Pengujian Hipotesis Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis
ratio tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel terikat nilai perusahaan ditolak dan sebaliknya.
Menurut Sudjana 2010:51 perhitungan terhadap titik keeratan dan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah menggunakan uji korelasi.
Kemudian dilakukan perhitungan terhadap koefisien yang disebut juga koefisien korelasi produk moment Pearson.
b. Hipotesis
H ; ρ = 0, Secara simultan return on equity dan deviden payout ratio tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H
1
; ρ ≠ 0, Secara simultan return on equity dan deviden payout ratio berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
H ditolak apabila F
hitung
F
tabel
α = 0,05. Menurut Umi Narimawati 2010:52, bahwa tafsiran koefisien korelasi variabel dalam penelitian dapat
dikategorikan sebagai berikut : a Taksiran koefisien korelasi yang dikategorikan menurut Guilford adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.7 Kategori Korelasi Metode Guilford
Besarnya Pengaruh Bentuk Hubungan
0,00 – 0,20 Sangat longgar, dapat diabaikan
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Moderat cukup
0,61 – 0,80 Erat
0,81 – 1,00 Sangat Erat
Apabila pada pengujian secara simultan H ditolak, artinya sekurang-
kurangnya ada sebuah py xi ≠ 0. Untuk mengetahui pyxi yang tidak sama dengan nol,
maka dilakukan pengujian secara parsial. 2.
Pengujian Secara Parsial Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut : a.
Rumus uji t yang digunakan adalah :
Hasilnya bandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf signifikansi 5.
b. Hipotesis
H
01
; ρ = 0, return on equity tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan H
11
; ρ ≠ 0, return on equity berpengaruh terhadap nilai perusahaan H
02
; ρ = deviden payout ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan H
12
; ρ ≠ deviden payout ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan c.
Kriteria Pengujian H0 ditolak apabila t
hitung
t
tabel
α = 0,05. Kriteria penarikan pengujian : Jika menggunakan tingkat kekeliruan α = 0,01 untuk diuji dua pihak, maka
criteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :
a Jika t
hitung
≥ t
tabel
maka H0 ada didaerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabel bebas dan variabel terikat ada hubungannya.
b Jika t
hitung
≤ t
tabel
maka H0 ada didaerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel bebas dan variabel terikat tidak ada hubungannya.
Gambar 3.1 Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Sumber Sugiyono 2010 b.
Penarikan Kesimpulan Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya.
Jika t
hitung
dan F
hitung
jatuh di daerah penolakan penerimaan, maka Ho ditolak diterima dan Ha diterima ditolak. Artinya koefisian regresi signifikan tidak
signifikan. Kesimpulannya, return on equity dan deviden payout ratio berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan yang diberikan. Tingkat
signifikannya yaitu 5 α = 0,05, artinya jika hipotesis nol ditolak diterima
dengan taraf kepercayaan 95 , maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan
kesimpulan mempunyai kebenaran 95 dan hal ini menunjukan adanya tidak adanya pengaruh yang meyakinkan signifikan antara dua variabel tersebut.
65 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Pasar Modal Indonesia telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia, namun
perkembangannya mengalami masa pasang-surut akibat beberapa faktor, mulai dari Perang Dunia I dan II hingga perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada Pemerintah Republik Indonesia RI. Selanjutnya, pihak Pemerintah RI melakukan pembentukan ulang Pasar Modal Indonesia melalui
Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952.
Dalam 2 dua dasawarsa selanjutnya, perkembangan Pasar Modal Indonesia mengalami stagnasi sehubungan dengan dihentikannya kegiatan Pasar
Modal sepanjang dekade 1960-an hingga akhir pertengahan 1970-an. Pada tahun 1977, Pemerintah menghidupkan kembali Pasar Modal Indonesia dengan
mencatatkan saham 13 perusahaan Penanaman Modal Asing PMA. Namun, dunia Pasar Modal Indonesia baru benar-benar mengalami perkembangan pada
sekitar akhir dekade 1980-an, yang antara lain ditandai dengan pendirian PT Bursa Efek Surabaya BES pada tahun 1989 dan swastanisasi PT Bursa Efek
Jakarta BEJ pada tahun 1992.
B a b I V H a s i l A n a l i s i s P e m b a h a s a n | 66
Penetapan Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juga semakin mengukuhkan peran BEJ dan BES sebagai bagian dari Self Regulatory
Organization SRO Pasar Modal Indonesia. Sejak itu, BEJ tumbuh pesat berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan, antara lain dengan
diterapkannya Jakarta Automated Trading System JATS di tahun 1995, perdagangan tanpa warkat di tahun 2001 dan remote trading system pada tahun
2002. Sementara itu, BES mengembangkan pasar obligasi dan derivatif. Pada akhir tahun 2007, melalui persetujuan para pemegang saham kedua Bursa, BES
digabungkan ke dalam BEJ yang kemudian menjadi BEI. Penggabungan menjadi satu Bursa yang terintegrasi ini menandai sebuah era baru dalam perkembangan
Pasar Modal Indonesia yang diharapkan dapat semakin berperan dalam perkembangan ekonomi nasional yang berkelanjutan di masa mendatang.
1. Visi Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia bursa
kompetitif: Bursa yang kompetitif adalah bursa yang mampu bersaing dengan bursa-
bursa lain dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator. Untuk dapat dikatakan sebagai bursa yang kompetitif, beberapa aspek berikut harus
dipenuhi: • Tingkat risiko yang rendah
• Instrumen perdagangan yang lengkap • Tingkat likuiditas yang tinggi
B a b I V H a s i l A n a l i s i s P e m b a h a s a n | 67
Kredibilitas sebuah bursa dapat tercermin dari cara pengelolaannya. Bursa dengan kredibilitas tingkat dunia yang dikelola dengan baik dengan cara-
cara yang berlaku secara internasional, yang menciptakan perdagangan yang wajar, teratur dan efisien
2. Misi Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui
pemberdayaan anggota bursa, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.