Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Jadi Dengan Menggunakan Metode Dedicated Storage Di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco
USULAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG PRODUK JADI
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEDICATED STORAGE
DI PT. CAHAYA KAWI ULTRA POLYINTRACO
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
FIKRIE ABDULLAH
040403023
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
USULAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG PRODUK JADI
DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEDICATED STORAGE
DI PT. CAHAYA KAWI ULTRA POLYINTRACO
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
FIKRIE ABDULLAH
040403023
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng) (Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc)
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT karena atas semua berkat, rahmat dan lindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
Kegiatan penelitian dilakukan di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco yang merupakan salah satu dari beberapa syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Sarjana ini adalah “Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Jadi dengan Menggunakan Metode Dedicated Storage di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan pada Tugas Sarjana ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan Tugas Sarjana ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tugas sarjana ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan kita semua.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS Maret 2009
(4)
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik, yaitu kepada:
1. Bapak Ir. Tanib S. Tjolia M. Eng, sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
2. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing II atas bimbingan, masukan dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Ir. Charil Harahap, selaku Manager Produksi PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis memperoleh data yang diperlukan.
4. Bapak Ir. Zul Hairi, selaku Manager Personalia PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco yang telah memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitian.
5. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan Tugas Sarjana ini.
(5)
6. Bapak Ir. Ukurta Tarigan MT, selaku Kepala Laboratorium Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan yang telah memberikan penulis kesempatan menjadi asisten.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa besar: Papa, Mama, Kak Fenie, Bang Kadie, Bang Rurie, Bang Rizal serta Raisya yang telah memberikan doa, motivasi dan materi kepada penulis.
8. Ilham, Ari, Naldi, Roy, Zuna, Ella, Chacha, Fika, Maya, Dira dan teman-teman stambuk 2004 lainnya sebagai teman-teman penulis yang telah memberikan semangat, hiburan, doa dan pikirannya selama penulis menjalani masa perkuliahan.
9. Seluruh asisten Laboratorium Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan: Fernando, Alvensius, Yurianto, M. Ilham, Imanuel, Herman, Martohap, Dameyanti, Valentine, Yetti dan Elfrida NDT yang memberikan pemikiran, dukungan dan semangat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.
(6)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
RINGKASAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... I-2 1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-3 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-4
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-3
(7)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-8 2.3.3.1. Tenaga Kerja ... II-8 2.3.3.2. Jam Kerja ... II-10 2.3.4. Sistem Pengupahan... II-11 2.3.4.1. Tunjangan ... II-12 2.3.4.2. Fasilitas ... II-13 2.4. Proses Produksi ... II-14 2.4.1. Bahan ... II-14 2.4.1.1. Bahan Baku ... II-14 2.4.1.2. Bahan Tambahan ... II-17 2.4.1.3. Bahan Penolong ... II-18 2.4.2. Uraian Proses Produksi ... II-18 2.4.2.1. Pembuatan Sandaran Spring Bed ... II-19 2.4.2.2. Pembuatan Matras Spring Bed ... II-20 2.4.2.3. Pembuatan Dipan Spring Bed ... II-22 2.5. Mesin dan Peralatan ... II-26 2.5.1. Mesin Produksi ... II-26 2.5.2. Peralatan ... II-30 2.5.3. Utilitas ... II-31
(8)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
2.5.4. Safety and Fire Protection ... II-31 2.5.5. Waste Treatment ... II-32 2.5.6. Maintenance ... II-32
III LANDASAN TEORI ... III-1
3.1. Gudang ... III-1 3.1.1. Definisi Gudang ... III-1 3.2. Pengertian Tata Letak Pabrik ...III-6 3.3. Tujuan Tata Letak Pabrik ...III-7 3.4. Prinsip Dasar dalam Tata Letak Pabrik ...III-8 3.5. Jenis Persoalan Tata Letak Pabrik ...III-11 3.6. Metode Dedicated Storage ...III-14 3.6.1. Penempatan Produk pada Lokasi Penyimpanan/Penarikan ...III-15 3.7. Pemindahan Bahan ...III-19
IV METODOLOGI PENELITIAN ...IV-1
4.1. Studi Pendahuluan ...IV-1 4.2. Perumusan Masalah ...IV-3 4.3. Tujuan Penelitian ...IV-3 4.4. Studi Kepustakaan ...IV-3
(9)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.5. Pengumpulan Data ...IV-4 4.5.1. Data Primer ...IV-3 4.5.2. Data Sekunder ...IV-4 4.6. Pengolahan Data ...IV-5 4.6.1. Space Requirement (Kebutuhan Ruang) ...IV-5 4.6.2. Perhitungan Throughput ...IV-5 4.6.3. Penempatan Produk (Assignment) ...IV-5 4.7. Analisis dan Pemecahan Masalah ...IV-7 4.8. Kesimpulan dan Saran ...IV-8
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ...V-1
5.1. Pengumpulan Data ...V-1 5.1.1. Data Jenis Produk ...V-1 5.1.2. Data Penerimaan, Pengiriman dan Penyimpanan Tiap
Jenis Produk ...V-1 5.2. Pengolahan Data ...V-5 5.2.1. Space Requirement (Kebutuhan Ruang) ...V-5
5.2.1.1. Space Requirement (Kebutuhan Ruang)
(10)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.2.1.2. Space Requirement (Kebutuhan Ruang)
untuk Dipan ...V-7 5.2.1.3. Space Requirement (Kebutuhan Ruang)
untuk Sandaran ...V-7 5.2.2. Perhitungan Throughput ...V-8 5.2.2.1. Perhitungan Throughput untuk Matras ...V-9 5.2.2.2. Perhitungan Throughput untuk Dipan ...V-9 5.2.2.3. Perhitungan Throughput untuk Sandaran ...V-10 5.2.3. Penempatan Produk (Assignment) ...V-10 5.2.4. Jarak Perjalanan Total ...V-17 5.2.5. Perancangan Layout Usulan untuk Gudang Produk Jadi ...V-18 5.3. Standard Operation Procedure (SOP) Sekarang dan Usulan ...V-20 5.3.1. SOP Sekarang ...V-20 5.3.2. SOP Usulan ...V-21
VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ...VI-1
6.1. Hasil Penempatan Produk (Assignment) ...VI-1 6.2. Jarak Perjalanan Total ...VI-4 6.3. Layout Gudang ...VI-4 6.4. Evaluasi Penggunaan Metode Dedicated Storage ...VI-5
(11)
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
6.5. Evaluasi SOP ... VI-6
VII KESIMPULAN DAN SARAN ...VII-1
7.1. Kesimpulan ...VII-1 7.2. Saran ...VII-1
(12)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. CAKUP... II-9 2.2. Jam Kerja PT. CAKUP ... II-11 5.1. Data Produksi Harian Tiap Jenis Produk Spring Bed ... V-2 5.2. Data Penjualan Harian Tiap Jenis Produk Spring Bed ... V-3 5.3. Data Penyimpanan Harian Tiap Jenis Produk Spring Bed ... V-4 5.4. Space Requirement (Kebutuhan Ruang) Matras ...V-6
5.5. Space Requirement (Kebutuhan Ruang) Dipan ...V-7
5.6. Throughput untuk Tiap Jenis Matras ...V-9
5.7. Throughput untuk Tiap Jenis Dipan ...V-10
5.8. Throughput untuk Tiap Jenis Sandaran ...V-10
5.9. Perbandingan Throughput (Tj) dan Storage (Sj) untuk Matras ...V-11
5.10. Perbandingan Throughput (Tj) dan Storage (Sj) untuk Dipan ...V-11
5.11. Jarak Perjalanan Antara Tiap Slot dengan Titik I/O ...V-14
5.12. Penempatan Produk pada Tiap Slot ...V-15
(13)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PT. CAKUP ... II-4 2.2. Block Diagram Matras Spring Bed ... II-24 2.3. Block Diagram Sandaran Spring Bed ... II-25 2.4. Block Diagram Dipan Spring Bed ... II-25 4.1 Block Diagram Penelitian...IV-2 4.2. Block Diagram Langkah-Langkah Pengolahan Data ...IV-6 5.1. Dimensi Slot pada Gudang Tampak Depan ...V-18 5.2. Dimensi Slot pada Gudang Tampak Samping ... V-19 5.5. Gambar Usulan Tata Letak Gudang Produk Jadi PT.CAKUP ... V-22
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Layout Gudang PT. CAKUP Sekarang ... L-1 2. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-2 3. Surat Penetapan Tugas Sarjana ... L-3 4. Surat Penjajakan ... L-4 5. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-5 6. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-6
(15)
RINGKASAN
PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) merupakan pabrik yang memproduksi spring bed dengan merk dagang Big Land. Permasalahan yang sering dihadapi oleh PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) adalah aliran produk jadi yang masuk dan keluar dari gudang produk jadi tidak terkoordinasi dengan baik. Apabila aliran produk tidak lancar maka akan menghambat proses aliran produk yang akan disimpan ke gudang maupun yang akan dikeluarkan dari gudang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan luas area gudang produk jadi dan merancang tata letak usulan gudang produk jadi, yang dapat mempermudah proses penyimpanan dan penarikan barang dari gudang produk jadi dengan tetap mempertahankan luas gudang yang sudah ada dengan menggunakan metode dedicated storage sehingga aliran produk yang masuk dan keluar dari gudang produk jadi dapat terkoordinasi dengan baik dan penggunaan daerah penyimpanan pada gudang produk jadi akan menjadi optimal.
Untuk pengolahan data akan digunakan metode dedicated storage, dimana metode ini dapat memberikan solusi dalam penyusunan produk di gudang untuk mengoptimalkan penggunaan areal yang tersedia di gudang. Dengan demikian dapat diketahui berapa sebenarnya kebutuhan areal yang dibutuhkan oleh gudang produk jadi.
Metode dedicated storage menyusun produk dengan menempatkan satu produk pada satu lokasi penyimpanan saja. Lokasi penyimpanan disebut dengan slot. Penempatan ini didasarkan pada perbandingan aktivitas tiap produk dengan kebutuhan ruang yang dibutuhkan produk tersebut. Kemudian perbandingan aktivitas dengan kebutuhan dirankingkan sehingga didapat urutan produk dengan perbandingan aktivitas/kebutuhan ruang dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Dengan adanya rancangan penyusunan dengan metode dedicated storage ini diharapkan produk yang akan disimpan dapat menempati lokasi yang tetap (fixed) untuk memudahkan operator dalam menyimpan dan mengambil produk sehingga aliran produk menjadi lancar dan pemakaian area penyimpanan menjadi lebih optimal. Kemudian dari penelitian disimpulkan bahwa kebutuhan area penyimpan pada gudang produk jadi sebesar 1.090,496 m2, sedangkan luas areal yang tersedia sebesar 2.016 m2. Maka terjadi penghematan ruangan sebesar 45,91% dari areal yang tersedia.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Dalam sebuah pabrik, banyak faktor yang mendukung berjalannya proses produksi pabrik tersebut, diantaranya adalah bagian perencanaan produksi, bagian penerimaan material (receiving), bagian pengiriman produk (shipping), bagian pergudangan (warehousing), dan masih banyak lainnya. Gudang merupakan salah satu bagian terpenting dalam aktivitas produksi, karena disanalah terjadinya aliran barang, informasi dan biaya.
Gudang adalah tempat menyimpan material, bahan baku, produk jadi, peralatan dan lain-lain. Tujuan utama dari sistem pergudangan adalah untuk mengurus dan menyimpan barang-barang yang siap untuk didistribusikan sehingga barang tersebut dapat diterima pelanggan tepat pada waktu yang diinginkan pelanggan.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) adalah aliran produk jadi yang masuk dan keluar dari gudang produk jadi tidak terkoordinasi dengan baik. Tentu saja hal ini akan menyulitkan operator dan material handling yang digunakannya dalam mengatur produk yang akan disimpan maupun diambil di gudang produk jadi karena diperlukan waktu pencarian produk dan jarak tempuh yang tidak tetap setiap kali proses pengambilan atau penyimpanan produk dilakukan. Setiap produk tentu saja harus disimpan di slot yang sama dengan produk yang sejenis. Apabila aliran produk
(17)
tidak lancar maka akan menghambat proses aliran produk yang akan disimpan ke gudang maupun yang akan dikeluarkan dari gudang.
Untuk itu perlu dilakukan penataan lokasi penyimpanan produk pada gudang produk jadi dengan menggunakan metode dedicated storage sehingga aliran produk yang masuk dan keluar dari gudang produk jadi dapat terkoordinasi dengan baik dan penggunaan daerah penyimpanan pada gudang produk jadi akan menjadi optimal.
1.2.Rumusan Permasalahan
Faktor penyebab terjadinya masalah yang sering dialami di PT. CAKUP adalah penempatan produk pada gudang produk jadi disusun secara sembarangan tanpa didasari oleh pertimbangan-petimbangan yang perlu dilakukan dalam menempatkan produk seperti besarnya permintaan terhadap produk, jumlah slot yang dibutuhkan, jenis produk dan tipe produk yang akan disimpan di gudang. Setiap produk yang akan disimpan di gudang tidak memiliki tempat yang tetap (fixed) di gudang.
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan luas area untuk gudang produk jadi dan merancang tata letak usulan gudang produk jadi, yang dapat mempermudah proses penyimpanan dan penarikan barang dari gudang produk jadi dengan tetap mempertahankan luas gudang yang sudah ada dengan menggunakan metode dedicated storage.
(18)
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya di lapangan.
b. Mempererat kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.
c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi pihak perusahaan untuk perbaikan layout gudang produk jadi.
1.4. Pembatasan Masalah dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Pengamatan hanya dilakukan pada gudang produk jadi pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.
b. Analisis tata letak hanya untuk menata letak penyimpanan produk jadi pada gudang produk jadi.
c. Tidak memperhitungkan biaya perencanaan tata letak gudang yang baru. d. Penelitian hanya dilakukan pada produk spring bed.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Kondisi perusahaan tidak berubah selama penelitian.
b. Tidak ada penambahan jenis produk baru di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco.
c. Proses produksi berlangsung secara normal.
d. Seluruh data yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber lainnya dianggap benar.
(19)
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.
(20)
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan masalah. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(21)
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco (PT. CAKUP) terletak di Jl. Eka Surya Gg. Sidodadi Lingk. XXII Kelurahan Gedung Johor, Deli Tua, Medan didirikan pada tahun 1989. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Cahaya Buana Group. Induk perusahaan ini bernama PT. Cahaya Buana Intitama yang mempunyai filosofi unggul berkarya dan puas bekerjasama. Induk perusahaan ini berlokasi di daerah Bogor, Jawa Barat. PT. Cahaya Buana Group memiliki empat jenis anak perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing, trading, distributor, dan retail.
PT. CAKUP merupakan anak perusahaan dari PT. Cahaya Buana Group yang bergerak di bidang manufacturing, dimana perusahaan ini memproduksi spring bed dengan merek dagang Big Land.
PT. Cahaya Buana Group mempunyai tekad untuk menjadi perusahaan furniture yang memimpin pasar dan memiliki citra positif serta kondusif bagi semua pihak sehingga diakui sebagai aset nasional. Big Land Spring bed yang merupakan produk dari PT. CAKUP merupakan anggota dari International Sleep Products Association (ISPA) yang merupakan lembaga bagi perusahaan- perusahaan yang memproduksi spring bed berkualitas.
(22)
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT. CAKUP memfokuskan usahanya pada pembuatan spring bed. Spring bed yang diproduksi merupakan tempat tidur yang siap dipasarkan kepada konsumen langsung maupun distributor dengan daerah pemasaran di seluruh Sumatera Utara dengan fokus utama di daerah kota Medan, Aceh, Sibolga, Padang Sidempuan, Nias, Kisaran, Rantau Prapat, Tanjung Balai. Selain itu, PT. CAKUP juga menjadi distributor produk-produk furniture seperti kursi kantor, meja belajar, lemari pakaian dan sebagainya.
Perusahaan ini berproduksi berdasarkan stok (make to stock). Spring bed Big Land terdiri dari empat jenis, yaitu :
1. Platinum Pillowtop 2. Golden
3. Deluxe 4. Silver
Perbedaan dari keempat jenis spring bed ini terletak pada jenis kain yang digunakan, banyaknya sisipan yang digunakan dan ketebalan kain quilting yang dipakai.
Selain di Medan, PT. CAKUP juga memiliki kantor perwakilan di daerah- daerah lain di Indonesia meliputi Bogor, Padang, Palembang, Jakarta, dan lain- lain.
(23)
2.3. Organisasi dan Manajemen
2.3.1. Struktur Organisasi PT. CAKUP
Struktur organisasi yang digunakan PT. CAKUP adalah berbentuk campuran (lini dan fungsional). Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu produksi, personalia, dan pemasaran berdasarkan fungsinya masing-masing dalam struktur organisasinya. Hal ini dibuat sesuai dengan kebutuhan serta kelancaran dan kemajuan usaha organisasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi PT. CAKUP dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan personil yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi dimana masing-masing personil mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Tanggung jawab yang diberikan harus seimbang dengan wewenang yang diterima.
Uraian tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian PT. CAKUP dapat diuraikan sebagai berikut:
(24)
Direktur Kabag. Pemasaran Kabag HRD dan General Affair Kabag. Produksi Kabag. Pembelian Kabag Financial and Accounting Supervisor Gudang Supervisor Penjualan Karyawan Karyawan Supervisor Transportasi Supervisor Distribusi Karyawan Karyawan Supervisor Keamanan Supervisor Maintenance Karyawan Karyawan Supervisor Produksi Karyawan Supervisor Pembelian Karyawan Supervisor Financial Karyawan Supervisor Accounting Karyawan
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco
Keterangan:
: Lini : Fungsional
(25)
1. Direktur
- Pemimpin tertinggi di perusahaan yang menetapkan langkah- langkah pokok dalam melaksanakan kebijakan dan sasaran- sasaran perusahaan. - Menyetujui dan menandatangani surat- surat penting yang berkenaan
dengan perusahaan.
- Bertanggungjawab atas semua kegiatan operasional perusahaan serta kontinuitas kegiatan perusahaan dan bertindak sebagai Management Representative.
2. Kepala Divisi Produksi
- Bertanggung jawab atas semua kegiatan produksi di lantai pabrik dan memproduksi produk yang berkualitas.
- Bertanggung jawab sebagai Deputy Management Representative.
- Melaksanakan rencana kerja operasional pabrik agar berjalan lancar dan memenuhi target.
- Melakukan pembinaan sumber daya manusia di lingkungan pabrik. 3. Kepala Divisi Pemasaran
- Bertanggung jawab atas semua aktivitas keuangan perusahaan.
- Bertanggung jawab atas peningkatan kuantitas penjualan melalui strategi- strategi pemasaran.
4. Kepala Divisi Finance and Accounting
- Bertanggung jawab atas semua aktivitas keuangan perusahaan.
- Bertanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan pembelian barang atau bahan guna operasional perusahaan.
(26)
5. Kepala Divisi Pembelian
- Melakukan pemilihan dan evaluasi atas supplier. - Mengawasi efektivitas dan efisiensi pembelian. - Mengeluarkan Purchasing Order (PO).
6. Kepala Divisi Human Resources Development dan General affair
- Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan administrasi guna menunjang kontinuitas operasional perusahaan.
- Bertanggung jawab atas kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya manusia dalam perusahaan.
7. Supervisor Produksi
- Bertanggung jawab atas seluruh proses pembuatan spring bed.
- Bertanggung jawab atas pengendalian kualitas spring bed yang diproduksi.
- Bertanggung jawab atas jumlah produk yang diproduksi. 8. Supervisor Maintenance
- Bertanggung jawab atas seluruh kelangsungan mesin-mesin yang dioperasikan.
- Bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin dan peralatan. 9. Supervisor Financial
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Finance and Accounting sehubungan dengan setiap kegiatan financial.
