usia dini, yaitu di bawah 14 tahun. Setara mencatat ada 12 pasangan, dan satu pasangan diantaranya masih memiliki hubungan sedarah.
7
Perilaku seks bebas menyebabkan anak jalanan rentan terhadap ancaman terinveksi PMS dan HIV?AIDS dan bagi anak jalanan perempuan resiko
kehamilan menjadi tinggi. Tidak jarang anak jalanan perempuan yang terlanjur hamil harus menyabung nyawa, karena mereka memilih untuk menyelesaikan
masalah itu dengan cara aborsi yang jauh dari syarat kelayakan medis dan cenderung mengabaikan keselamaan jiwa mereka.
c. Penggunaan drugs
Sebagian besar anak jalanan telah mengkonsumsi minuman keras, pil dan zat-zat adiktif lainnya secara rutin. Ini tidak terbatas pada anak jalanan
laki-laki saja melainkan juga anak perempuan. Ada berbagai cara bagi mereka untuk mendapatkan drugs, seperti membeli, meminta, diberi dan merampas.
Ada juga yang mencoba mencari barang-barang yang murah dengan menghisap lem aica aibon.
Penelitian Setara 2000 mengungkapkan 62,5 anak jalanan perempuan mengkonsumsi minuman keras dan pil. Menurut Huijben 1999,
hal yang mendorong mereka mengkonsumsi karena dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu sebagian anak menggunakannya
untuk menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan.
7
d. Tindakan kriminal
Tindakan kriminal yang dilakukan anak jalanan secara kuantitas tampaknya meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan bentuk
yang lebih berani. Sebagai contoh, bila sebelumnya mereka hanya melakukan pemerasan sesama anak jalanan, kini mereka sudah berani melakukan
pemerasan, penodongan dan pencopetan ke masyarakat. Kegiatan ini tampaknya dipengaruhi pula oleh tingkat persaingan yang
tinggi sesama anak jalanan untuk mendapatkan uang sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan kriminal yang dinilai lebih
banyak menghasilkan.
2.2.6 Model Upaya Penanganan Anak Jalanan
Dalam mencari solusi model penanganan anak jalanan, melalui rumah singgah, kita dapat mengidentifikasi terlebih dahulu factor-faktor sebagai berikut:
8
- Faktor eksternal, yang berupa peluang atau ancamanhambatan dari luar baik
dari lingkungan masyarakat ataupun instansi pemerintah -
Factor internal, yang berupa kekuatan dan kelemahan dari dalam baik dari anak jalanan maupun lembaga yang menangani.
Penting untuk memahami factor-faktor tesebut dalamupaya untuk mendapatkan solusi dan mencari model yang tepat dan sesuai bagi anak jalanan.
Sesuai dalam artian antara pendekatan dengan kondisi yang ada terdapat kesesuaian dalam penanganan dengan memberikan pemahaman, menyadarkan, dan
memberdayakan. Sehingga akan didapat solusi yang tepat sasaran . pendekatan yang dimaksud yaitu:
9
- Pendekatan TRIBINA
- Pendekatan Komprehensif – integratif
- Pendekatan kesejahteraan
- Konsep kampanye social
- Pendekatan psikososial dan lingkungan pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat -
Pendekatan pemberdayaan
2.2.7 Model Penanganan Anak Jalanan
Keberadaan rumah singgah dan berbagai program pembinaan yang telah telah diterapkan sebelumnya sebagai upaya penanganan masalah remaja anak
jalanan dan persoalan perbaikan mental dan moral mereka. Mental dan moral yang buruk melekat pada remaja anak jalanan karena adanya pengaruh yang cukup kuat
saat remaja berada lingkungan jalanan yang keras dan semuanya itu tanpa ada pengendali dan pengontrol.
Saat remaja anak jalanan memutuskan diri menjadi anak jalanan, factor utamanya yang menyebabkan adalah berawal dari orang tua, baik pada posisi denan
pendidikan yang rendah, akhirnya berefek pada penghasilan yang tidak dapat mencukupi kebutuhan kelurga. Akibatnya, remaja anak jalanan diekspoitasi untuk
dapat mebantu mencari tambahan penghasilan keluarga. Selain itu juga adanya perceraian kedua orang tua mereka yang tidak dapat dibendung yang akhirnya
berdampak pada anak. Remaja anak jalanan akan mejadi jenuh dan malas untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan mengakibatkan anak menjai tidak betah
berada di rumah. Ajakan teman merupakan solusi bagi remaja anak jalanan untuk
9
mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi sehingga memutuskan diri untuk menjadi anak jalanan.
9
Dari permasalah tersebut, tidak terpenuhnya hak-hak dasar anak, maka rumah singgah dalam programnya menggunakan pendekatan dan sebagai factor
pendukung diperlukannya pemberdayaan bagi masyarakat sekitar dan lembaga yang menangani anak jalanan agar program rumah singgah dapat terealisasi dengan
baik. Ada beberapa model penanganan dan pendekatan yang dapat dilakukuan :
10
- Street-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di
“jalan” dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.
- Family-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang difokuskan
pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak
jalanan kembali ke keluarganya. -
Institutional-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga panti, baik secara sementara menyiapkan reunifikasi dengan
keluarganya maupun permanen terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat. Pendekatan ini juga mencakup tempat
berlindung sementara drop in, “Rumah Singgah” atau “open house” yang menyediakan f
asilitas “panti dan asrama adaptasi” bagi anak jalanan. -
Community-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program community development
untuk memberdayakan masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi
baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup Corporate Social Responsibility tanggung jawab social
perusahaan.
9
http:www.damandiri.or.idfiledwiastutiunairbab3.pdf Diakses tanggal 27 Mei 2010
10
http:pdfcontact.comdownload7634918 diakses tanggal 27 Mei 2010
10
2.3 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja