spearman adalah data yang digunakan berbentuk data ordinal.

Dari hasil analisis tersebut diatas dapat dilihat mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dimana penyelesaiannya mengenai hubungan antara variabel dependen dan independen, maka parameter-parameternya harus ditransformasikan kedalam double logaritme natural (ln) sehingga merupakan suatu bentuk liniear berganda yang kemudian dianalisis menggunakan metode ordinary least square (OLS). Alasan menggunakan analisis OLS adalah karena data yang digunakan berbentuk rasio dan digunakan untuk menjelaskan mengenai hubungan antara variable X mempengaruhi Y. Bagan kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.


(28)

28

Gambar 3. Bagan Kerangka Operasional Ordinary Least

Square (OLS)

x PT. SHS melakukan kerjasama kemitraan dengan para petani penangkar benih untuk memproduksi benih padi pada lahan kerjasama

x Prioritas benih padi yang diproduksi yaitu varietas ciherang

Produktivitas produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh petani penangkar mengalami penurunan

PT. Sang Hyang Seri

Rekomendasi kepada PT. SHS berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang agar dapat tercapai

optimalisasi produksi benih padi varietas ciherang Analisis Faktor-faktor yang

mempengaruhi Produksi Benih varietas Ciherang

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis Pendapatan usahatani

Analisis Pendapatan R/C

Karakteristik umum petani penangkar benih terhadap

produksi

Uji Korelasi Rank Spearman


(29)

29

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Unit Bisnis Daerah (UBD) Khusus Sukamandi, Subang – Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dimana teknik penentuan berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut antara lain adalah 1). PT. SHS merupakan produsen benih padi terbesar di Indonesia yang menguasai 25 persen benih padi di Indonesia dengan kapasitas produksi benih padi 25.000 ton per tahun, 2). PT. SHS memiliki lahan sawah yaitu 3.150,65 hektar dalam satu lokasi dan berada dalam satu pengelolaan manajemen. Kegiatan pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan Stratified Sample. Metode tersebut digunakan jika populasi yang tidak homogen, maka populasi dibagi kedalam kelompok yang homogen lebih dahulu atau dalam strata, dan anggota sample ditarik dari setiap strata (Nazir, 2005). Adapun mengenai jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama yang dikelola dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Petani Mitra Berdasarkan Luasan Lahan Kerjasama yang Dikelola Musim 2010/2011

Luas Lahan (Ha) Jumlah Petani Persen (%) Jumlah Responden

1,00-1,50 574 48 48

1,51-2,00 521 44 44

> 2,00 89 8 8

Total 1184 100 100

Sumber : SHS, 2010 (Data Diolah)

Dalam pengambilan responden dilakukan dengan menggunakan convinience sampling yang artinya adalah kemudahan di dalam memperoleh responden untuk penelitian, dilakukan setelah jumlah responden telah ditentukan berdasarkan persentase proporsional pada setiap luasan lahan yang memproduksi benih padi varietas ciherang. Dalam penerapannya, penulis diperbantukan oleh setiap koordinator wilayah PT. SHS untuk bertemu dengan petani penangkar.


(30)

30

Alasannya adalah sulitnya didalam membedakan antara petani yang melakukan kemitraan dengan tenaga kerja atau buruh harian dikarenakan luasan lahan yang terlalu luas.

Berdasarkan Tabel 8, didapatkan bahwa jumlah petani penangkar benih untuk dijadikan sebagai responden berjumlah 100 orang pada lahan kerjasama yang memproduksi benih varietas ciherang di PT. SHS. Penentuan jumlah tersebut dengan alasan jumlah petani mitra berdasarkan luasan lahan kerjasama yang dikelola oleh petani penangkar benih.

4.3. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data primer adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di lapangan oleh seseorang yang akan melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Sugiyono, 2009). Data primer didapatkan secara langsung di lapangan, dimana berdasarkan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik umum dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang oleh petani penangkar benih yang berkerjasama dengan PT. SHS. Selain itu, diperoleh juga mengenai data-data yang berkaitan dengan perusahaan. Sedangkan dari segi waktunya merupakan data cross section yang artinya adalah data yang diperoleh pada saat pengumpulan di lapang dan diambil dalam kurun waktu tertentu sesuai kebutuhan penelitian.

Data sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengunpul data atau seseorang yang akan melakukan penelitian. Data sekunder diperoleh dari lembaga Departemen Pertanian (Deptan), Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, dan internet.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sugiyono (2009), mengatakan metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama di dalam melaksanakan penelitian, alasan tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun macam-macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, Kuesioner (Angket), trianggulasi/ gabungan tertera pada Gambar 4.


