Rendahnya AHH Kabupaten Aceh Tamiang dibandingkan Provinsi Aceh dan Nasional Rendahnya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang yang diwakili Belum terciptanya kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

III-2 Identifikasi permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan tujuan pembangunan dua puluh tahun, yang selanjutnya akan dituangkan dalam perumusan sasaran RPJPD. Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan untuk masing-masing aspek dan urusan, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan maka permasalahan pembangunan jangka panjang Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :

a. Rendahnya peringkat IPM Aceh Tamiang di tingkat Provinsi maupun Nasional

Perkembangan pembangunan manusia yang dicapai Kabupaten Aceh Tamiang sampai tahun 2010 tidak terlalu signifikan. Angka IPM Aceh Tamiang hanya sedikit mengalami peningkatan dari 70,50 di tahun 2009 menjadi 70,79 pada tahun 2010 dan masih dibawah Provinsi Aceh sebesar 71,70, dan tergolong kelompok “menengah atas” skala 66-79,9. Sedangkan peringkat IPM Aceh Tamiang untuk level Provinsi, hanya mampu menempati peringkat 13 dari 23 KabupatenKota di Provinsi Aceh.

b. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat

Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat terlihat dari rendahnya pengeluaran riil masyarakat. Semakin meningkatnya pengeluaraan riil mengindikasikan bahwa semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat. Seiring peningkatan kesejahteraan penduduk sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Dari hasil penghitungan, diperoleh gambaran rata ‐rata pengeluaran riilpengeluaran konsumsi RT perkapita disesuaikan dengan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2011, yaitu sekitar Rp521.547, ‐ per tahun masih jauh dari bila dibandingkan dengan pengeluaran riil yang ideal sebesar Rp.737.720,- bisa dikatakan kemampuan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang untuk memenuhi penghidupan yang layak masih jauh dari target seharusnya. Sedangkan PDRB per kapita Kabupaten Aceh Tamiang sebesar Rp 9.000.000jiwa. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang juga dapat dilihat dari rendahnya Nilai Tukar Petani NTP gabungan rata-rata yaitu sebesar 98,68 persen yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas komoditi, jumlah dan kualitas SDM di bidang pertanian masih terbatas, kurang sarana dan prasarana pendukung lainnya serta masih lemahnya jaringan pasar.

c. Rendahnya AHH Kabupaten Aceh Tamiang dibandingkan Provinsi Aceh dan Nasional

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk. Pada tahun 2007 Angka Harapan Hidup masyarakat Aceh Tamiang sebesar 68,09 tahun dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 69,00 tahun. Namun angka ini masih berada di bawah angka Nasional sebesar 72,00 tahun pada Tahun 2011. Sementara AHH Provinsi Aceh pada tahun 2010 sebesar 68,70 pada saat aceh tamiang berada di angka 68,37. III-3

d. Rendahnya peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang yang diwakili

oleh pertumbuhan angka rata-rata lama sekolah tidak terlalu signifikan. Usaha sekolah untuk melakukan ekspansi selama ini tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang kokoh dan ekonomi yang kompetitif di masa depan. Bukti ini ditunjukkan dengan rendahnya kualitas pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang. Menurut data Badan Pusat Statistik 2011, angka rata- rata lama sekolah di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2007 sebesar 8,40 tahun dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 8,85 tahun.

e. Belum terciptanya kemandirian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pembangunan melalui pertispasi masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan potensi masyarakat dalam merencanakan pembangunan yang berkaitan dengan potensi sumber daya lokal berdasarkan kajian musyawarah, yaitu peningkatan motivasi dan peran serta kelompok masyarakat dalam pembangunan dan peran serta kelompok masyarakat dalam proses pembangunan melalui keterlibatan dan diakomodirnya masukan saran pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan.

f. Ajaran Islam belum dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.