(27)
10.Supervisor Accounting
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Finance and Accounting sehubungan dengan setiap pembayaran pajak.
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas setiap kegiatan pembelian. 11.Supervisor Pembelian
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Pembelian sehubungan dengan setiap kegiatan pembelian.
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas setiap kegiatan pembelian. 12.Supervisor Keamanan
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan keamanan.
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan keamanan. 13.Supervisor Distribusi
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan distribusi.
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan distribusi. 14.Supervisor Gudang
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Pemasaran sehubungan dengan setiap kegiatan gudang.
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan gudang. 15. Supervisor Transportasi
- Bertanggung jawab langsung kepada kepala HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan transportasi.
(28)
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan distribusi 16. Supervisor Penjualan
- Bertanggung jawab langsung kepada kepala HRD dan General affair sehubungan dengan setiap kegiatan penjualan.
- Melaporkan serta membuat pembukuan atas kegiatan penjualan 17.Karyawan
- Karyawan bekerja sesuai dengan job description yang telah ditetapkan perusahaan.
2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan 2.3.3.1. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco sebanyak 85 orang, yang terdiri dari staf dan karyawan. Yang dapat digolongkan staf pekerja pada tingkat kepala divisi dan kepala bagian (supervisor) dan yang digolongkan sebagai karyawan adalah pekerja langsung pada bagian produksi juga termasuk satpam. Status karyawan dalam perusahaan ini dibagi atas dua jenis berdasarkan frekuensi penggajiannya, yaitu:
1. Karyawan bulanan dengan gaji yang dibayar sekali dalam sebulan sesuai dengan klasifikasi skala penggajian yang dibagi-bagi dalam golongan tertentu. Yang termasuk karyawan bulanan adalah direktur sampai dengan supervisor.
(29)
2. Karyawan mingguan dengan gaji yang dibayar dua minggu sekali. Yang termasuk karyawan mingguan adalah semua karyawan baik dari karyawan gudang sampai dengan karyawan bagian accounting.
Perincian jumlah tenaga kerja yang ada di PT. CAKUP dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Perincian Jumlah Tenaga Kerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco
No Jabatan Jumlah (orang)
1 Direktur 1
2 Kepala Divisi Produksi 1
3 Kepala Divisi HRD dan General affair 1 4 Kepala Divisi Financial and Accounting 1
5 Kepala Divisi Pemasaran 1
6 Kepala Divisi Pembelian 1
7 Supervisor Gudang 1 8 Supervisor Penjualan 1 9 Supervisor Transportasi 1
10 Supervisor Distribusi 1
11 Supervisor Keamanan 1
12 Supervisor Maintenance 1
13 Supervisor Produksi 1
14 Supervisor Pembelian 1
(30)
Tabel 2.1. Perincian Jumlah ... (Lanjutan)
No Jabatan Jumlah (orang)
16 Supervisor Accounting 1
17 Karyawan Gudang 6
18 Karyawan Penjualan 2
19 Karyawan Transportasi 2
20 Karyawan Distribusi 16
21 Karyawan Keamanan 10
22 Karyawan Maintenance 4
23 Karyawan Produksi 20
24 Karyawan Pembelian 2
25 Karyawan Financial 6
26 Karyawan Accounting 1
Total 85
Sumber : PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco
2.3.3.2. Jam Kerja
Pengaturan jam kerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco berdasarkan syarat kerja umum yaitu setiap pekerja mempunyai 7-8 jam kerja per hari dan bekerja 6 hari dalam seminggu (senin sampai sabtu). Apabila waktu kerja lebih dari 8 jam per hari maka jam kerja berikutnya terhitung sebagai lembur. Pembagian jam kerja pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dapat dilihat pada Tabel 2.2.
(31)
Tabel 2.2. Jam Kerja PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco
Hari Jam Kerja Keterangan
Senin-Kamis
08.30 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 – 17.00 Kerja
Jumat
08.30 – 12.00 Kerja 12.00 - 14.00 Istirahat 14.00 – 17.00 Kerja
Sabtu
08.00 - 12.00 Kerja 12.00 - 13.00 Istirahat 13.00 - 15.00 Kerja
Sumber: PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco
2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan
Unit organisasi yang terkait dalam sistem penggajian dan pengupahan pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dilakukan dan ditangani oleh bagian Finance and Accounting. Pengawasan sistem penggajian dan pengupahan terdiri atas :
1. Prosedur pembuatan daftar gaji 2. Prosedur pembayaran gaji 3. Prosedur distribusi gaji
(32)
PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco menerapkan sistem pencatatan waktu hadir dengan menggunakan clock card dan apabila clock card tersebut rusak, maka pencatatan dilakukan secara manual oleh bagian satpam.
Sistem penggajian pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco bervariasi. Untuk direktur sampai dengan supervisor penggajian dilakukan pada akhir tanggal setiap bulannya, sedangkan untuk karyawan, mulai dari karyawan gudang sampai karyawan accounting penggajian dilakukan setiap 2 minggu sekali. Perusahaan juga memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja diatas jam kerja normal dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Untuk Hari Biasa
a. Untuk satu jam lembur pertama adalah 2 1
1 (satu setengah) x upah per jam. b. Untuk dua jam berikutnya adalah 2 x upah per jam.
Dimana upah kerja lembur per jam adalah 1/160 x gaji perbulan. Gaji perbulan disesuaikan dengan UMR (Upah Minimum Regional).
2. Untuk Hari Besar/ Libur
Perhitungan upah lembur bagi karyawan yang bekerja pada hari libur dan hari besar adalah 2 x gaji per hari kerja biasa.
2.3.4.1. Tunjangan
Selain gaji pokok dan upah lembur di atas, perusahaan juga memberikan beberapa jenis tunjangan, yaitu:
(33)
1. Tunjangan Hari Raya (THR)
Besarnya adalah tambahan satu bulan gaji bagi karyawan yang mempunyai masa kerja lebih dari satu tahun.
2. Tunjangan Selama Sakit
Diberikan kepada karyawan yang sedang dalam perawatan sakit dan tidak dapat bekerja yang dapat dinyatakan dengan surat keterangan dokter. Hanya pekerja yang telah bekerja lebih dari 2 tahun yang mendapat tunjangan ini.
3. Tunjangan Insentif
Diberikan dengan cara ditambahkan ke dalam upah karyawan sesuai dengan prestasi kerja yang ditunjukkan masing- masing karyawan.
2.3.4.2. Fasilitas
Fasilitas lain yang diberikan perusahaan kepada karyawannya adalah: • Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan Asuransi Jiwa
JAMSOSTEK diberikan kepada karyawan mingguan, sedangkan bagi karyawan bulanan diberikan asuransi jiwa dari Manulife. Walaupun kecelakaan kerja sangat kecil, PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco tetap melaksanakan program keselamatan kerja bagi karyawannya melalui jasa JAMSOSTEK.
• Cuti
(34)
2.4. Proses Produksi 2.4.1. Bahan
2.4.1.1. Bahan Baku
Bahan baku merupakan semua bahan yang digunakan sebagai bahan dasar serta memiliki komposisi terbesar dalam pembuatan produksi dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi spring bed adalah:
1. Papan Tripleks
Papan tripleks yang digunakan memiliki ukuran 180 x 200 x 80 cm. 2. Rangka kayu
Rangka kayu yang digunakan memiliki ukuran 200 x 180 cm. 3. Per Spiral
Per ini berbentuk lilitan kawat besar berbentuk spiral. Diameter yang digunakan beragam dengan tinggi per 15 cm. Koefisien elastisitas per yang dipakai adalah 2,2 N/m.
4. Kain Quilting
Kain ini digunakan setelah busa dan matras. Fungsinya untuk menutup busa. Untuk matras digunakan kain quilting yang ketebalannya 3 cm sebanyak 2 x 180 x 200 cm, sedangkan untuk tabung digunakan kain quilting dengan ketebalan 0,5 cm dan panjang sebesar 200 cm. Kain quilting yang dipakai terbuat dari kain jaquar.
(35)
5. Benang Nylon
Benang ini digunakan untuk seluruh proses penjahitan baik penjahitan kain quilting maupun penjahitan tabung dan matras. Benang nylon yang digunakan untuk seluruh proses penjahitan sebanyak 24,835 cm.
6. Peluru HR-22
Peluru ini berfungsi untuk merekatkan hard pad dan rakitan per pada matras dan dipan.
7. Lateks
Lateks berfungsi untuk merekatkan busa dengan kain quilting pada matras dan dipan.
8. Hard pad
Hard pad merupakan pelapis rakitan per pertama yang berfungsi untuk meredam per. Hard pad yang digunakan berukuran 2 x 200 cm x 180 cm yaitu untuk bagian atas dan bawah rakitan per.
9. Kain Blacu
Kain blacu digunakan sebagai penguat kain quilting pada saat proses perekatan HR-22.
10.Per Bulat
Per bulat yang digunakan adalah per oval dengan diameter 2,5 mm dan tinggi sebesar 15 cm. Umur per diperkirakan sekitar 15 tahun dengan koefisien elastisitas 2,2 N/m dan pengujian dilakukan oleh pihak supplier.
(36)
11.Per Pinggir
Per pinggir yang digunakan adalah per pinggir dengan diameter 3,5 mm dengan tinggi sebesar 15 cm. Umur per diperkirakan sekitar 15 tahun dengan koefisien elastisitas sebesar 2,2 N/m dan pengujian dilakukan oleh pihak supplier. Per pinggir diletakkan di sekeliling rakitan per bulat. 12.Kawat Ulir
Kawat ulir yang digunakan memiliki diameter sebesar 1,4 mm yang berfungsi sebagai penghubung antara per bulat yang satu dengan per bulat lainnya dalam sebuah rakitan per.
13.Lis Kawat Ø 4,2 mm
Lis kawat yang digunakan memiliki diameter 4,2 mm yang berfungsi membingkai rakitan per agar menjadi lebih kokoh.
14.Busa A II
Busa yang digunakan memiliki daya fleksibilitas (density) 24 kg/m3 dengan ketebalan 4 cm.