(31)

31

Gambar 4. Macam-macam Teknik Pengumpulan Data Sumber : Sugiyono (2009)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara

Nazir (2005), mengatakan bahwa wawancara Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

4.5. Metode Pengolahan Data

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi berdasarkan data yang ditemukan di lapangan. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian dimana data penelitian yang dimiliki berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik.

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan statistik deskriptif, dimana digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya berdasarkan data yang didapatkan dilapangan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif dapat menggunakan statistik inferensia yang artinya adalah

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara

Kuesioner (Angket) Obsevasi


(32)

32

teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis suatu data sampel, dan hasilnya akan diberlakukan untuk populasi sampel yang dimiliki.

Statistik inferensia meliputi statistik parametris dan non parametris. Penelitian ini menggunakan uji statistik parametris dan non parametris. Uji statistik parametris merupakan pengujian yang memerlukan terpenuhi banyak asumsi dan statistik parametris dapat digunakan untuk data yang berbentuk interval dan rasio. Asumsi yang utama adalah dimana data yang akan di analisis harus berdistribusi normal. Statistik non parametris merupakan pengujian yang tidak memerlukan terpenuhinya banyak asumsi dan digunakan apabila datanya berbentuk nominal atau ordinal.

Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum kemitraan yang dilaksanakan oleh PT. SHS dengan para petani penangkar benih. Karakteristik umum petani penangkar benih, dan Karakteristik Usahatani akan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan dalam bentuk tabulasi frekuensi sederhana.

Data kuantitatif akan digunakan untuk menganalisis pendapatan usahatani dengan menggunakan analisis R/C, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih padi varietas ciherang akan dianalisis menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diselesaikan menggunakan metode ordinary least square (OLS), dan menganalisis hubungan karakteristik petani penangkar terhadap produksi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan alat analisis korelasi rank spearman.

Pengolahan data primer menggunakan Microsoft Excel, dan SPSS 14, yang bertujuan untuk memperoleh hasil dan kesimpulan berdasarkan data yang telah terkumpul.

4.5.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 4.5.1.1. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Soekartawi (1990), mengatakan bahwa fungsi produksi adalah merupakan hubungan fisik antara variabel yang dipengaruhi/dijelaskan (Y) dan variabel yang mempengaruhi/menjelaskan (X). variabel Y berupa output produksi dan variabel X berupa input produksi.


(33)

33

Fungsi produksi yang digunakan adalah menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan menetapkan terlebih dahulu faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi benih padi varietas ciherang di PT. SHS RM I UBD Khusus Sukamandi, Subang-Jawa Barat, dan langkah selanjutnya adalah menyusun faktor produksi yang digunakan (input) kedalam suatu model fungsi produksi Cobb-Douglas untuk menduga hubungan mengenai faktor produksi yang digunakan (input) dengan jumlah produksi yang dihasilkan (output).

Rahim dan Hastuti (2008), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian yaitu lahan pertanian, tenaga kerja, modal (fixed cost, variabel cost), pupuk (urea, TSP, KCl), pestisida, benih/bibit, teknologi, dan manajemen.

Soekartawi et al (1986), menambahkan bahwa input produksi seperti lahan, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi besar kecilnya output produksi yang diperoleh, namun tidak semua masukan tersebut digunakan dalam analisis yang dilakukan, hal tersebut tergantung dari penting atau tidaknya pengaruh input produksi terhadap output yang diperoleh.

4.5.1.2. Uji Asumsi Ordinary Least Square

Metode pendugaan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah menggunakan uji asumsi Ordinary Least Square, dan didalam penyelesaian penghitungan uji asumsi OLS dihitung menggunakan software minitab 14. Asumsi dalam ordinary least square yaitu model linier (dalam parameter), komponen error (menyebar acak & normal dengan nilai tengah 0), ragamnya homogen, dan terdapat autokorelasi, dan tidak terdapat multikolinear diantara variabel independent (X). Dengan mengacu kepada asumsi OLS, maka pengujian awal yang harus dilakukan agar pengujian OLS dapat digunakan adalah sebagai berikut :

1) Uji Normalitas

Sugiyono (2009), mengatakan bahwa untuk menguji normalitas data yang berbentuk rasio dapat menggunakan statistik parametris. Iriawan dan Astuti (2006) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa residual di dalam model regresi telah menyebar mengikuti distribusi normal, dan nilai P-Value


(34)

34

uji normal residual pada grafik telah melebihi 15 persen. Pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menggunakan statistik parametris karena data yang di uji berbentuk ratio dan akan di uji menggunakan Chi Kuadrat.

