Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penahanan Aset Likuid Sebagai Dasar Penerapan BASEL III Pada Sektor Perbankan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAHANAN ASET LIKUID SEBAGAI DASAR PENERAPAN BASEL III PADA SEKTOR

PERBANKAN OLEH

REZA AGUS SEPTIAN ELWIS S. 100501088

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis yang pengaruh liabilitas jangka 1 bulan, arus kas masuk 1 bulan, arus kas keluar 1 bulan, dan arus kas bersih yang dikategorikan ke dalam 4 maturitas terhadap penahanan aset likuid pada sektor perbankan di Indonesia yang didasari oleh ketahanan likuiditas yang dirumuskan oleh BASEL III ke dalam bentuk LCR (Liquidity Coverage Ratio).

Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari data laporan keuangan publikasi bank umum konvensional pada www.bi.go.id. Metode pengolahan data yang digunakan adalah model regresi data panel untuk pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama liabilitas jangka 1 bulan, arus kas masuk 1 bulan, arus kas keluar 1 bulan, dan arus kas bersih berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan pada bank umum konvensional di Indonesia. Uji parsial menunjukkan bahwa liabilitas jangka waktu 1 bulan berpengaruh signifikan terhadap penahanan aset likuid. Pada uji parsial juga ditemukan arus kas jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap penahanan aset likuid, namun arus kas bersih dengan jangka waktu 12 bulan dan lebih dari 12 bulan berpengaruh signifikan terhadap penahanan aset likuid perbankan di Indonesia.

Kata Kunci: liabilitas, arus kas masuk, arus kas keluar, arus kas bersih, aset likuid, BASEL III, Liquidity Coverage Ratio


(3)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine and analyze the effect of 1 month range liabilities, 1 month range cash inflows, 1 month range cash outflows, and net cash flows are categorized into four maturities against the holding of liquid assets in the banking sector in Indonesia based on the liquidity resistance formulated by BASEL III into the form of LCR (Liquidity Coverage Ratio).

The study used secondary data collected from published financial statement data of a conventional bank on www.bi.go.id. Data processing method use panel data regression model to test the hypothesis.

The results showed that jointly liabilities 1 month term, cash inflows 1 month term, cash outflows 1 month term, and net cash flow effect on bank lending in the conventional commercial bank in Indonesia. Partial test shows that the liability one month term significantly influence liquid assets holding. In the partial test also found short-term cash flow does not significantly influence liquid assets holding, but the net cash flow for a period of 12 months and over 12 months significantly influence liquid assets holding of banks in Indonesia.

Keywords : liabilty, cash inflow, cash outflow, net cashflow, liquid asset holding, BASEL III, Liquidity Coverage Ratio


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis dalam kehidupan ini sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Penahanan Aset Likuid Sebagai Dasar Penerapan BASEL III Pada Sektor Perbankan“. Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu di dalam memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis baik dalam masa perkuliahan maupun dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen Ekonomi pembangunan Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

3. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis. 5. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS sebagai Dosen Penguji II yang telah banyak


(5)

6. Seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

7. Kedua orang tua penulis Ayahanda H.M. Theis Sahertian dan Ibunda Hj. Elmiwati Situmorang dan kedua kakak penulis Elis Martina Sahertian dan Rolia Nella Elma Sahertian, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas semangat, perhatian, dan bantuan materil yang diberikan kepada penulis untuk menunjang terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 atas dukungan, kritik, saran, dan bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih memiliki kekurangan maupun keterbatasan dalam penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik diharapakan oleh penulis guna memperbaiki kekurangan yang ada.

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Bank ... 10

2.1.1.1 Pengertian Bank... 10

2.1.1.2 Fungsi Bank ... 11

2.1.1.3 Aset Likuid Bank... 13

2.1.1.4 Liabilitas Perbankan ... 14

2.1.1.5 Arus Kas Perbankan ... 16

2.1.2 Manajemen Perbankan ... 18

2.1.2.1 Manajemen Aset Perbankan ... 18

2.1.2.2 Manajemen Liabilitas Perbankan ... 19

2.1.2.3 Manajemen Likuiditas Perbankan ... 19

2.1.3 Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)... 24

2.1.4 Basel III ... 26

2.1.5 Liquidity Coverage Ratio (LCR)... 27

2.1.5.1 High Quality Liquid Assets (HQLA)... 29

2.1.5.2 Total Arus Kas Bersih (Net Cashflow) ... 29

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Konseptual ... 32

2.4 Hipotesis Konseptual ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 38

3.2 Batasan Operasional ... 38

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.3.1 Sampel ... 39

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 40


(7)

3.6 Teknis Analisis... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 50

4.1.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 50

4.1.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 56

4.1.2.1 Multikolinieritas ... 56

4.1.2.2 Autokorelasi ... 56

4.1.2.3 Heterokedastisitas ... 56

4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 57

4.1.3.1 Hasil Regresi Model Penelitian ... 57

4.1.3.2 Hasil Uji F ... 61

4.1.3.3 Hasil Uji T ... 62

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian. ... 64

4.2.1 Pengaruh Liabilitas Terhadap Penahanan Aset Likuid .. 64

4.2.2 Pengaruh Arus Kas Masuk Terhadap Penahanan Aset Likuid ... 65

4.2.3 Pengaruh Arus Kas Keluar Terhadap Penahanan Aset Likuid ... 66

4.2.4 Pengaruh Arus Kas Bersih Kurang dari 3 bulan Terhadap Penahanan Aset Likuid... 67

4.2.5 Pengaruh Arus Kas Bersih Kurang dari 6 bulan Terhadap Penahanan Aset Likuid... 68

4.2.6 Pengaruh Arus Kas Bersih Kurang dari 12 bulan Terhadap Penahanan Aset Likuid... 69

4.2.2 Pengaruh Arus Kas Bersih Lebih dari 12 bulan Terhadap Penahanan Aset Likuid... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu... 30

4.1 Perbandingan Rasio Aset Likuid ... 53

4.2 Deskripsi Data ... 54

4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 57

4.4 Estimasi Model ... 58

4.5 Hasil Uji F ... 61


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 35

4.1 Tren Aset Likuid dan Liabilitas ... 50

4.2 Arus Kas ... 51


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Penelitian Semua Variabel ... 76

2 Data Rata-Rata Setiap Variabel Perbulan ... 81

3 Statistik Deskriptif ... 82

4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 83


(11)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis yang pengaruh liabilitas jangka 1 bulan, arus kas masuk 1 bulan, arus kas keluar 1 bulan, dan arus kas bersih yang dikategorikan ke dalam 4 maturitas terhadap penahanan aset likuid pada sektor perbankan di Indonesia yang didasari oleh ketahanan likuiditas yang dirumuskan oleh BASEL III ke dalam bentuk LCR (Liquidity Coverage Ratio).

Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan dari data laporan keuangan publikasi bank umum konvensional pada www.bi.go.id. Metode pengolahan data yang digunakan adalah model regresi data panel untuk pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama liabilitas jangka 1 bulan, arus kas masuk 1 bulan, arus kas keluar 1 bulan, dan arus kas bersih berpengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan pada bank umum konvensional di Indonesia. Uji parsial menunjukkan bahwa liabilitas jangka waktu 1 bulan berpengaruh signifikan terhadap penahanan aset likuid. Pada uji parsial juga ditemukan arus kas jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap penahanan aset likuid, namun arus kas bersih dengan jangka waktu 12 bulan dan lebih dari 12 bulan berpengaruh signifikan terhadap penahanan aset likuid perbankan di Indonesia.

Kata Kunci: liabilitas, arus kas masuk, arus kas keluar, arus kas bersih, aset likuid, BASEL III, Liquidity Coverage Ratio


(12)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine and analyze the effect of 1 month range liabilities, 1 month range cash inflows, 1 month range cash outflows, and net cash flows are categorized into four maturities against the holding of liquid assets in the banking sector in Indonesia based on the liquidity resistance formulated by BASEL III into the form of LCR (Liquidity Coverage Ratio).

The study used secondary data collected from published financial statement data of a conventional bank on www.bi.go.id. Data processing method use panel data regression model to test the hypothesis.

The results showed that jointly liabilities 1 month term, cash inflows 1 month term, cash outflows 1 month term, and net cash flow effect on bank lending in the conventional commercial bank in Indonesia. Partial test shows that the liability one month term significantly influence liquid assets holding. In the partial test also found short-term cash flow does not significantly influence liquid assets holding, but the net cash flow for a period of 12 months and over 12 months significantly influence liquid assets holding of banks in Indonesia.

