Analisis Estetika

C. Analisis Estetika

Berdasarkan penjelasan mengenai estetika dari Nanang Rizali yaitu bahwa estetika merupakan pencerapan atau cerapan indera dan pencerapan tidak hanya melibatkan indera tetapi juga proses psikofisik seperti asosiasi, pemahaman, khayal, kehendak dan emosi yang kesemuanya itu dapat dilihat dan dirasakan dari satu karya seni batik termasuk diantaranya adalah Motif Batik Banyumasan. Berikut adalah contoh- contoh motif Batik Banyumasan yang dikaji dalam penelitian ini yang antara lain :

1. Motif Batik Banyumasan

Gambar 26. Motif Jonas Ukel Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Jonas

Motif Burung

Gambar 27. Pecah pola yang membentuk motif burung

Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Membentuk motif belah ketupat Isen-isen bentuk ukel

Gambar 27. Pecah pola yang membentuk motif belah ketupat Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Warna merah sebagai warna khas pada pinggiran motif Batik Banyumasan

Gambar 28. pecah pola yang membentuk motif pinggiran khas batik Banyumasan Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Membentuk motif bunga

Gambar 29. Pecah pola yang membentuk motif bunga Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

1. Analisis motif Jonas Ukel Kebudayaan dan kesenian daerah Banyumas dapat dikatakan dekat dengan Daerah Solo dan Jogja termasuk seni batiknya. Khususnya pada seni batik, terlihat selera dan gayanya baik dalam warnanya maupun ragam hias condong ke Batik Solo. Konon menurut cerita orang dulu, asal mulanya batik Banyumas dibawa pengungsi-pengungsi dari daerah Solo ketika di Kerajaan Mataram terjadi perang saudara sebagai akibat siasat pemecah belahan Belanda. Sekitar tahun 1680, Pangeran Puger yang terdesak oleh Amangkurat II dan VOC Belanda melarikan diri ke arah Barat di daerah sekitar Banyumas sehingga terdapat persamaan antara batik Banyumas dengan batik Solo.

Berdasarkan keterangan Bapak Iskandar Tirtabrata selaku ketua koperasi batik Indonesia PERBAIN yaitu bahwasannya batik asli disebut batik Jonas. Nama ”Jonas” sebenarnya merupakan adaptasi dari batik ”Yonasan” hasil karya pembatik asing bernama Yonas yang bermukim di Solo semasa penjajahan Belanda.

Ciri khas batik Yonasan adalah pada warna sogannya yaitu agak merah kekuningan, mirip sogan hasil karya Hardjonegoro di masa kini sedangkan komposisi warna pada batik Jonas ini yaitu dengan menggunakan warna putih, hitam/ biru pekat, Ciri khas batik Yonasan adalah pada warna sogannya yaitu agak merah kekuningan, mirip sogan hasil karya Hardjonegoro di masa kini sedangkan komposisi warna pada batik Jonas ini yaitu dengan menggunakan warna putih, hitam/ biru pekat,

Komposisi bentuk motif Jonas terdiri dari motif flora dan fauna sebagai ornamen tambahan serta terdapat motif bentuk belah ketupat sebagai ornamen utama yang di dalamnya diisi dengan isen-isen ukel sehingga disebut dengan Motif Jonas Ukel. Motif utama terdiri dari bentuk-bentuk belah ketupat. Bentuk belah ketupat yang dipadukan dengan isen-isen bentuk ukel ini menjadi satu kesatuan (unity). Berdasarkan analisis motif utama di atas unsur-unsur desain dapat menciptakan unity, balance dan harmony. Balance terlihat pada perpaduan warna yang seimbang antara warna sogan/ coklat kekuningan khas Batik Banyumasan dengan warna coklat tua tetapi dengan sentuhan sedikit warna merah pada pinggiran motif sedangkan harmony terlihat pada perpaduan bentuk geometris pada belah ketupat yang cenderung mengesankan tegas, maskulin tetapi terdapat sentuhan motif flora dan fauna yang mengesankan kelembutan dan feminim sehingga menciptakan keselarasan. Maka estetika dari Batik motif Jonas ini dapat dilihat secara visual dari unsur unity antara bentuk belah ketupat yang diisi dengan isen-isen bentuk ukel, harmony terlihat dari warna serta keselarasan yang terlihat dari keseluruhan bentuk-bentuk dalam motif Batik Jonas tersebut.

Motif Jonas Ukel ini memiliki ciri yaitu terdapat seret merah di bagian pinggirannya dan bisa terbentuk motif tersebut karena secara turun-temurun telah berlaku di kalangan para pembatik.