2) Homoskedastisitas

Iriawan dan Astuti (2006) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa suatu model akan memenuhi asumsi homoskedastisitas, dimana memiliki kandungan error yang sama, yaitu nilai Y bervariasi dan memiliki satuan yang sama baik untuk nilai variabel X yang tinggi ataupun nilai variabel X yang rendah. Hal tersebut dilihat dari plot antara sisaan dengan nilai dugaan yang telah menunjukkan bahwa titik-titik tersebut telah menyebar secara acak dan tidak membentuk pola.

3) Multikolinearitas

Soekartawi (2003) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa multikolinearitas merupakan situasi yang nilai-nilai pengamatan memiliki hubungan yang kuat, sehingga menyebabkan variabel X tidak begitu mempengaruhi variabel Y, akan tetapi variabel X dipengaruhi oleh variabel X. Dalam mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Varians Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF>10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya multikolinear diantara variabel Independent (X).

4) Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar error satu dengan yang lainnya. Gujarati (1993) diacu dalam Nadhwatunnaja (2008), menambahkan bahwa autokorelasi merupakan suatu kondisi linier antara serangkaian anggota observasi, dimana berdasarkan waktu dan ruang. Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa masalah mengenai adanya autokorelasi pada umumnya terdapat pada data time series. Di dalam penelitian ini tidak dilakukan autokorelasi, alasannya adalah data yang digunakan di dalam penelitian ini bukan menggunakan data time series, akan tetapi menggunakan data cross section.

Secara matematik model fungsi produksi Cobb-Douglas yang di transformasikan ke dalam bentuk linier dan dianalisis menggunakan uji asumsi Ordinary Least Square adalah sebagai berikut :


(35)

35

lnY= lnߚ + ߚlnX1 + ߚଶlnX2 + ߚଷlnX3 + ߚସlnX4 + ߚହlnX5 + ߚ଺lnX6 + ߚ଻lnX7 + u

Dimana :

lnY = Hasil Produksi per musim tanam (Kg) lnX1 = Luas lahan (m2)

lnX2 = Benih (Kg)

lnX3 = Urea (Kg)

lnX4 = TSP (Kg)

lnX5 = NPK (Kg)

lnX6 = Obat-obatan (ml)

lnX7 = Tenaga Kerja (Rp)

lnߚ = Nilai Konstanta (Intercept)

ߚ, ߚ, …ߚ = Koefisien Regresi (Slope)

u = disturbance term (unsur sisa/galat) Unsur error (u) di dalam model mewakili :

x Variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model

x Komponen Nonlinieritas hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent

x Adanya salah ukur saat melakukan observasi x Kejadian yang sifatnya Random

Dengan menggunakan Metode Ordinary Least Square, digunakan untuk mencari Pendugaan Koefisien Regresi. untuk menguji hipotesis digunakan Uji-F dan Uji-T serta didukung dengan nilai Koefisien Determinasi (R2).

x R2

Gujarati (1993) dalam Nadhwatunnaja (2008), mengatakan bahwa

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur besarnya variabel variasi-variasi variabel Dependen (Y) yang dapat dijelaskan oleh model (R2), sedangkan besarnya variabel-variabel Dependen yang tidak dapat dijelaskan di dalam model (1-R2) maka akan dijelaskan oleh komponen error (u). Nilai koefisien determinasi berkisar antara nilai nol (0) dan satu (1), apabila nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaan mengenai produktivitas yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(36)

36

x Uji-F

Uji-F digunakan untuk melihat mengenai variabel independen (X) apakah berpengaruh terhadap variabel tidak dependen (Y). Di dalam penelitian ini untuk melihat apakah model dugaan yang digunakan signifikan untuk menduga variabel X mempengaruhi variabel Y.

Dari Tabel F, untuk taraf nyata = ן, V1 = k & V2 = (n-k-1), maka akan

diperoleh nilai Fן(v1=k & v2=(n-k-1)). Kriteria ujinya adalah Bila Fhit > Fן(v1, v2) atau

apabila P < ן, maka dapat disimpulkan bahwa tolak H0 pada taraf nyata ן.

Berdasarkan kriteria Uji-F, maka apabila Fhit > Fן atau P < ן, maka secara

bersamaan variabel-variabel independen memiliki pengaruh yang nyata terhadap dependen (Y), maka tolak H0, dan sebaliknya apabila Fhit < Fן atau P > ן, maka

terima H0, yang artinya adalah secara bersamaan variabel-variabel independen

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

x Uji-t

Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah koefisien regresi dugaan dari masing-masing variabel independen (Xi) berpengaruh nyata atau tidak terhadap

variabel dependen (Y).