Keywords : liabilty, cash inflow, cash outflow, net cashflow, liquid asset holding, BASEL III, Liquidity Coverage Ratio


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga keuangan yang menghubungkan antara pemilik dana dan yang membutuhkan dana. Bank yang dalam aktivitasnya bertindak sebagai perantara keuangan (financial intermediary), melakukan manajemen aset (assets management) dan manajemen kewajiban (liabilities management) untuk dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pada umumnya, bank mendapatkan keuntungan dengan menjual jasa-jasa keuangandan menggunakan dana yang terhimpun untuk membeli aset-aset dengan karakteristik berbeda-beda yang dapat memberikan pendapatan kepada bank.

Sebagai upaya untuk dapat menjalankan aktivitas perbankan dengan baik yang bertujuan menghasilkan keuntungan, perbankan harus memiliki kemampuan manajemen yang baik pula dari berbagai sisi. Menurut Mishkin dan Eakins (2012), dalam manajemen perbankan terdapat empat hal yang menjadi perhatian utama yakni, bank harus menyediakan dana yang cukup, bank harus berupaya menurunkan setiap resiko yang ada, bank harus mengelola penghimpunan dana, dan bank harus mengetahui jumlah kebutuhan modal.

Agar pembayaran kepada penyimpan dana ketika terjadi deposit outflow yang dapat terjadi kapanpun, bank harus siap sedia dengan menahan sejumlah dana yang langsung dapat dicairkan. Oleh karena itu agar bank tetap dapat menjaga tersedianya dana sesuai yang dibutuhkan di saat-saat tertentu, bank harus melakukan manajemen likuiditas yang baik. Bank harus berupaya menurunkan


(14)

resiko yang dapat muncul dengan memiliki aset dengan likuiditas tinggi melalui diversifikasi aset yang dipegang, hal tersebut berkaitan dengan pengelolaan aset perbankan. Selanjutnya bank harus melakukan manajemen kewajiban (liability management), dimana bank harus dapat menghimpun dana dengan biaya rendah sebesar-besarnya. Dengan besarnya dana berbiaya rendah yang dimiliki, maka akan berperan pula menurunkan beban rata-rata. Dalam manajemennya, bank harus dapat menentukan jumlah modal yang harus disiapkan oleh bank itu sendiri lalu menghimpun sejumlah modal yang dibutuhkan, hal ini berkaitan dengan manajemen kecukupan modal dimana hal ini berkaitan pula dengan ketentuan regulasi perbankan mengenai pemenuhan capital adequacy ratio (CAR).

Dalam aktivitas perbankan terdapat berbagai resiko dimana resiko yang harus dihadapi oleh manajemen perbankan memiliki unsur ketidakpastian. Contohnya, ketidakpastian nasabah akan memperbaharui pinjamannya, ketidakpastian tumbuhnya deposito dan sumber dana lainnya di bulan mendatang, ketidakpastian peningkatan harga saham dan pendapatan perbankan, dan ketidakpastian naik dan turunnya suku bunga pasar.

Bank biasanya akan memperhatikan dengan serius resiko-resiko yang dapat terjadi selaras dengan tujuannya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, hal ini dikarenakan pendapatan dapat menurun tanpa terduga sebelumnya yang dapat disebabkan oleh faktor dari dalam maupun dari luar bank, seperti kualitas sumberdaya manajemen bank, perubahan kondisi perekonomian, kompetisi antar bank, atau hukum dan regulasi.


(15)

Dalam menjalankan aktivitas sebagai penyedia jasa keuangan, perbankan setiap harinya akan menghadapi resiko likuiditas. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan dana bank dalam menyelesaikan kewajibannya terhadap para nasabah. Nasabah dapat kapan saja melakukan penarikan dana yang berada di rekening banknya. Oleh karena itu, bank harus tetap menyediakan sejumlah dana berupa aset yang likuid atau mudah untuk dicairkan sebagai upaya penyelesaian kewajiban yang harus segera dibayar.

Meningkatnya resiko likuiditas ini disebabkan oleh dua hal yaitu dari sisi kewajiban (liabilitas) dan dari sisi aset (Saunders dan Cornett, 2008). Resiko likuiditas yang disebabkan dari sisi liabilitas terjadi ketika nasabah bank melakukan penarikan tunai secara tiba-tiba. Oleh karena itu, menurut Aspachs et al. (2005) bank sangat rentan terhadap goncangan likuiditas yang disebabkan sisi liabilitas dari neraca keuangan bank itu sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan pencairan dana nasabah, bank akan mencari tambahan dana atau menjual aset yang dimiliki. Aset yang paling likuid adalah kas yang tersedia, sehingga bank akan menggunakan aset ini untuk memenuhi permintaan nasabah.

Seperti yang telah disebutkan bahwa bank akan berupaya untuk mendapatkan keuntungan bunga dari dana yang disimpan oleh nasabah, namun cadangan kas yang dimiliki oleh bank tidak akan menghasilkan bunga sama sekali karena kas bersifat diam (idle). Dalam menghasilkan pendapatan bunga, bank biasanya akan menginvestasikan dana yang didapatkan pada aset yang kurang likuid atau yang memiliki jatuh tempo dalam jangka waktu cukup panjang. Walaupun bank menginvestasikan dana yang dihimpun dari masyarakat ke aset


(16)

yang memiliki waktu jatuh tempo, aset-aset tersebut tetap dapat dilikuidasi oleh bank walaupun pada beberapa jenis investasi harus mengeluarkan biaya cukup tinggi ketika dicairkan. Bank dalam upayanya untuk dapat menyelesaikan kewajiban terhadap nasabah yang ingin menarik dana segera, akan menggunakan alternatif lain. Selain dengan cara mencairkan investasi, bank akan meminjam tambahan dana kepada pihak lain.

Penyebab resiko likuiditas yang kedua berada dari sisi aset, seperti kemampuan untuk menyediakan kecukupan dana dalam pelaksanaan penyaluran pinjaman yang bersifat komit. Ketika nasabah menarik uang dari pinjaman komitmen, bank harus mencari dana untuk menyeimbangkan keuangannya. Hal ini mengakibatkan bank membutuhkan likuiditas tambahan.

Sebagai upaya menjaga kondisi bank tetap mampu mengatasi resiko yang ada, pembuat regulasi mengenai perbankan mengatur beberapa hal, salah satunya adalah mengenai likuiditas bank. Likuiditas perbankan diatur agar bank dapat menyelesaikan kewajiban-kewajibannya ketika ditagih. Kewajiban-kewajiban tersebut dapat muncul tiba-tiba seperti telah disebutkan di atas. Sehingga manajemen bank harus mampu mengukur posisi likuiditas banknya dan lebih baik apabila dilakukan pengukuran harian.

(Michael Babad. The Globe and Mail. November 2012) Ketika keadaan global dalam kondisi krisis, banyak para pemilik dana menarik simpanan dari rekening banknya. Dengan banyaknya arus kas keluar yang mengalir, maka bank membutuhkan lebih banyak kas dan aset likuid yang siap dicairkan. Sehingga apabila komposisi aset yang dimiliki oleh bank didominasi oleh aset yang tidak


(17)

likuid, yang disebabkan oleh lebih mengutamakan keuntungan maka bank dapat menghadapi masalah likuiditas. Bank akan kekurangan dana untuk dapat memenuhi permintaan nasabah. Dengan begitu bank akan berusaha mencari tambahan dana dari pihak lain. Ketika bank tidak mampu menemukan sumber tambahan dana untuk dapat menyelesaikan kewajibannya, bank akan menuju kondisi bankrut.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Leo de Haan dan Jan Willem van den End (2013) terhadap 62 bank di Belanda menunjukkan bahwa penahanan aset likuid dipengaruhi oleh jumlah kewajiban (liabilitas) dimana aset likuid yang ditahan oleh bank akan lebih besar dari jumlah kewajiban bank, namun hal ini tidak terlalu berpengaruh bagi bank yang memiliki kemampuan modal yang besar. Penahanan aset likuid juga dipengaruhi oleh jatuh temponya kewajiban bank dimana ketika bank memprediksi akan adanya arus kas keluar di bulan mendatang maka bank akan meningkatkan aset likuid, namun bank secara rata-rata tidak mengurangi aset likuid yang ditahan walaupun jika diprediksi di bulan mendatang akan ada arus kas masuk.

Masalah likuiditas merupakan penyebab krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis yang terjadi pada tahun 2008 timbul dari Amerika Serikat dengan isu subprime mortgage. Bank pada saat itu dengan mudah menyalurkan dana berupa kredit perumahan dengan tingkat resiko yang sangat tinggi, bahkan ada yang memberikan kredit tanpa jaminan namun dengan tingkat bunga tinggi. Dengan melakukan hal ini, bank berharap akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar karena pasar perumahan sedang sangat baik pada


(18)

tahun-tahun sebelumnya. Bank cenderung menggunakan prediksi arus kas jangka panjang mereka untuk memutuskan seberapa besar aset likuid yang akan mereka tahan, dan sebagian besar dari bank-bank melihat hingga 1 tahun ke depan tanpa memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan jangka pendek.

Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah terjadi pada dunia perbankan, the Basel Committee of Banking Supervision (BCBS) menerbitkan berbagai kebijakan dalam usaha agar jasa keuangan perbankan memiliki ketahanan dalam menghadapi berbagai macam kondisi krisis keuangan. Pada krisis keuangan global tahun 2008-2009 terlihat betapa dunia perbankan sangat rapuh dalam menghadapi kebutuhan likuiditasnya. BCBS dalam hal ini memiliki kapasitas dalam menerbitkan berbagai peraturan yang dirumuskan di dalam peraturan Basel I, Basel II, dan yang terakhir adalah Basel III.

Kumpulan dari gubernur-gubernur bank sentral dunia dalam Bank for International Settlement (BIS) merasa peraturan yang tertuang dalam Basel II belum cukup untuk dapat menjadi acuan bagi dunia perbankan dalam mengantisipasi kondisi krisis yang dapat terjadi. BIS melakukan pertemuan pada tanggal 23-24 Juni 2011 di Basel, Swiss. Dan dari pertemuan tersebut terlahir peraturan baru yang disebut Basel III yang merupakan upaya pematangan dan kelanjutan dari Basel II. Peraturan yang dirumuskan di dalam Basel III terbagi menjadi dua dokumen, yaitu “Basel III: A global regulatory framework for more resilent banks and banking systems” dan “Basel III: International framework for liquidity risk measurement, standards and monitoring”.


(19)

Salah satu rumusan dalam Basel III adalah mengenai standar likuiditas bagi perbankan. Standar likuiditas tersebut dibagi menjadi dua jenis menurut jangka waktunya yaitu, Short term: Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Long term: Net Stable Funding Ratio (NSFR). Untuk memperkuat kemampuan likuiditas perbankan, pada Basel III diperkenalkan standar likuiditas dalam jangka pendek dimana bank dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rentang waktu 30 hari ke depan. LCR memaksa bank untuk menahan aset yang bersifat likuid atau aset yang berkualitas tinggi setidaknya sama dengan net cashflow bank dalam jangka 30 hari ke depan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk menganalisis apa yang menjadi patokan manajemen bank dalam menentukan jumlah aset likuid yang harus mereka tahan untuk kebutuhan likuiditasnya dan penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penahanan Aset Likuid Sebagai Dasar Penerapan BASEL III Pada Sektor Perbankan”.


(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian, maka yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut “bagaimana pengaruh Liability, Cash

Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh Liability, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bank, investor, dan peneliti selanjutnya.

1. Bagi bank, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan pertimbangan bagi bank dalam memanajemen aset agar tetap dalam posisi likuiditas yang aman.

2. Bagi investor, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih bank sebagai tempat berinvestasi dengan kualitas manajemen aset yang baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian yang lebih dalam pada faktor-faktor manajemen bank menahan Liquid Asset.


(21)

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat sebagai dasar pemikiran apabila diminta untuk memberikan pendapat berkaitan dengan cara bank dalam manajemen Liquid Asset.


(22)

BAB II

TINJAU AN PUST AK A 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Bank

2.1.1.1 Pengertian Bank

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi bank lainnya dalam Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, “Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan

kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.

Kemudian Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan yang menguraikan fungsi bank lainnya dalam bukunya (Lukman Dendawijaya : 2000) yang berjudul Manajemen Perbankan : “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral”.

Fungsi bank lainnya yang diuraikan oleh (Taswan : 2006) bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana dan berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana


(23)

melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Dari definisi di atas tergambar berbagai fungsi perbankan, seperti diuraikan pada sub bab berikut ini.

2.1.1.2 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik (Triandaru dan Budisantoso : 2006) membagi bank dalam 3 fungsi utama, yaitu:

1. Agent of Trust

Fungsi ini terkait dengan fungsi bank sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana. Dasar kegiatan bank adalah kepercayaan (trust) baik dalam menghimpun dana maupun dalam menyalurkan dana yang dimilikinya. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh kepercayaan. Kepercayaan bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan uang tersebut dapat diambil pada waktunya. Begitu juga dari sudut pandang bank, bank hanya akan menyalurkan kreditnya ke masyarakat jika ada landasan kepercayaan bahwa dana yang diberikan tersebut aman dan dapat dikembalikan ke bank pada waktunya.

2. Agent of Development

Fungsi ini berhubungan dengan kegiatan perekonomian masyarakat baik disektor moneter maupun sektor rill. Kedua sektor ini saling berpengaruh. Sektor rill tidak dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak


(24)

berjalan dengan baik pula. Kegiatan bank dalam sektor moneter berupa penghimpunan dana dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi kelancaran kegiatan perekonomian sektor rill yang memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi, konsumsi tidak dapat dilepaskan dariadanya penggunaan uang. 3. Agent of Service

Bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang diberikan ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain adalah transfer uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, penyelesaian tagihan. Fungsi diatas sebagai Agent of Service ini sejalan dengan bunyi Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, perbankan mempunyai fungsi pokok sebagai financial intermediary atau lembaga perantara keuangan, serta mempunyai fungsi tambahan yaitu memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.

2.1.1.3 Aset Likuid Bank

Aset likuid (liquid assets) atau yang sering disebut sebagai liquidity buffer adalah jenis aset dalam bentuk uang atau setara uang dimana aset tersebut dapat segera dikonversi kedalam bentuk uang tunai dengan dampak penurunan nilai yang kecil. Aset likuid secara umum dapat dikatakan setara dengan uang tunai


(25)

atau kas disebabkan oleh aset likuid memiliki harga yang relatif stabil ketika dijual ke pasar.

Aset yang dimiliki oleh perbankan dapat dikatakan likuid jika aset yang dimiliki tersebut memiliki pasar yang stabil dan diisi oleh partisipan yang cukup banyak untuk melakukan penawaran dan pembelian sehingga meredam penurunan nilai jual aset tersebut. Hal tersebut juga harus didukung dengan kemudahan transfer kepemilikan dan perpindahan aset. Yang termasuk kedalam aset likuid diantaranya adalah kas dalam bentuk uang tunai, cek dari bank lain yang belum dan segera dibayarkan, deposito pada bank lain, surat hutang, dan saham.

Kas adalah uang tunai yang disimpan dan ditahan oleh perbankan untuk tidak digunakan investasi, melainkan untuk berjaga-jaga ketika terjadi aliran dana keluar yang disebabkan oleh pencairan simpanan atau jatuh temponya deposito nasabah. Selain hal tersebut, uang tunai yang ditahan oleh bank bertujuan untuk memenuhi syarat cadangan yang diatur oleh regulator berupa giro wajib minimum. Cek dari bank lain yang belum dibayarkan dapat dimasukkan ke dalam akun kas ketika proses pemindahan dananya masih berlangsung. Cek yang ditulis atas nama nasabah suatu bank dan disetorkan ke bank lain biasanya membutuhkan waktu untuk pemindahan dana dan dana yang akan dipindahkan tersebut sudah menjadi aset likuid bagi bank penerima.

Banyak bank memiliki deposito atau simpanan di bank lain sebagai upaya pertukaran atas jasa keuangan. Deposito pada bank lain biasanya dimanfaatkan untuk penagihan cek, transaksi devisa, dan membantu dalam pembelian surat


(26)

berharga dimana ini merupakan sebuah sistem yang disebut sebagai koresponden perbankan (Mishkin : 2008).

Surat hutang dan saham merupakan termasuk kedalam surat berharga atau sekuritas yang dimiliki oleh bank bertujuan agar tetap mendapatkan penghasilan melalui aset yang likuid. Surat hutang yang termasuk kedalam kategori aset likuid adalah obligasi jangka pendek milik pemerintah. Surat hutang atau surat berharga milik pemerintah merupakan sekuritas yang paling likuid karena dapat dengan mudah diperdagangkan dan dicairkan menjadi uang tunai dengan penurunan nilai yang kecil. Sekuritas yang termasuk kedalam aset likuid di dalam laporan keuangan dinyatakan sebagai surat berharga tersedia untuk dijual (Available for Sale).

2.1.1.4 Liabilitas Perbankan

Liabilitas adalah kewajiban yang harus dilunasi pada masa yang akan datang kepada nasabah. Liabilitas adalah kebalikan dari aset yang merupakan sesuatu yang dimiliki. Liabilitas merupakan sumber dana utama bagi perbankan dengan cara menawarkan produk jasa keuangan. Contoh liabilitas dalam dunia perbankan adalah giro, tabungan, deposito, pinjaman dari bank sentral, dan pinjaman dari bank lain.