15.Busa S II
Busa S II memiliki spesifikasi yang sama dengan busa A II, tetapi memiliki tingkat kekerasan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan busa A II.
16.Plastik Non woven
Plastik ini digunakan untuk menutup bagian belakang sandaran spring bed dan bagian bawah dipan. Plastik non woven memiliki spesifikasi ketebalan sebesar 1 mm.
(37)
17.Mur
Mur digunakan untuk merakit kaki sandaran.
2.4.1.2. Bahan Tambahan
Selain menggunakan bahan baku juga digunakan bahan-bahan lain sebagai bahan pelengkap dalam memudahkan proses dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan yang disebut dengan bahan tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan pada produk sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap dipasarkan dapat berupa aksesoris atau kemasan. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan spring bed adalah:
1. Label
Label Big Land digunakan untuk meyatakan merek dari spring bed tersebut. 2. Karton Sudut
Digunakan untuk membungkus produk pada saat pengiriman. 3. Sticker
Mencantumkan spesifikasi dari spring bed . 4. Isolatip
Isolatip digunakan untuk merekatkan semua bahan tambahan pada spring bed. 5. Plastik Mika
Digunakan untuk membungkus spring bed agar tidak kotor. 6. Plastik PE
Plastik PE dengan ketebalan sebesar 1 mm digunakan untuk membungkus spring bed agar tidak kotor.
(38)
7. Kartu Garansi
Berfungsi memberikan jaminan produk kepada konsumen. 8. Lubang Angin Emas
Lubang angin emas digunakan agar terjadi pertukaran udara pada busa sehingga busa tetap mengembang.
2.4.1.3. Bahan Penolong
Bahan penolong yaitu bahan yang ikut dalam proses tetapi tidak nampak dalam produk akhir. PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco tidak menggunakan bahan penolong didalam proses pembuatan spring bed.
2.4.2. Uraian Proses Produksi
Secara umum proses pembuatan spring bed di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco diklasifikasikan dalam 3 tahapan proses, yaitu :
A. Sandaran spring bed, terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Pemotongan
2. Perekatan 3. Pembungkusan
B. Matras spring bed, terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Perakitan Per
2. Pemotongan 3. Penjahitan 4. Perekatan
(39)
5. Penjahitan Lis 6. Pembungkusan
C. Dipan spring bed, terdiri dari beberapa stasiun yaitu : 1. Perakitan Per
2. Pemotongan
3. Penjahitan Kain Quilting 4. Penjahitan Lis
5. Perekatan 6. Pembungkusan
2.4.2.1. Pembuatan Sandaran Spring bed
1. Pemotongan
Tripleks dipotong secara manual dengan menggunakan gergaji tangan sesuai dengan pola yang diinginkan. Tripleks lalu dilubangi untuk tempat meletakkan kancing dengan menggunakan mesin bor. Busa dipotong mengikuti pola rangka tripleks dengan menggunakan pisau. Pada sisi-sisi busa dibuat goresan-goresan yang digunakan sebagai pola didalam pemotongan kain oscar. Setelah itu, kain oscar dipotong sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
2. Perekatan
Busa yang telah dipola direkatkan pada rangka sandaran menggunakan lateks. Kancing sebanyak 16 buah direkatkan dengan menggunakan benang nylon. Kemudian direkatkan lagi kain oscar yang telah diberi busa dengan
(40)
menggunakan staples 3001J. Pada bagian tengah rangka yang telah di bor dipasangkan logo Big Land dengan menggunakan benang nylon.
3. Pembungkusan
Langkah terakhir adalah perekatan plastik mika dengan staples 3001 J dan pemasangan plastik produk non woven pada sisi belakang sandaran sambil meletakkan kaki sandaran denga mur sebanyak 4 buah. Kemudian dilanjutkan dengan merekatkan plastik PE pada sisi depan sandaran dengan isolatip.
2.4.2.2. Pembuatan Matras Spring bed
1. Perakitan Per
Per bulat dirakit dengan kawat lilitan membentuk balok yang berukuran 200 x 180 x 15 cm dengan menggunakan 500 buah per bulat yang berdiameter 2,5 mm dan 3 kg kawat lilitan. Kemudian rakitan per tersebut ditambah dengan per pinggir 500 buah dengan diameter 3,5 mm dan diberi kawat lis dengan diameter 4,2 mm. Per pingggir ditempatkan pada sekeliling bagian luar rakitan per dengan menggunakan gun CL-73. Fungsi dari penembakan gun CL-73 ini adalah untuk menguatkan konstruksi per dan menambah kekuatan tekan. 2. Penjahitan Kain Quilting
Kain polos yang telah melalui proses quilting dijahit di mesin dengan ukuran 50 x 2,1 m, dipotong sesuai spesifikasi matras spring bed 6 kaki yaitu untuk matras atas dan matras bawah memiliki ukuran 2 x (200 x 180 x 3) cm dan untuk tabung 2 x (200 +180) x 1 cm. Kemudian pemotongan kain blacu yang akan dijahitkan pada ujung- ujung kain quilting sebanyak 2 buah @7,6 m
(41)
untuk quilting atas dan bawah. Fungsi penjahitan kain blacu ini adalah untuk menguatkan kain quilting pada saat penarikan dengan tembakan gun HR-22. setelah itu dilakukan pemotongan hard pad dengan ukuran luas sama dengan matras bawah dan atas. Kegunaan hard pad ini adalah untuk melapisi dan meredam per. Pemotongan selanjutnya adalah pemotongan busa AII dan SII dengan spesifikasi 2 x 200 x 180 x 4 cm untuk matras bawah dan atas dan untuk tabung 2 x (200 + 180) x 4 cm. Busa AII bersifat lebih keras dibanding busa SII sehingga didalam penggunaannya AII direkatkan dibawah atau yang lebih dekat dengan per.
3. Penjahitan
Kain blacu dijahitkan disekeliling kain quilting. 4. Perekatan
Setelah rakitan per selesai selanjutnya melekatkan hard pad yang telah dipotong pada sisi atas dengan tembakan gun HR-22. Setelah itu busa dan kain quilting direkatkan dengan menggunakan lateks. Setelah selesai bagian atas matras kemudian rakitan per dibalik untuk menyelesaikan rakitan bagian bawah dan dilakukan hal yang sama seperti sebelumnya yaitu merekatkan hard pad, busa dan kain quilting. Untuk bagian tabung yaitu sekeliling bagian luar rakitan direkatkan busa dan kain quilting saja.
5. Penjahitan Lis
Lis yang dimaksud disini adalah kain lis panah emas yang akan merekatkan matras atas dan bawah dengan tabung. Kain lis dijahit dengan mesin corner bersamaan dengan memasang lubang angin emas sebanyak 4 buah. Fungsi
(42)
dari lubang angin emas ini adalah untuk menambah keindahan pada matras spring bed serta memberikan sirkulasi udara sehingga busa tetap empuk. 6. Pembungkusan
Langkah terakhir adalah meletakkan label, kartu garansi dan kartun sudut. Kartun sudut berfungsi agar sudut-sudut spring bed terlindungi pada saat distribusi karena sudutnya sangat mudah rusak. Setelah itu dibungkus dengan menggunakan plastik mika yang direkatkan dengan menggunakan isolatip. Kemudian sticker ukuran diletakkan pada plastik mika.
2.4.2.3. Pembuatan Dipan Spring bed
1. Perakitan Per
Per bulat dirakit dengan kawat lilitan membentuk balok yang berukuran 200 x 180 x 15 cm dengan menggunakan 500 buah per bulat yang berdiameter 2,5 mm dan 3 kg kawat lilitan. Kemudian rakitan per tersebut ditambah dengan per pinggir 50 buah dengan diameter 3,5 dan diberi kawat lis dengan diameter 4,2 mm. Per pingggir ditempatkan pada sekeliling bagian luar rakitan per dengan menggunakan gun CL-73. Fungsi dari penambahan ini adalah untuk menguatkan konstruksi per dan menambah kekuatan tekan.
2. Pemotongan
Pemotongan kain polos dengan ukuran 200 x 180 cm, kemudian kain polos yang telah melalui proses quilting dengan ukuran 50 x 2,1 m dipotong sesuai spesifikasi dipan spring bed 6 kaki yaitu 200 x 180 cm untuk matras atas dan untuk tabung 2 x (200 +180) x 15 cm. sedangkan untuk dipan bawah
(43)
digunakan kain non woven hitam dengan ukuran 200 x 180 cm. Setelah itu dilakukan pemotongan hard pad dengan ukutan luas sama dengan dipan. Kegunaan hard pad ini adalah untuk melapisi dan meredam per. Pemotongan selanjutnya adalah pemotongan busa AII dan SII dengan spesifikasi 200 x 180 x 4 cm untuk matras bawah dan atas dan untuk tabung 2 x (200 + 180) x 15 cm.
3. Penjahitan Kain Quilting
Kain quilting tabung dijahitkan kekain quilting bagian atas dengan menggunakan mesin jahit biasa.
4. Perekatan
Pada rangka dipan atas direkatkan kain polos dengan staples 3001 J selanjutnya per yang telah dirakit direkatkan dengan gun Bostitch. Kemudian hard pad yang telah dipotong direkatkan pada sisi atas dengan menggunakan gun HR-22. Setelah itu direkatkan busa dan kain quilting dengan menggunakan lateks.
5. Penjahitan Lis
Lis yang dimaksud disini adalah kain lis panah emas yang akan merekatkan matras atas dan bawah dengan tabung. Kain lis dijahit dengan mesin corner bersamaan dengan memasang lubang angin emas sebanyak 4 buah. Fungsi dari lubang angin emas ini adalah untuk menambah keindahan pada matras spring bed serta memberikan sirkulasi udara sehingga busa tetap empuk.
(44)
6. Pembungkusan
Langkah terakhir adalah meletakkan label, kartu garansi dan kartun sudut. Kartun sudut berfungsi agar sudut-sudut spring bed terlindungi pada saat distribusi karena sudutnya sangat mudah rusak. Setelah itu dibungkus dengan plastik mika yang direkatkan dengan menggunakan staples sedangkan untuk bagian bawah dipan direkatkan kain non woven dengan staples 300 J. setelah itu memasang kaki dipan dengan skrup. Kemudian sticker ukuran diletakkan diatas plastik mika.
