serta sebanyak 18 adalah anak jalanan perempuan yang beresiko tinggi terhadap kekerasan seksual, perkosaan, kehamilan di luar nikah dan terinfeksi Penyakit
Menular Seksual PMS serta HIVAIDS.
6
Umumnya anak jalanan hampir tidak mempunyai akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan dan perlindungan. Keberadaan mereka cenderung ditolak
oleh masyarakat dan sering mengalami penggarukan sweeping oleh pemerintah kota setempat.
6
2.2.4 Proses terjadinya anak jalanan
Ada dua hipotesis kontradiktif tentang hal ihwal keberadaan anak jalanan di jalanan: mereka berada di jalan karena memang menikmati berada di jalan atau
karena mereka tidak punya pilihan lain.
2.2.5 Masalah yang dihadapi Anak Jalanan
a. Kekerasan dan eksploitasi seksual
Hampir seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan seksual terlebih bagi anak yang tinggal di jalanan. Ketika tidur, kerapkali
mereka menjadi korban dari kawan-kawannya atau komunitas jalanan, misalnya digerayangi tubuh dan alat vitalnya. Bentuk kekerasan lain adalah perkosaan.
Yayasan Setara Shalahuddin, 2000b dalam laporannya menyatakan bahwa 30 anak jalanan perempuan mengalami hubungan seksual pertama akibat
perkosaan. Tak jarang perkosaan dilakukan oleh sekelompok orang yang dikenal dengan istilah pangris atau Jepang baris.
7
b. Seks bebas dan Perilaku seksual usia dini
Seks bebas telah diketahui publik menjadi bagian dari kehidupan anak jalanan. Berbagai hasil penelitian anak jalanan yang ada semakin memperkuat
pandangan semacam itu. Beberapa penelitian tentang aktivitas seksual remaja telah mengindikasi adanya kecendrungan semakin meningkatnya kebiasaan
berhubungan seksual pranikah.
8
Berdasarkan pengalaman selama berinteraksi dengan anak jalanan biasanya anak yang memiliki pengalaman seksual berumur 15 tahun ke atas.
Namun, berdasarkan hasil monitoring dan investigasi Yayasan Setara pada awal tahun 2001, di salah satu kawasan mulai muncul perilaku seksual aktif pada
7
http:odishalahuddin.wordpress.com20100104anak-jalanan-studi-kasus-atas-persoalan-sosial Januari 2010 diakses tanggal 27 Mei 2010
8
Arida, S.dkk 2005. Seks dan Kehamilan Pranikah. Puast PSKK UGM: Yogyakarta
7
usia dini, yaitu di bawah 14 tahun. Setara mencatat ada 12 pasangan, dan satu pasangan diantaranya masih memiliki hubungan sedarah.
7
Perilaku seks bebas menyebabkan anak jalanan rentan terhadap ancaman terinveksi PMS dan HIV?AIDS dan bagi anak jalanan perempuan resiko
kehamilan menjadi tinggi. Tidak jarang anak jalanan perempuan yang terlanjur hamil harus menyabung nyawa, karena mereka memilih untuk menyelesaikan
masalah itu dengan cara aborsi yang jauh dari syarat kelayakan medis dan cenderung mengabaikan keselamaan jiwa mereka.
c. Penggunaan drugs
Sebagian besar anak jalanan telah mengkonsumsi minuman keras, pil dan zat-zat adiktif lainnya secara rutin. Ini tidak terbatas pada anak jalanan
laki-laki saja melainkan juga anak perempuan. Ada berbagai cara bagi mereka untuk mendapatkan drugs, seperti membeli, meminta, diberi dan merampas.
Ada juga yang mencoba mencari barang-barang yang murah dengan menghisap lem aica aibon.
Penelitian Setara 2000 mengungkapkan 62,5 anak jalanan perempuan mengkonsumsi minuman keras dan pil. Menurut Huijben 1999,
hal yang mendorong mereka mengkonsumsi karena dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu sebagian anak menggunakannya
untuk menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan.
7
d. Tindakan kriminal
Tindakan kriminal yang dilakukan anak jalanan secara kuantitas tampaknya meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan bentuk
yang lebih berani. Sebagai contoh, bila sebelumnya mereka hanya melakukan pemerasan sesama anak jalanan, kini mereka sudah berani melakukan
pemerasan, penodongan dan pencopetan ke masyarakat. Kegiatan ini tampaknya dipengaruhi pula oleh tingkat persaingan yang
tinggi sesama anak jalanan untuk mendapatkan uang sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan kriminal yang dinilai lebih
banyak menghasilkan.
2.2.6 Model Upaya Penanganan Anak Jalanan