Kajian estetis pada Motif Batik Jonas Ukel ini terdiri dari beberapa unsur yaitu titik, garis, goresan, bidang, ukuran, warna dan lain sebagainya. Beberapa unsur tersebut merupakan bagian dari bentuk yang dapat dilihat secara visual. Titik yang tersusun membentuk garis-garis dan garis yang terhubung akan membentuk suatu bidang yaitu bidang belah ketupat. Garis yang terdapat pada motif ini tidak hanya berupa bidang tetapi juga diwujudkan dalam isen-isen yaitu bentuk ukel, ukuran masing-masing bentuk motif juga sangat tepat antara besar kecilnya ukuran burung, bunga dan ukuran belah ketupat sedangkan pada goresan berkaitan dengan bagaimana cara seorang pembatik dalam mengekspresikan dirinya pada motif tersebut. Hal ini dapat dilihat dari proses pembuatan pola serta pada proses mencanting kain, jadi tiap motif mempunyai karakter goresan yang berbeda tergantung pada tangan masing-masing pembatik. Dalam motif Jonas Ukel ini, goresan terlihat pada bentuk motif burung dan bentuk motif bunga. Walaupun pada proses pembuatan pola telah terdapat gambar-gambar motif yang akan dibuat dan seorang pembatik hanya memindah gambar motif ke atas kain tetapi jika seorang pembatik tidak mempunyai cita rasa seni yang tinggi maka goresan yang dihasilkan akan berbeda dan berkesan tidak bernilai estetis atau secara visual tidak ada sesuatu yang menarik dari kain batik tersebut.

Komposisi yang tepat antara titik, garis, bidang, goresan dan warna yang baik akan menciptakan suatu nilai estetis yang dapat dilihat secara visual dengan komposisi warna yang menggunakan warna coklat sogan kekuningan khas Banyumasan yang berpadu dengan warna merah pada pinggiran motif tersebut.

Pada bagian tengah motif belah ketupat terdapat isen-isen bentuk ukel serta terdapat beberapa isen-isen bunga kecil. Bunga memiliki makna filosofi yang baik.

Makna bunga adalah indah dan dapat pula diartikan sebagai bagian dari pohon yang dapat menghasilkan biji, buah maupun tanaman yang baru. Berdasarkan pertimbangan makna di atas maka diharapkan Batik Banyumasan yang merupakan salah satu warisan budaya dapat semakin bertambah dan berkembang sehingga kebudayaan khususnya di Banyumas tidak mudah hilang.

Terdapat motif burung Merak pada batik Jonas Ukel ini. Jenis burung Merak bentuknya hampir menyerupai burung Phoenik. Perbedaan yang tampak pada burung Phoenix yaitu mempunyai ekor yang panjang dan bergelombang. Oleh karena kemiripan dengan burung Merak tersebut maka kesulitan untuk membedakan dengan burung Merak. Burung merak pada zaman Hindu merupakan lambang kendaraan dewa perang Skanda Putera Syiwa dan Prawati. Burung tersebut juga banyak hidup di Kawasan hutan di pesisir. Burung merak tersebut sering muncul dalam seni yang berkembang di Cina dan burung merak tersebut dianggap sebagai lambang kebahagiaan.

Gambar 30. Motif Ayam Puger Sumber : Batik collection Santosa Doellah Gambar 30. Motif Ayam Puger Sumber : Batik collection Santosa Doellah

Warna merah sebagai warna khas Bentuk motif Ayam motif pinggiran Batik Banyumasan

Gambar 31. pecah pola yang terdiri dari motif ayam, kurungan ayam dan beberapa motif

segitiga dan motif geometris lainnya Sumber : Sumber : Batik collection Santosa Doellah

2. Analisis Motif Ayam Puger Komposisi bentuk motif ini yaitu terdapatnya motif ayam sebagai motif utama dan motif-motif geometris yang menjadi ornamen tambahan. Puger adalah sebutan jenis ayam. Nama corak ayam puger ditafsirkan sebagai lambang kepahlawanan Pangeran Puger yang melarikan diri ke Banyumas setelah terdesak oleh Amangkurat II dan VOC Belanda pada saat di Mataram pecah perang saudara. Ragam hias berupa ayam, kurungan ayam, dan beberapa motif segitiga serta motif geometris lainnya. Motif tersebut dibuat secara simetris dan direapet (berulang) satu langkah. Motif tersebut menciptakan balance (keseimbangan) yang terlihat pada perpaduan warna antara warna sogan kekuningan khas Batik Banyumasan dengan sentuhan warna merah pada pinggiran motif. Dari 2. Analisis Motif Ayam Puger Komposisi bentuk motif ini yaitu terdapatnya motif ayam sebagai motif utama dan motif-motif geometris yang menjadi ornamen tambahan. Puger adalah sebutan jenis ayam. Nama corak ayam puger ditafsirkan sebagai lambang kepahlawanan Pangeran Puger yang melarikan diri ke Banyumas setelah terdesak oleh Amangkurat II dan VOC Belanda pada saat di Mataram pecah perang saudara. Ragam hias berupa ayam, kurungan ayam, dan beberapa motif segitiga serta motif geometris lainnya. Motif tersebut dibuat secara simetris dan direapet (berulang) satu langkah. Motif tersebut menciptakan balance (keseimbangan) yang terlihat pada perpaduan warna antara warna sogan kekuningan khas Batik Banyumasan dengan sentuhan warna merah pada pinggiran motif. Dari

Komposisi warna terlihat pada perpaduan warna sogan kekuningan, hitam serta warna merah. Warna sogan khas Banyumas adalah coklat agak kuning kemerahan dan demikian pula warna latar dengan nuansa yang lebih muda, warna latar inilah yang diadaptasi daerah Ciamis, Tasikmalaya dan Garut dengan nuansa warna yang lebih kuning lembut karena ketiga daerah ini berdekatan letaknya.