Secara garis besar block diagram proses pembuatan spring bed pada PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco dapat dilihat pada Gambar 2.2, Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.
Perakitan Per
Perakitan Kawat Lis
Perekatan
Penjahitan Lis
Pembungkusan Matras Pemotongan Kain
Penjahitan Kain Penjahitan Kain Quilting
Pemotongan Hard Pad
(45)
Perakitan Sandaran
Pembungkusan Pemotongan Tripleks
Pemotongan Busa Pemotongan Kain Oscar
Pembuatan Rangka Sandaran
Gambar 2.3. Block Diagram Sandaran Spring Bed
Penjahitan Kain Quilting
Pemotongan Kain
Perekatan Dipan
Penjahitan Lis Penjahitan Kain
Perakitan Per
Pembungkusan Dipan
(46)
2.5. Mesin dan Peralatan
Mesin yang digunakan di PT.Cahaya Kawi Ultra Polyintraco sebagian besar adalah buatan luar negeri seperti Cina, Taiwan, Jepang dan Italia. Namun ada juga yang dibeli dari dalam negeri. Teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan proses produksi di pabrik tidaklah terotomatisasi, dimana seluruh kegiatan melibatkan tenaga manusia sebagai operator yang mendesain, mengoperasikan dan mengontrol jalannya proses produksi di pabrik. Dalam penulisan laporan ini mesin didefenisikan sebagai alat pemindah daya, jadi hanya berfungsi untuk mempermudah kerja.
2.5.1. Mesin Produksi
Adapun mesin yang digunakan diperusahaan ini dalam pembuatan spring bed adalah sebagai berikut :
1. Mesin Ram
Fungsi : Merakit per-per menjadi rangka matras
Merk : Yamakoyo Induction Motor
Buatan : China
Power Elektormotor : 1,5 KW (2 HP) Tegangan Elektromotor : 380 Volt Fasa Elektromotor : 3 fasa
Type Belt : A 43
(47)
Tebal Belt : 1 cm Panjang Belt : 50 cm Frekuensi : 50 Hz
Jumlah : 4 unit
2. Gun CL 73
Fungsi : Merakit per pinggir disekeliling luar rangka
Merk : Hard Coo
Buatan : Jepang
Power dari kompresor : 55 – 100 psi Tegangan : 220 Volt
Jumlah : 2 unit
3. Gun Etona (Staples 3001 J)
Fungsi : Merekatkan kain quilting pada sandaran
Merk : Unicatch
Buatan : China
Power dari kompresor : 55-100 psi Tegangan : 220 Volt
Jumlah : 2 unit
4. Kompresor angin
Fungsi : Penghasil tenaga angin untuk menjalankan mesin Gun CL 73 dan HR 22
Merk : ABAC
(48)
Kapasitas : 10 bar/ 140 psi Power Elektormotor : 5,5 HP
Tegangan Elektromotor : 380 Volt Fasa Elektromotor : 3 fasa Diameter Tabung : 40 cm Panjang Tabung : 130 cm
Jumlah : 2 unit
5. Gun HR 22
Fungsi : Merekatkan rangka matras dengan hard pad
Merk : Stanley
Buatan : Jepang
Power dari Kompresor : 5,5-100 psi Tegangan : 220 Volt
Jumlah : 4 unit
6. Mesin Jahit Corner
Fungsi : Menjahit kain quilting pada matras atas dan bawah dengan sisi tabung
Merk : Shiang Wang
Buatan : Taiwan
Power Elektormotor : 12,3 KW Tegangan : 380 Volt Jarum jahit : No. 21 Clutch Motor : 2800 rpm
(49)
Fasa Elektromotor : 3 fasa
Jumlah : 2 unit
7. Mesin Bor
Fungsi : Melubangi tempat kancing pada sandaran
Merk : Makita
Buatan : Jepang
Power Elektormotor : 1 KW Ukuran mata bor : 10 mm Tegangan : 380 Volt Fasa Elektromotor : 3 fasa
Jumlah : 4 unit
8. Mesin Jahit Biasa
Fungsi : Menjahit kain quilting pada tabung, menjahit kain quilting pada dipan, menjahit kain quilting pada matras, menjahit kain blacu, menjahit label pada spring bed.
Merk : Brother
Buatan : Jepang
Power Elektormotor : 0,33 KW (0,33 HP) Tegangan : 220 Volt
Jarum jahit : No. 21 Clutch Motor : 2800 rpm
(50)
9. Generator set (Genset)
Fungsi : Sumber tegangan listrik pengganti PLN
Merk : Mitsubishi
Buatan : Jepang
Tegangan : 140 KV
Fasa Elektromotor : 3 fasa
Jumlah : 1 unit
2.5.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada perusahaan ini antara lain : 1. Hand Lift
Fungsi : Memindahkan bahan baku atau bahan jadi Jumlah : 4 Unit
2. Gergaji
Fungsi : Memotong tripleks rangka sandaran Jumlah : 4 Unit
3. Tang Potong Hit
Fungsi : Memotong kawat Jumlah : 4 Unit
4. Alat Pelapis Kancing
Fungsi : Melapis kancing dengan kain atau plastik Jumlah : 2 Unit
(51)
5. Palu
Fungsi : Memukul dalam pemasangan kaki spring bed Jumlah : 4 Unit
6. Meteran
Fungsi : Mengukur kain Jumlah : 4 Unit
7. Gunting
Fungsi : Memotong Busa Jumlah : 10 Unit
2.5.3. Utilitas
Unit utilitas merupakan penunjang bagi unit lain dalam pabrik atau merupakan sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal sampai produk akhir.
PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco mempunyai utilitas sebagai berikut : 1. Energi Listrik yang diperoleh dari PLN dengan kebutuhan setiap bulan
sekitar 30.000 KWH.
2. Air, untuk kebutuhan penyediaan air didapat dari PDAM Tirtanadi dengan kebutuhan tiap bulannya sekitar 100 M3.
2.5.4. Safety and Fire Protection
Pada umumnya pabrik memiliki resiko besar terhadap kebakaran demikian pula PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco belajar dari pengalaman terdahulu. Dari
(52)
pengalaman yang pernah terjadi kebakaran diketahui dari adanya korsleting atau terjadi hubungan singkat pada listrik.
Dalam hal ini faktor safety yang merupakan tindakan pengamanan, berupa pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang mungkin timbul. Maka perusahaan ini melakukannya dengan memisahkan letak bahan baku yang mudah terbakar dengan sumber api.
Sedangkan yang dimaksud fire protection adalah tindakan perlindungan terhadap sumber yang dapat mengakibatkan api. Pada perusahaan ini tindakan fire protection yang dilakukan adalah dengan memberikan penutup pada panel listrik, menyediakan racun api berupa alat pemadam api ringan, pada jarak tertentu dilantai pabrik atau pada daerah yang mudah terjadi kebakaran seperti distasiun pembuatan busa.
2.5.5. Waste Treatment
Setiap perusahaan perlu memperhatikan masalah limbah. Limbah yang dihasilkan sepanjang proses produksi berlangsung terdiri dari potongan busa, potongan kain quilting dan serpihan kawat. Masing-masing dikelola dengan cara yang berbeda.
Limbah berupa potongan busa dan potongan kain quilting dijual kapada pedagang kecil dan masyarakat sekitar perusahaan untuk dijadikan bantal dan limbah berupa serpihan kawat dikumpulkan ditempat penampungan sementara yang selanjutnya dijual pada industri kecil dan hasil dari penjualan ini digunakan perusahaan sebagai dana kemanusiaan tambahan untuk para karyawan.
(53)
2.5.6. Maintenance
Maintenance merupakan proses perawatan terhadap mesin dan alat kerja untuk mencegah terjadinya kerusakan dan kesalahaan pada saat proses peoduksi berlangsung. Perawatan ini ditujukan agar proses seluruh produksi dapat berjalan dengan baik, sehingga tidak ada hambatan yang disebabkan oleh mesin atau peralatan yang dapat mengakibatkan cacat pada produk dan keterlambatan waktu penyelesaian produk yang berakibat pada keterlambatan waktu pengiriman.
Proses maintenance terbagi atas 2 jenis, maintenance yang dilakukan secara berkala sesuai periode waktu tertentu, dan maintenance yang dilakukan sebagai penanggulangan kerusakan. Pada perusahaan ini proses maintenance dilakukan secara berkala hanya saja frekuensinya masih sangat jarang yaitu sebulan sekali.
(54)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Gudang
3.1.1. Definisi Gudang
Menurut David E Mulcahy, gudang1
1. Pengawasan, yaitu dengan sistem administrasi yang terjaga dengan baik untuk mengontrol keluar masuknya material. Tugas ini juga menyangkut keamanan dari pada material yaitu jangan sampai hilang.
adalah suatu fungsi penyimpanan berbagai macam jenis produk [unit-unit penyimpanan persediaan (UPS)] yang memiliki unit-unit penyimpanan dalam jumlah yang besar maupun yang kecil dalam jangka waktu saat produk dihasilkan oleh pabrik (penjual) dan saat produk dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja dalam fasilitas pembuatan.
Gudang sebagai tempat yang dibebani tugas untuk menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi, sampai barang tersebut diminta sesuai dengan jadwal produksi.
Gudang atau storage pada umumnya akan memiliki fungsi yang cukup penting didalam menjaga kelancaran operasi produksi suatu pabrik. Disini ada tiga tujuan utama dari departemen ini yang berkaitan dengan pengadaan barang, yaitu sebagai berikut:
2. Pemilihan, yaitu aktifitas pemeliharaan/perawatan agar material yang disimpan di dalam gudang tidak cepat rusak dalam penyimpanan.
(55)
3. Penimbunan/penyimpanan, yaitu agar sewaktu-waktu diperlukan maka material yang dibutuhkan akan tetap tersedia sebelum dan selama proses produksi berlangsung.
