40
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel penelitian yang akan diteliti. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas
pada penelitian ini adalah mozaik sebagai media yang akan memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan
motorik halus anak tunagrahita ringan. Motorik halus anak tunagrahita ringan akan mendapatkan perlakuan berupa mozaik sebagai media peningkatan yang
memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan dengan kategori kurang berkembang baik.
Mozaik dipilih sebagai media yang digunakan untuk melatih motorik halus anak tunagrahita ringan, karena berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu melihat
karakteristik anak tunagrahita ringan yang memiliki kekurangan pada motorik halusnya yang tidak berkembang secara maksimal. Maka akan dibentuk dengan
cara melakukan kegiatan menempel kertas pada pola gambar yang disebut dengan mozaik, secara berulang-ulang dan terjadwal.
Melalui langkah-langkah ketika membuat mozaik ; menggenggam, menjimpit, mengelem dan menempel, diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan gerakan jari-jari tangan anak yang cenderung kaku dan sulit untuk melakukan aktivitas motorik. Anak tunagrahita ringan dalam kegiatan
akademiknya dan melakukan sesuatu perlu dilakukan secara berulang-ulang dan teratur, sehingga tangan mereka akan semakin terbiasa terlatih dan mampu
melakukan gerakan seperti memegang benda mainan, menulis, menjimpit,
41
memasang puzzle, merangkai manik-manik, memasukkan benang ke jarum, dan aktivitas motorik lainnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data sangat penting dilakukan dalam penelitian eksperimen karena akan mendukung proses pengumpulan data yang memuat
standar data yang ditetapkan. Pada penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan data yang dibutuhkan sehingga mendukung hasil
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono 2011: 203 mengemukakan bahwa observasi adalah suatu proses yang komplek, yang
disengaja dan dilakukan secara sistematis terencana, terarah, pada suatu tujuan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna melanjutkan penelitian.
Kegiatan observasi dilakukan selama penelitian berlangsung yaitu dari kegiatan pre-test. Observasi yang dilakukan pada waktu kegiatan pre-test dan post-test
yaitu dilakukan praktek membuat mozaik kemudian mengamati dan memberikan skor menggunakan tabel check list. Observasi yang dilakukan dalam kegiatan
perlakuan treatment yaitu peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis yang berorientasi pada prosedur langkah-langkah yang
ditempuh subjek ketikan menjalankan instruksi-instruksi yang dikenakan kepada subjek sejalan dengan cakupan kemampuan yang diungkap peneliti.
42
2. Wawancara
Menurut Denzin dalam Rochiati Wiriatmadja, 2009: 117 “wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-
orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu”. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan model
wawancara tidak terstuktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis. Tetapi pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan terhadap guru kelas. Pelaksanaan wawancara
disesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki oleh peneliti dan guru. Wawancara yang dilakukan terhadap guru kelas, dimaksudkan untuk menggali informasi salah
satunya tentang karakteristik subjek dan sejauh mana kemampuan motorik halus subjek.
3. Dokumentasi
Menurut Goets dan Le Compte dalam Rochiati Wiriatmadja, 2009: 121 “dokumentasi adalah dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian akan
menyediakan kerangka bagi data mendasar”. Dokumentasi mencakup kegiatan peneliti dalam memeriksa dokumen yang telah ada, seperti mencari data mengenai
anak tunagrahita ringan yang dijadikan subjek penelitian serta mengumpulkan informasi mengenai keadaan sekolah sebagai lokasi penelitian.