Kajian estetis pada motif Ayam Puger ini hanya terlihat pada garis, bidang, ukuran serta warna. Garis yang terhubung membentuk motif geometris yang berupa motif kurungan ayam, motif ayam dan motif geometris lainnya. Ukuran masing-masing motif terlihat dapat menyesuaikan dengan ukuran motif flora yang terdapat pada bagian pinggir motif ini. Oleh karena motif ini merupakan motif Batik cap, jadi tidak terdapat goresan yang mencirikan motif tersebut karena motif yang dihasilkan sesuai dengan bentuk canting cap yang digunakan dan tidak terdapat sentuhan tangan pembatik. Kesemua unsur tersebut berpadu dengan komposisi warna yang tepat antara warna soga kekuningan khas Batik Banyumasan dan komposisi bentuk antara titik, garis, bidang dan ukuran yang semakin menambah ragam hias pada batik motif ini.

Terdapat makna simbolis dalam Motif Ayam Puger ini. Dalam perlambangan Eropa, ayam jantan dihubungkan dengan matahari yaitu pada saat matahari terbit yang Terdapat makna simbolis dalam Motif Ayam Puger ini. Dalam perlambangan Eropa, ayam jantan dihubungkan dengan matahari yaitu pada saat matahari terbit yang

Di Indonesia, perlambangan ayam jantan juga dikaitkan dengan keberadaan matahari. Pada saat matahari akan terbit yang ditandai dengan kokokan ayam jantan bagi masyarakat di pedesaan dipakai sebagai tanda bagi kaum muslim untuk mengerjakan sholat subuh.

Perlambangan ayam jago selain berkaitan dengan matahari juga dikaitkan dengan lambang kekuatan dan keberanian. Hal ini tampak dari arena adu ayam yang masih berlangsung di Jawa. Pada saat pertarungan ayam jantan tersebut tampak adanya kekuatan, keberanian dan kegagahan seekor ayam jantan.

Gambar 32. Motif Ayam Puger yang telah mengalami perkembangan Sumber : http://visitbanyumas.com

Komposisi bentuk pada motif Ayam Puger ini cenderung lebih bersifat dekoratif. Jadi motif Ayam, motif kurungan ayam, motif segitiga dan beberapa motif geometris lainnya tidak hanya berkesan mengisi bidang kain batik saja tetapi juga berfungsi untuk menghias batik dengan bentuk sedemikian rupa sehingga Motif Ayam Puger ini terlihat Komposisi bentuk pada motif Ayam Puger ini cenderung lebih bersifat dekoratif. Jadi motif Ayam, motif kurungan ayam, motif segitiga dan beberapa motif geometris lainnya tidak hanya berkesan mengisi bidang kain batik saja tetapi juga berfungsi untuk menghias batik dengan bentuk sedemikian rupa sehingga Motif Ayam Puger ini terlihat

Secara visual Motif Ayam Puger ini hanya menggunakan warna latar putih. Warna coklat tua sebagai warna motif dan sedikit warna hijau yang tidak beraturan di sekitar motif-motif tersebut tetapi dengan penggunaan warna yang sederhana justru menciptakan suatu karya seni yang mengesankan keselarasan (harmony) dan memunculkan karakteristik motif.

Kajian estetis terlihat pada titik, garis, bidang dan goresan, ukuran serta warna. Titik yang terhubung menciptakan garis yang menambah ragam hias pada motif, sedangkan garis yang terhubung membentuk bidang pada motif ayam, kurungan ayam dan motif segitiga. Selain itu terdapat goresan pada motif yang semakin menambah nilai estetis pada motif dengan ukuran yang serasi antara bentuk motif satu dan lainnya. Dapat dilihat bahwa motif ini telah mengalami perkembangan sehingga secara visual juga terlihat sangat menarik dengan komposisi warna yang walaupun sangat sederhana yaitu hanya terdapat warna coklat soga dengan warna putih sebagai warna dasar mori tetapi justru menciptakan adanya keindahan visual pada motif tersebut.

Di Eropa ragam hias ayam jago atau ayam jantan dihubungkan dengan matahari, atau sebagai lambang matahari. Ayam jantan berkokok memperdengarkan suaranya dipagi hari menandakan fajar matahari akan terbit. Ragam hias ayam jantan disebut pula keberanian, karena kebiasaan ayam jantan yang bertemu sesamanya untuk pertama kali pasti berlaga mengadu kekuatan. Di Jawa ayam jantan disebut pula ayam jago. Jago adalah unggas yang dibanggakan dalam suatu adu kekuatan, kompetisi, lomba, dan sejenisnya. Kebiasaan mengadu ayam jantan di Bali bukan suatu perbuatan kejahatan, Di Eropa ragam hias ayam jago atau ayam jantan dihubungkan dengan matahari, atau sebagai lambang matahari. Ayam jantan berkokok memperdengarkan suaranya dipagi hari menandakan fajar matahari akan terbit. Ragam hias ayam jantan disebut pula keberanian, karena kebiasaan ayam jantan yang bertemu sesamanya untuk pertama kali pasti berlaga mengadu kekuatan. Di Jawa ayam jantan disebut pula ayam jago. Jago adalah unggas yang dibanggakan dalam suatu adu kekuatan, kompetisi, lomba, dan sejenisnya. Kebiasaan mengadu ayam jantan di Bali bukan suatu perbuatan kejahatan,

