Jenis regulasi yang tepat untuk memuat kewajiban sertifikasi bagi perusahaan asuransi syariah baik di level manajemen maupun agen penjual

5.2 Jenis regulasi yang tepat untuk memuat kewajiban sertifikasi bagi perusahaan asuransi syariah baik di level manajemen maupun agen penjual

5.2.1 Peraturan OJK tentang kewajiban sertifikasi kelembagaan

Berdasarkan analisa tim peneliti, langkah konkrit untuk menjamin kepatuhan terhadap prinsip syariah adalah dengan memberikan landasan hukum yang kokoh dan penegakan hukum berupa law enforcement. Mengingat lex generalis (aturan umum) yang berlaku adalah UU Perasuransian yang juga berlaku untuk aktivitas asuransi konvensional. Saat ini, asuransi syariah belum memungkinkan untuk mengajukan regulasi khusus sebagaimana telah dicontohkan oleh perbankan yang secara tegas mengatur perbankan syariah dalam satu undang-undang tersendiri. berdasarkan hasil penelitian lapangan, diperoleh keterangan bahwa bahwa usulan pembentukan undang-undang asuransi syariah hanya dapat dilakukan apabila apabila minimal terdapat 5 perusahaan asuransi yang mandiri. Sementara syarat tersebut belum dapat dipenuhi oleh pelaku asuransi syariah. Oleh karan itu , spin off unit syariah menjadi PT Asuransi Berdasarkan analisa tim peneliti, langkah konkrit untuk menjamin kepatuhan terhadap prinsip syariah adalah dengan memberikan landasan hukum yang kokoh dan penegakan hukum berupa law enforcement. Mengingat lex generalis (aturan umum) yang berlaku adalah UU Perasuransian yang juga berlaku untuk aktivitas asuransi konvensional. Saat ini, asuransi syariah belum memungkinkan untuk mengajukan regulasi khusus sebagaimana telah dicontohkan oleh perbankan yang secara tegas mengatur perbankan syariah dalam satu undang-undang tersendiri. berdasarkan hasil penelitian lapangan, diperoleh keterangan bahwa bahwa usulan pembentukan undang-undang asuransi syariah hanya dapat dilakukan apabila apabila minimal terdapat 5 perusahaan asuransi yang mandiri. Sementara syarat tersebut belum dapat dipenuhi oleh pelaku asuransi syariah. Oleh karan itu , spin off unit syariah menjadi PT Asuransi

Berdasarkan pertimbangan regulasi, maka jenis regulasi yang memungkinkan untk mengatur kewajiban sertifikasi kelembagaan adalah Otoritas jasa Keuangan (OJK) berdasarkan masukan dari Asosiasi dan lembaga terkait. Adapun produk hukum yang menjadi landasan hukumnya adalah Peraturan OJK. Adapun sifat peraturan sertifikasi ini adalah obligatory rules atau ketentuan yang sifatnya memaksa, sehingga setiap pelangaran terhadap kewajiban tersebut dikenakan sanksi yang tegas dan jelas. Penegakan hukum diperlukan untuk menjamin kepatuhan terhadap prinsip

5.2.2 Sertifikasi agen penjual oleh AASI dan lembaga

Polis standar sebagai dasar hubungan hukum antara Peserta dan Perusahaan wajib disampaikan kepada Peserta. Seluruh isi polis wajib dimaknai secara sama baik oleh Perusahaan dan Peserta. Informasi yang disampaikan wajib terbebas dari keragu-raguan, penyesatan, kekhilafan dan paksaan. Peserta harus masuk ke dalam akad dengan kehendak yang bebas dan memberikan kesepakatannya terhadap isi polis. Untuk menjamin hal tersebut, agen penjual sebagai ujung tombak wajib menguasai isi polis dan menguasai prinsip syartiah dalam aktivtas asuransi syariah. Untuk menjamin kepatuhan agen penjual terhadap kompetensinya, maka sertifikasi agen penjual menjadi syarat mutlak bagi setiap perusahaan asuransi syariah.

Saat ini program sertifikasi masih terus dilakukan oleh AASI bekerja sama dengan organisasi terkait. Permasalahan aspek hukum adalah kewajiban sertifikasi yang bersifat administratif. Sejalan dengan gagasan mengubah sifat sertifikasi dari voluntary rules menjadi obligatory rules , maka sertifikasi menjadi wajib bagi seluruh perusahaan asuransi syariah, khususnya sertifikasi sumber daya manusia yang akan menegakkan prinsip syariah dalam praktik.

5.2.2.1 Akibat hukum tidak memenuhi sertifikasi

Konsekunesi yuridis dari sifat kewajiban sertifikasi menjadi obligatory rules adalah sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kewajiban sertifikasi tersebut. Hal ini diperlukan bagi industriasuransi syariah untuk menjaga tingkat kepatuhan terhadap prinsip syariah dan perlindungan terhadap Peserta sebagai konsumen. Selain sanksi administratif, maka sanksi perdata dan pidana menjadi relevan untuk dimasukkan dalam regulasi. Sejalan dengan perkembangan pendekatan sanksi pidana yang mengarah kepada restorative justice approach, tim peneliti menawarkan sanksi pidana denda bagi pelaku yang tidak mematuhi kewajiban sertifikasi. Selain itu, dalam hal kelalain melakukan sertifikasi menimbulkan kerugian baik immaterial maupun material, maka Peserta diberi kemungkinan untuk melakukan gugatan secara perdata