Penyajian Kewajiban di laporan keuangan bila dihubungkan dengan komponen laporan posisi keuangan yang lain (aset dan modal) harus menggambarkan secara layak posisi keuangan. Liabilitas merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan oleh perbankan di masa yang akan datang dalam


(27)

bentuk penyerahan aset atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa sebelumnya.

Rekening giro adalah rekening yang dibuka bagi nasabah untuk dapat memperoleh buku cek. Dengan begitu nasabah pemilik rekening giro dapat menggunakan cek kapan saja untuk mencairkan dana yang dimiliki. Oleh karenanya ketika nasabah menginginkan pencairan cek, bank harus dapat membayar nasabah tersebut saat itu juga. Rekening giro merupakan sumber dana bank yang murah disebabkan oleh nasabah tidak mendapatkan timbal balik bunga demi fasilitas cek yang didapatkan.

Rekening tabungan merupakan fasilitas rekening yang paling umum digunakan oleh nasabah bank. Rekening tabungan dapat dicairkan kapan saja ketika nasabah membutuhkan dananya. Pencairan dana tabungan yang dimiliki nasabah dapat dilakukan tanpa harus mendatangi kantor bank tempat dana ditabung. Dengan menggunakan kartu ATM atau electronic money nasabah dapat mencairkan atau memindahbukukan dana yang dimiliki.

Deposito memiliki jangka waktu yang tetap dengan durasi bulanan hingga tahunan. Pencairan dana diluar rentang waktu yang telah disepakati antara bank dan nasabah akan dikenakan penalti kepada nasabah. Dengan menitipkan dana dalam bentuk deposito berjangka, nasabah mendapatkan timbal balik suku bunga yang lebih tinggi. Bagi bank, liabilitas ini merupakan sumber dana mahal. Bank dapat menerbitkan surat jaminan atas deposito nasabah dan menawarkannya ke pasar keuangan sebelum jatuh tempo dalam bentuk sertifikat deposito (Mishkin : 2008). Selain dana dari nasabah, pinjaman dari bank sentral dan bank lain


(28)

merupakan salah satu sumber pendanaan bagi bank. Pinjaman dari bank sentral dan bank lain adalah kewajiban yang harus diselesaikan di masa yang akan datang.

2.1.1.5 Arus Kas Perbankan

Arus Kas (cash flow) yaitu aliran dana yang mencerminkan perpindahan dana melalui suatu bank; aliran dana pada bank, biasanya merupakan simpulan aliran dana yang menunjukkan sumber dana dan penggunaan dana. Aktivitas yang berkaitan dengan arus kas dan berhubungan dengan laporan arus kas yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu 1) aktivitas yang menghasilkan kas, yang disebut dengan sumber penerimaan kas dan 2) aktivitas yang mengakibatkan pengeluaran kas. S. Munawir ( 2002 : 115 ).

Laporan arus kas merupakan laporan yang mengikhtisarkan sumber kas yang tersedia untuk melakukan kegiatan perusahaan serta penggunaannya selama suatu periode tertentu. Laporan arus kas termasuk dalam dalam salah satu laporan keuangan pokok, disamping neraca dan laporan laba rugi. Laporan arus kas dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. Salah satu komponen laporan keuangan bank adalah neraca bank. Neraca (Balance Sheet) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari suatu bank pada saat / tanggal tertentu.

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:


(29)

1. Hasil penjualan produk/jasa perbankan. 2. Penagihan piutang dari penjualan kredit. 3. Penjualan aktiva tetap yang ada.

4. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas. 5. Penerimaan sewa dan pendapatan lain.

Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari :

1. Pengeluaran biaya operasional 2. Pembelian aktiva tetap.

3. Pembayaran hutang-hutang perusahaan.

4. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.

5. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.

Dalam penerapan BASEL III, standar likuiditas perbankan memperhatikan net cash flow, yaitu selisih antara arus kas yang masuk terhadap arus kas yang keluar dari bank tersebut. Hal ini disebabkan oleh, pada suatu waktu bank akan mengalami salah satu dari dua jenis kondisi dalam arus kas bersih yaitu arus kas keluar lebih besar dari arus kas masuk atau sebaliknya arus kas keluar lebih kecil dari arus kas masuk.

2.1.2 Manajemen Perbankan 2.1.2.1 Manajemen Aset Perbankan

Manajemen aset adalah kegiatan pengalokasian dana kedalam berbagai kemungkinan investasi. Pertimbangan pengelolaan harta adalah keseimbangan


(30)

antara mencari laba yang optimal dengan tetap memelihara tingkat likuiditas yang sehat. Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Melalui proses manajemen yaitu POLC planning, organizing, leading dan controling agar dapat dimanfaatkan atau dapat mengurangi biaya (cost) secara efisien dan efektif.Asset menjadi penting dalam kegiatan usaha perbankan dan hubungannya dengan profit bank. Hal ini dikarenakan asset yang dimiliki oleh bank salah satunya aset bersumber dari masyarakat yang terikat oleh waktu. Karena itu bank harus bisa memanfaatkan dana yang terikat oleh waktu pada harta (investasi) yang paling menguntungkan.

Bank harus menanamkan dananya pada investasi yang resikonya minim yang mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi, akan tetapi diharapkan memberikan keuntungan yang optimal. Semakin baik manajemen assetnya maka akan semakin baik dan akan meningkatkan profit bank.

2.1.2.2 Manajemen Liabilitas Perbankan

Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabah. Asset & Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam usaha mencapai keuntungan bank. Asset & Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan.


(31)

Manajemen aset dan liabilitas dalam dunia perbankan adalah hal yang utama untuk menjaga kelangsungan bank itu sendiri. Ditambah dengan persaingan ketat sisi funding dan lending saat ini, membuat aspek ALMA mutlak diperhatikan oleh segenap jajaran manajemen bank. Beberapa tujuan dari manajemen aset dan liabilitas adalah untuk mencapai pertumbuhan bank yang wajar, pendapatan yang maksimal, menjaga likuiditas yang memadai, membentuk cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.

2.1.2.3 Manajemen Likuiditas Perbankan

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat. Tuntutan pekerjaan manajemen likuiditas:

1. Mampu memprediksi kebutuhan dana di waktu mendatang

2. Mencari sumber-sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan 3. Penatausahaan dana atau mengawasi arus dana masuk dan keluar

Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul. Risiko pendanaan (funding risk), merupakan risiko yang timbul apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu ada risiko bunga (interest risk), dimana akan muncul berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas yang dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pengelolaan likuiditas terutama ditujukan untuk memperkecil risiko yang disebabkan oleh kekurangan dana, sehingga tidak perlu mencari dana dengan suku bunga yang relatif tinggi di


(32)

pasar uang atau dengan menjual sebagian asetnya yang mempengaruhi pendapatan bank.

Potensi resiko liquiditas muncul dari ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban mereka saat jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau peningkatan aset. Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban. Pengukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat menjadi sebab dan akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan kewajiban bank. Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka panjang dan terus menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu (1) Pendekatan Fundamental dan (2) Pendekatan Teknis.

Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang. Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan mengendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk mengatasi situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau dengan melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.

Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan arus kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.


(33)

Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan secara proaktif dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor keuangan yang lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di sektor perbankan ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor.

Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menahan persaingan yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan pendirian basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa.

Sistem pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini mengunakan 2 pendekatan yaitu: 1. metode pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision/CBS,) yaitu pengawasan yang difokuskan kepada kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan kehati-hatian yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini berorientasi pada kondisi bank yang lalu untuk memastikan kondisi bank ke depan akan beroperasi dan dikelola secara baik dan benar. 2. pendekatan pengawasan berdasarkan resiko (risk based supervision/RBS) yaitu pengawasan yang difokuskan kepada resiko-resiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian resiko.

Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko mengacu kepada ketentuan Basel (I, II, dan III), merupakan produk kesepakatan dari Basel Committee yang didirikan oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G10. Ketentuan Basel


(34)

ini merupakan international legislation yang bentuknya adalah model laws, artinya ketentuan Basel tersebut merupakan norma hukum yang meskipun disetujui oleh berbagai negara, tetapi tidak mengikat suatu negara untuk mengadopsi menjadi hukum nasionalnya (Sulistyandari, 2012). Indonesia telah mengadopsi ketentuan Basel I, dan sekarang sedang proses menuntaskan mengadopsi ketentuan Basel II serta persiapan mengadopsi Basel III (Astri Kharina Bangun, 2012).

Basel I merupakan produk Basel Committee yang diterbitkan pada tahun 1988 yang disebut dengan International Convergence of Capital Measurement and Capital Standard (Capital Accord 1988). Inti dari Basel I merupakan upaya untuk memperkuat permodalan bank di masing-masing negara, sehingga modal bank dinilai cukup kuat memikul potensi kerugian sebagai resiko atas pemberian kreditnya.