Dalam suatu pabrik, gudang dapat dibedakan menurut karakteristik material yang akan disimpan, yaitu sebagai berikut:
a. Raw Material Storage.
Gudang ini akan menyimpan setiap material yang akan dibutuhkan/digunakan untuk proses produksi. Lokasi dari gudang ini umumnya berada di dalam bangunan pabrik (indoor). Untuk beberapa jenis bahan tertentu bisa juga diletakkan di luar bangunan pabrik (outdoor) yang mana hal ini akan dapat menghemat biaya gudang karena tidak memerlukan bangunan special untuk itu. Gudang ini kadang-kadang disebut pula sebagai stock room karena fungsinya memang penyimpan stock untuk kebutuhan tertentu.
b. Working Process Storage.
Dalam industri manufaktur sering kita jumpai bahwa benda kerja harus melalui beberapa macam operasi dalam pengerjaannya. Prosedur ini sering pula harus terhenti karena dari satu operasi ke operasi berikutnya waktu pengerjaan yang dibutuhkan tidaklah sama, sehingga untuk itu material harus menunggu sampai mesin atau operator berikutnya siap mengerjakan. Work in process storage ini biasanya terdiri dari dua macam, yaitu:
• Small amount materials, yang akan diletakkan di antara stasiun kerja, mesin atau pula suatu tempat yang berdekatan dengan lokasi operasi selanjutnya tersebut.
(56)
• Large amount materials, atau bahan-bahan yang akan disimpan dalm jumlah yang besar dan waktu yang relatif cukup lama yang mana lokasinya akan terletak di dalam area produksi.
c. Finished Goods Product Storage.
Kadang-kadang disebut juga dengan warehouse yang fungsinya adalah menyimpan produk-produk yang telah selesai dikerjakan. Departemen ini mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
• Penerimaan produk jadi yang telah selesai dikerjakan oleh departemen produksi.
• Penyimpanan produk jadi dengan sebaik-baiknya dan selalu siap pada saat ada permintaan masuk.
• Pengepakan (packaging) dari produk untuk dapat dikirim dengan aman. Menyelenggarakan administrasi pergudangan terutama untuk produk jadi. Jelas di sini bahwa lokasi dari gudang produk jadi (dan juga departemen pengiriman barang) haruslah direncanakan berdekatan dengan fasilitas transportasi seperti halnya pada saat merencanakan departemen penerimaan bahan dan raw material storage.
d. Storage For Supplies.
Gudang untuk penyimpanan non-productive items dan digunakan untuk menunjang fungsi dan kelancaran produksi seperti packaging materials, maintenance supplies, parts, office supplies, dan lain-lain.
(57)
e. Finished Parts Storage.
Gudang untuk menyimpan parts yang siap untuk dirakit. Gudang ini biasanya diletakkan berdekatan dengan assembly area atau bisa juga ditempatkan secara terpisah di dalam work in process storage.
f. Salvage.
Sebagian besar proses produksi ada kemungkinan beberapa benda kerja akan salah dikerjakan (miss-processed), untuk ini memerlukan pengerjaan kembali untuk membetulkannya sehingga kualitas produksi tersebut diperbaiki kembali. Benda kerja yang tidak bisa diperbaiki akan menjadi scrap atau buangan/limbah, untuk ini harus diletakkan dalam lokasi sendiri.
g. Scrap & Waste.
Scrap adalah material atau komponen yang salah dikerjakan dan tidak bisa diperbaiki lagi sedangkan buangan atau waste adalah normal residu dari proses produksi seperti garam, potongan-potongan logam, dan lain-lain yang tidak berguna lagi dalam proses produksi yang ada (meskipun dalam proses recycling hal ini akan berguna untuk bahan produk yang lain). Material yang berupa scrap atau buangan ini biasanya akan dikumpulkan dan diletakkan dalam area yang terpisah dari pabrik dengan harapan akan bisa dijual ke pihak lain yang membutuhkannya.
Menurut Fred E. Meyers, gudang produk jadi2
2
Fred E. Meyers: “Plant Layout and Material Handling”, Prentice-Hall Inc, New Jersey, 1993, p.
merupakan lokasi penyimpanan produk jadi. Area yang dibutuhkan tergantung kebijakan manajemen. Gudang
(58)
produk jadi dapat berupa sebuah departemen atau hanya sebuah bangunan. Bangunan gudang adalah tempat dimana perusahaan kita mengirimkan produk jadinya.
Departemen gudang produk jadi mempunyai tujuan utama untuk menyimpan produk jadi suatu perusahaan. Setelah dirakit dan dikemas, produk jadi akan dibawa ke gudang untuk disimpan sampai produk iti akan dikirim ke pelanggan.
Gudang produk jadi merupakan lokasi penyimpanan, pemenuhan permintaan, dan persiapan untuk pengiriman produk jadi. Pemenuhan permintaan merupakan pekerjaan buruh yang paling utama dan berdampak pada layout gudang secara keseluruhan. Dua kriteria perancangan yang penting untuk layout gudang produk jadi adalah:
• Fixed location
• Small amount of everything
Kriteria perancangan gudang yang pertama berarti tiap produk harus ditempatkan pada lokasi yang pasti shingga pekerja dapat menemukan produk secepat mungkin. Menempatkan produk pada urutan part merupakan cara yang pling sederhana, tapi paling tidak efisien. Untuk meningkatkan produktivitas, produk yang paling populer harus ditempatkan di lokasi yang paling menguntungkan.
Kriteria perancangan yang kedua adalah hasil langsung dari kriteria pertama. Dengan hanya menyimpan sejumlah kecil dari semuanya pada lokasi
(59)
yang pasti, pengambil pesanan dapat menjangkau semua produk dalam perjalan yang relatif singkat.
3.2. Pengertian Tata Letak Pabrik3
Perencanaan tata letak fasilitas produksi merupakan suatu persoalan yang penting, karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan layout akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak efektif atau tidak efesien. Perencanaan tata letak merupakan salah satu tahap perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat tercapai suatu proses produksi dengan biaya yang paling
Tata letak pabrik adalah perancangan susunan fisik suatu unsur kegiatan yang berhubungan dengan industri manufaktur. Perencanaan Tata Letak mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja, dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi barang jadi. Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Dengan kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik yang digunakan untuk membuat produk. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu suatu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran bahan, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efesien ekonomis dan aman.
3
(60)
ekonomis. Studi mengenai pengaturan tata letak fasilitas selalu berkaitan dengan minimisasi total cost. Yang termasuk dalam elemen-elemen cost yaitu Construction cost, installation cost, material handling cost, production cost, safety cost dan in-process storage cost. Disamping itu, perencanaan yang teliti dari layout fasilitas akan memberikan kemudahan-kemudahan saat diperlukannya ekspansi pabrik atau kebutuhan supervisi.
3.3. Tujuan Tata Letak Pabrik4
4
James Apple,”Plant Layout and Material Handling”, Third Edition, John Wiley and Sons,
Tata letak berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan yang
ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang dapat diproduksi secara ekonomis. Sehingga tujuan utama yang ingin dicapai dari suatu tata letak pabrik adalah:
1. Memudahkan proses manufaktur
Tata letak harus dirancang sedemikian rupa termasuk susunan mesin-mesin, perencanaan aliran, sehingga proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan cara yang efesien.
2. Meminimumkan pemindahan barang
Tata letak harus dirancang sedemikian rupa sehingga pemindahan barang diturunkan sampai batas minimum, jika mungkin komponen dalam keadaan diproses ketika dipindahkan.
(61)
Dalam suatu pabrik ada keadaan dimana dibutuhkan perubahan kemampuan produksi, dan hal ini harus direncanakan dari awal.
4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi
Keefesienan dapat tercapai bila bahan berjalan melalui proses operasi dalam waktu yang sesingkat mungkin.
5. Menurunkan penanaman modal pada peralatan
Susunan mesin yang tepat dan susunan departemen yang tepat dapat membantu menurunkan jumlah peralatan yang dibutuhkan.
6. Menghemat pemakaian ruang bangunan
Setiap meter persegi luas lantai dalam sebuah pabrik memakan biaya. Sehingga tiap meter persegi tersebut harus digunakan sebaik-baiknya.
7. Meningkatkan kesangkilan tenaga kerja
Tata letak yang baik antara lain dapat mengurangi pemindahan bahan yang dilakukan secara manual, meminimumkan jalan kaki.
8. Memberi kemudahan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.
Hal-hal seperti penerangan, kebisingan, pergantian udara, debu, kotoran, harus menjadi perhatian perencana. Susunan mesin yang tepat juga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
(62)
3.4. Prinsip Dasar Dalam Tata Letak Pabrik5
1. Integrasi keseluruhan dari manusia, mesin, material, dan aktivitas pendukung Enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, yaitu:
2. Jarak minimun perpindahan antar operasi. 3. Aliran logis dari material melalui urutan operasi 4. Utilisasi efektif dari ruangan
5. Kepuasan dan keamanan pekerja
6. Fleksibilitas untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
Tujuan-tujuan tersebut juga dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik yang selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Prinsip integrasi secara total
“That layout is best which integrates the men, material, machinery supporting activities, and any other considerations in way that result in the best compromise”.
Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi satu unit operasi yang besar.
b. Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal.
“Other things being equal, that layout is best permits the materials to move the minimum distance between operations”.
Hampir semua proses yang terjadi dalam suatu industri mancakup beberapa gerakan perpindahan dari material, yang tidak bisa dihindari
(63)
secara keseluruhan. Dalam proses pemindahan bahan dari satu operasi ke operasi lain, waktu dapat dihemat dengan cara mengurangi perpindahan jarak tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menerapkan operasi yang berikutnya sedekat mungkin dengan operasi sebelumnya.
c. Prinsip aliran suatu proses kerja
“Other things being equal, that layout is best that arranges the work area for each operations or process in the same order or sequence that forms, treats, or assembles the materials”.
