Substansi yang harus dimuat dalam standar kontrak/akad asuransi untuk menjamin kepatuhan terhadap prinsip syariah

5.1 Substansi yang harus dimuat dalam standar kontrak/akad asuransi untuk menjamin kepatuhan terhadap prinsip syariah

5.1.1 Pemisahan akad tabarru dan tijarah dalam polis

Perbedaan substansial antara asuransi syariah dan konvensional yang paling menonjol adalah akad atau perjanjian yang mendasari hubungan hukum antara perusahaan asuransi syariah dengan para pesertanya. Akad pertama dalam asuransi syariah yang wajib dibuat adalah akad tabarru terkait dengan kedudukan premi atau kontribusi dari peserta. Dalam asuransi syariah, untuk menghilangkan larangan gharar (ketidakpastian) , maka kedudukan dana berupa kontribusi peserta bukanlah seperti premi dalam asuransi konvensional. Kontribusi merupakan dana yang diserahkan sebagai donasi , yang akan dikelola oleh perusahaan asuransi syariah untuk kepentingan para peserta itu sendiri. Sebagaimana telah dijelaskan konsep asuransi syariah bertumpu pada prinsip saling menolong diantara mereka. Akad yang mendasarinya adalah akad tabarru. Dimaksudkan dengan akad tabarru adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu peserta kepada dana tabarru untuk tujuan tolong menolong di atara para peserta yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.

Selain akad tabarru, dimungkinkan bahwa sebagian dana kontribusi tersebut sebagian digunakan untuk dikelola sebagai investasi oleh perusahaan asuransi syariah berdasarkan akad yang terpisah dari akad tabarru, yakni dengan Selain akad tabarru, dimungkinkan bahwa sebagian dana kontribusi tersebut sebagian digunakan untuk dikelola sebagai investasi oleh perusahaan asuransi syariah berdasarkan akad yang terpisah dari akad tabarru, yakni dengan

1) akad Wakalah bil Ujrah, yaitu akad antara Peserta secara kolektif atau individu dan Pengelola dengan tujuan komersial yang memberikan kuasa kepada pengelola sesuai kuasa atau wewenang yang dAiberikan dengan imbalan berupa ujrah. Akad ini wajib dicantumkan apabila pengelola telah meastikan biaya yang bersifat tetap dan pasti baik dalam nominal maupun persentase tertentu yang besarnya telah ditentukan di muka dan bukan bagi hasil dari pengelolaan dana. Untuk produk yang tidak mengandung undur investasi tidak ada pemberian kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dana investasi

2) akad Mudharabah, yaitu akad antara Peserta secara kolektif atau individu dengan Perusahaan dengan tujuan komersial yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk tujuan mengelola dana investasi Dana tabarru dan investasi Dana Investasi Peserta, yang digabungkan dengan kekayaan Perusahaan, sesuai bagi hasil (nisbah) yang besarnya ditentukan berdasarkan komposisi investasi yang digabungkan dan telah disepakati sebelumnya.

Oleh karena itu , klausul dalam polis harus secara tegas memisahkan ke dua akad tersebut, dan menjelaskan secara baik perbedaan diantara ke dua akad tersebut.

5.1.2 Pencantuman kegunaan dana tabarru bagi Peserta

Salah satu prinsip syariah yang juga harus dipatuhi dalam praktik asuransi syariah adalah prinsip transparansi. Oleh karena itu dalam polis wajib dicantumkan secara tegas , manfaat dan kegunaan dana tabarru yang berasal dari Peserta. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh AASI, perusaahan wajib menggunakan dana tabarru hanya untuk :

1. pembayaran santunan kepada Peserta yang mengalami musibah atau Pihak lain yang berhak

2. Pembayaran reasuransi

3. Pembayaran kembali Qardh kepada Perusahaan dan/atau

4. Pengembalian Dana Tabarru. A. Pengembalian Dana Tabarru di atas, dapat dilakukan sebagai akibat dari :

1. Pembatalan Polis dalam tenggang waktu yang diperkenan (freelook period)

2. Penghentian Polis oleh Peserta sebelum masa asuransi berakhir.

3. Penghentian Polis oleh Perusahaan sebelum masa asuransi berakhir; dan/atau

4. Pembayaran Kontribusi Dana Tabarru yang lebih besar dari seharusnya. Pengembalian dana Tabarru ini pun wajib dicantumkan dalam polis. B. Pencantuman ketentuan tentang Kontribusi Peserta, yang berhubungan dengan cara

dan waktu pembayaran Kontribusi; cara pengajuan permintaan pembayaran santunan asuransi (klaim); saat berlakunya asuransi dan tenggang waktu (grace period) pembayaran Kontribusi.

