antara mencari laba yang optimal dengan tetap memelihara tingkat likuiditas yang sehat. Manajemen Aset didefinisikan menjadi sebuah proses pengelolaan segala
sesuatu baik berwujud dan tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomik, dan mampu mendorong tercapainya tujuan dari individu dan organisasi. Melalui
proses manajemen yaitu POLC planning, organizing, leading dan controling agar dapat dimanfaatkan atau dapat mengurangi biaya cost secara efisien dan
efektif.Asset menjadi penting dalam kegiatan usaha perbankan dan hubungannya dengan profit bank. Hal ini dikarenakan asset yang dimiliki oleh bank salah
satunya aset bersumber dari masyarakat yang terikat oleh waktu. Karena itu bank harus bisa memanfaatkan dana yang terikat oleh waktu pada harta investasi yang
paling menguntungkan. Bank harus menanamkan dananya pada investasi yang resikonya minim
yang mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi, akan tetapi diharapkan memberikan keuntungan yang optimal. Semakin baik manajemen assetnya maka
akan semakin baik dan akan meningkatkan profit bank.
2.1.2.2 Manajemen Liabilitas Perbankan
Manajemen Liabilitas yaitu kemampuan bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajibannya maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabah. Asset Liability Management adalah proses pengendalian aktiva dan pasiva secara terpadu yang saling berhubungan dalam
usaha mencapai keuntungan bank. Asset Liability Management merupakan kebijakan dan strategi jangka pendek dalam pencapaian rencana tahunan.
Universitas Sumatera Utara
Manajemen aset dan liabilitas dalam dunia perbankan adalah hal yang utama untuk menjaga kelangsungan bank itu sendiri. Ditambah dengan persaingan
ketat sisi funding dan lending saat ini, membuat aspek ALMA mutlak diperhatikan oleh segenap jajaran manajemen bank. Beberapa tujuan dari
manajemen aset dan liabilitas adalah untuk mencapai pertumbuhan bank yang wajar, pendapatan yang maksimal, menjaga likuiditas yang memadai, membentuk
cadangan, memelihara dana masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan kredit.
2.1.2.3 Manajemen Likuiditas Perbankan
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup utuk memenuhi kewajibanya setiap saat. Tuntutan
pekerjaan manajemen likuiditas: 1. Mampu memprediksi kebutuhan dana di waktu mendatang
2. Mencari sumber-sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan 3. Penatausahaan dana atau mengawasi arus dana masuk dan keluar
Selanjutnya dalam pengelolaan likuiditas bank ada beberapa risiko yang mungkin timbul. Risiko pendanaan funding risk, merupakan risiko yang timbul
apabila bank tidak cukup dana untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu ada risiko bunga interest risk, dimana akan muncul berbagai variasi tingkat suku
bunga dalam aset maupun liabilitas yang dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karena itu, pengelolaan likuiditas
terutama ditujukan untuk memperkecil risiko yang disebabkan oleh kekurangan dana, sehingga tidak perlu mencari dana dengan suku bunga yang relatif tinggi di
Universitas Sumatera Utara
pasar uang atau dengan menjual sebagian asetnya yang mempengaruhi pendapatan bank.
Potensi resiko liquiditas muncul dari ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban mereka saat jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat
menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau peningkatan aset. Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan
kewajiban. Pengukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat
menjadi sebab dan akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan kewajiban bank. Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka
panjang dan terus menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu 1 Pendekatan Fundamental dan 2
Pendekatan Teknis. Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka
panjang. Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan mengendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk
mengatasi situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau dengan melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.
Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan
arus kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk
memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.
Universitas Sumatera Utara
Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan
secara proaktif dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor keuangan yang lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di
sektor perbankan ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor. Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
menahan persaingan yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan
keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan pendirian basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa.
