9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Stres
1.1. Defenisi Stres
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman atau tuntutan non-spesifik yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual
manusia. Stres pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia dalam melakukan tindakan. Perasaan stres terhadap situasi atau kondisi
lingkungan ditempat kerja dapat diekspresikan sebagai: sikap yang pesimis, tidak puas, produktivitas rendah, dan sering absen National Safety Council,
2003 ; Potter Perry, 2005. Imogene King dalam Asmadi 2008 mengatakan bahwa stres adalah
suatu keadaan yang dinamis yang berlangsung setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkungan yang bertujuan memelihara keseimbangan pertumbuhan,
perkembangan dan perbuatan yang meliputi pertukaran energi dan informasi antara individu dan lingkungannya guna mengatur stresor.
1.2. Sumber Stres
Sumber stres merupakan asal penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat stresor seperti individu, keluarga, dan lingkungan.
Sumber stres yang berasal dari dalam diri individu umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi maka dapat menimbulkan stres. Sumber stres dari
masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga.
Permasalahan ini akan selalu menimbulkan keadaan yang dinamakan stres begitu juga dengan sumber stres dalam masyarakat dan lingkungan umumnya,
yang dapat dilihat dari hubungan pekerjaan yang secara umum disebut dengan stres pekerja karena lingkungan fisik, hubungan interpersonal serta
kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang Hidayat, 2007.
1.3. Tahapan Stres
Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan. Menurut van Amberg 1979, tahapan stres dapat dibagi menjadi enam tahap. Tahap
pertama merupakan tahapan yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja keras, penglihatannya tajam tidak sebagaimana
biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, kemudia n merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang
dimilikinya semakin berkurang. Tahap kedua, pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri-ciri adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang
semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung, denyut jantung berdebar-debar lebih keras
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.
Tahap ketiga, pada tahap ini seseorang memiliki ciri-ciri adanya gangguan lambung dan usus seperti buang air besar tidak teratur, ketegangan
otot semakin terasa, perasaan tidak senang, gangguan pola tidur seperti sukar untuk memulai waktu tidur, terbangun tengah malam, lemah dan terasa seperti
tidak memiliki tena ga. Tahap keempat, pada tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa
membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan
kegiatan sehari- hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, dan adanya
rasa ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya. Tahap kelima, stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik
secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan
ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. Tahap keena m, tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut
mati dengan ditemukannya gejala seperti detak jantung semakin keras susah bernafas, terasa gemetar dan seluruh tubuh berkeringat, serta kemungkinan
terjadi pingsan Hidayat, 2007.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1.4. Tingkatan Stres