Uji statistik yang digunakan di dalam pengujian signifikansi masing-masing koefisien regresi dugaan menggunakan Uji-t adalah sebagai berikut :

t

hit

=

௕೔ ௌ௕೔

Dimana :

bi = Koefisien regresi ke-i

Sbi = Standar Deviasi Koefisien Regresi ke-i

Dari tabel T, untuk taraf nyata = ן & DF = (n-k-1), maka akan diperoleh nilai tן(௡ି௞ିଵ). Kriteria Uji-t adalah Bila |t୦୧୲| > t(ן/,௡ି௞ିଵ) atau bila P < ן, maka dapat disimpulkan tolak H0 pada taraf nyata ן (uji 2 arah). Apabila |t୦୧୲| <


(37)

37

Berdasarkan kriteria Uji-t, maka dapat disimpulkan bahwa apabila bi

memiliki tanda positif, maka dapat disimpulkan bahwa apabila Xi meningkat satu

satuan Xi, maka diduga variabel dependen (Y) rata-rata akan meningkat sebesar bi

satuan Y, Cateris paribus. Apabila bi memiliki tanda negatif, maka dapat

disimpulkan bahwa apabila Xi meningkat satu satuan Xi, maka diduga variabel

dependen (Y) rata-rata akan turun sebesar bi satuan Y, Cateris paribus.

4.5.1.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka diajukan hipotesis sebagai dasar pertimbangan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

o Tolak H0, Bila |t୦୧୲| > t(ן/ଶ,௡ି௞ିଵ)

o Terima H0, Bila |t୦୧୲| < t(ן/ଶ,௡ି௞ିଵ)

Kriteria Uji-t adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak memiliki hubungan nyata input produksi yang digunakan dapat

mempengaruhi hasil produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh para petani penangkar benih.

H1 : Adanya input produksi yang memiliki hubungan dalam mempengaruhi

produksi benih padi varietas ciherang yang diproduksi oleh para petani penangkar benih.

4.5.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Dalam menganalisis pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan antara penerimaan usahatani (total revenue) dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi. Penerimaan total usahatani merupakan nilai dari harga dikalikan dengan total produksi dalam periode tertentu. Total biaya pengeluaran merupakan semua nilai factor produksi yang dipergunakan didalam menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan yang dikurangi dengan pengeluaran total. Adapun rumus pendapatan usahatani adalah sebagai berikut :

TR = Y + L

TC = (P + B + PE) + (TK + BL)


(38)

38

Dimana :

TR = Total penerimaan (Total revenue) (Rp) TC = Total biaya (Total cost) (Rp)

ʌ

= Pendapatan (Rp)

Y = Penerimaan dari penjualan hasil produksi benih (Rp) L = Penerimaan Lain-lain (Rp)

P = Biaya Pupuk (Rp) B = Biaya Benih (Rp) PE = Biaya obat tanaman (Rp) TK = Biaya tenaga Kerja (Rp) BL = Biaya lain-lain

Dengan kriteria sebagai berikut :

x Apabila TR > TC, maka usaha tersebut menguntungkan x Apabila TR = TC, maka usaha tersebut impas

x Apabila TR < TC, maka usaha tersebut rugi

4.5.2.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C) menggambarkan penerimaan yang diperoleh dari setiap satu-satuan biaya yang dikeluarkan didalam kegiatan usahatani. R/C digunakan untuk mengetahui mengenai tingkat keuntungan relative kegiatan usahatani yang dijalankan. Adapun rumus R/C antara lain adalah sebagai berikut :

R/C =୘ୖ

୘େ

R/C menunjukkan besarnya penerimaan untuk setiap satu satuan rupiah biaya yang dilakukan dalam periode tertentu. Rumus yang digunakan dalam R/C adalah apabila R/C > 1 maka usahatani tersebut menguntungkan untuk dijalankan, yang artinya adalah penerimaan yang diperoleh lebih besar dari setiap unit biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam periode produksi tertentu, dan apabila R/C < 1 maka usahatani tersebut tidak menguntungkan, yang artinya adalah penerimaan yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam periode produksi tertentu.

4.5.2.2. Pengujian Skala Usaha

Pengujian skala usaha (return to scale) petani penangkar benih yang memproduksi benih padi varietas ciherang dilakukan menggunakan model regresi


(39)

39

yang terbatas (constraint regression), dimana dilakukan adanya pembatasan model berdasarkan kondisi skala hasil yang tetap (constant return to scale, ™Ei =

1). Adapun hipotesis pengujian yang dilakukan didalam pengujian ini adalah :

H0 : ™Ei = 1 (Constant Return to Scale)

H1 : ™EiWLGDNConstant Return to Scale)

Uji statistik yang digunakan adalah :

F-Hitung = (σୣమమିσୣభమ)/௠

σୣభమ/(௡ି௞)

Dimana :