G. Pengembangan Instrumen
Kemampuan motorik halus anak tunagrahita dinilai dengan melihat kemampuan motorik halus anak dalam membuat mozaik. Untuk mempermudah
43
penilaian kemampuan motorik halus anak-anak dalam melakukan kegiatannya, maka peneliti membuat check list. Sebelum dilakukan penelitian Check list juga
diberikan kepada guru pendamping kelas. Check list ini bertujuan untuk mengetahui skor yang didapat subjek ketika pre-test, treatment, dan post-test
untuk mengukur seberapa besar kemampuan motorik halus subjek. Check list dilakukan untuk menilai seberapa tinggi tingkat kemampuan
motorik halus subjek sebelum dilakukan perlakuan pre-test. Juga untuk mengetahui perkembangan anak saat diberikan perlakuan treatment. Sesudah
chekt list, maka subjek diberikan post-test dengan maksud mengetahui perbedaan tingkat kemampuan motorik halus sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan
treatment. Cara penskoran pada check list berdasarkan teori penskalaan yakni metode
rating yang dijumlahkan method of summated ratting. Metode ini dikenal dengan model likert. Menurut Azwar 2007: 123-
124 “pada metode ini, kategori- kategori respons akan diletakkan pada suatu kont
inum”. Untuk melakukan penskalaan, nilai dari kemampuan motorik yang diberikan, dimasukkan dalam
kategori nomor urut ordinal. Bentuk respons apa saja selama masuk dalam data ordinal, akan dapat diskala-kan.
Di bawah ini adalah panduan observasi yang digunakan saat pre-test, treatment, post-test, dan saat pengambilan data.
44
Tabel 3. Kisi-kisi Panduan Observasi Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan
NO INDIKATOR
SUB INDIKATOR SKOR
KET 1 2 3 4
1. FISIOLOGIS
a. Menggenggam
- Menggenggam
potongan-potongan kertas pada wadah dan
mengambilnya kemudian diletakkan
di atas meja.
b. Menjimpit
- Mengambil setiap helai
potongan kertas dengan ibu jari dan jari
telunjuk, atau ibu jari dan jari tengah.
c. Mengelem
- Mengoleskan lem pada
helai potongan kertas yang telah dijimpit.
d. Menempel
- Menempel helai
potongan kertas yang telah diberi lem pada
pola gambar sesuai bentuk helai potongan
kertas.
- Mengatur posisi setiap
helai potongan kertas pada pola gambar,
disesuaikan dengan posisi helai potongan
kertas lainnya yang telah ditempel.
45
Tabel 4. Kisi-kisi Panduan Penelitian Mozaik sebagai Media Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan
NO INDIKATO
R SUB INDIKATOR
TEKNIK PENGAMBILAN DATA
OBSERVASI WAWANCARA
DATA
1.
FISIOLOGI S
a. Menggenggam
- Menggenggam
potongan-potongan kertas pada wadah
dan mengambilnya.
- -
b. Menjimpit
Mengambil setiap helai potongan kertas dengan
ibu jari dan jari telunjuk, atau ibu jari dan jari
tengah.
- -
c. Mengelem
- Mengoleskan lem
pada helai potongan kertas yang telah
dijimpit.
-
-
d. Menempel
- Menempel helai
potongan kertas yang telah diberi
lem pada pola gambar sesuai
bentuk helai potongan kertas.
- Mengatur posisi
setiap helai potongan kertas
pada pola gambar, disesuaikan dengan
posisi helai potongan kertas
lainnya yang telah ditempel.
-
2 .
KECEPATAN
- Menggenggam
potongan kertas dan mengambil pada
wadah untuk diletakkan di atas
- -
46
meja. -
Menjimpit potongan kertas dan memberi
lem pada potongan kertas.
- -
- Menempel potongan
kertas pada pola gambar sesuai
waktu yang ditentukan.
- -
3.
KETEPATAN BENTUK
- Menempel potongan
kertas tepat pada pola gambar.
- -
- Tidak ada potongan
kertas yang tertempel di luar
garis pola gambar. -
-
4. KE
RAPIHAN
- Tidak berlebihan
dalam memberi lem pada potongan
kertas. -
-
- Menempel
potongan kertas tidak keluar garis
pola gambar. -
-
- Kertas lembar kerja
tidak terdapat noda lem.