Sistem pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini mengunakan 2 pendekatan yaitu: 1. metode pendekatan pengawasan
berdasarkan kepatuhan compliance based supervisionCBS, yaitu pengawasan yang difokuskan kepada kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan kehati-
hatian yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini berorientasi pada kondisi bank yang lalu untuk memastikan kondisi bank ke depan
akan beroperasi dan dikelola secara baik dan benar. 2. pendekatan pengawasan berdasarkan resiko risk based supervisionRBS yaitu pengawasan yang
difokuskan kepada resiko-resiko yang melekat pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian resiko.
Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko mengacu kepada ketentuan Basel I, II, dan III, merupakan produk kesepakatan dari Basel Committee yang
didirikan oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G10. Ketentuan Basel
Universitas Sumatera Utara
ini merupakan international legislation yang bentuknya adalah model laws, artinya ketentuan Basel tersebut merupakan norma hukum yang meskipun
disetujui oleh berbagai negara, tetapi tidak mengikat suatu negara untuk mengadopsi menjadi hukum nasionalnya Sulistyandari, 2012. Indonesia telah
mengadopsi ketentuan Basel I, dan sekarang sedang proses menuntaskan mengadopsi ketentuan Basel II serta persiapan mengadopsi Basel III Astri
Kharina Bangun, 2012. Basel I merupakan produk Basel Committee yang diterbitkan pada tahun
1988 yang disebut dengan International Convergence of Capital Measurement and Capital Standard Capital Accord 1988. Inti dari Basel I merupakan upaya
untuk memperkuat permodalan bank di masing-masing negara, sehingga modal bank dinilai cukup kuat memikul potensi kerugian sebagai resiko atas pemberian
kreditnya. Basel II merupakan pembaruan dan penyempurnaan Basel I, yang
dinamakan The New Basel Capital Accord Basel Accord II, yang diterbitkan pada tahun 2001. Konsep dan prinsipnya dilandasi pemikiran akan perlunya
fleksibilitas dan sensitivitas terhadap risiko. Tujuan Basel Accord II ada 5 lima, yaitu : 1 Melanjutkan upaya peningkatan keamanan dan kesehatan system
finansial; 2 Melanjutkan upaya untuk lebih meningkatkan keseimbangan kompetitif dalam percaturan aktivitas perbankan internasional; 3 Memberikan
landasan Constitute yang lebih komprehensif dalam mendudukan dan menilai Addresing berbagai risiko perbankan; 4 Memberikan pedoman yang
mengandung pendekatan terhadap kecukupan modal bank yang lebih tepat dari
Universitas Sumatera Utara
segi sensitivitas terhadap tingkat risiko yang melekat dalam posisi dan kegiatan bank; 5 Memfokuskan kepada bank-bank yang aktif di tingkat internasional,
walaupun dari segi prinsip yang melandasinya harus cocok pula untuk diterapkan di bank-bank yang kompleksitas dan kecanggihannya bervariasi.
Basel III diterbitkan pada tahun 2010 yang dinamakan Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking Systems. Basel III ini akan
diterapkan mulai tahun 2013 – 2019. Secara prinsip Basel III bertujuan untuk
mengatasi masalah perbankan antara lain: meningkatkan kemampuan sektor perbankan untuk menyerap potensi risiko kerugian akibat krisis keuangan dan
ekonomi serta mencegah menjalarnya krisis sektor keuangan ke sektor ekonomi; meningkatkan kualitas manajemen risiko, governance, transparansi; dan
memberikan resolusi terbaik bagi systemically important cross border banking. Melalui Basel III diharapkan dapat diperkuat sisi pengaturan microprudential
untuk meningkatkan kesehatan dan daya tahan individual bank dalam menghadapi krisis.
Selain itu penerapan Basel III sebaiknya tetap menggunakan metode pendekatan
pengawasan berdasarkan
kepatuhan compliance
based supervisionCBS,, sehingga BI tetap mempunyai kewenangan memberikan
sanksi kepada bank yang melanggar pengaturan macroprudential khususnya yang berkaitan dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta
mengatur dan menjaga kelacaran sistem pembayaran. Dengan menggunakan 2 metode pendekatan dalam pengawasan tersebut diharapkan tujuan penerapan
Basel III di Indonesia dapat terwujud.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Basel Committee on Banking Supervision BCBS