2.2.5. Efek Fisiologis Kafein
Seperti yang telah dijelaskan, mekanisme kerja utama kafein adalah menghambat reseptor adenosine yang secara normalnya berikatan dengan adenosine, juga
merupakan sejenis alkaloid heterosiklik. Adenosin merupakan neurotransmitter yang efeknya mengurangkan aktivitas sel
terutama sel saraf. Oleh sebab itu, apabila reseptor adenosine berikatan dengan kafein, efek yang berlawanan dihasilkan, lantas menjelaskan efek stimulans kafein Allsbrook,
2008. Walaupun mekanisme utama kafein adalah antagonisme reseptor adenosine, hal ini akan menjurus ke efek sekunder dari berbagai jenis neurotransmitter seperti
norepinefrin, dopamine, asetilkolin, glutamate dan GABA sehingga akan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang berbeda. Efek fisiologis kafein termasuklah peningkatan
denyut jantung, dilatasi pembuluh darah, peningkatan sistem renin, tremor, kejang dan urticaria.
Selain itu, dapat menyebabkan dilatasi arteri koroner, nyeri kepala, gangguan tidur dan peningkatan suhu tubuh McIlvain, 2008. Kafein juga dapat meningkatkan proses
lipolisis, mengurangkan glikogenolisis dan meningkatkan glukosa darah serta konsumsi oksigen. Hal yang menjadi fokus utama di sini adalah dampak kafein terhadap sistem
saraf pusat sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan fungsi kognitif.
2.2.6. Kafein dan Dampak terhadap Sistem Saraf Pusat
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menilai efek neurologik kafein terhadap sistem saraf pusat. Bukti dari Magnetic Imaging Resonance MRI menunjukkan aliran darah
serebral berbanding lurus dengan asupan kafein. Konsumsi akut 400 mg kafein dapat secara signifikan meningkatkan aliran darah di arteri serebralis anterior dan media. Hal
ini dibuktikan melalui pulsed transcranial Doppler sonography.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Selain itu, kafein secara akut dapat meningkatkan efisiensi kerja jaringan neuron di kortek serebral manusia. Sebagai contoh, 20 menit setelah konsumsi 100 mg kafein
sambil mengerjakan tugas yang menggunakan memori kerja, subyek memperlihatkan pada MRI bahwa adanya peningkatan aktivitas neuronal di jaringan daerah otak yang
berhubungan dengan aspek perhatian dari fungsi kognitif. Dengan demikian, kafein dapa
t e i gkatka ’e ergi e tal’ sehi gga pe i gkata kewaspadaa da ti gkat konsentrasi ini berupaya untuk meningkatkan fungsi kognitif secara keseluruhannya
Glade, 2010.
2.2.7. Kafein dan Fungsi Kognitif