Dengan prinsip ini, diusahakan untuk menghindari adanya gerak balik (back tracking), gerak memotong (cross movement), kemacetan (congestion), dan sedapat mungkin material bergerak terus tanpa ada interupsi. Ide dasar dari prinsip aliran konstan dengan minimum interupsi, kesimpangsiuran dan kemacetan.
d. Prinsip pemanfaatan ruangan
“Economy is obtained by using effectively all available space-both vertical and horizontal”.
Pada dasarnya tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yang akan dipakai oleh manusia, bahan baku, dan peralatan penunjang proses produksi lainnya, yang memilki tiga dimensi yaitu aspek volume (cubic space), dan bukan hanya sekedar aspek luas (floor space). Dengan demikian, dalam perencanaan tata letak, faktor dimensi ruangan ini juga perlu diperhatikan.
(64)
e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja
“Other things being equal, that layout is best which makes works satisfying and safe for workers”.
Kepuasan kerja sangat besar artinya bagi seseorang, dan dapat dianggap sebagai dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan membuat suasana kerja menyenangkan dan memuskan, maka secara otomatis akan banyak keuntungan yang bisa kita peroleh. Selanjutnya, keselamatan kerja juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout tidak dapat dikatakan baik apabila tidak menjamin atau bahkan justru membahayakan keselamatan orang yang bekerja di dalamnya.
f. Prinsip fleksibilitas
“Other things being equal, that layout is best that can be adjusted and rearrange at minimum cost and inconvenience”.
Prinsip ini sangat berarti dalam masa dimana riset ilmiah, komunikasi, dan transportasi bergerak dengan cepat, yang mana hal ini akan mengakibatkan dunia industri harus ikut berpacu mengimbanginya. Untuk ini, kondisi ekonomi akan bisa tercapai apabila tata letak yang ada telah direncanakan cukup fleksibel untuk diadakan penyesuaian/pengaturan kembali (relayout) dengan cepat dan biaya yang relatif murah.
(65)
3.5. Jenis Persoalan Tata Letak Pabrik6
1. Perubahan rancangan
Jenis dari persoalan tata letak pabrik antara lain:
Perubahan rancangan mungkin hanya memerlukan penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada, atau berbentuk perancangan ulang tata letak. Hal ini bergantung kepada perubahan yang terjadi.
2. Perluasan departemen
Dapat terjadi bila ada penambahan produksi suatu komponen produk tertentu. Perubahan ini mungkin hanya berupa penambahan sejumlah mesin yang dapat diatasi dengan membuat ruangan atau mungkin diperlukan perubahan seluruh tata letak jika pertambahan produksi menuntut perubahan proses.
3. Pengurangan departemen
Jika jumlah peroduksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu dipertimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses sebelumnya. Perubahan seperti mungkin menuntut disingkirkannya peralatan yang telah ada dan merencanakan pemasangan jenis peralatan lain.
4. Penambahan produk baru
Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan produk yang telah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah baru. Peralatan yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa mesin baru pada tata letak yang ada dengan penyusunan ulang minimum, atau mengkin
6
(66)
memerlukan penyiapan departemen baru, dan mungkin juga dengan pabrik baru.
5. Memindahkan satu departemen
Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah yang besar. Jika tata letak yang ada masih memnuhi, hanya diperlukan pemindahan ke lokasi lain. Jika tata letak yang ada sekarang tidak memenuhi lagi, hal ini menghadirkan kemungkinan untuk perbaikan kekeliruan yang lalu. Hal ini dapat berubah ke arah tata letak ulang pada wilayah yang baru.
6. Penambahan departemen baru
Masalah ini dapat timbul karena adanya penyatuan, seperti pekerjaan mesin bor dari seluruh departemen disatukan ke dalam satu departemen terpusat. Masalah ini dapat juga terjadi karena kebutuhan pengadaan suatu departemen untuk pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat terjadi untuk membuat suatu komponen yang selama ini dibeli dari perusahaan lain. 7. Perubahan metode produksi
Setiap perubahan kecil dalam suatu tempat kerja seringkali mempunyai pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.
8. Penurunan biaya
Hal ini merupakan akibat dari setiap keadaan pada masalah-masalah sebelumnya.
(67)
9. Perencanaan fasilitas baru
Merupakan persoalan tata letak terbesar. Perancangan umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Perancangan bebas merencanakan tata letak yang paling baik yang dapat dipakai. Bangunan dapat dirancang untuk menampung tata letak setelah diselesaikan. Fasilitas dapat ditata untuk kegiatan manufaktur terbaik.
3.6. Metode Dedicated Storage
Dedicated storage7
Dua jenis dari dedicated storage yang sering digunakan adalah part number sequence storage dan throughput-based dedicated storage. Part number sequence adalah metode yang sering digunakan karena lebih sederhana. Lokasi penyimpanan suatu produk didasarkan hanya pada penomoran part yang diberikan padanya. Nomor part yang rendah diberikan tempat yang dekat dengan titik I/O; nomor part yang lebih tinggi diberikan tempat yang jauh dari titik I/O. Secara khusus, pemberian nomor part dibuat secara random tanpa memperhatikan aktifitas yang ada. Oleh karena itu, jika satu part dengan nomor part yang sangat
atau yang disebut juga sebagai lokasi penyimpanan yang tetap (fixed slot storage), menggunakan penempatan lokasi atau tempat simpanan yang spesifik untuk tiap barang yang disimpan. Hal ini dikarenakan suatu lokasi simpanan diberikan pada satu produk yang spesifik.
7
(68)
besar dengan aktifitas permintaan yang tinggi, perjalanan berulang kali akan terjadi pada lokasi penyimpanan yang sangat buruk.
Throughput-based dedicated storage merupakan suatu alternatif dari part number sequence. Merupakan metode yang menggunakan pertimbangan pada perbedaan level aktifitas dan kebutuhan simpanan diantara produk yang akan dismpan. Throughput-based dedicated storage lebih kepada part number sequence storage pada saat dijumpai perbedaan yang signifikan pada level aktifitas atau pun level inventori barang yang disimpan. Karena lebih sering digunakan maka throughput-based dedicated storage saat ini sering disebut sebagai dedicated storage.
Dengan dedicated storage, jumlah lokasi penyimpanan yang diberikan pada produk harus mampu memenuhi kebutuhan penyimpanan maksimum produk. Dengan penyimpanan multi produk, daerah penyimpanan yang dibutuhkan adalah jumlah kebutuhan penyimpanan maksimum untuk tiap produk.
3.6.1. Penempatan Produk pada Lokasi Penyimpanan/Penarikan
Dengan dedicated storage, produk ditempatkan pada lokasi penyimpanan/penarikan untuk meminimumkan jarak yang dibutuhkan untuk operasi penyimpanan dan penarikan. Tentu saja, untuk dedicated storage, harus tersedia jumlah lokasi penyimpanan yang cukup untuk menempatkan lokasi untuk tiap produk. Dalam suatu situasi, masalah penempatan menjadi masalah penempatan produk ke lokasi menurut kriteria yang sesuai. Dalam hal ini kriteria adalah untuk meminimumkan beberapa fungsi jarak perjalanan untuk menyimpan
(69)
dan menarik produk. Formulasi masalah penempatan dedicated storage dinotasikan dengan:
s = jumlah slot/lokasi penyimpanan n = jumlah produk yang akan disimpan m = jumlah titik input/output (I/O)
Sj = kebutuhan penyimpanan untuk produk j, dinyatakan dalam jumlah slot penyimpanan
Tj = kebutuhan throughput atau level aktivitas untuk produk j, dinyatakan oleh jumlah storage/retrieval yang dilakukan per satuan waktu
pi,j = persentase perjalanan storage/retrieval untuk produk j dari/ke titik input/output (I/O) i
di,k = jarak yang dibutuhkan untuk perjalanan antara titik I/O i dan lokasi storage/retrieval k
xj,k = 1, jika produk j ditempatkan pada lokasi storage/retrieval k
f(x) = perkiran waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan throughput untuk sistem
Formulasi masalah penempatan dengan dedicated storage adalah: Min f(x) =
[
i j ik jk]
s k n j m i x d p Sj Tj , , , 1 1
1
∑
∑
∑
= = = (3.1)Subject to
1
1 , =
∑
=n jk j
x , k = 1,…,s (3.2)
j s k k j S x =
(70)
xj,k = (0,1) untuk semua j dan k
Persamaan (3.1) memberikan perkiraan jarak yang dibutuhkan untuk melaksanakan penyimpanan dan penarikan selama satu periode waktu. Secara khusus, jika produk j ditempatkan pada lokasi penyimpanan dan penarikan k (xj,k = 1), kemudian dibutuhkan di,k unit jarak untuk perjalanan dari titik input i ke lokasi penyimpanan k dan membutuhkan di,k unit jarak untuk perjalanan dari lokasi penarikan k ke titik output i. Karena jumlah total lokasi penyimpanan/penarikan untuk produk j adalah Sj, probabilitas perjalanan penyimpanan/penarikan yang terjadi dari/ke lokasi penyimpanan/penarikan k adalah 1/Sj untuk lokasi penempatan terhadap produk j. Jumlah total perjalanan penyimpanan/penarikan yang dilakukan per satuan waktu untuk produk j adalah Tj.
Bagaimanapun, hanya pi,j persen dari total perjalanan untuk produk j yang dilakukan dari/ke titik I/O i. Karena perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan antara lokasi penyimpanan/penarikan k dan titik I/O i untuk produk j dinyatakan dengan Tj/Sj dan pi,jti,kxj,k. Penjumlahan seluruh titik I/O, produk, dan lokasi penyimpanan menghasilkan f(x). Rumus (3.2) memastikan bahwa hanya ada satu produk yang ditempatkan pada lokasi penyimpanan/penarikan k. Rumus (3.3) memastikan bahwa jumlah lokasi penyimpanan/penarikan yang ditempatkan untuk produk j adalah Sj.
