Sumber Daya Manusia Analisis Kesiapasiagaan Tenaga Gizi dalam Menghadapi Gizi Darurat pada Bencana di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

Tujuan dari bantuan makanan pada tanggap darurat adalah untuk memberikan makanan tepat waktu dalam jumlah yang cukup dengan kualitas makanan yang baik kepada penduduk yang terkena bencana untuk mengurangi risiko kekurangan gizi akut dan mencegah kematian pada kelompok rawan dan pengungsi, sehingga masyarakat, rumah tangga dan individu dapat bertahan dan pulih dari keadaan darurat. Menerapkan bantuan pangan yang memadai pada tahap awal merupakan kombinasi tindakan dengan kesehatan masyarakat sehingga akan mempertahankan status gizi penduduk yang terkena bencana Johshopkins,2013.

2.4. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia kesehatan adalah seorang yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiki pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan, DepKes Nomor 066MenKesSKII2006. Manajemen sumber daya manusia kesehatan adalah serangkaian kegiatan perencanaan dan pendayagunaan tenaga yang bekerja secara aktif di bidang kesehatan dalam melakukan upaya kesehatan. Pada saat terjadi bencana perlu adanya mobilisasi sumber daya manusia kesehatan yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan krisis yang meliputi: tim reaksi cepat, tim penilai cepat, tim bantuan kesehatan. Untuk mengkoordinir kegiatan tersebut maka ditunjuklah kepala Dinas Kesehatan ProvinsiKabupatenKota sebagai koordinator Tim, ini mengacu kepada Universitas Sumatera Utara Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 066 Tahun 2006, dan ahli gizi perannya termasuk kedalam tim bantuan kesehatan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Nurul 2010 tentang kesiapsiagaan sumberdaya manusia kesehatan di DKI Jakarta, sebagaian besar sumberdaya manusia kesehatan menyatakan siap siaga dalam menghadapi bencana 68,1 dan sebanyak 31,9 menyatakan tidak siap dalam menghadapi bencana. 2.5. Kebutuhan Tenaga Ahli Gizi Berdasarkan Jumlah Pengungsi Kebutuhan ahli gizi dalam tim bantuan kesehatan yang diberangkatkan setelah tim reaksi cepat atau tim RHA kembali dengan laporan hasil kegiatan dilapangan adalah sebagai berikut, jika jumlah pengungsi antara 10.000-20.000 orang dibutuhkan ahli gizi sebanyak 2-4 orang. Dan jikalau jumlah pengungsi 5.000 orang dibutuhkan 1 orang ahli gizi untuk pelayanan 8 jam, dan 1 orang untuk pelayanan 24 jam Kemenkes RI, 2012. Kabupaten Aceh besar saat ini memiliki 57 orang ahli gizi yang bisa memberikan pelayanan kegizian, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Aeh Besar saat ini maka mashi terjadi kekurangan sumberdaya tenaga gizi sebanyak 15 orang. 2.6. Standart Profesi Gizi Profesi gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan keilmuan body of knowledge, memiliki kompetensi yang diperoleh Universitas Sumatera Utara melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat Standart Profesi Gizi, 2007. Profesi gizi memiliki ciri ciri yaitu, menekankan pada teknik intelektual dalam melaksanakan layanan. Memerlukan latihan latihan khusus dalam masa relatif panjang. Para anggota mempunyai otonomi yang luas dalam melaksanakan keahlian. Menekankan pada pengabdian daripada keuntungan ekonomi. Mempunyai kode etik yang jelas bagi para anggotanya. Adanya asosiasi atau organisasi profesi. Adanya pengakuan masyarakat sebagai profesi. Adanya perhatian yang profesional terhadap pelaksanaan profesi adanya sanksi, perlu lisensi, dan sebagainya. Mempunyai hubungan kerja sama dengan profesi lain Bakri, 2010. Soekirman dalam Bakri 2010, menyatakan bahwa profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut: a berpendidikan, berpengetahuan, dan memiliki keterampilan yang cukup. b mempunyai etika yang baik, antara lain jujur, tepat janji, berfalsafah ilmu padi. c mempunyai integritas yaitu, memiliki nilai intelektual yang baik, harga diri, dan memiliki kebanggaan serta kepribadian. d mempunyai organisasi, tempat ia bertukar pikiran dan bertukar pengetahuanilmu serta mengembangkan diri. e memiliki jurnal yang bisa menunjang profesinya. Sedangkan Tait de Marco 1996, menyatakan bahwa professional harus memenuhi tiga hal yaitu: memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan khusus yang tidak dimiliki profesi lain. Memegang teguh nilai- nilai dan prilaku khas untuk profesinya. Memiliki ukuran ukuran standart untuk hal tersebut diatas. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Azwar 1994, menjelaskan bahwa profesional mempunyai 4 empat ciri sebagai berikut: 1. Body of Knowledge, yaitu memiliki seperangkat pengetahuan sesuai bidang profesi yang digelutinya. 2. Continuing Education, yaitu senantiasa meningkat kemampuan dan keterampilan melalui pendidikan berkelanjutan. 3. Altruism, artinya memiliki jiwa pengabdian dan dedikasi, bekerja adalah untuk bekerja sesuai profesi yang diembannya, tanpa pamrih, apa pun. 4. Ethics, yaitu seperangkat standar prinsip-prinsip moral yang menilai, menyesuaikan, dan mengatur perilaku manusia. Standar kompetensi gizi adalah standart kemampuan yang menjamin bahwa ahli gizi dan ahli madya dapat menyelenggarakan praktek pelayanan gizi dalam masyarakat. Sedangkan standar pelayanan gizi adalah standar yang mengatur penerapan ilmu gizi dalam memberikan pelayanan dan asuhan gizi dengan pendekatan manajemen kegizian KepMenKes RI,2008. Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, kesimpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. Ada beberapa pengertian tentang ahli gizi. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ahli gizi adalah profesi khusus, orang yang mengabdikan diri dalam bidang Universitas Sumatera Utara gizi serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui suatu pendidikan khususnya bidang gizi. Tugas yang diemban oleh ahli gizi berguna untuk kesejahteraan manusia. Peran ahli gizi diantaranya adalah berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral Bakri, 2010.

2.7. Organisasi Profesi Gizi di Indonesia