σe

12 = error sumsquare (ESS) dari regresi yang tidak dibatasi

σe

22 = error sumsquare (ESS) dari regresi yang dibatasi

m = banyaknya pembatasan linear n = jumlah sampel

k = banyaknya parameter dalam regresi yang tidak dibatasi (n-k) = derajat bebas (degree of freedom)

Kriteria uji :

Apabila F-Hitung < F-Tabel (m, n-k), maka terima H0

Apabila F-Hitung > F-Tabel (m, n-k), maka tolak H0

4.5.3. Analisis Korelasi Atribut Karakteristik Umum Petani Penangkar Benih Padi Varietas Ciherang Terhadap Produksi

Dalam menganalisis hubungan karakteristik terhadap produksi menggunakan alat analisis korelasi rank spearman dengan atribut karakteristik umum petani penangkar benih yaitu usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Penyelesaian didalam menganalisis hubungan karakteristik terhadap produksi diselesaikan menggunakan software SPSS 19. Sugiyono (2009), mengatakan bahwa korelasi rank spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variable yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variable tidak harus sama.

Nazir (2005), mengatakan bahwa Pengujian hipotesis korelasi rank spearman menggunakan statistik non parametrik, dimana pengukurannya berupa


(40)

40

respon kualitatif atau nilai-nilai pada skala ordinal dengan diberikan peringkat menurut urutan tertentu dan menganalisis peringkat-peringkat tersebut. Adapun rumus korelasi rank spearman adalah sebagai berikut :

r= 1െ 6Ȉdi ଶ

nଷn

Dimana :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Selisih Besarnya Rank dari peubah X dan Y n = Banyaknya Contoh

Besarnya nilai rs terletak antara -1 < rs < 1, yang artinya adalah :

rs = 1, hubungan antara X dan Y sempurna positif (hubungan sangat kuat positif)

rs = -1, hubungan X dan Y Sangat sempurna negative

rs = 0, hubungan X dan Y bersifat lemah (tidak ada hubungan)

Dalam menentukan kuat atau lemahnya korelasi antara X dan Y, maka digunakan ketentuan sebagai berikut :

x r mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan searah

x r mendekati -1, maka hubungan sangat kuat tetapi tidak searah antara X dan Y x r memiliki nilai dibawah 0,5 atau -0,5 maka memiliki hubungan kurang kuat

antara X dan Y.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan ketentuan sebagai berikut :

Sangat baik = 4

Baik = 3

Tidak Baik = 2 Sangat Tidak baik = 1

Alasan dalam menggunakan skala likert antara lain adalah untuk menghindari jawaban yang samar, artinya dengan menggunakan skala 4 tingkatan maka terdapat kepastian perbedaan yang jelas antar jawaban.

4.5.3.1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis hubungan atribut karakteristik petani penangkar benih terhadap produksi, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :


(41)

41

H0 = Tidak terdapat hubungan nyata atribut karakteristik petani penangkar benih

terhadap produksi

H1 = Terdapat hubungan nyata atribut karakteristik petani penangkar benih

terhadap produksi .

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

x Tolak H0, apabila nilai signifikan > 0,05, artinya adalah terdapat hubungan

nyata atribut karakteristik petani penangkar benih terhadap produksi

x Terima H0, apabila nilai signifikan < 0,05, artinya adalah Tidak terdapat

hubungan nyata atribut karakteristik petani penangkar benih terhadap produksi

4.5.4. Definisis Operasional 4.5.4.1. Usia

Tingkat usia petani penangkar benih diukur berdasarkan tingkatan yang dibagi menjadi usia 17-27 tahun, usia 28-38 tahun, usia 39-49 tahun, usia > 50 tahun.

4.5.4.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh petani penangkar benih diukur berdasarkan beberapa tingkatan yaitu Tidak Sekolah, SD, SMP, dan SMA.

4.5.4.3. Pengalaman

Pengalaman diukur berdasarkan lamanya petani penangkar benih memproduksi benih padi, dimana diukur berdasarkan beberapa tingkatan yaitu 1-5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun, dan > 16 tahun.

4.5.4.4. Pelatihan

Pelatihan diukur berdasarkan banyaknya pelatihan yang diikuti oleh petani penangkar benih dalam memproduksi benih, yaitu 1 kali dalam setahun, 2 kali dalam setahun, 3 kali dalam setahun, dan > 4 kali dalam setahun.

4.5.4.5. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan banyaknya anggota keluarga yang dibiayai seperti istri, anak, dan saudara. Jumlah tanggungan dianalisis berdasarkan beberapa tingkatan diantaranya yaitu 1-3 orang, 4-5 orang, 6-7 orang, dan > 8 orang.