C. Hak dan kewajiban Peserta dan Perusahaan dalam masing-masing akad. Untuk akad Wakalah bil ujrah, sekurang-kurangnya wajib memuat antara lain sebagai berikut :

1. objek yang dikuasakan pengelolaannya;

2. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara individu sebagai muwakkil (pemberi kuasa)

3. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai wakil (penerima kuasa) termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan, kelalaian, atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan.

4. Batasan kuasa atau wewenang yang diberikan peserta kepada Perusahaan

5. Besaran,cara, dan waktu pemotongan ujrah (fee).

6. Lingkup Objek yang dikuasakan , antara lain meliputi kegiatan administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting, pengelolaan portofolio, pemasaran dan/atau investasi.

7. Dalam hal pengelolaan investasi Dana Tabarru atau Dana Investasi Peserta di dasarkan pada Akad Wakalah bil ujrah, maka Perusahaan tidak berhak memperoleh bagian dari hasil investasi.

8. Apabila menggunakan Akad Mudharabah, memuat sekurang-kurangnya hak dan kewajiban Peserta secara Kolektif dan/atau Peserta secara individu sebagai Pemilik dana (shahibul mal); hak dan kewajiban

Perusahaan sebagai mudharib (pengelola dana) termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan investasi yang dikibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian atau wanpresstasi yang dilakukan perusahaan; batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan; bagi hasil (nisbah), cara dan waktu pembagian investasi, dan ketentuan lain yang disepakati.

D. Mekanisme pemotongan biaya; dalam hal menggunakan akad Mudharabah atau Mudharabah Musytarakah pemotongan biaya melalui bagi hasil dari hasil investasi yang dilakukan di akhir atau di belakang yaitu dengan cara, hasil investasi yang diperoleh dikurangkan terlebih dahulu dengan biaya-biaya dan setelahnya diperhitungkan bagi hasil kepada para Pihak.

1. Biaya-biaya yang dibebankan kepada Peserta; polis wjib menyebutkan biaya-biaya secara lengkap yang dikenakan kepada Peserta.

2. Ketentuan tentang surplus underwriting; yaitu selisih lebih total kontribusi Peserta ke dalam dana Tabarru’ setelah dikurangi pembayaran santunan/klaim, kontribusi, reasuransi dan cadangan teknis dalam satu periode tertentu. Surplus underwriting wajib dibagikan engan opsi sebagai berikut :

a. seluruhnya ditambahkan ke dalam dana Tabarru’

1) sebagian ditambahkan ke dalam dana Tabarru’ dan sebagian dibagikan kepada Para Peserta, atau

2) sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’, sebagian dibagikan kepada Peserta, dan sebagian dibagikan kepada Perusahaan.

Pilihan pembagian surplus underwriting dan proporsinya di atas dimuat dalam polis dan tidak dapat diubah sampai berakhirnya polis. Dalam hal Peserta berupa Badan , baik itu badan hukum maupun bukan badan hukum, maka surplus underwriting akan diserahkan kepada badan. Dalam hal pembagian surplus underwriting kepada Peserta secara ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang akan dibagikan, Perusahaan wajib membagikan surplus underwriting dengan opsi sebagai berikut :

1) menambahkannya ke dalam dana tabarru

2) memperhitungkannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode berikutnya; atau

3) memanfaatkannya untuk dana sosial. Pilihan pembagian surplus underwriting wajib dimuat di dalam polis.