Basel II merupakan pembaruan dan penyempurnaan Basel I, yang dinamakan The New Basel Capital Accord (Basel Accord II), yang diterbitkan pada tahun 2001. Konsep dan prinsipnya dilandasi pemikiran akan perlunya fleksibilitas dan sensitivitas terhadap risiko. Tujuan Basel Accord II ada 5 (lima), yaitu : 1) Melanjutkan upaya peningkatan keamanan dan kesehatan system finansial; 2) Melanjutkan upaya untuk lebih meningkatkan keseimbangan kompetitif dalam percaturan aktivitas perbankan internasional; 3) Memberikan landasan (Constitute) yang lebih komprehensif dalam mendudukan dan menilai (Addresing) berbagai risiko perbankan; 4) Memberikan pedoman yang mengandung pendekatan terhadap kecukupan modal bank yang lebih tepat dari


(35)

segi sensitivitas terhadap tingkat risiko yang melekat dalam posisi dan kegiatan bank; 5) Memfokuskan kepada bank-bank yang aktif di tingkat internasional, walaupun dari segi prinsip yang melandasinya harus cocok pula untuk diterapkan di bank-bank yang kompleksitas dan kecanggihannya bervariasi.

Basel III diterbitkan pada tahun 2010 yang dinamakan Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking Systems. Basel III ini akan diterapkan mulai tahun 2013 – 2019. Secara prinsip Basel III bertujuan untuk mengatasi masalah perbankan antara lain: meningkatkan kemampuan sektor perbankan untuk menyerap potensi risiko kerugian akibat krisis keuangan dan ekonomi serta mencegah menjalarnya krisis sektor keuangan ke sektor ekonomi; meningkatkan kualitas manajemen risiko, governance, transparansi; dan memberikan resolusi terbaik bagi systemically important cross border banking. Melalui Basel III diharapkan dapat diperkuat sisi pengaturan microprudential untuk meningkatkan kesehatan dan daya tahan individual bank dalam menghadapi krisis.

Selain itu penerapan Basel III sebaiknya tetap menggunakan metode pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision/CBS,), sehingga BI tetap mempunyai kewenangan memberikan sanksi kepada bank yang melanggar pengaturan macroprudential khususnya yang berkaitan dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelacaran sistem pembayaran. Dengan menggunakan 2 metode pendekatan dalam pengawasan tersebut diharapkan tujuan penerapan Basel III di Indonesia dapat terwujud.


(36)

2.1.3 Basel Committee on Banking Supervision (BCBS)

Tugas BCBS adalah penentu standar global paling utama untuk peraturan kehati-hatian bank dan menyediakan sebuah forum untuk kerja sama di dalam hal pengawasan perbankan. Tugasnya adalah memperkuat regulasi, pengawasan dan praktik bank di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan stabilitas keuangan. BCBS melaksanakan tugasnya melalui kegiatan sebagai berikut:

1. Pertukaran informasi mengenai perkembangan di sektor perbankan dan pasar keuangan, untuk membantu mengidentifikasi risiko saat ini atau yang akan muncul dalam sistem keuangan global;

2. Berbagi masalah pengawasan, pendekatan dan teknik untuk mempromosikan pemahaman umum dan untuk meningkatkan kerjasama antar negara;

3. Mengembangkan dan mempromosikan standar global untuk pengaturan dan pengawasan bank serta pedoman dan praktik-praktik yang sehat; 4. Mengatasi kesenjangan pengaturan dan pengawasan yang menimbulkan

risiko terhadap stabilitas keuangan;

5. Memantau pelaksanaan standar BCBS di negara-negara anggota dan di luar anggota dengan tujuan untuk memastikan tepat waktu, konsisten dan efektif pelaksanaannya dan memberikan kontribusi untuk "tingkat pemain lapangan" di antara bank-bank yang aktif secara internasional;

6. Konsultasi dengan bank sentral dan otoritas pengawasan bank yang tidak anggota BCBS untuk mendapatkan keuntungan dari perannya dalam proses perumusan kebijakan BCBS dan untuk mempromosikan penerapan


(37)

standar BCBS, pedoman dan praktik sehat di luar negara-negara anggota BCBS, dan

7. Koordinasi dan bekerja sama dengan pembuat standar sektor keuangan lainnya dan badan-badan internasional, khususnya mereka yang terlibat dalam mempromosikan stabilitas keuangan.

Dari sisi hukum, BCBS tidak memiliki otoritas supranasional formal. Keputusannya tidak memiliki kekuatan hukum. Sebaliknya, BCBS bergantung pada komitmen para anggotanya untuk mencapai tujuannya. Anggota BCBS termasuk organisasi yang langsung berkaitan dengan otoritas pengawas perbankan dan bank sentral. Setelah berkonsultasi dengan Komite, Ketua BCBS dapat mengundang organisasi lain untuk menjadi pengamat BCBS. Keanggotaan BCBS dan status pengamat akan ditinjau secara berkala. Setiap anggota BCBS harus dapat berkomitmen untuk :

1. Bekerja sama untuk mencapai tugas BCBS ; 2. Meningkatkan stabilitas keuangan ;

3. Terus meningkatkan kualitas regulasi dan pengawasan perbankan ;

4. Secara aktif berkontribusi pada pengembangan standar BCBS , pedoman dan menyuarakan prakteknya ;

5. Melaksanakan dan menerapkan standar BCBS di yuridiksi domestik masing-masing sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh komite ;


(38)

6. Menjalankan dan berpartisipasi dalam peninjauan BCBS untuk menilai konsistensi dan efektivitas peraturan domestik dan praktek pengawasan dalam kaitannya dengan standar BCBS, dan

7. Mempromosikan kepentingan stabilitas keuangan global dan tidak semata-mata hanya kepentingan nasional, selama turut berpartisipasi dalam aktivitas dan pengambilan keputusan BCBS.

2.1.4 Basel III

Basel III merupakan hasil pengembangan dari permasalahan-permasalahan yang masih muncul dalam dunia perbankan pasca krisis dunia keuangan pada tahun 2008. BCBS menerbitkan dokumen yang berjudul “Basel III : Global

Regulatory Framework for More Resilent Banks and Banking Systems”. Dalam consultative paper yang diterbitkan Bank Indonesia pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa Basel III memiliki tiga prinsip utama dalam penyelesaian permasalahan dalam perbankan, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan sektor perbankan untuk menyerap potensi risiko kerugian akibat krisis keuangan dan ekonomi serta mencegah menjalarnya krisis sektor keuangan ke sektor ekonomi;

2. Meningkatkan kualitas manajemen risiko, governance, transparansi dan keterbukaan; dan

3. Memberikan resolusi terbaik bagi systematically important cross border banking.

Adapun subjek pembahasan Basel III di dalam consultative paper Bank Indonesia mencakup beberapa sisi antara lain:


(39)

1. Penguatan kerangka permodalan global yang terdiri dari:

a. Meningkatkan kualitas, konsistensi dan transparansi permodalan b. Mengembangkan cakupan risiko

c. Tambahan persyaratan modal berbasis risiko dengan leverage ratio d. Mengurangi procyclicality dan meningkatkan countercyclical buffer e. Addressing systemic risk dan keterkaitan antar lembaga keuangan 2. Pengenalan Standar Likuiditas Global, yaitu:

a. Liquidity Coverage Ratio (LCR) b. Net Stable Funding Ratio (NSFR) 2.1.5 Liquidity Coverage Ratio (LCR)

Untuk meningkatkan ketahanan jangka pendek risiko likuiditas bank, Komite Basel mengembangkan Liquidity Coverage Ratio (LCR). Standar ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank memiliki stok yang cukup dari High Quality Liquid Assets (HQLA) yang terdiri dari uang tunai atau aset. Dalam konteks ini aset tersebut harus dapat dikonversi menjadi uang tunai dengan sedikit atau sama sekali tidak sampai mengakibatkan kehilangan nilai di pasar untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dengan masa 30 hari.

LCR terdiri dari dua komponen, yaitu : 1. Nilai ketersediaan dari HQLA

2. Total Net Cash Outflow

Liquidity Coverage Ratio (LCR)

stok HQLA Total Net Cash Outflow 30 hari


(40)

kembali LCR ke dalam bentuk berikut :

Standar ini mensyaratkan bahwa pada saat kondisi perekonomian yang sangat buruk menimpa dunia perbankan, nilai dari rasio tersebut tidak akan menjadi lebih rendah dari 100 persen (yaitu persediaan HQLA atau aset likuid berkualitas tinggi setidaknya harus sama dengan jumlah arus kas bersih). Bank diharapakan untuk dapat memenuhi persyaratan ini secara berkelanjutan dan menahan persediaan aset likuid berkualitas tinggi sebagai pertahanan menghadapi potensi kesulitan likuiditas. Selama masa kesulitan likuiditas, bagaimanapun bank akan menggunakan aset likuid berkualitas tinggi hingga mendekati 100 persen atau lebih.