Gambar 33. Motif Godong Telo Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Godong Telo

Bentuk motif godong telo/ daun singkong

Gambar 34. Pecah pola motif godong telo Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

3. Analisis Motif Godong Telo Komposisi bentuk Motif Godong Telo terdiri dari perpaduan motif flora sebagai ornamen utama dan motif batik remukan atau pecahan yang dijadikan sebagai motif dasar pada motif Godong Telo ini dan berfungsi sebagai ornamen tambahan. Motif remukan/ pecahan merupakan motif yang tercipta dari hasil peremasan kain yang telah diberi obat sebelumnya. Proses inilah yang akhirnya menciptakan kesan kain yang kusut atau terdapat garis-garis pada kain.

Pada motif Godong Telo ini merupakan suatu bentuk penggambaran secara realis dari daun Godong Telo atau Daun Singkong. Daun Singkong merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di daerah Banyumas dan sekitarnya selain dari tanaman lumbu atau daun talas, dan karena keindahan batik adalah keindahan sebuah seni hasil cipta karsa dan karya manusia yang tentunya juga dipengaruhi dari beragam budaya sosial termasuk segala sesuatu yang ada di muka bumi, maka hal inilah yang menciptakan adanya motif Godong Telo. Tema alam selalu menjadi trend pada motif-motif batik sehingga bentuk-bentuk motif flora maupun fauna selalu ada pada batik-batik di Indonesia.

Komposisi warna pada Motif Godong Telo yaitu menggunakan warna putih, hitam/ biru pekat sebagai warna daun singkong, serta warna cokelat/ sogan sebagai warna garis-garis pada kain.

Kajian estetis pada motif ini meliputi antara lain titik, garis, bidang, ukuran, goresan serta warna. Titik terlihat pada isen-isen motif bunga sedangkan garis terdapat Kajian estetis pada motif ini meliputi antara lain titik, garis, bidang, ukuran, goresan serta warna. Titik terlihat pada isen-isen motif bunga sedangkan garis terdapat

Motif Godong Telo ini membedakan dengan motif batik dari daerah lain yaitu bahwasannya di daerah Jawa Tengah seperti Solo atau Jogja, kata ”Telo” yang berarti ubi maka di daerah Banyumas dan sekitarnya kata ”Telo” berarti singkong. Jadi ”Godong Telo” merupakan daun singkong dan bukan daun ubi karena di Daerah Banyumas ubi itu sendiri disebut dengan ”munthul”.

Gambar 35. Motif Jahe Srimpang Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Jahe Srimpang

Membentuk Motif Jahe Isen-isen bentuk cecek/titik

Gambar 36 . Pecah pola yang membentuk motif Jahe Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

4. Analisis Motif Jahe Srimpang Komposisi bentuk Motif Jahe Srimpang hanya menggunakan motif jahe sebagai motif utama dan motif geometris yang terdapat di bagian pinggiran motif yang berfungsi sebagai ornamen tambahan. Motif jahe yang dibuat juga cenderung sama atau monoton sehingga hanya berkesan mengisi bidang-bidang yang kosong. Terdapat isen-isen titik/ cecek di bagian tengah motif jahe tersebut serta terdapat sedikit motif pinggiran berupa motif geometris.

Visualisasi warna yaitu menggunakan warna pelataran hitam, warna merah pada motif Jahe Srimpang sebagai motif utama serta warna putih yang digunakan sebagai kontur (garis tepi/ garis pinggir) pada motif Jahe.

Motif Jahe Srimpang ini merupakan motif yang tercipta karena suatu bentuk perubahan dari jaman kademangan hingga pada masa sekarang. Hal ini terlihat pada warna Batik Motif Jahe Srimpang dimana pada masa kerajaan mataram semua batik hanya menggunakan warna asli seperti putih, hitam dan coklat/ sogan maka pada masa sekarang kain batik cenderung menggunakan warna-warna yang cerah.

Kajian estetis hanya terlihat pada titik, garis, bidang dan ukuran. Titik terdapat pada isen-isen bentuk cecek di dalam motif jahe, garis yang terhubung membentuk Kajian estetis hanya terlihat pada titik, garis, bidang dan ukuran. Titik terdapat pada isen-isen bentuk cecek di dalam motif jahe, garis yang terhubung membentuk

Makna simbolis pada motif jahe srimpang ini yaitu bahwa Jahe atau orang Banyumas biasa menyebut dengan istilah Jayan/ jahean ini merupakan tanaman apotek hidup yang bermanfaat, yang digunakan sebagai bumbu masakan tertentu dan juga sebagai bahan campuran minuman atau permen sehingga dijadikan pula sebagai motif Batik Banyumasan.