3. Ketentuan tentang Qardh; Selain ke dua akad sebagaimana telah dijelaskan di atas, terdapat akad lain yang digunakan dalam mekanisme asuransi syariah , yaitu akad Qardh yaitu pinjaman dana dari perusahaan kepada dana tabarru untuk menanggulangi ketidakcukupan kekayaan dana tabarru untuk membayar dana 3. Ketentuan tentang Qardh; Selain ke dua akad sebagaimana telah dijelaskan di atas, terdapat akad lain yang digunakan dalam mekanisme asuransi syariah , yaitu akad Qardh yaitu pinjaman dana dari perusahaan kepada dana tabarru untuk menanggulangi ketidakcukupan kekayaan dana tabarru untuk membayar dana

4. Klausul penyelesaian sengketa, khususnya pemilihan forum. Khusus untuk asuransi syariah, AASI sudah mengarahkan untuk diselesaikan secara musyarwarah untuk mufakat, dan apabila tidak tercapai kata sepakat sengketa dapat diselesaikan melalui Badan Mediasi Asuransi Syariah (BMAI). Apabila masih tidak dapat diselsaikan, maka polis dapat memuat pilihan penyelesaian sengketa baik non litigasi melalui Badan Arbitrase Syariah nasional (BASYARNAS) atau Pengadilan Agama.

Berikut ini klausul yang wajib diakomodasikan dalam polis dalam bentuk tabel.

Tabel 5.1. klausul yang wajib dicantumkan dalam polis berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh AASSI (contoh asuransi jiwa syariah)

No klausul

Rincian klausul

Keterangan klausul

1 Pembentukan

Apabila dana dana tabarru

dalam hal jumlah bilangan besar

tabarru’ dibentuk untuk setiap lini memenuhi jumlah bilangan besar,

untuk suatu lini usaha belum

secara gabungan dari usaha

perusahaan dapat membentuk dana beberap lini tabarru’secara gabungan dari

usaha,maka harus

beberapa lini usaha

disebutkan apakah lini usaha sejenis atau keseluruhan tanpa membedakan jenis produk.

2 Penggunaan

a. pembayaran santunan kepada

dana tabarru

Peserta

b. pembayaran reasuransi

c. pembayaran kembali Qardh

d. pengembalian Dana Tabarru’

3 Pengembalian

a. pembatalan polis a. pembatalan polis

b. penghentian polis oleh Peserta

c. Penghentian polis oleh Perusahaan

d. Pembayaran Kontribusi Dana Tabarru’

4 Akad yang

a. akad Tabarru’ digunakan

b. Akad Tijarah

5 Pembayaran

a. cara dan waktu pembayaran kontribusi dari

kontribusi Peserta

b. cara pengajuan permintaan pembayaran klaim

c. saat berlakunya asuransi

d. tenggang waktu pembayaran kontribusi

e. periode perusahaan tidak dapat meninjau ulang keabsahan kontrak asuransi

f. bahasa yang dijadikan acuan dalam sengketa apabila menggunkana dua bahasa

a. objek yang dikuasakan kewajiban

6 Hak dan

pengelolaannya Peserta

b. hak dan kewajiban peserta secara kolektif /individu sebagai muwakkil (pemberi kuasa)

c. hak dan kewajiban Perusahaan untuk menanggung kerugian

d. batasan kuasa atau wewenang Perusahaan

e. besaran, cara dan waktu pemotongan ujrah (fee).

7 Objek yang

a. kegiatan administrasi dikuasakan

b. pengelolaan dana kepada

c. pembayaran klaim Perusahaan

d. underwriting

e. pengelolaan portofolio risiko

f. pemasaran

g. investasi

8 Hak Perusahaan

a. tidak berhak atas memperoleh bagian hasil investasi (akad wakalah bil a. tidak berhak atas memperoleh bagian hasil investasi (akad wakalah bil

b. berhak emperoleh bagian investasi ( akad mudharabah/mudharabah musytarakah)

9 Klausul khusus

a. hak dan kewajiban Peserta

dalam akad

secara kolektif /individu

Mudharabah

sebagai pemilik dana (sahibul mal)

b. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai pengelola dana (mudharib)

c. batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan

d. bagi hasil (nisbah), cara dan waktu pembagian investasi

10 Klausul khusus

a. hak dan kewajiban Peserta

dalam akad

secara kolektif/individu

Mudharabah

b. hak dan kewajiban

Musytarakah

Perusahaan sebagai pengelola dana (mudharib)

c. batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan

d. bagi hasil (nisbah), cara dan waktu pembagian investasi

11 Pemotongan melalui bagi hasil investasi yang Dengan cara hasil biaya

dilakukan diakhir atau dibelakang investasi yang diperoleh dikurangkan terlebih dahulu dengan biaya2 dan setelahnya diperhitungkan bagi hasil kepada Peserta