2.1.5.1 High Quality Liquid Assets (HQLA)

Pembilang dari LCR adalah jumlah stok HQLA yang ditahan. Berdasarkan standar tersebut, bank harus memegang stok HQLA untuk menutup total arus kas bersih selama periode 30 hari dalam kondisi stress. Syarat aset yang termasuk dalam kategori HQLA adalah, aset harus likuid di pasar selama masa krisis dan pada beberapa kasus khususnya aset tersebut harus dapat digunakan dalam operasi bank sentral. Yang termasuk dalam kategori HQLA level tertinggi adalah kas, cadangan pada bank sentral, dan sekuritas atau surat-surat berharga yg mudah dijual. Jenis aset ini biasanya dari kualitas tertinggi dan paling likuid, dan bank tidak dibatasi jumlah atas kepemilikan dari aset jenis ini untuk memenuhi kebutuhan LCR.


(41)

2.1.5.2 Total Arus Kas Bersih (Net Cashflow)

Penyebut dari LCR adalah total arus kas bersih. Komponen ini didefiniskan dengan jumlah arus kas keluar yang diharapkan dikurangi dengan total arus kas masuk yang diharapkan selama periode 30 hari kalender. Jumlah arus kas keluar yang diharapkan dihitung dengan menambahkan berbagai macam komponen atau kategori dari neraca bank yang mengharuskan bank mengeluarkan dana. Jumlah arus kas masuk dihitung dengan menjumlahkan berbagai macam piutang yang diharapkan menjadi pendapatan.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti

dan Tahun

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Leo de Haan

dan Jan Willem van den End (2013) Bank Liquidity, The Maturity Ladder, and Regulation Variabel Independen : Liabilities, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow. Variabel Dependen : Penahanan Aset Likuid

Penahanan aset likuid dipengaruhi oleh jumlah Liabilities yang dimiliki serta Cash Outflow yang akan datang. Namun secara rata-rata Cash Inflow yang akan datang tidak mempengaruhi aset likuid. Sedangkan

untuk Net

Cashflow lebih dari

satu bulan

berpengaruh

terhadap aset likuid.


(42)

Bonner, Iman van Lelyveld, dan Robert Zymek (2013)

Banks’ Liquidity Buffers and the Role of Liquidity Regulation

Independen : Model bisnis bank, ukuran bank, profit bank, jaminan

simpanan, dan jangka waktu pengumuman laporan keuangan Variabel

Dependen : Penahanan Aset Likuid

likuid secara signifikan

dipengaruhi oleh setiap variabel independen. Bank dengan model bisnis investasi menahan lebih banyak aset likuid dibandingkan dengan bank perkreditan.

Sedangkan ukuran, profit, jaminan simpanan, dan jangka waktu pengumuman laporan keuangan bank memiliki hubungan positif terhadap

penahanan aset likuid.

3. Corrine

Delechat, Camila Henao, Priscilla Muthoora, dan Svetlana

Vtyurina (2012)

The

Determinants of Banks' Liquidity Buffers in Central America

Variabel

Independen : Ukuran bank, permodalan, Net Interest Margin, tingkat kredit terhadap GDP, dan Loan-loss reserve

Variabel

Dependen : Aset likuid

Ukuran bank memiliki hubungan positif terhadap penahanan aset likuid. Sedangkan Net Interest Margin dan Loan-loss reserve

berhubungan negatif terhadap penahanan aset likuid. Tingkat

kredit dan

permodalan juga memiliki hubungan negatif terhadap


(43)

penahanan aset likuid, namun tidak signifikan.

4. Andrea Schertler (2010)

Insight on Banks’ Liquidity Management: Evidence from Regulatory Liquidity Data

Variabel

Independen : Payment

Obligations Variabel

Dependen : Liquid Assets

Pada penelitian ini ditemukan bahwa

pada bank

komersial

berukuran kecil payment

obligations

berpengaruh positif terhadap

penahanan aset likuid, sedangkan

pada bank

komersial besar tidak.

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam sistem perekonomian yang semakin kompleks dimana perbankan memiliki peranan penting dalam menghubungkan sisi-sisi perekonomian baik dari sisi investasi maupun konsumsi yang akhirnya menghasilkan perputaran roda perekonomian suatu negara. Oleh karena pentingnya keberadaaan perbankan dalam suatu perekonomian, maka dibutuhkan pengawasan dan regulasi yang ketat untuk dapat memastikan aktivitas perbankan tetap pada kondisi yang seharusnya yakni melancarkan arus dana dalam sistem perekonomian.

Upaya yang dilakukan untuk memastikan hal tersebut, pembuat regulasi memperketat peraturan mengenai ketahanan likuiditas perbankan. Likuiditas perbankan berkaitan dengan kebutuhan dana, sumber dana, dan arus dana baik masuk maupun keluar. Oleh karena itu perbankan membutuhkan manajemen


(44)

likuiditas yang baik. Ketiga faktor utama likuiditas tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Dana yang dibutuhkan perbankan secara teori memiliki dua tujuan yang harus dipertimbangkan yakni kebutuhan dana untuk diinvestasikan demi mencapai keuntungan dan kebutuhan dana untuk memenuhi permintaan pencairan simpanan oleh nasabah. Biasanya dana yang digunakan untuk tujuan investasi akan cenderung berubah menjadi aset yang tidak likuid (illiquid assets). Dilain hal agar dapat memenuhi pencairan dana nasabah, bank dituntut harus memiliki dana likuid yang cukup, oleh karenanya bank berpotensi menghasilkan lebih sedikit keuntungan atau malah tidak dapat menghasilkan keuntungan sama sekali dengan terlalu banyak menahan kas.

Berdasarkan hal di atas, kebutuhan dana yang bisa terjadi setiap saat demi memenuhi pencairan simpanan nasabah dapat dikatakan berpengaruh terhadap manajemen aset likuid perbankan. Menurut hasil penelitian De Han dan Van Den End (2013) menunjukkan bahwa tingkat kewajiban (liabilities) yang dimiliki oleh perbankan secara signifikan mempengaruhi jumlah aset likuid yang ditahan oleh bank. Kedua fakta tersebut mendorong peneliti untuk menguji apakah teori dan hasil penelitian yang telah ada mengenai hubungan tingkat liabilitas dengan penahanan aset likuid berpengaruh dalam manajemen likuiditas perbankan di Indonesia.

Arus dana masuk dan arus dana keluar dalam aktivitas perbankan merupakan faktor manajemen likuiditas perbankan, dimana bank harus dapat memprediksi atau memproyeksikan arus dananya. Agar dapat memenuhi


(45)

pencairan simpanan atau deposito yang jatuh tempo, bank harus menyediakan sejumlah kas. Kas yang digunakan untuk menyelesaikan pencairan simpanan dan deposito yang jatuh tempo merupakan arus kas keluar bagi bank. Sumber arus kas keluar bank akan berasal dari aset yang termasuk dalam kategori likuid seperti kas, simpanan pada bank lain, atau surat-surat berharga yang mudah dilikuidasi. Dari teori tersebut, maka dapat dikatakan bahwa arus kas keluar bank dapat sangat berpengaruh terhadap jumlah aset likuid yang dimiliki oleh bank. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh De Han dan Van Den End (2013) dimana arus kas keluar yang akan datang mempengaruhi jumlah aset likuid yang ditahan oleh bank.

Arus dana yang masuk merupakan sumber keuntungan bagi bank. Karena bank akan memanfaatkan dana yang masuk untuk kembali diinvestasikan baik dalam bentuk penyaluran kredit atau pembelian surat-surat berharga. Jika dilihat dari manfaat adanya arus dana atau kas masuk bank, ini dapat diartikan bahwa bank akan mengubah aset likuid yang telah ada menjadi aset yang kurang likuid untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa arus kas masuk berpengaruh negatif terhadap jumlah aset likuid yang ditahan oleh manajemen bank. Namun jika melihat hasil penelitian De Han dan Van Den End (2013) ternyata arus kas masuk secara rata-rata tidak mempengaruhi jumlah aset likuid yang ditahan oleh bank.

Dalam konsep BASEL III yang dirumuskan ke bentuk Liquidity Coverage Ratio, perlakuan arus kas masuk dan arus kas keluar adalah dalam jangka waktu 1 bulan. Namun untuk mengetahui view of point manajemen bank di Indonesia


(46)

Bank Liquid Assets dalam menentukan time frame manajemen likuiditasnya, diperlukan penelitian pengaruh arus kas dalam jangka waktu lebih dari 1 bulan. Hal ini disebabkan oleh masih banyak bank yang memiliki view of point likuiditasnya dalam rentang waktu yang lebih dari sebulan hingga lebih dari setahun. Oleh karena itu, peneliti akan menguji hubungan antara arus kas keluar dan arus kas masuk dalam konsep LCR dengan penahanan aset likuid serta pengaruh arus kas bersih dalam jangka waktu lebih dari sebulan terhadap penahanan asset likuid.

