4.1.2 Iklim dan Curah Hujan
Iklim berpengaruh terhadap semua proses dinamika perairan yang terjadi, misalnya pola arus, sebaran panas, proses ekofisiologis biota air, dan kondisi hidrometeorologi.
Perubahan dan penyimpangan iklim akan mempengaruhi proses-proses yang ada dalam daerah tangkapan air dan badan air, seperti hidrologi, neraca air, pola arus, sebaran panas,
dan proses-proses biokimia yang ada di dalamnya. Kota Sibolga beriklim cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32,3
C di bulan Februari, Mei dan Juni dan suhu minimum mencapai 22,50
C pada bulan Juli. Curah hujan rata – rata di kota Sibolga cenderung tidak teratur sepanjang tahunnya. Curah hujan tertinggi di bulan Oktober
693,3mm, hari hujan terbanyak di bulan November 27 hari.
4.1.3 Kondisi Topografi
Kota Sibolga dipengaruhi oleh letaknya yaitu berada pada daratan pantai, lereng, dan pegunungan. Terletak pada ketinggian berkisar antara 0 - 150 meter dari atas permukaan laut,
dengan kemiringan lahan kawasan kota ini bervariasi antara 0-2 sampai lebih dari 40 .
Tabel 4.1 Kondisi Topografi Kota Sibolga
Kemiringan Luas
km² Persentase
Keterangan
Datar, kemiringan 0-2 3.12
29.10 daratan 2.17 km² dan kepulauan 0.95 km²
Bergelombang lereng 2-15 0.91
8.49 daratan 0.73 km² dan kepulauan 0.18 km²
Curam, lereng 15-40 0.31
28.9 daratan 0.10 km² dan kepulauan 0.21 km²
Terjal, lereng lebih dari 40 6.31
59.51 daratan 5.90 km² dan kepulauan 0.53 km²
Total 10.77
100
4.1.4 Tata Guna Lahan
Gambaran luas wilayah Kota Sibolga berdasarkan jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2. Tata Guna Lahan di Kota Sibolga Tahun 2009
No Jenis
Luas Ha Persentase
1 Jalan
98,20 9,11
2 Pemukiman
302,35 28,04
3 Bangunan UmumPerkantoran
139,69 12,96
4 Lainnya
537,76 49,89
Total 1.077,9
100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Sibolga,2010
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar wilayah Kota Sibolga adalah lainnya yaitu seluas 537,76 Ha atau sekitar 49,89 dan termasuk di
dalamnya daerah pantai, mengingat bahwa Kota Sibolga yang wilayahnya sebagian besar adalah daerah pesisir pantai. Yaitu untuk penggunaan lahan darat terdiri atas hutan rawa,
perkebunan kelapa rakyat, hutan cemara, pantai atau ruang terbuka Hutan rawa di pulau ini terhampar memanjang di bagian tengah pulau. Hutan ini
banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau mangrove dan tumbuhan lain yang berasosiasi dengan bakau, maupun hutan cemara pantai yang banyak dihuni berbagai satwa liar maupun
satwa yang mulai langka dan perlu dilindungi seperti burung bangau kuntul pantai, beo, elang bondol dan reptilia dari jenis biawak.
Perkebunan kelapa yang dikelola oleh beberapa keluarga penduduk terhampa mengelilingi hutan rawa. Sebagian lahan perkebunan tersebut ditumbuhi semak belukar.
Hamparan perkebunan kelapa tersebut terlihat serasi dengan morfologi dan pemandangan pulau serta tampilan pantai dan perairan di sekitar perairan sekitar Sibolga.
Kegiatan sosial ekonomi lain yang mempengaruhi pola penggunaan lahan belum terdapat di pulau ini. Hal ini berbeda dengan kondisi lokasi-lokasi wisata lain di wilayah
Tapanuli Tengah seperti Mursala, Poncan, Pantai Pandan, dsb. Di antara penggunaan lahan
untuk perkebunan kelapa rakyat, terdapat tapak mercusuar dan tapak pekuburan tua salah seorang Syekh. Mercusuar di Perairan sekitar Sibolga dibangun dengan bahan plat besi,
memiliki ketinggian sekitar 20 meter, berpenampilan artistik dengan kepala suar mengadopsi bentuk prisma terbalik dan penyangga berbentuk tiang silindris. Mercusuar tersebut dalam
keadaan tidak berfungsi. Sementara itu, kuburan tua tersebut konon merupakan kuburan salah seorang Syekh di antara 44 orang Syekh penyebar agama Islam pertama di wilayah
Barus dianggap memiliki nilai sejarah dan kultural tinggi bagi masyarakat setempat sehingga menambah daya tarik tersendiri bagi pulau ini.
Penggunaan lahan yang lain di Kota Sibolga adalah daerah tempat pembongkaran hasil tangkapan yang disebut Tangkahan. Posisinya terletak di sepanjang Jl. Mojopahit,
Kecamatan Sibolga Selatan. Di Kota Sibolga para nelayan memanfaatkan jasa tempat pembongkaranpelelangan ikan yang bersifat swasta ataupun individu ini. Karena pada
umumnya para nelayan Toke memiliki tangkahan sendiri sebagai tempat bongkar muat hasil tangkapan maupun perbekalan untuk melaut, sehingga mereka tidak perlu mengelaurkan
biaya untuk bongkarmuat kapal. Tangkahan di Kota Sibolga berjumlah 18 buah.
4.1.5 Perairan Kota Sibolga