Nootropik Fungsi Kognitif 1. Definisi Kognitif

Belajar membaca dapat mengubah cara pemrosesan bahasa di otak Petersson, 2000. Selain itu, lingkungan masa kanak-kanak yang kaya dengan rangsangan mungkin dapat meningkatkan kognisi melalui neurogenesis dan penambahan jumlah percabangan dendritik karena hal ini telah terbukti pada hewan Nillson et al, 1999. Selain itu, lingkungan yang kaya dengan stimulasi dapat memproteksi otak dari stress dan neurotoxin Schneider et al, 2001 sehingga fungsi kognitif dapat meningkat. Sebenarnya, kognisi individu akan berkurang apabila dipengaruhi oleh masalah kesehatan. Oleh sebab itu, fungsi kognitif dapat ditingkatkan dengan memperbaiki tidur, fungsi imun dan kesejahteraan fisik secara umumnya. Sudah tidak dapat dinafikan bahwa olahraga dapat secara sementara meningkatkan berbagai aspek kognitif, efeknya tergantung pada jenis dan intensitas olahraga Tomporowski, 2003. Olahraga yang dilakukan dalam jangka masa yang panjang dapat mempengaruhi kognisi, mungkin melalui kombinasi efek peningkatan suplai darah dan pelepasan nerve growth factors Vaynman Gomez-Pinilla, 2005. Pada masa yang sama, intervensi yang lain adalah latihan mental dan teknik visualisai yang sering digunakan oleh atlet untuk meningkatkan kemahiran. Formulir klasik yang digunakan untuk meningkatkan fungsi kog itif adalah strategi khusus u tuk e ghafalka i for asi seperti etode loci di mana pemakainya akan membayangkan bagian interior suatu bangunan untuk diasosiasikan dengan subjek yang hendak dihafalnya. Selain itu, ada berbagai lagi teknik mental yang digunakan seperti metode speed reading dan peta berpikir Bostrom Sandberg, 2009.

2.1.3. Nootropik

Nootropik yang juga dikenal sebagai obat pintar merupakan obat, suplemen, dan makanan yang dikatakan mampu meningkatkan fungsi kognitif seperti memori, kecerdasan, motivasi, perhatian dan konsentrasi. Konsumsi obat pintar ini mempunyai efek fisiologis langsung terhadap otak seperti mengubah bioavailabilitas suplai neurokimiawi otak neurotransmitter, enzim, dan hormon, selain meningkatkan aktivitas neuronal, dan menstimulasi pelepasan neuromodulator Bostrom Sandberg, 2009. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Intervensi farmakologi untuk meningkatkan fungsi kognitif sudah lama digunakan oleh masyarakat. Obat stimulans seperti nikotin dan kafein dikonsumsi untuk meningkatkan perhatian dan memori di samping mengurangkan kelelahan. Selain itu, ekstrak herba seperti Ginko Biloba adalah sangat populer, dengan penjualan herba ini sahaja menghasilkan keuntungan ratusan juta dollar setiap tahun di Amerika Serikat Bostrom Sandberg, 2009. Dewasa ini, penggunaan obat pintar ini semakin meluas digunakan di dalam lingkup akademik seperti Adderall, Ritalin dan Modafinil Provigil serta obat penambah kecerdasan lainnya, untuk meningkatkan produktivitas. Kira-kira 7 mahasiswa di AS mengonsumsi stim ula s o edik sekura g-kurangnya sekali, berdasarkan satu studi pada tahun 2005 yang melibatkan 11 000 siswa Szalavitz, 2009. Pada tahun 2008, satu survei yang melibatkan 2,087 pelajar perguruan tinggi telah melaporkan penggunaan methylphenidate di bawah nama dagang Ritalin dan Concerta secara nonmedik sebanyak 5,3. Satu penelitian yang lain turut menemukan 6,9 pelajar perguruan tinggi mengonsumsi stimulan termasuk Ritalin dan Adderal bukan untuk tujuan medis Goodman, 2010. Jelasnya, penggunaan nootropik adalah sangat sering untuk tujuan akademik. Kafein merupakan stimulans yang paling meluas digunakan oleh golongan akademik karena murah dan mudah didapatkan. Menurut McIlvain 2008, penelitian yang dilakukan oleh Pele 1989 menemukan bahwa obat yang sering digunakan oleh mahasiswa di Benin City, Nigeria adalah kafein di mana 95 pelajar dilaporkan menggunakan kafein di tempat sosial. Penelitian ini didukung oleh Egdochuku dan Akrele 2007. Mereka melaporkan bahwa mahasiswa Nigeria paling sering menyalahgunakan kafein berbanding stimulans yang lain. Kafein juga merupakan obat pilihan mahasiswa kedokteran dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian oleh Lee K-H et al 2009, konsumsi kafein untuk tujuan akademik meningkat apabila mahasiswa kedokteran melanjutkan kuliah dari tahun pertama hingga tahun ketiga. Ternyata, kafein adalah obat stimulans yang paling sering dikonsumsi untuk tujuan akademik karena lebih praktis dan dipercaya mempunyai efek nootropik yang signifikan.

2.2. Kafein