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Liability, Cash Outflow, Cash Inflow, dan Net Cashflow. Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah jumlah Liquid Assets yang dimiliki oleh Bank.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Liability

(1 month range)

Cash inflow (1 month range)

Cash outflow (1 month range)

Net Cashflow <3 months

Net Cashflow <6 months

Net Cashflow <12 months

Net Cashflow >12 months


(47)

2.4 Hipotesis Konseptual

Pada penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan judul “Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Penahanan Aset Likuid Sebagai Dasar Penerapan BASEL III Pada Sektor Perbankan”, hipotesis konseptual disusun sebagai berikut

:

H1 : Liability memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

H2 : Cash Outflow kurang dari sebulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

H3 : Cash Inflow kurang dari sebulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

H4 : Net Cashflow kurang dari tiga bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

H5 : Net Cashflow kurang dari enam bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.

H6 : Net Cashflow kurang dari dua belas bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.


(48)

H7 : Net Cashflow lebih dari dua belas bulan memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah Liquid Asset yang ditahan oleh 5 bank terbesar di Indonesia sebagai dasar penerapan Liquidity Coverage Ratio.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penellitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sugiyono (2008 : 8) mengungkapkan bahwa penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi. Dengan metode ini, penulis dapat menganalisa dan mengintrepetasikan data yang telah dikumpulkan untuk selanjutnya menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan. Hasil rumusan akan dibandingkan dengan data hasil temuan dan diolah dengan menggunakan rumus statistik.

3.2 Batasan Operasional

Batasan Operasional pada penelitian ini, yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas (independent variable) yaitu, Liabilitas (liability), Arus Kas Keluar (Cash Outflow), Arus Kas Masuk (Cash Inflow), dan Arus Kas Bersih (Net Cashflow). Variabel


(50)

terikat (dependent variable) pada penelitian ini adalah Aset Likuid (Liquid Assets).

2. Sebagai objek dalam penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bank terbesar di Indonesia (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Central Asia. Dan Bank CIMB Niaga) yang diharapkan dapat menjadi pelopor pengimplementasian regulasi standar ketahanan perbankan yang lebih baik.

3. Penelitian ini menggunakan data yang dipublikasikan oleh masing-masing bank objek penelitian dengan rentang waktu bulanan mulai Januari 2012 – Desember 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008 : 90), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah bank umum konvensional yang berada di Indonesia yaitu berjumlah 120 bank dan mempublikasikan laporan keuangannya.

3.3.1 Sampel

Menurut Sugiyono (2008 : 112), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling design dengan cara purposive sampling yakni pemilihan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu.


(51)

Dalam menentukan sampel yang terpilih pada penelitian ini menggunakan pertimbangan berikut ini :

1. Bank menerbitkan laporan keuangan bulanan dan mempublikasikan dengan rentang waktu Januari 2012 – Desember 2014.

2. Bank merupakan 5 (lima) besar di Indonesia. Hal ini disebabkan bank peringkat tertinggi menghimpun dana lebih banyak dan berdampak luas, maka diharapkan menjadi pelopor pengimplementasian standar ketahanan perbankan yang lebih baik.

Berdasarkan kriteria di atas, maka didapatkan sampel penelitian sebanyak 5 bank dan menggunakan data bulanan dari Januari 2012 hingga Desember 2014 antara lain Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank CIMB Niaga (BCIMB). 3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Definisi operasional masing-masing variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen a. Liability (L)

Liability adalah nilai dari kewajiban yang dimiliki oleh bank, yang termasuk ke dalam variabel ini adalah giro, tabungan, deposito berjangka, pinjaman dari bank sentral, dan pinjaman dari bank lain. Komponen tersebut digunakan dalam penelitian ini disebabkan komponen-komponen tersebut merupakan liabilitas yang likuid.


(52)

Dalam penelitian ini variabel liabilitas dirasiokan terhadap total aset bank.

b. Cash Outflow (O)

Cash outflow atau aliran kas keluar adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh bank sebagai akibat dari aktivitas bank. Dalam penelitian ini cash outflow dirasiokan terhadap total aset.

c. Cash Inflow (I)

Cash inflow atau aliran kas masuk adalah sejumlah uang yang masuk sebagai akibat dari aktivitas bank dari dari pihak nasabah maupun dari pihak lain. Dalam penelitian ini, cash inflow dirasiokan terhadap total aset.

d. Net Cashflow / Net Cashinflow (NI)

Net Cashflow atau arus kas bersih adalah selisih dari arus kas masuk dikurangi dengan arus kas keluar. Dalam penelitian ini, net cashflow dirasiokan terhadap total aset.


(53)

2. Variabel Dependent Liquid Assets (A)

Liquid assets adalah uang tunai yang ada di kas dan setara kas serta aset lain yang dapat segera diuangkan tanpa menyebabkan penurunan nilai atau penurunan nilai yang kecil dari aset tersebut seperti surat hutang jangka pemerintah dan saham. Dalam penelitian ini liquid assets dirasiokan terhadap total aset.

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang telah dipublikasikan di website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Periode data menggunakan rentang waktu bulanan yang tercantum dalam Laporan Keuangan Publikasi Bulanan dari Januari 2012 hingga Desember 2013. Pendekatan penyusunan data pada penelitian ini adalah menggabungkan data deret waktu (time series) dengan data variasi objek (cross section) yang disebut Data Panel. Menurut Baltagi (2005) data panel yang mengombinasikan data time series dan cross section memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, mengurangi kolineritas antarpeubah, memperbesar derajat kebebasan, dan lebih efisien.

3.6 Teknik Analisis

Pada penelitian ini, alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah pengolahan data menggunakan program Eviews 7. Adapun teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(54)

1. Input Data

Data variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Aset Likuid, Liabilitas, Arus Kas Keluar, dan Arus Kas Masuk dikumpulkan dan diinput.

2. Analisis Statistik Deskriptif

Penyajian data statistik deskriptif yang terdiri dari median dan standard deviasi lalu agar dianalisa dan dijelaskan.

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan analisis data kuantitatif, kita menggunakan uji persyaratan analisis. Persyaratan uji analisis untuk Regresi Berganda yang sering disebut dengan istilah Uji Asumsi Klasik. Uji persyaratan analisis untuk regresi berganda data panel yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

a. Uji Multikolinieritas

Menurut Duwi Priyatno (2010 : 60), uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dengan cara melihat nilai Tolerance (t) dan variance inflation factor (VIF).


(55)

b. Uji Autokorelasi

Menurut Singgih Santoso (2012 : 241), uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Oleh karena itu, autokorelasi biasanya sering muncul pada data time-series.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Singgih Santoso (2012 : 238), uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians pada residual (error) dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut sebagai Heteroskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4. Pemilihan Model Data Panel

Dalam regresi data panel terdapat asumsi-asumsi mengenai intercept, koefien variabel, dan residu. Oleh karena itu, pendekatan regresi data panel dapat menggunakan tiga metode, yaitu :

a. Metode Common-Constant (Pooled Ordinary Least Square)

Pendekatan ini hanya menggunakan metode pengolahan OLS biasa. Pada hasil estimasinya diasumsikan setiap individu memiliki nilai intercept dan koefisien yang sama tanpa mempertimbangkan efek


(1)

BCIMB

SEPTEMBER13'

0.2829

0.7641

0.1063

0.0658

0.0405

0.0674

0.1016

0.1667

0.1813

BCIMB

OKTOBER13

0.2804

0.7645

0.1081

0.0668

0.0412

0.0761

0.0902

0.1647

0.1766

BCIMB

NOVEMBER13'

0.2778

0.7648

0.1098

0.0679

0.0419

0.0533

0.0732

0.1476

0.1602

BCIMB

DESEMBER13

0.2752

0.7652

0.1116

0.0690

0.0426

0.0339

0.0597

0.1369

0.1506

BCIMB

JANUARI14

0.2746

0.7383

0.0092

0.0068

0.0024

0.0139

0.0455

0.1255

0.1255

BCIMB

FEBRUARI14

0.2712

0.7387

0.0181

0.0135

0.0046

0.0205

0.0570

0.1242

0.1242

BCIMB

MARET14

0.2518

0.7376

0.0273

0.0204

0.0069

0.0261

0.0649

0.1176

0.1176

BCIMB

APRIL14'