Sekali lagi, formulasi masalah penempatan lokasi penyimpanan/penarikan mengasumsikan bahwa tiap tumpukan Sj dari produk j sama dengan yang ditarik dan tiap lokasi penyimpanan Sj untuk produk j sama dengan yang dipilih untuk disimpan. Jika kebijakan FIFO digunakan dan penyimpanan selalu digunakan
(71)
pada lokasi yang telah kosong untuk jangka waktu yang lama, asumsinya akan valid.
Pada pengujian persamaan (3.1), rumus ini ekivalen dengan:
f(x) =
∑ ∑ ∑
(
)
= = = n j s k m i k i j i k
j p d
x Sj Tj
1 1 1
, ,
, (3.4)
Tanda kurung menunjukkan rata-rata jumlah waktu yang dibutuhkan bagi produk j untuk perjalanan anatara lokasi penyimpanan/penarikan k dan titik I/O m. Maka:
cj,k =
∑
= m i k i j i d p 1 , , (3.5)Fungsi objektifnya dapat dinyatakan sebagai: f(x) =
∑∑
= = n j s k k j k j x c 1 1 ,
, (3.6)
dimana cj,k = (Tj/Sj)tj,k. Karena masalah penempatan dedicated storage dapat diformulasikan sebagai masalah transportasi.
Ketika persentase perjalanan antara titik I/O i dan lokasi penyimpanan/penarikan sama untuk semua produk, prosedur berikut dapat digunakan untuk menghasilkan solusi optimum untuk masalah penempatan dedicated storage.
1. Jumlah produk menurut rasio throughputnya (Tj) dan kebutuhan penyimpanan (Sj), seperti
n n S T S T S T ≥ ≥ ≥ ... 2 2 1 1 (3.7)
2. Menghitung nilai dk untuk semua produk, dimana
dk = ik
m
i id
p ,
1
(72)
3. Tempatkan produk 1 ke lokasi penyimpanan S1 dengan nilai tk terkecil, tempatkan produk 2 pada lokasi penyimpanan yang belum ditempati S2 dengan nilai tk terendah berikutnya, dan seterusnya.
Tujuan prosedur perangkingan adalah untuk meletakkan item dengan rasio Tj ke Sj terbesar pada slot-slot dengan rata-rata jarak perjalanan terendah (nilai dk), meletakkan item dengan rasio terbesar berikutnya dengan jarak perjalanan terendah berikutnya, dan seterusnya. Seperti yang ditegaskan sebelumnya, prosedur didasarkan pada asumsi kritis, semua produk yang disimpan memiliki persentase distribusi pergerakan yang sama antara lokasi penyimpanan/penarikan dan titik I/O. Sama halnya dengan mengasumsikan semua operasi penyimpanan dan penarikan adalah operasi “satu perintah” (yaitu, satu operasi penyimpanan atau satu operasi penarikan dilakukan per perjalanan antara penyimpanan dan titik I/O).
3.7. Pemindahan Bahan8
Material dapat dipindahkan secara manual maupun dengan menggunakan metode otomatis, material dapat dipindahkan satu kali ataupun beribu kali, material dapat dialokasikan pada lokasi yang tetap maupun secara acak, atau material dapat ditempatkan pada lantai maupun di atas.
8
(73)
p.80-Apabila terdapat dua buah stasiun kerja/departemen i dan j yang koordinatnya ditunjukkan sebagai (x,y) dan (a,b), maka untuk menghitung jarak antar dua titik tengah dij dapat dilakukan beberapa metode, yaitu:
• Rectilinear Distance
• Euclidean Distance
• Squared Euclidean Distance
1. Rectilinear Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan dengan menggunakan garis tegak lurus (orthogonal) satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah material yang berpindah sepanjang gang (aisle) rectilinear di pabrik.
dij = x−a + y−b 2. Euclidean Distance
Jarak diukur sepanjang lintasan garis lurus antara dua buah titik. Jarak euclidean dapat diilustrasikan sebagai conveyor lurus yang memotong dua buah stasiun kerja.
dij =
[
(
x−a) (
2+ y−b)
2]
3. Squared Euclidean DistanceJarak diukur sepanjang lintasan sebenarnya yang melintas antara dua buah titik. Sebagai contoh, pada sistem kendaraan terkendali (guided vehicle system),
(74)
kendaraan dalam perjalanannya harus mengikuti arah-arah yang sudah ditentukan pada jaringan lintasan terkendali. Oleh karena itu, jarak lintasan aliran bisa lebih panjang dibandingkan dengan rectilinear atau euclidean.
(1)
6.2. Jarak Perjalanan Total
Setelah ditempatkan pada slot yang tersedia, kemudian didapat jarak perjalanan total yang diharapkan per hari yaitu 1.024,189 meter/hari. Jika dibandingkan dengan kondisi di gudang yang sebenarnya pada saat ini, jarak perjalanan total per harinya tidak menentu karena tidak adanya penentuan tempat yang tetap untuk tiap produk yang akan disimpan di gudang sehingga besarnya jarak yang akan ditempuh selalu berubah sesuai dengan susunan produk di gudang yang juga selalu berubah.
6.3. Layout Gudang
Hasil penempatan produk pada Tabel 6.1. akan dijadikan dasar penggambaran layout usulan gudang yang telah dilengkapi dengan gang sebagai jalur material handling yang digunakan yaitu fork lift dan hand truck.
Selain itu luas areal yang dipakai juga lebih kecil dari luas areal yang tersedia sehingga tujuan penelitian untuk menentukan kebutuhan luas area untuk gudang produk jadi dan merancang tata letak usulan gudang produk jadi dengan tetap mempertahankan luas gudang yang sudah ada tercapai.
Sisa luas areal = Luas areal yang tersedia – Luas areal yang terpakai = (56 x 36) m – (55,02 x 19,82) m
= 2.016 m2 – 1.090,496 m2 = 925,504 m2
(2)
Fikrie Abdullah : Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Jadi Dengan Menggunakan Metode Dedicated Storage Di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2009.
USU Repository © 2009
% sisa luas areal = Sisa luas areal x 100 % Luas areal yang tersedia
= 100%
016 . 2 504 , 925 x = 45,91%
6.4. Evaluasi Penggunaan Metode Dedicated Storage
Penggunaan metode dedicated storage bertujuan untuk mempermudah kerja operator dalam mengangkat produk yang akan disimpan maupun yang akan dikirim karena produk sudah memiliki slot yang tertentu pada gudang. Selain itu, jarak yang akan ditempuh oleh tiap produk juga sudah dapat dipastikan dan waktu yang diperlukan operator untuk menyimpan maupun mengambil produk juga akan semakin minimum karena produk sudah tersusun rapi pada slotnya masing-masing sehingga operator tidak kesulitan dalam menemukan produk yang akan diproses. Hasilnya akan didapat luas areal yang dibutuhkan untuk menyimpan produk di gudang. Sehingga dengan luas gudang yang sudah ada dapat diketahui apakah mencukupi kebutuhan areal, atau melebihi kebutuhan.
Dari perhitungan didapat kebutuhan jumlah slot adalah sebanyak 79 slot, dengan perincian 20 slot untuk matras, 54 slot untuk dipan dan 5 slot untuk sandaran. Sedangkan kebutuhan luas lantainya adalah 72,5 m2 untuk matras, 194,4 m2 untuk dipan dan 18 m2 untuk sandaran sehingga totalnya menjadi 284,9 m2.
(3)
6.5. Evaluasi SOP
Yang membedakan SOP usulan dengan sekarang adalah:
1. produk akan disimpan kedalam slot, bukan lagi areal penyimpanan.
2. Satu slot hanya dapat dipakai oleh 1 jenis produk untuk seterusnya, sementara yang sekarang 1 areal penyimpanan dapat dipakai oleh berbagai jenis produk tergantung waktu penyimpanan.
3. Tinggi tumpukan maksimum telah ditentukan, sedangkan sekarang tinggi tumpukan tergantung kondisi di lapangan.
4. Material handling yang digunakan fork lift dan hand truck, sekarang hanya hand truck.
5. Penyusunan diutamakan ke slot kosong yang dimiliki oleh produk tersebut yang terdekat ke pintu, sementara sekarang tidak ada dasar penyusunan.
(4)
Fikrie Abdullah : Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Jadi Dengan Menggunakan Metode Dedicated Storage Di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2009.
USU Repository © 2009
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data dengan metode dedicated storage pada gudang produk jadi PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Jumlah kebutuhan slot di gudang produk jadi adalah 79 slot, dengan perincian 20 slot untuk matras, 54 slot untuk dipan dan 5 slot untuk sandaran.
2. Jumlah kebutuhan luas lantainya adalah 72,5 m2 untuk matras, 194,4 m2 untuk dipan dan 18 m2 untuk sandaran sehingga total kebutuhan luas lantai menjadi 284,9 m2.
3. Jarak perjalanan total yang diharapkan yaitu 1.024,189 meter/hari.
4. Areal yang dibutuhkan untuk penyimpanan produk setelah ditambahkan gang di gudang sebesar 1.090,496 m2.
5. Persentase wilayah yang tidak dipakai untuk penyimpanan produk di gudang produk jadi adalah 45,91%.
7.2. Saran
1. Perusahaan dapat mengaplikasikan layout usulan ini pada gudang produk jadi jika ingin melakukan pengaturan ulang.
(5)
2. Perusahaan juga dapat memakai layout usulan dan perhitungan yang ada untuk melakukan pengaturan ulang pada gudang furniture yang kondisinya juga tidak teratur.
(6)
Fikrie Abdullah : Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Jadi Dengan Menggunakan Metode Dedicated Storage Di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Apple, J. M., Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerjemah: Nurhayati Mardiono, ITB, Bandung, 1990.
Sritomo Wignjosoebroto, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Penerbit Guna Widya, Surabaya, 1996.
Mulcahy, D. E., Warehouse and Distribution Operation Handbook International Edition, McGraw Hill, Singapore, 1994.
Tompkins, J. A. and White, J. A., Facilities Planning, John Willey & Sons, New York, 1984.
Francis, R. L., Facility Layout and Location, An Analitytical Approach, Second Edition, Prentice Hall, New Jersey, 1992.
Hari Purnomo, Perencanaan dan Perancangan Fasilitas, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 2004.