(42)

42

4.5.4.6. Pendapatan

Pendapatan dilihat dari mutu kehidupan para dimana merupakan gabungan pendapatan dari produksi benih padi varietas ciherang dan pendapatan di luar produksi benih per bulannya. Pendapatan petani penangkar benih dari produksi benih padi adalah banyaknya penerimaan yang didapatkan petani penangkar benih didalam memproduksi benih padi varietas ciherang, sedangkan pendapatan di luar produksi benih merupakan penerimaan yang didapatkan oleh petani penangkar benih dengan melakukan suatu pekerjaan atau usaha diluar produksi. Pendapatan diukur berdasarkan beberapa tingkatan yaitu ”MXWDEXODQ– 1,9 Juta/bulan, 2 – 2,9 Juta/bulan, •-XWDEXODQ

4.5.4.7. Kerjasama Kemitraan

Kerjasama kemitraan merupakan suatu jalinan kerjasama antara PPBPVC dengan PT. SHS selaku perusahaan inti didalam memproduksi benih padi varietas ciherang.

4.5.4.8. Produksi

Produksi adalah kegiatan dalam menghasilkan output dengan menggunakan kombinasi input produksi dan teknologi terbaik yang dimiliki (Soekartawi et al, 1986). Pengukuran hasil output produksi dalam penelitian ini adalah menggunakan satuan Kilogram (Kg) per luasan lahan yang diproduksi.

4.5.4.9. Luas Lahan (X1)

Luas lahan merupakan faktor produksi utama di dalam memproduksi benih padi. Satuan luasan yang digunakan untuk mengukur luas lahan yang dikelola adalah meter persegi (m2). Hipotesis yang digunakan adalah semakin luas lahan yang dikelola oleh petani penangkar benih, maka semakin tinggi produksi benih padi varietas ciherang.

4.5.4.10. Benih (X2)

Benih merupakan salah satu input produksi utama di dalam memproduksi calon benih dengan menggunakan parent seed (benih tetua/indukan). Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan benih parent seed yang digunakan berdasarkan kebutuhan benih per satuan luas lahan tanam berdasarkan


(43)

43

anjuran penggunaan, maka semakin tinggi produksi benih padi. Satuan yang digunakan untuk benih adalah Kilogram (Kg)

4.5.4.11. Urea (X3)

Hadisuwito (2007), mengatakan bahwa Urea merupakan salah satu jenis pupuk tunggal dengan kandungan hara makro yang dibutuhkan bagi tanaman dengan kandungan unsur kimia Nitrogen (N). penggunaan pupuk urea dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Alasannya adalah tanaman yang kekurangan unsur N akan terus mengecil (kerdil), bahkan secara cepat berubah menjadi kuning karena N yang tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan klorofilselain itu, apabila tanaman kekurangan kekurangan klorofil maka akan menyebabkan kemampuan tanaman memproduksi karbohidrat menjadi berkurang.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk urea sesuai anjuran penggunaan, maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan untuk pupuk urea adalah Kilogram (Kg).

4.5.4.12. TSP (X4)

Pupuk TSP merupakan salah satu jenis pupuk tunggal yang dibutuhkan bagi tanaman dengan kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan bagi tanaman dengan kandungan unsur kimia Fosfor (P2O5). Penggunaan pupuk TSP dapat

mendukung pertumbuhan tanaman, alasannya adalah unsur P2O5 merupakan zat

yang penting sebagai sumber energy, oleh karena itu apabila tanaman kekurangan unsur P2O5, maka dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi metabolism

tanaman, sementara itu, kandungan fosfor pada tanaman dapat membantu dalam proses pertumbuhan bunga, buah, dan biji, serta mempercepat proses pematangan buah. Apabila tanaman kekurangan unsur P2O5, maka dapat menyebabkan daun

dan batang tanaman menjadi kecil, daun tanaman berwarna hijau keabu-abuan, mengilap, dan terlihat pigmen merah pada daun bagian bawah daun dan akhirnya mati, pembentukan bunga terhambat dan berdampak kepada produksi buah atau bijinya kecil.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk TSP sesuai anjuran penggunaan, maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan untuk pupuk TSP adalah Kilogram (Kg).


(44)

44

4.5.4.13. NPK (X5)

Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang dibutuhkan bagi tanaman dengan unsur kimia Nitrogen, Phospor, dan Kalium (N ,P2O5, K2O).

fungsi kandungan yang dimiliki untuk nitrogen dan fosfor sama dengan penjelasan sebelumnya, dan kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat, selain itu kalium berperan penting dalam pembentukan antibody tanaman untuk melawan penyakit yang menyerangnya. Apabila tanaman kekurangan kalium, maka daun tanaman akan tampak keriting dan mengkilap, lama-kelamaan daun akan menguning pada bagian pucuk dan pinggirannya.