Gambar 37. Motif Jahe Srimpang yang telah mengalami perubahan Sumber: http://www.banyumaskab.go.id

Komposisi bentuk terdiri motif jahe sebagai motif utama atau ornamen utama dan isen-isen sebagai ornamen tambahan. Komposisi tersebut terdiri dari unsur titik, garis, bidang, ukuran, goresan serta warna. Titik terdapat pada isen-isen bentuk cecek yang berada di tengah motif, garis terdapat pada kontur motif sehingga membentuk Komposisi bentuk terdiri motif jahe sebagai motif utama atau ornamen utama dan isen-isen sebagai ornamen tambahan. Komposisi tersebut terdiri dari unsur titik, garis, bidang, ukuran, goresan serta warna. Titik terdapat pada isen-isen bentuk cecek yang berada di tengah motif, garis terdapat pada kontur motif sehingga membentuk

Gambar 38. Motif Jahe Srimpang yang telah mengalami perkembangan Sumber: http://batikzakiyyah.wordpress.com/2009/11/02/batik-banyumasan/

Komposisi bentuk pada Motif Jahe Srimpang yang kedua ini terdiri dari unsur- unsur motif Jahe sebagai motif utama serta terdapat motif tanaman dan hewan lainnya sebagai ornamen tambahan. Seperti terdapat di Daerah lain, di Daerah Banyumas juga sebagian besar menggunakan motif flora dan fauna sebagai tema pada penciptaan kain Komposisi bentuk pada Motif Jahe Srimpang yang kedua ini terdiri dari unsur- unsur motif Jahe sebagai motif utama serta terdapat motif tanaman dan hewan lainnya sebagai ornamen tambahan. Seperti terdapat di Daerah lain, di Daerah Banyumas juga sebagian besar menggunakan motif flora dan fauna sebagai tema pada penciptaan kain

Komposisi warna pada motif ini terlihat dari warna merah sebagai warna dominan pada motif jahe, serta terdapat warna hitam dan putih pada motif tambahannya. Warna merah adalah simbol dari nafsu amarah, berasal dari unsur api yang disimbolkan motif lidah api. Nafsu amarah berada di dalam darah yang mengalir ke seluruh tubuh dan munculnya lewat indera telinga atau pendengaran. Kesan yang dipancarkan warna merah adalah mengurai tenaga, mempercepat pernafasan. Warna merah mempunyai dorongan ke arah kerja aktif, memenangkan pertandingan, perjuangan, persaingan, erotisme dan produktifitas. Nafsu amarah yang disimbolkan oleh warna merah mempunyai sifat mudah tersinggung, pemarah, keras kepala, pemberontak, sombong dan kejam. Apabila bisa mengendalikan nafsu amarah, maka orang akan bersifat pemberani atas kebenaran, kreatif, bersemangat, teguh dan bersifat kepahlawanan. Nafsu amarah menjadi saluran nafsu-nafsu yang lain dan akan bekerja apabila mendapat daya dan kekuatan nafsu supiyah.

Kajian estetis terlihat pada bentuk titik, garis dan bidang, ukuran serta warna. Bentuk titik terdapat pada isen-isen dalam motif jahe, tanaman jahe serta bentuk fauna sedangkan garis yang membentuk bidang-bidang juga terdapat pada semua motif yang berupa motif jahe, tanaman jahe serta bentuk fauna yang berupa bentuk bebek dengan Kajian estetis terlihat pada bentuk titik, garis dan bidang, ukuran serta warna. Bentuk titik terdapat pada isen-isen dalam motif jahe, tanaman jahe serta bentuk fauna sedangkan garis yang membentuk bidang-bidang juga terdapat pada semua motif yang berupa motif jahe, tanaman jahe serta bentuk fauna yang berupa bentuk bebek dengan

Gambar 39. Bentuk modifikasi dari motif jahe srimpang Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Motif di atas berbeda dengan motif-motif sebelumnya karena motif ini merupakan bentuk pengembangan dari batik motif Jahe Srimpang dan Motif bentuk kupu-kupu serta bidang geometris. Motif Jahe Srimpang yang menggunakan warna dominan coklat soga dan warna hitam yang disebut dengan warna biru wedelan. Komposisi bentuk pada motif ini terdiri dari motif jahe sebagai ornamen utama serta motif kupu-kupu dan motif bentuk geometris sebagai ornamen tambahan.

Visualisasi warna terlihat pada perpaduan warna hitam sebagai warna pelataran, warna coklat soga pada motif jahe dan warna kuning sebagai warna kontur/ garis Visualisasi warna terlihat pada perpaduan warna hitam sebagai warna pelataran, warna coklat soga pada motif jahe dan warna kuning sebagai warna kontur/ garis

Gambar 40. Motif Kawung Ketib dengan lung-lungan Sumber: Batik collection Santosa Doellah

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Kawung Ketib dengan Lung-lungan

Motif bentuk lung-lungan/tanaman lung Motif bentuk kawung

Gambar 41. Pecah pola motif kawung ketib dengan lung-lungan Sumber : Batik collection Santosa Doellah

5. Analisis Motif Kawung Ketib dengan lung-lungan Komposisi bentuk Motif Kawung Ketib ini terdiri dari gabungan bentuk motif lingkaran sebagai motif utama dan bentuk motif flora yang berupa tanaman lung sebagai ornamen tambahan. Motif Kawung yang biasanya berbentuk lingkaran lonjong tetapi dalam motif ini berbentuk lingkaran bulat penuh dan dipadukan dengan bentuk tanaman lung-lungan dengan tangkai yang sangat kecil yang hanya berupa garis dan bentuk daun yang runcing. Motif kawung ini terdiri dari bentuk lingkaran bulat penuh sebagai motif utama yang direapet (diulang) satu langkah dan motif ini merupakan perpaduan motif geometris dan non geometris.