- -
Sedangkan bentuk tabel check list yang digunakan peneliti dalam penilaian kemampuan motorik halus saat pre-test, treatment, dan post-test adalah sebagai
berikut:
Tabel 5. Chek List Penilaian Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Ringan
Nama Indikator Peningkatan Motorik Halus
Jml Menggenggam
Menjimpit Mengelem
Menempel
47
Keterangan: Skor penilaian mulai dari 1 hingga 4, menurut Drs. Setia Adi Purwanta, M.Pd.
sebagai validator penjelasannya adalah sebagai berikut: Skor 1
: belum bisa meskipun telah dibantu. Skor 2
: subjek mampu melakukan dengan bantuan secara fisik. Skor 3
: subjek mampu melakukan dengan bantuan secara verbal lisan. Skor 4
: subjek mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan saat penelitian yaitu pertama pre-test untuk mengetahui kemampuan awal anak dengan melakukan observasi, praktik
membuat mozaik oleh subjek dan wawancara terhadap guru. Tabel chek list juga digunakan untuk memberi skor pada saat anak-anak membuat mozaik.
Selanjutnya dilakukan perlakuan treatment kepada subjek dengan membuat mozaik, yang langkah-langkah dalam membuatnya dijadikan sebagai media
peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan. Prosedur perlakuan sebagai berikut:
1. Subjek diminta untuk menggenggam potongan-potongan kertas yang sudah
tersedia di dalam wadah dan mengambilnya untuk kemudian diletakkan di atas meja. Guru mengarahkan subjek untuk mengikuti perintah yang diberikan
peneliti. 2.
Kemudian subjek diminta untuk menjimpit potongan kertas dengan ibu jari bertemu jari telunjuk. Subjek dipandu oleh peneliti secara verbal dan lisan.
48
3. Setelah subjek menjimpit potongan kertas, lantas subjek diminta untuk
memberi lem pada potongan kertas yang mereka jimpit. 4.
Selanjutnya subjek diperintahkan untuk menempelkan potongan kertas pada pola gambar sesuai dengan bentuknya. Karena motorik halus subjek masih
sangat kurang serta konsentrasi dan emosi yang tidak terkontrol, maka peneliti dan guru terus membimbing dan memandu dalam mengerjakan mozaik
mereka. Pelaksanaan membuat mozaik setiap 1 kali perlakuan treatment
dilakukan selama dua hari dalam satu minggu yaitu setiap hari Rabu dan Kamis, dikarenakan kondisi anak yang tidak terkontrol dan cenderung cepat bosan dan
berlarian ke luar kelas. Langkah-langkah ketika membuat mozaik menjadi media untuk meningkatkan motorik halus. Dilakukan secara berulang-ulang dan secara
disiplin sesuai prosedur akan melatih gerakan motorik halus anak tunagrahita ringan.
Mozaik dapat membantu guru dalam hal meningkatkan motorik halus anak, sehingga dengan meningkatnya motorik halus mereka kegiatan
akademiknya-pun tidak terlalu mengalami hambatan. Setelah dilakukan perlakuan sesuai dengan waktu yang sudah
direncanakan, selanjutnya dilakukan post-test berupa praktik membuat mozaik. Disusul melakukan pengamatan, serta penilaian terhadap subjek selama kegiatan
berlangsung dengan mengisi tabel chek list.
49
I. Validitas Instrumen
Jenis validitas yang digunakan pada peneilitian ini yaitu content validitas. Dalam jenis content validitas ini semua item yang digunakan dalam panduan-
panduan penelitian harus disesuaikan dengan indikator ataupun materi yang akan dicapai oleh sekolah. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan
dengan uji validitas expert judgement. Uji validitas expert judgement adalah melakukan uji kepada ahli, dalam penelitian ini uji validitas yang dilakukan
pertama yaitu uji validitas instrumen, kemudian ahli media menilai aspek-aspek tentang media mozaik dan motorik halus yang akan diujikan kepada anak. Ahli
media yang dimaksud adalah Drs. Setia Adi Purwanta, M.Pd. Beliau merupakan Kepala Pusat Sumber Pendidikan Inklusif Provinsi DIY dan Direktur Eksekutif
Dria Manunggal, Yogyakarta.
J. Analisis Data