Hipotesisnya adalah penggunaan pupuk NPK sesuai anjuran penggunaan, maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan untuk pupuk KCl adalah Kilogram (Kg).

4.5.4.14. Obat-obatan (X7)

Obat-obatan merupakan salah satu sarana input produksi baik berupa pestisida, herbisida, dan fungisida dimana penggunaan obat-obatan yang digunakan sesuai anjuran, maka akan mempengaruhi banyaknya produksi benih yang dihasilkan, karena obat-obatan dapat melindungi tanaman dari hama dan penyakit.

Hipotesisnya adalah penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan dosis penggunaan pada saat terserang hama penyakit, maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan untuk pestisida adalah mililiter (ml).

4.5.4.15. Tenaga Kerja (X8)

Tenaga Kerja merupakan salah satu input dalam memproduksi benih, dimana banyaknya tenaga kerja per hari yang digunakan tergantung berdasarkan luasan lahan yang dimiliki. Hipotesisnya adalah semakin banyak penggunaan tenaga kerja yang digunakan maka akan meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Satuan yang digunakan adalah Tenaga Kerja (Rp).


(45)

45

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Sejarah Perusahaan

PT. Sang Hyang Seri (Persero) berdiri pada tahun 1971 dengan status perusahaan Umum (PERUM) di Sukamandi, Subang, Propinsi jawa Barat, mewarisi bekas perkebunan milik Inggris, Pamanukan dan Tjiasem Land yang bergerak dibidang usaha Tapioka dan Rosella, yang kemudian melalui proses nasionalisasi menjadi Yayasan Pembangunan Daerah Jawa Barat, kemudian Lembaga Sang Hyang Seri yang selanjutnya pada tahun 1971 menjadi Perum Sang Hyang Seri, melalui peraturan pemerintah No. 22 tahun 1971, dengan core bussines benih tanaman pangan yang pada tahap awal menitik beratkan pada komoditi benih padi dan beberapa palawija penting.

Gambar 5. PT. Sang Hyang Seri Regional Manager I

Pendirian PT. Sang Hyang Seri (Persero) bersamaan dengan dibentuknya institusi perbenihan nasional yaitu Badan Benih Nasional (BBN), Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Sukamandi, sekarang menjadi Balai Penelitian Padi (BALITPA) Sukamandi, dan Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih di Jakarta yang kini menjadi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).

Kemudian secara berturut-turut PT. Sang Hyang Seri (Persero) mengembangkan wilayah pelayanannya yakni tahun 1973 mendirikan Distrik Benih di Malang Jawa Timur dengan 7 unit produksi benih (UPB) dan pada tahun 1982 mendirikan cabang di Luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat.


(1)

101 Lampiran 7. Hasil Normalitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan


(2)

102 Lampiran 8. Hasil Uji Homoskedastisitas Produksi Benih Padi Varietas

Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Benih


(3)

103 Lampiran 9. Hasil Normalitas Produksi Benih Padi Varietas Ciherang dengan


(4)

104 Lampiran 10. Hasil Uji Homoskedastisitas Produksi Benih Padi Varietas

Ciherang dengan Metode OLS Setelah Menghilangkan Variabel Bebas Luas Lahan


(5)

RINGKASAN

FAISAL MAULANA AKBAR “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Petani Penangkar Benih Padi (Kasus Kemitraan Petani Penangkar PT. Sang Hyang Seri) Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan RATNA WINANDI).

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia yang paling mendasar, kebutuhan akan pangan akan terus meningkat seiring peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia. Produksi padi nasional pada tahun 2009 mengalami peningkatan produksi dari tahun 2008 sampai 2009 Peningkatan produksi tersebut diikuti dengan adanya peningkatan luas panen di Indonesia pada tahun 2009. Bersamaan dengan hal tersebut, Seiring dengan adanya peningkatan produksi padi nasional tentunya tidak terlepas dari banyaknya penggunaan benih bersertifikat yang digunakan oleh petani di Indonesia.