12 Biaya-biaya Biaya yang dikenakan kepada Peserta

13 Akad Tijarah

a. Akad Wakalah bil Ujrah

Pengelolaan risiko

b. Akad Mudharabah

dan pengelolalan investasi Dana Tabarru’

14 Surplus

a. seluruhnya ditambahkan ke Syarat menerima underwriting

dalam Dana Tabarru’

surplus

b. sebagian ditambahkan ke

underwriting : telah

dalam Dana Tabarru’,

membayar membayar

sedang dalam proses

c. Sebagaian ditambahkan ke penyelesaian klaim, dalam Dana Tabarru’,

tidak pernah sebagian dibagikan kepada menrima Peserta dan Perusahaan.

pembayaran klaim Dalam hal masih terdapat Qardh

yang melebihi dalam kewajiban Dana Tabarru’

jumlah kontribusi atau pembagian surplus

yang dialokasikan ke underwriting, perusahaan dilarang dana tabarru, dan melakukan pembagian surplus

tidak menghentikan underwriting.

polis. Pilihan pembagian surplus underwriting tidak dapat diubah sampai berakhir polis Peserta berupa badan , maka pembagian surplus underwriting akan diterima badan surplus underwriting berdasarkan aktiva dalam kas (cash basis)

15 Ketentuan

a. dana Tabarru’ tidak cukup

Qardh

membayar santunan/klaim kepada Peserta

b. pengembalian Qardhkepada Perusahaan dilakukan dari surplus underwriting atau Dana Tabarru.

a. musyawarah untuk mufakat Pemilihan forum Perselisihan

16 Pengaturan

b. Badan Mediasi Asuransi

harus dilakukan

syariah

dengan

c. Badan Arbitrase Syariah

mempertimbangkan

Nasional (BASYARNAS)

kompetensi, baik

d. Pengadilan Agama

relatif maupun

e. Pengadilan Negeri

absolut.

17 Penutup Selain hal yang diatur dalam polis, maka berlaku ketentuan perundang- undangan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

18 Keterangan Polis wajib mengacu pada Pedoman polis AASI pedoman polis yang dikeluarkan

terdiri dari asuransi terdiri dari asuransi

jiwa syariah dan asuransi umum syariah.

Sumber : Pedoman Polis Asuransi Jiwa berdasarkan prinsip syariah AASI 2014

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh AASi, tim peneliti memberikan beberapa catatan tentang klausul dan praktik yang harus dimasukkan dalam polis dan diperhatikan oleh perusahaan asuransi syariah.

a. perusahaan asuransi syariah perlu melihat UU No : 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terkait kewajibannya selalku pe;aku usaha dan pencantuman klausula baku dalam polis. Untuk menghindarti persepsi yang keliru atau berbeda, perusahaan asuransi harus memberikan waktu yang cukup dan penjelasana secara layak kepada Peserta sebelum Peserta sepakat dengan seluruh isi polis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerugian pada ke dua belah pihak. Penjelasan ini juga dalam rangka menghindari unsur ketidakpastian terkait dengan hak-hak Peserta.

b. Mengingat polis merupakan standar kontrak yang berdasarkan pada perjanjian, maka selain terikat pada isi polis sebagai perjanjian,maka diperluka pemahaman yang komprehensif terhadap seluruh ketentuan yang berlaku bagi asuransi syariah, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) sebagai organisasi yang menerbitkan pedoman perlu menindaklanjuti kewajiban penyesuaian polis seluruh asuransi syariah dengan pedoman ini dengan melakukan c. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) sebagai organisasi yang menerbitkan pedoman perlu menindaklanjuti kewajiban penyesuaian polis seluruh asuransi syariah dengan pedoman ini dengan melakukan

d. Asosiasi perlu melakukan kordinasi dengan OJK terkait standarisasi polis ini, khususnya menyangkut pelanggaran dan ketidakpatuhan terhadap prinsip syariah yang terkandung dalam polis.