Permasalahan Pembangunan Rendahnya peringkat IPM Aceh Tamiang di tingkat Provinsi maupun Nasional Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

III-1 BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan aksesibilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral dan etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan. Isu strategis merupakan salah satu pengayaan analisis lingkungan eksternal terhadap proses perencanaan. Jika dinamika eksternal khususnya selama 20 tahun yang akan datang diidentifikasi dengan baik, maka pemerintah daerah akan dapat mempertahankanmeningkatkan pelayanan pada masyarakat. Pemerintah daerah yang tidak menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya akan menghadapi potensi kegagalan dalam melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya atau gagal dalam melaksanakan pembangunan daerah. Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi entitas daerah masyarakat di masa datang. Suatu kondisikejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Analisis isu-isu strategis diidentifikasi berdasarkan berbagai permasalahan pembangunan daerah yang sangat mendesak dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan pembangunan serta disusun berdasarkan isu strategis yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang yang akan muncul termasuk mengantisipasi berbagai ancamannya. Pernyataan isu-isu strategis memberikan gambaran tentang hal-hal yang menjadi fokus dan prioritas penanganan karena pengaruhnya yang besar, luas dan signifikan terhadap perbaikan kondisi masyarakat pada lima tahun mendatang. Isu-isu strategis adalah isu-isu yang jika diprioritaskan penanganannya maka peluang tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan dua puluh tahun mendatang akan lebih besar dan lebih pasti. Jika isu strategis ini tidak ditangani maka tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai.

3.1. Permasalahan Pembangunan

Permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan visi dan misi daerah, yang selanjutnya akan dituangkan dalam perumusan sasaran RPJPD. Identifikasi permasalahan pembangunan dapat diverifikasi dari informasi pada gambaran umum kondisi daerah dan informasi lain yang relevan. Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation” antara kinerja pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dilakukan. III-2 Identifikasi permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan tujuan pembangunan dua puluh tahun, yang selanjutnya akan dituangkan dalam perumusan sasaran RPJPD. Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan untuk masing-masing aspek dan urusan, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan maka permasalahan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :

a. Rendahnya peringkat IPM Aceh Tamiang di tingkat Provinsi maupun Nasional

Perkembangan pembangunan manusia yang dicapai Kabupaten Aceh Tamiang sampai tahun 2010 tidak terlalu signifikan. Angka IPM Aceh Tamiang hanya sedikit mengalami peningkatan dari 70,50 di tahun 2009 menjadi 70,79 pada tahun 2010 dan masih dibawah Provinsi Aceh sebesar 71,70, dan tergolong kelompok “menengah atas” skala 66-79,9. Sedangkan peringkat IPM Aceh Tamiang untuk level Provinsi, hanya mampu menempati peringkat 13 dari 23 KabupatenKota di Provinsi Aceh.

b. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat terlihat dari rendahnya pengeluaran riil masyarakat. Semakin meningkatnya pengeluaraan riil mengindikasikan bahwa semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat. Seiring peningkatan kesejahteraan penduduk sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Dari hasil penghitungan, diperoleh gambaran rata ‐rata pengeluaran riilpengeluaran konsumsi RT perkapita disesuaikan dengan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2011, yaitu sekitar Rp521.547, ‐ per tahun masih jauh dari bila dibandingkan dengan pengeluaran riil yang ideal sebesar Rp.737.720,- bisa dikatakan kemampuan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang untuk memenuhi penghidupan yang layak masih jauh dari target seharusnya. Sedangkan PDRB per kapita Kabupaten Aceh Tamiang sebesar Rp 9.000.000jiwa. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang juga dapat dilihat dari rendahnya Nilai Tukar Petani NTP gabungan rata-rata yaitu sebesar 98,68 persen yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas komoditi, jumlah dan kualitas SDM di bidang pertanian masih terbatas, kurang sarana dan prasarana pendukung lainnya serta masih lemahnya jaringan pasar.

c. Rendahnya AHH Kabupaten Aceh Tamiang dibandingkan Provinsi Aceh dan Nasional