0.2537

0.7404

0.0356

0.0269

0.0087

0.0315

0.0728

0.1111

0.1111

BCIMB

MEI14

0.2570

0.7353

0.0451

0.0348

0.0104

0.0356

0.0748

0.1011

0.1011

BCIMB

JUNI14

0.2579

0.7359

0.0516

0.0397

0.0119

0.0377

0.0754

0.0888

0.0888

BCIMB

JULI14

0.2659

0.7272

0.0608

0.0480

0.0128

0.0399

0.0769

0.0769

0.0769

BCIMB

AGUSTUS14

0.2589

0.7261

0.0707

0.0576

0.0130

0.0384

0.0642

0.0642

0.0642

BCIMB

SEPTEMBER14'

0.2587

0.7314

0.0767

0.0628

0.0139

0.0372

0.0504

0.0504

0.0504

BCIMB

OKTOBER14

0.2534

0.7342

0.0863

0.0751

0.0111

0.0366

0.0366

0.0366

0.0366

BCIMB

NOVEMBER14'

0.2574

0.7350

0.0933

0.0813

0.0120

0.0250

0.0250

0.0250

0.0250

BCIMB

DESEMBER14

0.2392

0.7410

0.1006

0.0877

0.0128

0.0128

0.0128

0.0128

0.0128


(2)

Lampiran 2. Data Rata-Rata Setiap Variabel Perbulan

BULAN

A

L

I

O

NI1

NI3

NI6

NI12

NI13

JANUARI12

0.4027

0.7880

0.0221

0.0145

0.0076

0.0158

0.0567

0.2259

0.2294

FEBRUARI12

0.3923

0.7844

0.0286

0.0188

0.0098

0.0239

0.0752

0.2302

0.2363

MARET12

0.3851

0.7815

0.0357

0.0238

0.0120

0.0316

0.0919

0.2278

0.2377

APRIL12'

0.3824

0.7749

0.0433

0.0292

0.0141

0.0404

0.1091

0.2267

0.2394

MEI12

0.3859

0.7818

0.0526

0.0365

0.0161

0.0485

0.1247

0.2226

0.2381

JUNI12

0.3783

0.7843

0.0569

0.0377

0.0192

0.0572

0.1425

0.2228

0.2420

JULI12

0.3762

0.7825

0.0647

0.0431

0.0216

0.0658

0.1600

0.2250

0.2476

AGUSTUS12

0.3729

0.7813

0.0712

0.0475

0.0237

0.0738

0.1418

0.2246

0.2504

SEPTEMBER12'

0.3647

0.7839

0.0787

0.0522

0.0265

0.0831

0.1254

0.2278

0.2568

OKTOBER12

0.3593

0.7843

0.0858

0.0566

0.0291

0.0916

0.1094

0.2312

0.2636

NOVEMBER12'

0.3590

0.7878

0.0920

0.0604

0.0316

0.0661

0.0920

0.2318

0.2671

DESEMBER12

0.3644

0.7888

0.0939

0.0619

0.0320

0.0392

0.0724

0.2246

0.2623

JANUARI13

0.3584

0.7879

0.0259

0.0167

0.0092

0.0167

0.0594

0.2338

0.2370

FEBRUARI13

0.3454

0.7817

0.0329

0.0214

0.0115

0.0249

0.0773

0.2349

0.2412

MARET13

0.3398

0.7776

0.0402

0.0258

0.0143

0.0334

0.0953

0.2338

0.2437

APRIL13'

0.3386

0.7818

0.0471

0.0306

0.0165

0.0421

0.1131

0.2335

0.2467


(3)

JUNI13

0.3203

0.7903

0.0583

0.0366

0.0217

0.0602

0.1488

0.2332

0.2525

JULI13

0.3186

0.7865

0.0654

0.0412

0.0242

0.0683

0.1656

0.2313

0.2528

AGUSTUS13

0.3216

0.7855

0.0718

0.0451

0.0267

0.0764

0.1468

0.2296

0.2537

SEPTEMBER13'

0.3177

0.7816

0.0779

0.0491

0.0288

0.0837

0.1271

0.2259

0.2529

OKTOBER13

0.3173

0.7820

0.0851

0.0535

0.0316

0.0939

0.1118

0.2288

0.2582

NOVEMBER13'

0.3125

0.7778

0.0914

0.0573

0.0341

0.0679

0.0945

0.2267

0.2591

DESEMBER13

0.3150

0.7869

0.0974

0.0610

0.0364

0.0416

0.0763

0.2213

0.2556

JANUARI14

0.3067

0.7707

0.0095

0.0066

0.0029

0.0174

0.0619

0.2275

0.2275

FEBRUARI14

0.3061

0.7692

0.0179

0.0124

0.0056

0.0263

0.0789

0.2235

0.2235

MARET14

0.2986

0.7694

0.0272

0.0183

0.0088

0.0352

0.0959

0.2171

0.2171

APRIL14'

0.3021

0.7696

0.0356

0.0240

0.0116

0.0433

0.1111

0.1839

0.2042

MEI14

0.3102

0.7716

0.0440

0.0299

0.0141

0.0507

0.1256

0.1900

0.1900

JUNI14

0.3101

0.7739

0.0519

0.0351

0.0168

0.0576

0.1396

0.1726

0.1726

JULI14

0.3105

0.7758

0.0615

0.0424

0.0191

0.0657

0.1558

0.1558

0.1558

AGUSTUS14

0.3092

0.7748

0.0700

0.0486

0.0214

0.0726

0.1348

0.1348

0.1348

SEPTEMBER14'

0.3159

0.7746

0.0778

0.0539

0.0239

0.0788

0.1105

0.1105

0.1105

OKTOBER14

0.3221

0.7692

0.0858

0.0601

0.0257

0.0859

0.0859

0.0859

0.0859

NOVEMBER14'

0.3242

0.7683

0.0938

0.0654

0.0283

0.0594

0.0594

0.0594

0.0594

DESEMBER14

0.3195

0.7724

0.1007

0.0709

0.0298

0.0298

0.0298

0.0298

0.0298


(4)

Lampiran 3. Statistik Deskriptif

L

I

O

NI1

NI3

NI6

NI12

NI13

Mean

0.780

0.060

0.040

0.020

0.053

0.107

0.202

0.216

Median

0.766

0.061

0.041

0.020

0.052

0.104

0.213

0.230

Maximum

0.851

0.125

0.088

0.043

0.118

0.211

0.315

0.352

Minimum

0.726

0.008

0.005

0.002

0.011

0.013

0.013

0.013

Std. Dev.

0.034

0.030

0.020

0.011

0.025

0.040

0.067

0.075

Observations

180

180

180

180

180

180

180

180

Cross Sections

5

5

5

5

5

5

5

5


(5)

Lampiran 4. Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Hasil Olahan

Sumber: Hasil Olahan Data Eviews.

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 5.618480 Prob. F(7,172) 0.0000

Obs*R-squared 33.49882 Prob. Chi-Square(7) 0.0000

Scaled explained SS 26.47739 Prob. Chi-Square(7) 0.0004

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/10/15 Time: 14:17 Sample: 1 180

Included observations: 180

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.005013 0.001540 3.255746 0.0014

L^2 -0.003102 0.002607 -1.189807 0.2358

I^2 -0.380740 0.130372 -2.920412 0.0040

O^2 0.313434 0.281569 1.113168 0.2672

NI3^2 -0.067965 0.065356 -1.039926 0.2998

NI6^2 0.010264 0.019844 0.517210 0.6057

NI12^2 -0.150930 0.034389 -4.388887 0.0000

NI13^2 -0.120859 0.028044 -4.309551 0.0000

R-squared 0.186105 Mean dependent var 0.001416

Adjusted R-squared 0.152981 S.D. dependent var 0.001868

S.E. of regression 0.001719 Akaike info criterion -9.850259

Sum squared resid 0.000508 Schwarz criterion -9.708350

Log likelihood 894.5233 Hannan-Quinn criter. -9.792721

F-statistic 5.618480 Durbin-Watson stat 0.384244


(6)

Lampiran 5. Hasil Regresi Fixed Effect Model

Dependent Variable: A

Method: Panel Least Squares Date: 07/10/15 Time: 14:06 Sample: 2012M01 2014M12 Periods included: 36 Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 180

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.614808 0.196469 3.129296 0.0021

L 1.269988 0.257958 4.923245 0.0000

I -0.543631 0.507520 -1.071151 0.2856

O 0.409963 0.780559 0.525217 0.6001

NI3 -0.126210 0.198311 -0.636421 0.5254

NI6 -0.127647 0.105863 -1.205775 0.2296

NI12 -0.657430 0.389731 -1.686882 0.0935

NI13 -0.614039 0.321549 -1.909626 0.0579

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.602495 Mean dependent var 0.338642

Adjusted R-squared 0.576468 S.D. dependent var 0.047817

S.E. of regression 0.031119 Akaike info criterion -4.037643

Sum squared resid 0.162692 Schwarz criterion -3.824779

Log likelihood 375.3879 Hannan-Quinn criter. -3.951336

F-statistic 23.14876 Durbin-Watson stat 0.222412