Selain itu, kafein secara akut dapat meningkatkan efisiensi kerja jaringan neuron di kortek serebral manusia. Sebagai contoh, 20 menit setelah konsumsi 100 mg kafein
sambil mengerjakan tugas yang menggunakan memori kerja, subyek memperlihatkan pada MRI bahwa adanya peningkatan aktivitas neuronal di jaringan daerah otak yang
berhubungan dengan aspek perhatian dari fungsi kognitif. Dengan demikian, kafein dapa
t e i gkatka ’e ergi e tal’ sehi gga pe i gkata kewaspadaa da ti gkat konsentrasi ini berupaya untuk meningkatkan fungsi kognitif secara keseluruhannya
Glade, 2010.
2.2.7. Kafein dan Fungsi Kognitif
Penelitian menunjukkan bahwa pelepasan katekolamin norepinefrin NE di sistem saraf pusat yang optimum dapat secara signifikan meningkatkan perhatian, pembelajaran dan
kewaspadaan. Menurut Berkowitz et al, zat kafein berperan dalam peningkatan pelepasan NE di sistem saraf pusat Peeling Dawson, 2007 dan hal ini mungkin
merupakan salah satu mekanisme kafein dalam mempengaruhi fungsi kognitif selain aktivasi reseptor dopamine di otak.
Banyak penelitian telah dijalankan untuk membuktikan efek neurologik kafein. Konsumsi bolus tunggal kafein sekecil 30 sampai 50 mg dapat merangsang kewaspadaan
dengan bermakna dan dapat meningkatkan konsentrasi untuk sekurang-kurangnya 20 menit Lieberman et al, 1987. Rentang dosis sekecil ini terkandung dalam satu kaleng
minuman ringan dan obat analgesik dan ternyata dapat memberikan efek stimulans. Di samping itu, dibandingkan dengan plasebo, konsumsi 100 mg kafein 1 jam
sebelum mengikuti kuliah universitas selama 75 menit secara signifikan meningkatkan konsentrasi, kewaspadaan, perhatian, dan keterjagaan mental Peeling Dawson,
2007. Selain itu, menurut Frewer dan Lader 1991, dosis kafein sedang 250mg adalah efektif untuk meningkatkan prestasi kerja yang memerlukan perhatian. Namun
demikian, pada dosis yang terlalu tinggi 500mg, terjadi overstimulasi tingkat keterjagaan mental subyek sehingga prestasi mulai menurun Peeling Dawson, 2007.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, diduga konsumsi kafein pada dosis sedang dapat meningkatkan proses kognisi yang penting untuk proses pembelajaran. Malah menurut laporan
definitif tahun 2001 Caffeine for the Sustainment of Mental Test Performance. Formulations for Military Operations, Institute of Medicine Food and Nutrition Board
Committee on Military Nutrition Research telah menyimpulkan bahwa konsumsi kafein pada dosis 150 mg dapat meningkatkan prestasi kognitif dan efek ini berlangsung untuk
selama 10 jam setelah konsumsi. Selain efek kafein yang jelas terhadap kewaspadaan, perhatian dan keterjagaan
mental, kafein mungkin mempunyai dampak terhadap aspek memori dari aspek kognitif. Riedel et al 1995 menunjukkan bahwa supplemen kafein 250 mg dapat
meningkatkan prestasi pada tugas belajar kata. Riedal dan kawan-kawan mengusulkan bahwa kafein merangsang stimulasi kolinergik pada sistem saraf pusat, akhirnya
mengurangkan efek pelemahan skopolamin terhadap daya ingat jangka pendek dan jangka panjang. Oleh sebab itu, adalah masuk akal untuk diusulkan bahwa perbaikan
memori yang diinduksi kafein dapat meningkatkan kemampuan pelajar untuk mengingat dam mengasosiasi materi kuliah sewaktu pembelajaran di dalam kelas. Namun
demikian, terdapat juga penelitian yang menyatakan bahwa kafein hanya dapat bekerja sebagai enhancer kognitif yang signifikan jika terdapat disfungsi kolinergik seperti pada
pasien Alzheimer Johnson-Kozlow et al, 2002. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa efek kafein lebih bermakna hanya terhadap terhadap pasien yang berusia lanjut yang telah
mengalami penurun fungsi kognitif secara alami karena usia Nehlig, 2010. Dengan demikian, terdapat banyak penelitian dan laporan yang telah dihasilkan
berhubungan dengan efek dan dosis kafein terhadap fungsi fisiologis dan kognitif, yang semuanya dapat memberi impak terhadap edukasi dan pembelajaran. Meskipun
demikian, tidak banyak penelitian sebelumnya yang menyelidiki efek konsumsi kafein terhadap fungsi kognitif mahasiswa sedangkan kafein adalah sangat popular dalam
kalangan mahasiswa untuk tujuan akademik.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian Berikatan
dengan reseptor adenosin di
system saraf pusat
Penghambatan reseptor adenosin memicu
pelepasan neurotransmitter
stimulatorik: - dopamin
- norepinefrin Dampak terhadap fungsi
kognitif Zat kafein dalam darah
melewati sawar darah otak
Terjadi perubahan struktural dan
biokimiawi di dalam otak:
- peningkatan aliran darah serebral
- peningkatan aktivitas neuronal
Fungsi Kognitif Kafein