Dalam Motif ini terdapat komposisi warna yang terlihat dari perpaduan warna sogan kekuningan sebagai warna motif kawungnya dan warna hitam kehijauan pada sebagian bentuk daun serta warna merah sebagai warna khas Batik Banyumasan pada motif pinggirannya. Warna sogan kekuningan atau warna kuning gading ini adalah merupakan ciri khas batik Garut, kebanyakan warna latar kain Garut adalah kuning. Warna kuning adalah simbol nafsu supiyah, berasal dari unsur air yang disimbolkan motif binatang air seperti naga, ikan dan katak. Nafsu supiyah bersemayam di dalam Dalam Motif ini terdapat komposisi warna yang terlihat dari perpaduan warna sogan kekuningan sebagai warna motif kawungnya dan warna hitam kehijauan pada sebagian bentuk daun serta warna merah sebagai warna khas Batik Banyumasan pada motif pinggirannya. Warna sogan kekuningan atau warna kuning gading ini adalah merupakan ciri khas batik Garut, kebanyakan warna latar kain Garut adalah kuning. Warna kuning adalah simbol nafsu supiyah, berasal dari unsur air yang disimbolkan motif binatang air seperti naga, ikan dan katak. Nafsu supiyah bersemayam di dalam

Kajian estetis terlihat pada garis, bidang, ukuran, goresan serta warna. Garis yang terhubung membentuk bidang yaitu bidang bentuk bulat pada motif kawung dengan ukuran yang telah disesuaikan antara masing-masing motif sedangkan goresan terdapat pada bentuk tanaman lung yang berkesan natural dan bebas. Jadi pada motif ini memadukan antara bentuk motif geometris dan nongeometris dengan teknik menggunakan alat cap serta menggunakan canting tulis. Batik ini merupakan batik yang mendapat pengaruh dari seorang wanita keturunan Belanda yang bernama Van Osterom yang juga tercatat sebagai juragan batik. Beberapa unsur yang merupakan bagian dari komposisi bentuk tersebut berpadu dengan komposisi warna yaitu dengan menggunakan warna coklat soga khas batik Banyumasan serta warna merah pada bagian pinggiran motif yang juga merupakan warna khas batik motif Banyumasan yang semakin menambah ragam hias pada batik motif tersebut.

Motif lingkaran sebagai motif utama pada motif ini. Lingkaran adalah lambang permulaan semua ciptaan. Jadi, lingkaran juga merupakan lambang keagungan dan Motif lingkaran sebagai motif utama pada motif ini. Lingkaran adalah lambang permulaan semua ciptaan. Jadi, lingkaran juga merupakan lambang keagungan dan

Gambar 42. Motif Kawung Ketib Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Motif Kawung merupakan motif geometis dan pola geometris merupakan pola tertua dengan komposisi motif diatur berjajar yang dibentuk oleh empat buah lingkaran yang bersinggungan yang mempunyai titik pusat, sehingga diartikan sebagai kekuasaan. Visualisasi bentuk motif Kawung Ketib ini hanya didominasi dengan bentuk lingkaran bulat penuh yang tersusun secara geometris dan reapeat. Pola kawung ini disusun rapat dengan latar belakang tidak tampak dan terbentuk motif tersebut karena diilhami dari biji terbelah. Diantara motif-motif lingkaran tersebut terdapat isen-isen bentuk cecek lima atau isen-isen berupa titik yang berjumlah lima buah.

Kajian estetis terlihat pada bentuk titik, garis, bidang dan goresan. Titik tidak terdapat pada isen-isen tetapi justru terdapat di luar motif kawung yang berbentuk cecek Kajian estetis terlihat pada bentuk titik, garis, bidang dan goresan. Titik tidak terdapat pada isen-isen tetapi justru terdapat di luar motif kawung yang berbentuk cecek

motif. Inilah yang dinamakan goresan pada kain yang berarti merupakan sentuhan yang diberikan seorang pembatik sehingga menimbulkan kesan tertentu pada motif tersebut.

Pada visualisasi warna hanya menggunakan warna kuning sebagai warna motif lingkaran dan warna hitam sebagai warna dasar pada batik. Warna hitam adalah simbol nafsu luwamah, berasal dari unsur tanah yang disimbolkan pada dasar warna hitam. Nafsu luwamah berada dalam daging yang mengalir melalui indera mulut. Warna hitam mengandung makna keluhuran budi, arif bijaksana, waskita, jatmika dan keteguhan dalam perjuangan demi pengabdian. Di samping itu, warna hitam menggambarkan kesan kehampaan, kematian, kegelapan, kebiasaan, kerusakan dan kepunahan.

Nafsu luwamah yang disimbolkan warna hitam tersebut mengalir lewat mulut, melahirkan perasaan benci, serakah dan sifat-sifat yang berhubungan dengan kenikmatan jasmani, yaitu lapar, haus, sex, panas dan dingin. Nafsu luwamah hanya dapat bekerja apabila mendapat daya dan kekuatan nafsu amarah. Apabila manusia mampu mengendalikan nafsu ini, maka ia akan menjadi manusia yang teguh dan berbudi pekerti luhur.