Salah satu perusahaan milik pemerintah yang memproduksi benih padi diantaranya adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS). PT. SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core bussines perbenihan pertanian. PT. SHS didalam produksi benih padi membagi lahan areal produksi kedalam lahan kerjasama dan swakelola. Lahan kerjasama merupakan suatu bentuk kerjasama produksi benih padi dengan para petani penangkar benih di dalam berproduksi dengan alasan bahwa keterbatasan sumberdaya manusia didalam mengelola lahan area produksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani produksi benih padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani penangkar adalah penggunaan pupuk urea, pupuk TSP, pupuk NPK, obat-obatan, dan tenaga kerja. penggunaan pupuk urea dan pupuk NPK berada pada kondisi decreasing returns to scale. Apabila terus meningkatkan input produksi pupuk urea dan NPK, maka akan merugikan bagi petani. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan apabila sudah menggunakan pupuk urea. Karna kandungan pupuk urea sudah terdapat didalam pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Sedangkan untuk penggunaan input produksi seperti pupuk TSP, obat-obatan, dan tenaga kerja berada pada kondisi increasing returns to scale. Penggunaan pupuk NPK seharusnya tidak digunakan didalam berproduksi apabila sudah menggunakan pupuk urea, dan pupuk TSP. Karna kandungan pupuk urea dan pupuk TSP sudah terdapat didalam kandungan pupuk NPK dan hal tersebut merupakan pemborosan didalam berproduksi. Tenaga kerja merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap produksi benih padi yang dilakukan oleh para petani penangkar. Tenaga kerja yang digunakan tidak memiliki keahlian khusus didalam memproduksi dikarenakan tidak pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh PT. SHS, karna petani yang diberikan pelatihan hanyalah petani yang menjadi mitra PT. SHS, sedangkan tenaga kerja borongan hanya menerima perintah dari petani pengelola.

Hasil total panen benih padi varietas ciherang adalah 8.999.532 Kg atau sebanyak ± 9.000 ton benih dengan produktivitas rata sebesar 5.425 Kg/ha atau sebesar 5,4 Ton/Ha. Hasil panen musim tanam 2010/2011 meningkat dari musim tanam sebelumnya. Peningkatan produktivitas dari musim tanam sebelumnya


(6)

adalah sebesar 2,6 Ton/Ha. Pendapatan bersih yang diperoleh oleh petani penangkar didalam memproduksi benih padi (pendapatan atas biaya total) dengan luas lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 2.979.756, sedangkan untuk luasan lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha hanya sebesar Rp 238.322. Pendapatan perbulan yang dimiliki petani penangkar benih rata-rata ”MXWDVDPSDL-XWDEXODQ Saat ini harga beli rata-rata PT. SHS di dalam membeli hasil panen benih sebar yang diproduksi oleh petani penangkar benih pada musim tanam 2010/2011 adalah sebesar Rp 3.202 per Kg. Margin keuntungan rata-rata yang didapatkan oleh petani penangkar adalah sebesar Rp 464 per Kg. untuk luasan lahan rata-rata 1 Ha adalah sebesar Rp 517 per kg benih padi yang dihasilkan. Untuk luas lahan rata-rata 1,1-1,5 Ha memiliki margin keuntungan yang didapatkan oleh petani penangkar sebesar Rp 35 per kg, kecilnya margin yang didapatkan dikarenakan banyaknya tenaga kerja yang digunakan bersifat borongan dan acuan penggunaan borongan masuk kedalam perhitungan borongan untuk luasan lahan 2,1 Ha apabila petani mengelola lebih dari 1 Ha. Sedangkan untuk margin keuntungan dengan luasan lahan rata-rata 1,6-2 Ha sebesar Rp 624 per kilogram, dan selisih margin keuntungan per kg untuk luasan lahan rata-rata 2,1 Ha adalah Rp 679.

Karakteristik petani yang dapat mempengaruhi produksi adalah pelatihan, jumlah tanggungan, dan pendapatan. Para petani penangkar mengatakan bahwa mereka mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS dalam keadaan terpaksa, alasannya adalah apabila para petani penangkar tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh PT. SHS maka para petani penangkar yang tidak mengikuti pelatihan untuk musim tanam berikutnya tidak diperbolehkan untuk mengelola area produksi. Banyaknya jumlah tanggungan yang dimiliki oleh petani ternyata menjadi beban bagi petani penangkar, mereka tidak maksimal didalam memproduksi. Para petani penangkar mengatakan bahwa seringkali biaya memproduksi benih terpakai untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehingga penggunaan input produksi seringkali dikurangi porsi penggunaannya dikarenakan kekurangan modal untuk memproduksi.

Perlu diadakannya pelatihan-pelatihan produksi dengan melibatkan karyawan PT. SHS, petani penangkar yang bermitra dengan PT. SHS, dan tenaga kerja borongan atau buruh yang diselenggarakan oleh dinas pertanian, badan karantina, dan BPSB guna meningkatkan kemampuan petani penangkar didalam memproduksi benih padi. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat usahatani berada pada kondisi increasing (daerah I) dan decreasing return to scale (daerah III). Harapan yang dapat dilakukan oleh PT. SHS bukan hanya sekedar memberikan pelatihan produksi semata, akan tetapi penggunaan faktor produksi secara tepat penggunaan dapat diberikan secara intensif dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi produksi dapat tercapai.