Kerangka Berpikir

B. Kerangka Berpikir

Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah proses belajar-mengajar. Apabila proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan baik maka tujuan pembelajarannya pun akan dapat dicapai. Ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar seorang siswa, baik dari luar atau lingkungan siswa maupun faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor luar yang ikut berperan dalam keberhasilan pembelajaran antara lain; pendekatan pembelajaran yang digunakan, metode pembelajaran, media pembelajaran dan situasi belajar. Faktor dari dalam diri siswa misalnya adalah kecerdasan yang dimiliki siswa, keaktifan, dan semangat dari siswa.

Model pembelajaran mempunyai peran penting dalam keberhasilan pembelajaran maka guru dituntut dapat memilih pendekatan yang tepat agar pembelajaran dapat berjalan optimal dan berhasil dengan baik. Dalam rangka menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang baik agar tercapai tujuan pengajaran, penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif ini menekankan penempatan siswa dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda sehingga siswa dipacu untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan materi belajarnya. Dari hal tersebut maka diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran tersebut siswa benar-benar memahami materi pembelajaran dengan bekerjasama antar siswa.

Pembelajaran kooperatif bisa dikembangkan dengan banyak tipe, di antaranya : tipe Jigsaw dan STAD. Alasan mengapa tipe ini bisa diterapkan dalam pembelajaran kooperatif karena dari kedua model pembelajaran ini sama-sama menekankan peran aktif dari siswa, sehingga siswa akan berusaha memahami materi pelajaran dengan cara aktif bekerjasama antar teman. Kedua model pembelajaran ini sama-sama membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Dari pembagian kelas menjadi beberapa kelompok kecil tersebut siswa dituntut untuk berinteraksi dan bertukar pendapat, sehingga bisa menambah pengetahuan Pembelajaran kooperatif bisa dikembangkan dengan banyak tipe, di antaranya : tipe Jigsaw dan STAD. Alasan mengapa tipe ini bisa diterapkan dalam pembelajaran kooperatif karena dari kedua model pembelajaran ini sama-sama menekankan peran aktif dari siswa, sehingga siswa akan berusaha memahami materi pelajaran dengan cara aktif bekerjasama antar teman. Kedua model pembelajaran ini sama-sama membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Dari pembagian kelas menjadi beberapa kelompok kecil tersebut siswa dituntut untuk berinteraksi dan bertukar pendapat, sehingga bisa menambah pengetahuan

Dengan penggunaan dua tipe Jigsaw dan STAD dalam proses pembelajaran akan memberikan hasil kemampuan kognitif yang tidak sama. Hal ini berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan, walaupun sama-sama pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD namun memiliki perbedaan cara pembelajaran. STAD adalah diskusi murni dimana siswa akan memecahkan masalah bersama dalam kelompok, sedangkan Jigsaw siswa akan bertindak sebagai anggota kelompok diskusi sekaligus sebagai kelompok ahli, mereka akan berfikir dua kali, pertama untuk menyelesaikan masalah bersama kelompok ahli kedua akan menyampaikan dalam kelompok masing-masing. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh David W Johnson, dkk, dimana pembelajran kooperatif jigsaw lebih baik dari STAD dalam kaitannya pembelajaran ilmu pengetahuan alam. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7 Rating Of Direct-Conceptual Nature Of Cooperative Learning Methods

Dalam proses pembelajaran dengan adanya dua kelompok siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan rendah akan diperoleh hasil antara masing-masing siswa yang tidak sama. Hal ini karena setiap siswa memiliki kemampuan penerimaan terhadap suatu materi atau pengetahuan yang berbeda-beda, ada yang memiliki kemampuan tinggi dan ada yang rendah, serta tingkat keaktifan siswa Dalam proses pembelajaran dengan adanya dua kelompok siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan rendah akan diperoleh hasil antara masing-masing siswa yang tidak sama. Hal ini karena setiap siswa memiliki kemampuan penerimaan terhadap suatu materi atau pengetahuan yang berbeda-beda, ada yang memiliki kemampuan tinggi dan ada yang rendah, serta tingkat keaktifan siswa

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif dan keaktifan siswa memiliki hubungan yang erat yaitu dengan keaktifan siswa maka pembelajaran kooperatif mampu berjalan, tanpa adanya keaktifan siswa dalam kelompok untuk memecahkan masalah maka pembelajaran kooperatif akan terhenti karena tidak ada kegiatan kerjasama antar siswa.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dibuat paradigma penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.7. Paradigma Penelitian