Motif Kawung mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Sudah hukum karma, bahwa orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang lama. Misalnya, seorang petani yang bekerja giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu, tentu dia akan memanen hasil padi yang berlipat di kemudian Motif Kawung mengandung makna bahwa keinginan dan usaha yang keras akan selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Sudah hukum karma, bahwa orang yang bekerja keras pasti akan menuai hasil, walaupun kadang harus memakan waktu yang lama. Misalnya, seorang petani yang bekerja giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu, tentu dia akan memanen hasil padi yang berlipat di kemudian

Gambar 43. Motif Parang Bebek Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Parang Bebek

Isen-isen bentuk cecek/ titik Membentuk motif bebek

Gambar 44. Pecah pola dengan dominan motif bebek Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

6. Analisis Motif Parang Bebek Komposisi bentuk Motif ini terlihat pada perpaduan bentuk motif parang dan bebek sehingga dinamakan motif parang bebek. Motif fauna yaitu motif bebek sebagai motif utama serta terdapat motif tambahan berupa motif parang yang merupakan susunan motif dengan arah diagonal. Pada pola parang merupakan bentuk perwujudan dari senjata tradisional yang diberi variasi dan isian. Terdapat isen-isen berupa cecek-cecek / titik-titik pada bagian tengah motif bebek serta terdapat isen-isen bentuk geometris di bagian tengah motif batang pohon.

Komposisi warna terlihat dengan menggunakan warna sogan yaitu warna coklat tua kehitaman sebagai warna dominan pada motif flora dan fauna serta warna coklat tua dan putih sebagai warna latar dari motif Parang Bebek ini. Dengan perpaduan bentuk motif yang sederhana antara motif bebek sebagai motif utama serta motif batang pohon sebagai motif tambahan tetapi justru menjadikan kedua motif tersebut sebagai satu kesatuan (unity) sehingga menciptakan keseimbangan (balance) dan keselarasan (harmony) dan memunculkan satu karakteristik pada kain batik motif parang bebek tersebut.

Kajian estetis dapat dilihat pada titik, garis, bidang dan goresan. Titik terdapat pada isen-isen bentuk cecek/titik, garis membentuk bidang yang terlihat pada bentuk bidang flora dan fauna, dan goresan terdapat pada motif remukan.

Makna Simbolis dari motif ini yaitu bahwa motif angsa dan bebek merupakan simbol kemurnian atau kesucian. Dalam mitologi China, bebek dan angsa merupakan simbol kebahagiaan, perkawinan dan kesetiaan.

Gambar 45. Motif Kekayon Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Kekayon

Ornamen Naga

Gambar 46. Pecah pola yang membentuk ornamen naga Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Isen-isen testes

Gambar 47. Pecah pola berupa isen-isen testes Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Isen-isen sawut yang membentuk seperti daun

Gambar 48. Pecah pola berupa isen-isen sawut Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

7. Analisis Motif Kekayon Komposisi bentuk dalam motif ini terlihat pada perpaduan bentuk motif naga sebagai motif utama serta terdapat beberapa isen-isen seperti cecek-cecek pada motif naga, isen-isen sawut yang membentuk seperti daun, testes sebagai ornamen tambahan/ pelengkap.

Komposisi warna dalam motif ini yaitu dengan menggunakan warna dominan hitam serta terdapat warna coklat tua dan kuning. Warna hitam adalah simbol nafsu luwamah , berasal dari unsur tanah yang disimbolkan motif warna hitam. Nafsu luwamah berada dalam daging yang mengalir melalui indera mulut. Warna hitam mengandung Komposisi warna dalam motif ini yaitu dengan menggunakan warna dominan hitam serta terdapat warna coklat tua dan kuning. Warna hitam adalah simbol nafsu luwamah , berasal dari unsur tanah yang disimbolkan motif warna hitam. Nafsu luwamah berada dalam daging yang mengalir melalui indera mulut. Warna hitam mengandung

Kajian estetis yang terdapat pada motif ini antara lain bentuk titik, garis, bidang, goresan serta warna. Titik terbentuk karena isen-isen bentuk cecek, garis terdapat pada bentuk motif isen-isen sawut yang membentuk seperti daun, terdapat bidang berupa bidang lingkaran pada motif naga dan pada motif tumbuhan. Beberapa unsur tersebut merupakan bagian dari komposisi bentuk yang dipadu dengan komposisi warna yaitu warna coklat soga, putih kekuningan khas Batik Banyumasan serta warna hitam sebagai warna dasar motif.

Nafsu luwamah yang disimbolkan warna hitam tersebut mengalir lewat mulut, melahirkan perasaan benci, serakah dan sifat-sifat yang berhubungan dengan kenikmatan jasmani, yaitu lapar, haus, sex, panas dan dingin. Nafsu luwamah hanya dapat bekerja apabila mendapat daya dan kekuatan nafsu amarah. Apabila manusia mampu mengendalikan nafsu ini, maka ia akan menjadi manusia yang teguh dan berbudi pekerti luhur.

