2.1.1. Parameter Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Bencana
Menurut LIPI – UNESCOISDR 2006 terdapat 5 faktor kritis kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam, terutama tsunami, yaitu :
a pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana, b kebijakan dan panduan, c rencana untuk keadaan darurat bencana, d sistem peringatan bencana dan, e
kemampuan untuk memobilisasi sumberdaya. Kelima faktor kritis ini kemudian disepakati menjadi parameter dalam assessment framework.
1. Parameter pertama adalah pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengalaman bencana tsunami di Banda Aceh dan daerah lain akan memberikan
pelajaran bahwa pengetahuan memiliki peran yang sangat penting terutama mengenai bencana alam. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat memengaruhi
sikap dan kepedulian untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah yang memiliki resiko bencana.
2. Parameter kedua adalah kebijakan dan panduan yang berkaitan dengan
kesiapsiagaan untuk mengantisipasi kejadian bencana alam. Kebijakan kesiapsiagaan bencana alam sangat penting dan merupakan upaya konkrit untuk
melaksanakan kegiatan siaga bencana. Kebijakan yang signifikan berpengaruh terhadap terhadap kesiapsiagaan meliputi pendidikan publik, emergency planing,
sistem peringatan bencana, dan mobilisasi sumberdaya, termasuk pendanaan, organisasi pengelola, sumber daya manusia SDM dan fasilitas penting untuk
kondisi darurat bencana. Kebijakan kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk,
Universitas Sumatera Utara
tetapi akan lebih bermakna apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan peraturan, seperti Surat Keputusan atau Peraturan Daerah di Aceh Qanun yang
disertai dengan job description
yang jelas. Agar kebijakan dapat diimplementasikan dengan optimal, maka dibutuhkan panduan operasionalnya.
3. Parameter ketiga adalah rencana untuk keadaan darurat bencana alam, rencana
ini menjadi bagian penting dalam kesiapsiagaan terutama berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana dapat
diminimalkan. Upaya upaya ini sangat krusial, terutama ada saat terjadi bencana dan hari hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan pihak
luar datang. Pengalaman bencana di Aceh dan Indonesia secara umum menunjukkan bantuan dari pihak luar tidak segera datang, karena rusaknya sarana
dan infrastruktur, seperti jalan jembatan dan pelabuhan. 4.
Parameter ke empat berkaitan dengan sistim peringatan bencana. Sistim ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana.
Dengan peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan, untuk itu
diperlukan latihan dan simulasi apa yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu
tertentu, sesuai dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadi peringatan.
5. Parameter kelima yaitu: mobilisasi sumber daya. Sumberdaya yang tersedia
baik sumber daya manusia SDM maupun pendanaan dan sarana prasarana
Universitas Sumatera Utara
penting untuk keadaan darurat merupakan potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam kesiapsiagaan bencana alam, karena itu
mobilisasi sumberdaya menjadi faktor yang krusial.
2.2. Kemampuan