Makna simbolis yaitu bahwa binatang naga pada zaman Hindu banyak menghiasi karya seni. Naga melambangkan dunia bawah dan lawan dari burung Garuda yang merupakan lambang dunia atas. Bentuk naga yang hampir mirip dengan ular menyebabkan kesulitan membedakan keduanya.

Binatang naga ini banyak menghiasi pula seni dari negeri China sehingga pada saat bangsa China mendarat di Pesisir banyak memberi aneka ragam hias bermotifkan naga. Motif Naga ini melambangkan laki-laki dan sebagai pelindung dari gangguan Binatang naga ini banyak menghiasi pula seni dari negeri China sehingga pada saat bangsa China mendarat di Pesisir banyak memberi aneka ragam hias bermotifkan naga. Motif Naga ini melambangkan laki-laki dan sebagai pelindung dari gangguan

Gambar 49. Motif Lumbon Sumber: http://rumahbatikzakiyah.blogspot.com

a. Bagian-bagian/ isen-isen yang membentuk Motif Lumbon

Isen-isen cecek /titik

Bentuk motif daun lumbon/daun talas

Gambar 50. Pecah pola motif lumbon Sumber : http://rumahbatikzakiyah.blogspot.com

8. Analisis Motif Lumbon Komposisi bentuk pada motif ini dominan dengan bentuk daun lumbon atau daun talas sebagai ornamen utama dan bentuk isen-isen cecek serta sawut sebagai ornamen tambahan. Daun talas ini merupakan tanaman khas dari daerah Banyumas dan 8. Analisis Motif Lumbon Komposisi bentuk pada motif ini dominan dengan bentuk daun lumbon atau daun talas sebagai ornamen utama dan bentuk isen-isen cecek serta sawut sebagai ornamen tambahan. Daun talas ini merupakan tanaman khas dari daerah Banyumas dan

Kajian estetis pada motif ini terdapat pada bentuk titik, garis, bidang dan warna. Titik terdapat pada isen bentuk cecek-cecek/ titik-titik dan isen-isen sawut, garis membentuk bidang yaitu pada bidang bentuk daun talas. Beberapa unsur yang termasuk dalam komposisi bentuk tersebut berpadu dengan komposisi warna yaitu dengan warna coklat soga dan hitam pada motif serta warna putihnya mori sebagai warna dasar motif.

Komposisi warna dalam motif lumbon dominan pada coklat tua sebagai warna motif daun talas sebagai motif utama, warna putih sebagai warna latar serta warna hitam pada garis-garis di dalam motif lumbon. Warna coklat soga diartikan sebagai warna merah. Warna putih merupakan simbol dari nafsu mutmainah, berasal dari unsur udara yang disimbolkan motif burung atau binatang bersayap. Nafsu mutmainah berada di dalam hidung atau indera penciuman. Sifat dari nafsu ini adalah suci, berterus terang, bakti, belas kasih serta teguh. Sesuai dengan kesan warna putih yang suci, bersih, murni, tenteram, bahagia dan luhur. Nafsu ini merupakan penerang bagi nafsu-nafsu yang lain untuk berbuat ke arah kebaikan.

Gambar 51. Motif Lumbon yang mengalami perkembangan

Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Komposisi bentuk pada motif di atas pada dasarnya masih sama dengan motif Lumbon yang sebelumnya yaitu masih mempertahankan bentuk motif daun talasnya dan dengan ukuran yang juga sama serta bentuk motif daun talas yang masih berperan sebagai ornamen utama. Pada Isen-isen juga masih menggunakan isen-isen cecek renteng , isen-isen sawut dan isen- isen sisik yang diulang pada bagian motif. Tetapi dari segi warna dibuat sesuai dengan ciri khas dari batik Banyumasan yang dominan menggunakan warna cokelat soga dan biru wedelan atau warna hitam.

Kajian estetis tercipta karena adanya titik, garis, bidang, ukuran serta warna. Titik terdapat pada isen-isen cecek, garis yang terhubung membentuk bidang yaitu bidang yang berbentuk daun talas serta dengan perpaduan warna coklat soga, biru wedelan dan kuning pucat semakin menambah ragam hias pada motif ini.

Gambar 52. Motif Lumbon yang mengalami perubahan Foto: Dokumentasi April Liana Puspitasari

Komposisi bentuk pada motif di atas juga masih sama dengan bentuk-bentuk motif Lumbon yang sebelumnya. Pada isen-isen juga masih mempergunakan isen-isen berupa cecek renteng, sawut dan sisik. Perbedaan hanya terdapat pada warna.

Komposisi warna terlihat pada warna hitam sebagai warna pelataran serta warna hijau dan putih sebagai warna motif daun talas. Warna hijau yang dipergunakan merupakan warna hijau lumut yang merupakan warna sejuk.

Kajian estetis terlihat dari perpaduan antara titik, garis, bidang, ukuran serta warna merupakan bagian dari komposisi bentuk menjadi satu kesatuan (unity) sehingga menciptakan adanya keseimbangan (balance) dan keselarasan (harmony) dengan komposisi warna yaitu warna hijau lumut, hitam sebagai warna dasar pada motif serta warna putihnya mori yang memunculkan karakteristik pada batik Motif Lumbon tersebut.